SUPOSITORIA (SUPPOSITORIES) (1)
Melviani 2019
DEFINISI
FI ed IV adalah
adalah sdiaan
sdiaan padat
padat dalam
dalam berbagai
berbagai
bobot
bobot dan
dan bentuk,
bentuk, yang
yang diberikan
diberikan
melalui
melalui rektal,
rektal, vagina
vagina atau
atau uretra.
uretra.
Umumnya
Umumnya meleleh,
meleleh, melunak,
melunak, atau
atau
melarut
melarut pada
pada suhu
suhu tubuh.
tubuh.
Suppositoria dapat bertindak sebagai
Suppositoria dapat bertindak sebagai
pelindung jaringan setempat, sebagai
pelindung jaringan setempat, sebagai
pembawa
pembawa zat
zat terapetik
terapetik yang
yang bersifat
bersifat
lokal atau sistemik.
lokal atau sistemik.
ISTILAH ATAU NAMA LAIN
Supositoria rektal (rectal suppository)
Supositoria vaginal (vaginal suppository)
Ovula (ovulae)
Pessaries
Supositoria uretral (urethral suppository)
Bougies
Supositoria nasal, aural
Bougies
SUPPOSITORIA BERDASARKAN
BAHAN DASAR (BASIS) FI EDISI IV
Supositoria lemak coklat
Supositoria dengan dasar lemak pengganti
lemak coklat (minyak nabati terhidrogenasi dan
lemak padat). (Lokal: Lemak tengkawang).
Supositoria gelatin tergliserinasi
Supositoria dengan bahan dasar polietilen glikol
Supositoria dengan bahan dasar surfaktan
PENGGUNAAN TERAPETIS
Efek lokal (via vagina, rektum atau uretra):
emolien, astringen, antibakteri, hormon, steroid,
anestesi lokal, mengobati konstipasi, hemoroid
(wasir/ambeien).
Rocket Suppository
For Haemorrhoid
PENGGUNAAN TERAPETIS
Efek lokal
Antihemorrhoid bisa mengandung sejumlah
komponen, spt: anestetik lokal, vasokonstriktor,
astringen, analgesik, emolien, zat protektif.
Supositoria vaginal, efek lokal spt: antiseptik
(feminine hygiene), kontraseptif (nonoxynol9),
antipatogen spt trikhomonasida utk vaginitis krn
Trichomonas vaginalis, antifungi utk Candida
albicans.
PENGGUNAAN TERAPETIS
Efek sistemik : absorpsi obat melalui membran
mukosa rektum atau vagina (jarang).
PENGGUNAAN TERAPETIS
Efek sistemik : analgetika, antispasmodik, sedatif,
tranquilizer, antibakteri.
Prochlorperazine dan chlorpromazine utk mual, muntah
(nausea, vomiting) dan tranquilizer.
Oxymorphone HCl utk analgesia opioid.
Ergotamin tartrat utk migrain.
Indometasin, NSAID, analgesik antipiretik
Ondansetron utk mual muntah (nausea, vomiting)
KEUNTUNGAN RUTE REKTAL UNTUK
PENGHANTARAN OBAT SISTEMIK
Berguna pada situasi ketika absorpsi oral
tidak memungkinkan, misal:
Pasien dlm keadaan tidak sadar, spt: dlm
perawatan intensif (intensive care, spt di
ICU), kondisi pasca operasi (postoperative)
Pasien muntahmuntah (spt pd infeksi
saluran GI)
Obat (zat aktif) mengiritasi saluran cerna
(gastroirritant drugs), spt. Obatobat
AINS (NSAID), terutama pd penggunaan
kronik.
Rute oral
tidak bisa
Obat yg bs Pasien – GIT
disalahgunak problems,
an, spt pd Mual atau
bunuh diri. pasca operasi
Anak kecil,
Obat dg rasa Keun- usia lanjut,
yg tdk enak. tungan gangguan
mental
Umur
pakai/Shelf
life Bocor/
(kondisi rembes
simpan
Kerugian
ketat).
