Penyusun :
I. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mengetahui proses difusi zat aktif sediaan secara
semikuantitatif.
II. Pendahuluan
Obat di dalam tubuh mengalami proses absorbsi, sehingga obat akan
diserap dan terdistribusi secara merata. Proses absorbsi obat dalam membran
dapat melalui proses difusi, transpor aktif, pinositosis, fagositosis dan persorpsi.
Proses ini dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya sifat fisiko kimia senyawa
obat, jenis dan basis yang digunakan, serta fisiologi membran yang dilewati.
Difusi didefinisikan sebagai suatu proses perpindahan massa molekul
suatu zat yang dibawa oleh gerakan molekular secara acak dan berhubungan
dengan adanya perbedaan konsentrasi aliran molekul melalui suatu batas,
misalnya suatu membran polimer. Dengan kata lain, difusi adalah proses
perpindahan zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.
Contoh difusi:
a. Difusi gas.
b. Difusi air.
Perbedaan konsentrasi (suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi
tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah) yang ada pada dua larutan disebut
gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas
secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan manakala perpindahan
molekul tetap terjadi, walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi.
JENIS-JENIS DIFUSI
Dalam mengambil zat-zat nutrisi yang penting dan mengeluarkan zat-zat
yang tidak diperlukan, sel melakukan berbagai jenis aktivitas, dan salah satunya
adalah difusi. Berdasarkan energi yang dibutuhkan ada dua jenis difusi yang
dilakukan yaitu difusi biasa dan difusi khusus.
1. Difusi Biasa. Difusi biasa terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekul
yang hydrophobic atau tidak berpolar/berkutub. Molekul dapat langsung
berdifusi ke dalam membran plasma yang terbuat dari phospholipids. Difusi
seperti ini tidak memerlukan energi atau ATP (Adenosine Tri-Phosphate).
2. Difusi Khusus Difusi khusus terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau
molekul yang hydrophilic atau berpolar dan ion. Difusi seperti ini memerlukan
protein khusus yang memberikan jalur kepada partikel-partikel tersebut ataupun
membantu dalam perpindahan partikel.
Hal ini dilakukan karena partikel-partikel tersebut tidak dapat melewati
membran plasma dengan mudah. Protein-protein yang turut campur dalam difusi
khusus ini biasanya berfungsi untuk spesifik partikel. Berdasarkan jenis membran
yang dilalui, difusi dibagi tiga jenis yaitu
1. Difusi molekuler atau permeasi Difusi molekuler adalah difusi yang melalui
media yang tidak berpori, ketika difusi ini bergantung pada disolusi dari molekul
yang menembus dalam keseluruhan membran. Contoh: Transpor teofilin yang
melalui suatu membran polimer meliputi disolusi obat tersebut ke dalam
membran.
2. Difusi yang melalui pori suatu membran yang berisi pelarut, manakala difusi
ini dipengaruhi oleh ukuran relatif molekul yang menembus membran serta
diameter dari pori tersebut. Contoh: Lewatnya molekul-molekul steroid (yang
disubtitusi dengan gugus hidrofilik) melalui kulit manusia yang terdiri dari folikel
rambut, saluran sebum dan pori-pori keringat pada epidermis.
3. Difusi melalui suatu membran dengan susunan anyaman polimer yang
memiliki saluran yang bercabang dan saling bersilangan.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI DIFUSI
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi yaitu
1. Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan
bergerak sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
2. Ketebalan membran. Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
3. Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
4. Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan
difusinya. 5. Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk
bergerak dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.
6. Konsentrasi Obat Semakin besar konsentrasi obat, semakin cepat pula
kecepatan difusinya.
7. Koefisien difusi Semakin besar koefisien difusi, maka besar kecepatan difusinya.
8. Viskositas
9. Koefisien partisi Difusi pasif dipengaruhi oleh koefisien partisi, yaitu semakin
besar koefisien partisi maka semakin cepat difusi obat.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan
setengah padat, berupa emulsi mengandng air tidak kurang dari 60% dan
dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan
setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi
dalam bahan dasar yang sesuai.
Menurut Formularian Nasional, krim adalah sediaan setengah padat,
berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan
untuk pemakaian luar.
Krim adalah sediaan semi solid kental, umumnya berupa emulsi m/a (krim
berair) atau emulsi a/m (krim berminyak). (The Pharmaceutical Codex 1994, hal
134). Secara tradisional, istilah krimdigunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai konsentrasi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak
(a/m) atau minyak dalam air (m/a).
Sedangkan Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat
serbuk. Karena merupakan salep yang tebal, keras dan tidak meleleh pada suhu
badan maka digunakan sebagai salep penutup atau pelindung. (buku farmasetika,
prof. Drs. Moh. Anief, Apt.)
Menurut farmakope Indonesia edisi ke-3 adalah sediaan berupa masa
lembek yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan
mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar denngan
vaselin atau paravin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat
dengan Gliserol, musilago atau sabun. Digunakan sebagai antiseptik, atau
pelindung.
Sedangkan menurut farmakope Indonesia edisi ke-4 adalah sediaan semi
padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan untuk
pemakaian topical.
III. Alat dan Bahan
No Alat Bahan
1. Beaker glass Agar serbuk tak
bewarna
2. Ose Krim natrium asam
salisilat
3. Kertas saring Pasta natrium asam
salisilat
4. Cawan petri FeCL3
5. Kertas label
6. Bunsen
7. pipet
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian difusi obat secara semi kuantitatif
yang sangat sederhana, yaitu menggunakan difusi pada media agar. Difusi adalah
pergerakan antara suatu partikel yang dipengaruhi oleh partikel membran yang
berhubungan dengan suatu konsentrasi. Dengan adanya praktikum ini kita lebih tau
bagaimana absorbsi suatu salep dan sediaan pasta terabsorbsi didalam membran. Dan
dari hasil yang kami dapatkan bisa disimpulkan bahwa perubahan warna pada masing-
masing cawan petri itu dipengaruhi beberapa faktor antaranya adalah ukuran partikel,
zat terlarut, luas permukaan, suhu, maupun konsentrasi suatu zat tersebut.
SARAN
Santi Sinala, S.Si., M.Si, Apt dkk, 2016. Modul Bahan Ajar Farmasi Fisika, Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Ansel , Howard c. 1989. ”Pengantar Sediaan Farmasi”. Edisi keempat .Jakarta: UI Press.
Lachman, et al. 1986. The Theory and Practice of Industrial Pharmacy. 3rd Edition.
Martin, A.N. 1993. Physical Pharmacy, Fourt Edition, Lea & Febiger, Philadelphia,
London
Martin, Alfred dkk. 2008. “Dasar-dasar Farmasi Fisik Dalam Ilmu Farmasetik” Jakarta: UI
Presss
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim,
Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271, 607-608, 700, Jakarta, UI Press.
Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika.
Lachman, L., H.A. Lieberman, dan J.L. Karig. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri,
Edisi ketiga, Terjemahan : S. Suyatmi, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
LAMPIRAN
Pengeringan FeCL3
menggunakan kertas saring