Produksi
Absorpsi
skala besar
tdk
sukar dan
sempurna
mahal
Variasi
inter- dan
Proctitis. intra
subyek
BENTUK DAN UKURAN
BENTUK: seperti peluru, terpedo atau jarijari
kecil
UKURAN:
USP: Basis oleum cacao dewasa 2 g
anak ½ dewasa
FI : Basis oleum cacao dewasa 3 g
anak 2 g
Examples of the different shapes and sizes of suppositories.
Taken from Allen L V Jr (2008) Suppositories. London:
Pharmaceutical Press.
FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
ABSORPSI OBAT DARI SUPPO REKTAL:
1. Faktorfaktor fisiologis
a. Kandungan kolon:
Absorbsi meningkat jika rektum/kolon pada kondisi kosong
(terutama untuk sistemik).
Yang mengganggu absorbsi rectum: diare, colonic obstruction
(tumor), dehidrasi jaringan
b. Jalur/rute sirkulasi:
Obat didistribusikan ke seluruh tubuh tidak melalui hati, sehingga
obat tidak dimetabolisme oleh hati
PENEMPATAN SUPOSITORIA DI
REKTUM
FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
ABSORPSI OBAT DARI SUPPOSITORIA
REKTAL
c. pH dan tidak adanya kemampuan mendapar
dari cairan rektum
pH cairan rektum 6,8 (agak asam)
pH mukosa rektum sangat berperan dalam
mengontrol kecepatan absorbsi obat
Shankes: Obatobat yang bersifat asam &
basa lemah lebih cepat diabsorbsi daripada
asam & basa kuat yang mudah terionkan
Kesimpulan penilitian: “Barier pemisah
lumen kolon dg darah bersifat permeabel
terhadap bentuk obat yang takterionkan”.
Absorbsi obat akan meningkat dengan mengubah pH mukosa
rectum yang akan menaikkan jumlah obat takterionkan.
TABEL PENGARUH PH
INTRALUMEN TERHADAP
ABSORBSI OBAT:
Obat pKa pH-larutan
6,8 - 7,2 3,6 – 4,0
Asam: % diabsorbsi % diabsorbsi
Salisilat 3,0 12 42 ± 3
Benzoat 4,2 19 50 ± 7
Fenol 9,9 36 37 ± 1
Basa:
Anilin 4,6 44 32 ± 5
Quinin 8,4 20 9±1
Allawa dan Riegelman melaporkan:
“Obat yang sangat larut (mudah larut) dalam basis oleum
cacao dan terdapat dalam jumlah sedikit (dosis kecil)
tidak/sukar terlepas ke cairan sekitar dibandingkan
dengan obat yang sukar (sedikit) larut dan terdapat dalam
jumlah banyak (mendekati jenuh)”
Maka, untuk supositoria dg dasar (basis) lemak,
obat dlm bentuk garam yg larut dlm air dan tdk
larut dlm lemak lebih menguntungkan.
Utk supositoria dg dasar larutair, yg pelepasan
obatnya tjd dg melarutnya dasar supo (basis),
obat dlm btk garam larutair mempercepat
absorpsi.
Misal:
Utk meningkatkan laju absorpsi dari supositoria,
bentuk
Efedrin sulfat
Quinin HCl
Na barbital
Na salisilat
lebih disukai daripada bentuk basa dan asamnya
Pembatas kecepatan (rate limiting step) absorpsi obat
dari supositoria adalah partitioning dari obat yg
terlarut dari basis yg meleleh dan bukan laju
pelarutan dari obat dlm cairan tubuh.
Riegelman dan Crowell menunjukkan bhw laju difusi
obat ke permukaan supositoria, ukuran partikel obat,
dan adanya surfaktan adl faktor yg berpengaruh pd
pelepasan obat dari supositoria.
Larutnya obat dlm padatan PEG dan basis lemak
memperlama absorpsi, krn obat lambat keluar ke
cairan sekitar.
b. Ukuran partikel
Ukuran partikel kecil kelarutan
besar absorbsi meningkat.
Ukuran partikel yg besar
memperlambat pelarutan, shg juga
memperlambat absorpsi.
Surfaktan bisa meningkatkan dan juga bisa
menurunkan laju absorpsi obat.
Pd NaI, absorpsi dipercepat dg adanya surfaktan dan
berbanding lurus dg turunnya tegangan permukaan
pembawa (vehicle). Surfaktan yang larut dlm cairan
rektum juga membantu melepas (mencuci) lapisan mukosa
rektum sbg penghalang mekanis (fisis) absorpsi.
Pd fenol, absorpsi obat menurun dg adanya surfaktan,
kemungkinan krn terbentuknya kompleks obatsurfaktan.
LANJUTAN …..
Karateristik fisikokimia dari basis dan
adjuvan (bahan pembantu):
Basis harus dapat mencair, melunak atau
melarut melepaskan obat
Tidak boleh ada interaksi antara basis
dan obat, jika terjadi interaksi obatbasis
maka dapat mengganggu absorbsi dan
pelepasannya
Basis tidak boleh mengiritasi membran
mukosa rektum, shg tidak sakit saat BAB.
Bentuk garam efedrin HCl, Nabarbital &
Nasalisilat diabsorbsi lebih baik
dibanding dalam bentuk asam/basanya
LANJUTAN …..
Karateristik fisikokimia dari basis dan
adjuvan (bahan pembantu):
Basis harus dapat mencair, melunak atau
melarut melepaskan obat
Tidak boleh ada interaksi antara basis
dan obat, jika terjadi interaksi obatbasis
maka dapat mengganggu absorbsi dan
pelepasannya
Basis tidak boleh mengiritasi membran
mukosa rektum, shg tidak sakit saat BAB.
Bentuk garam efedrin HCl, Nabarbital &
Nasalisilat diabsorbsi lebih baik
dibanding dalam bentuk asam/basanya
Komponen Suppo:
ZAT AKTIF
Zat aktif dipilih sesuai dengan maksud terapi
(lokal or sistemik)
Pemilihan ZA atas pertimbangan dari sifat fisiko
kimiawi (physical state, bulk density, solubility,
dll.) juga farmakokologi
BASIS (BAHAN DASAR) SUPPO
YANG IDEAL MEMPUNYAI SIFAT:
1. Dapat meleleh pada suhu tubuh atau dapat larut
atau terdispersi dalam cairan tubuh.
2. Dapat melepaskan obatnya
3. Dapat mempertahankan bentuknya setelah dicetak
& tidak mudah patah
4. Tidak toksis, tidak mengiritasi selaput lendir
5. Stabil dalam penyimpanan
6. Dapat bercampur dengan bahan aktifnya
PEMILIHAN BASIS SUPPO:
1. Pertimbangan umum:
a. Selama produksi (during production):
Contraction : dengan alat pencetak
Inertness : tidak berinteraksi antara basis dg
ZA
Solidification : waktu pemadatan
Viscosity : saat pencampuran (blending)
b. Selama penyimpanan (during storage):
Impurity : tidak terkontaminasi mikrobial
Softening : tidak lunak, penting dalam storage
Stability : tidak mudah teroksidasi, hidrolisis,
dll.
PEMILIHAN BASIS SUPPO:
c. Selama penggunaan (during use):
Release : dipilih yang bisa melepaskan sampai
ke tempat aksi (target site)
Tolerance: minimal toxixity dan tidak
mengiritasi mucosa rektal
MACAMMACAM BASIS SUPPO
1. Natural bases (basis dari alam) = basis berlemak
Contoh :
Oleum Cacao
Macammacam asam lemak yang dihidrogenisasi
dari minyak nabati (minyak palem dan minyak biji
kapas)
Gabungan gliserin dg asam lemak BM tinggi (asam
palmitat & asam stearat)
2. Synthetic bases = basis larut air
Contoh :
Polietilen glikol (PEG)
Gliserin gelatin
3. Semisynthetic bases
Contoh :
Novata, Suppocire, Wecobee dan Witepsol
Macammacam basis yang bisa
digunakan:
PEG
OLEUM CACAO (MINYAK COKELAT):
Keuntungan: Kerugian:
Tidak berbahaya Mudah menjadi tengik
Lunak/lembut Meleleh pd udara panas
Tidak reaktif (inert) Menjadi cair bila dicampur
Meleleh pada suhu dengan obatobat ttt dan
tubuh pemanasan yang terlalu
lama
Terisomerisasi (polimorfi)
dgn titik leleh yang lebih
rendah karena dipanaskan
OLEUM CACAO (MINYAK
COKLAT):
Merupakan basis suppositoria yang paling banyak
digunakan.
Memenuhi sebagian syarat basis yang ideal
Harus disimpan ditempat dingin, kering &
terlindung dari cahaya
Kejelekannya: mempunyai bentuk polimorphy.
Komposisi ol cacao:
Asam palmitat 24%
Asam sterat 35%
Asam oleat 39%
Asam tak jenuh 2%
BENTUK POLIMORPHY OLEUM
CACAO:
1. Bentuk α:
Titik leleh 240C
Diperoleh dari lelehan minyak coklat yang didinginkan segera sampai
suhu 00C .
2. Bentuk β’ metastabil = beta prima
Titik leleh 28-310C
Terjadi bila lemak coklat yang cair diaduk pada suhu 18-23 0C
3. Bentuk β stabil:
Titik leleh 34350C
Diperoleh dari bentuk β metastabil yang perlahanlahan
berubah bentuk. Perubahan ini disertai penyusutan volume.
4. Bentuk γ:
Titik leleh 180C
Diperoleh dari minyak coklat yang sebelum memadat (20 0C)
dituang ke dalam wadah yang telah didinginkan pada suhu
sangat dingin.
BENTUK KRISTAL & SIFAT OL.
CACAO
dalam ol. cacao yang sudah dilelehkan
mempercepat perubahan bentuk tak stabil ke
bentuk yang stabil (seeding)
Lelehan yang memadat didiamkan pada suhu
antara 2832oC untuk beberapa jam/hari
PENAMBAHAN EKSIPIEN DALAM
SEDIAAN SUPPO BASIS OL.
CACAO:
Cera flava
Meningkatkan titik lebur oleum cacao:
+ < 3% TL<TL oleum cacao
+ > 6% TL> 37oC
Cetaceum 1828%
Meningkatkan daya serap terhadap air
Tween 60:
Meningkatkan absorbsi air
Membuat zatzat yang tidak larut tetap tersuspensi
dalam lemak
Aluminium stearat, silika:
Meningkatkan kestabilan
BASIS YANG LARUT AIR
(WATER SOLUBLE)
Yang termasuk basis yang larut air:
a. GelatinGliserin (glicero gelatin)
b. Polietilen glikol
Basis sering digunakan untuk suppo vagina
dimana dikehendaki efek obat yang lebih lama.
Sifat basis suppo glicero gelatin:
1. Higroskopis
2. Mengakibatkan dehidrasi dan iritasi jaringan.
3. Adanya air dalam formula suppositoria dapat
mengurangi kerjanya.
BASIS GELATINGLISERIN (GLICERO GELATIN)
US
P
Gelatin tipe A Gelatin tipe B
(Pharmagel A) (Pharmagel B)
Bereaksi asam Bereaksi sedikit asam
pH 3 4,5 pH 5 – 7
Ichtamol & protagol Boric acid tidak boleh
tidak boleh pakai tipe pakai tipe B
A
CTM boleh pakai basis tipe A dan B
CONTOH FORMULA BASIS GELATIN
GLISERIN
Hasil: Formula II paling keras. Penggantian gliserin
oleh PEG lebih baik karena menjadi lebih mudah larut,
shg lebih mudah diabsorbsi. Gelatin + 5% baik untuk
rectal
Berat suppo dengan basis glicero gelatin untuk dewasa 4 g, untuk anak 2,5 g.
POLIETILEN GLIKOL (PEG):
Pertama kali dikembangkan di Jerman dan negara
Eropa lain selama perang dunia II
Nama lain PEG :
Postonal (Jerman)
Carbowax (USA) dan
Scurol (Prancis)
PEG terbentuk dari polimerisasi etilen oksida
rantai panjang dan air.
SIFATSIFAT BASIS PEG:
Stabil (tidak terhidrolisa/terurai)
Melarut dalam cairan tubuh
Higroskopis
Tidak membantu tumbuhnya bakteri
Dapat merangsang membran mukosa
jikakandungan air kurang dari 20 %
DAFTAR TL DAN KELARUTAN
DARI PEG
BM rata-rata Titik lebur (oC) Kelarutan dalam
air (%)
400 4–8 100
600 20 – 25 100
1000 37 – 40 70
1500 38 – 41 73
1540 43 – 46 70
4000 53 – 56 62
6000 60 – 63 50
BM Semakin tinggi maka semakin tinggi titik lebur,
semakin rendah kelarutan dan semakin higroskopis
BASIS PEG
Dapat digunakan untuk Titik lebur akan turun
obat: jika
Aminophylin dicampur dg obat:
Benzokain Asam tanat
Yodoform Balsam peruvianum
Sulfonamid Chloral hidrat
Zinci okside Ichtamol
CONTOH FORMULA BASIS PEG
BM PEG FI F II F III F IV
1000 96% 75% - -
4000 4% 25% - -
1540 - - 70% 30%
6000 - - 30% 50%
Obat + air - - - 20%
Total 100% 100% 100% 100%
KETERANGAN FORMULA:
Suppo dengan basis FIFIII tidak mengandung air
sebelum dipakai dicelupkan dalam air untuk
mencegah iritasi
EMULSIFYING BASES
Merupakan campuran basis
Merupakan kombinasi dari zatzat yang hidrophilik
dan lipofilik yang dapat membentuk emulsi.
contoh : polioksil 40 stearat
BASIS CAMPURAN SUPPO:
Merupakan campuran basis (basis emulsi =
emulsifying bases)
Merupakan kombinasi dari zatzat yang
hidrophilik dan lipofilik yang dapat
membentuk emulsi atau terdispersi dalam
cairan berair.
Contoh :
1. Polioksil 40 stearat (SAA)
Larut dalam air
Titik lebur 39 – 45 oC
2. Sabun
3. Gliserin suppo USP, mengandung sodium
stearat
GLISERIN SUPPO USP
R/Gliserin 91
Sodium stearat 9
Akuadest 5
Cara pembuatan:
Gliserin dipanaskan pada 120oC ditambah
sodium stearat hingga larut, adukaduk lalu
ditambah akua.
Campuran panas dituang ke cetakan (setelah
dicampur obatnya)
CARA PENGGUNAAN SUPPO:
Suppo dengan basis oleum cacao sebelum dipakai
dibasahi dulu dengan minyak, sedangkan yang basisnya
PEG sebelum dipakai dibasahi dulu dengan air.
MACAM SUPPO BERDASAR CARA
PENGGUNAANNYA:
1. Suppositoria Analia (lewat Anus)
Untuk efek lokal dan sistemik, bentuk
terpedo. Untuk efek lokal contoh: obat
hemorrhoid, Untuk efek sistemik
contoh: sedativ, analgesik, transquilizer.
Contoh: anusol HC, Dulcolax
2. Suppo Vaginalia (lewat V)
Terutama untuk efek lokal selaput
lendir, bentuk bulat atau bulat telur,
beratnya 5 gram.
contoh : albothyl vaginal suppo
PENGGUNAAN SUPPO
Pemilihan Adjuvants
ADJUVANTS DIPILIH DENGAN
TUJUAN UNTUK:
To improve incorporation of powdered actives
(memperbaiki penyatuan dengan zat aktif)
Contoh: Mg karbonat, neutral oil dan air
To improve hydrophilicity (memperbaiki
hidopilisitas)
To improve viscosity (memperbaiki viscositas)
To alter melting temperature (mengubah suhu lebur)
To improve mechanical strength (memperbaiki
tekanan mekanik = kekerasan)
To change appearance (mengubah penampilan)
To protect againts degradation (melindungi dari
degradasi)
To modify absorption (memodifikasi absorbsi)
TO IMPROVE INCORPORATION OF
POWDERED ACTIVES
Contoh:
Mg karbonat,
Neutral oil (viskositas rendah mengandung C8 –
C12)
Water (12%), tergantung kapsitas absorbsi dari
basis
TO IMPROVE HYDROPHILICITY
Jika digunakan konsentrasi rendah dapat
meningkatkan absorbsi, namun jika lebih
banyak justru menurunkan absorbsi
Contoh:
Surfaktan anionik: garam empedu, calsium
oleat, cetil stearil alkohol 10%, SLS (1%), Na
stearat (1%), trietanolamin stearat (35%)
Surfaktan nonionik dan amfoterik: tween, span,
PEG 400 miristat, PEG 400 stearat (Myrj), dll.
Partial gliserides: gliserin mono stearat,
gliserin mono oleat, asam monodi gliserid
palmitat, dll.
TO IMPROVE VISCOSITY
Fatty acids & derivatives: aluminium mono
stearat, gliserii mono staerat, asam stearat
Fatty alkohol: cetil, myristil, dan stearyl alkohol
Serbuk inert: bentonit, coloidal silica
TO ALTER MELTING TEMPERATURE
Misal :
Asamasaam lemak & derivatnya (gliserol
stearat dan asam staerat)
Lemak alkohol: cetil alkohol, cetil stearil alkohol
Hidrokarbon: parafin
Waxes/malam: beeswax dan carnauba wax)
TO IMPROVE MECHANICAL
STRENGTH
Bahanbahan:
Polisorbat
Castol oil
Fatty acid monogliserides
Gliserin, dan
PEG
TO CHANGE APPEARANCE
Bahanbahan yang bisa digunakan:
Colorants baik yang hidrosoluble, liposoluble dan
insoluble material
TO PROTECT AGAINTS
DEGRADATION
Antioksidan
BHT
BHA
Ascorbic acid
Propil galat, dll.
TO MODIFY ABSORPTION
Enzim depolimerisasi : mucopolisakaridase
Dapat meningkatkan kecepatan pentrasi zat
aktif
POKOK BAHASAN
Metode pembuatan suppo
Pengemasan suppo
Formulasi sediaan suppo
Metode Pembuatan Suppo
METODE PEMBUATAN SUPPO
Empat (4) cara pembuatan sediaan suppo:
Dengan tangan (hade made = hand shaping = hand
rolling)
Cetak penuangan
Cetak dingin (kompresi = compression = cold
compression = pressing)
Dengan mesin cetak otomatis
MENCETAK DENGAN TANGAN
Merupakan cara yang paling sederhana dan mudah
Tidak menggunakan alatalat yang sulit dan mahal
Tidak perlu dibuat massa yang berlebihan
Hanya cocok untuk basis oleum cacao dan dalam
jumlah sedikit
Sukar dikerjakan di daerah panas
Suppo yang dihasilkan tidak sebaik suppo yang
dibuat dengan cara lain
Sebelum mencetak tangan dicelupkan dalam air es
Juka diperlukan penggunaan penabur hendaknya
dipakai sedikit amilum (licopodium/talk)
CARA MENCETAK DENGAN TANGAN:
Ditambah basis
Diaduk ad homogen
Melebur Mencampurkan
Mencampurkan
Melebur
basis bahan
bahan obat
obat
basis (diemulsikan/dispersi)
(diemulsikan/dispersi)
Merupakan metode yang paling
umum dipakai dalam Menuang
Menuang
pembuatan suppo baik dalam ke
ke dalam
dalam cetakan
cetakan
jumlah kecil maupun besar
Melepaskan
Melepaskan suppo
suppo Mendinginkan
Mendinginkan
dari
dari cetakan
cetakan suppo
suppo
Cetakan suppo dari
steinless
Metode cetak tuang
Cetakan
Suppositoria
Cetakan suppo dari plastik
Metode cetak tuang
Cetakan suppo dari karet
Metode cetak tuang
CETAK DINGIN
(KOMPRESI)
Keuntungan: Kerugian:
Pembuatan lebih mudah Adanya
Hasilnya lebih baik dan kemungkinan
seragam udara masuk
Tidak diperlukan pemanasan (sehingga
Kemungkinan terjadinya memungkinkan
endapan zat aktif yang tidak reaksi oksidasi)
larut dalam basis dapat
dihindari
• Cara ini tidak cocok untuk basis gelatingliserin
• Cari ini paling sesuai untuk obatobat yang termolabil
CARA CETAK DINGIN
(KOMPRESI)
Obat dicampur homogen Dimasukkan dalam
dengan basis Silinder mesin pencetak
Cetakan bisa diganti
roda
Silinder Massa ditekan
Dengan memutar roda
Papan yang bisa
dipasang/lepas
Diulangulang sehingga Papan penahan dilepas
Semua bahan tercetak Suppo diambil
MESIN CETAK SUPPO OTOMATIS
Proses pembuatan mulai dari penuangan,
pendinginan, dan pemindahan massa suppo
dikerjakan dengan mesin
Pengisian massa suppo ke dalam cetakan dan
pelepasan suppo dari cetakan termasuk
pembersihan cetakan dilakukan secara
otomatis
Mesin pencetak berputar bisa menghasilkan
suppo 3500 – 6000 suppo/jam
Mesin dengan pencetak baris lurus kapasitas
10.000 suppo/jam
Mesin cetak berputar
(rotary)
1
4
2
5
3
Mesin cetak suppo berputar :
1. Alat pengisi (hopper) 2. Tempat mengeluarkan suppo 3. Meja
pendingin berputar 4. Alat pengerok dan 5. Tempat masuk dan
keluarnya bahan pendingin.
CARA KERJA MESIN OTOMATIS:
Hopper diisi dengan
Pengisian ke cetakan
massa suppo
(telah diolesi lubrikan)
Dicampur homogen,
lewat filler
Diaduk dan panas ttt
Sirkulasi pendingin
Sesudah massa memadat Disesuaikan dg kecepatan
Kelebihan massa dipotong Putar meja
Dikumpulkan (dicetak lagi)
Suppo yg sudah jadi Cetakan ditutup & dibersihkan
Dikeluarkan dari meja cetak Dan proses pencetakan
Dg membuka cetakan Diulangulang
DENGAN MESIN CETAK
OTOMATIS:
Catatan:
Cetakan harus dijaga tetap bersih untuk
menghindari sisa massa suppo yang dapat
mengganggu penutupan
Penutupan yang tidak sempurna dapat
mengakhibatkan berat suppo berlebihan
Untuk pembersihan cetakan digunakan
semprotan udara dengan tekanan
Mesin cetak suppo berputar
Proses pengisian suppo kedalam cetakan pd
mesin cetak berputar
Mesin cetak suppo dengan pencetak baris lurus
Mesin pencetak suppo
CETAKAN SUPPOSITORIA
Logam terbuat dari: Plastik:
Kuningan Terbuat dari plastik
Aluminium Cocok untuk basis
Stainless steel gelatin gliserin
Hasilnya lebih
memuaskan dari pada
plastik
Catatan: setiap habis dipakai harus dibersihkan
dengan hatihati, tidak boleh dengan alat kasar/keras
goresan suppo sukar dilepaskan dari cetakan
KALIBRASI CETAKAN SUPPO
Kenapa harus dikalibrasi???
Perbedaan
basis & obat
yang dipakai
Perbedaan berat
suppo hasil
cetakan
Perlunya
kalibrasi
cetakan suppo
KALIBRASI CETAKAN SUPPO
Kalibrasi cetakan:
Dengan membuat suppo dengan basis yang akan
digunakan
Suppo dikeluarkan dari cetakan dan ditimbang
Berat rerata suppo dihitung
KALIBRASI CETAKAN SUPPO
Jika jumlah obat sedikit/kecil, sehingga tidak
mempengaruhi berat suppo yang dicoba
maka bisa diabaikan (misal: 30 mg/suppo)
Jika densitas obat sama densitas basis, maka
jumlah berat yang sama dikurangkan
dengan jumlah berat basis
Jika densitas obat tidak sama basis, maka
banyaknya basis yang digantikan tempatnya
harus diperhitungkan
Ini berlaku untuk pembuatan suppo dg
kompresi maupun peleburan
CONTOH:
R/ Acid tannic 0,200
Ol. Cacao qs
M.f. suppo dtd no v
Berapa ol. cacao yang diperlukan bila tiap suppo
beratnya 3 g?
Jika diketahui: densitas acid tannic 1,4 g/cc dan
densitas ol. cacao 0,86 g/cc
TABEL FAKTOR OLEUM CACAO DARI BEBERAPA OBAT
Acetosal : 1,1
Aminiphylin : 1,1
Acid salicyl : 1,3
Acid tannic : 1,6
Bismut subgalat : 2,9
Phenobarbital : 1,2
Keterangan:
Jika densitas obat yang dipakai tidak diketahui, maka perlu
ditentukan dalam percobaan
Demikian juga jika dipakai basis yang lain
Caranya:
Campuran obatbasis dimasukkan dalam cetakan, tambah lagi basis
secukupnya.
Timbang suppo yang terjadi dan selisih beratnya merupakan berat
baisi yang diperlukan
URUTAN YANG LEBIH JELAS SBB:
Menimbang obat untuk 1 (satu) suppo
Mencampur obat tersebut dangan sedikit basis
yang telah dilelehkan, kemudian masukkan ke
dalam cetakan
Tambahkan basis yang telah dilelehkan sampai
cetakan penuh.
Dinginkan sampai suppo memadat, keluarkan
suppo dari cetakkan dan timbang
Berat suppo dikurangi dengan berat obatnya
merupakan berat basis yang harus ditambahkan
DOSAGE REPLACEMENT FACTOR
(NILAI TUKAR)
Jumlah basis yang digantikan obat dalam suppo
dapat dihitung dengan menggunakan faktor
pengganti f = dosage replacement factor (nilai
tukar).
Nilai tukar adalah berat lemak coklat (oleum
cacao) yang mempunyai volume sama dengan
volume 1 (satu) gram obat.
Harga f dari beberapa obat terhadap ol.cacao
tercantum dalam tabel berikut.
HARGA F DARI BEBERAPA OBAT TERHADAP OL.CACAO
Obat f Obat f
Asam borat 0,67 Chloralhydrat 0,67
Phenobarbital 0,81 Quinin Hidroklorit 0,83
Balsam peruv. 0,83 Ichtyol 0,91
Bi. Subnitrat 0,33 Oleum ricini 1,0
Bi. Subgalat 0,37 Phenol 0,9
Camphore 1,49 SA 0,6
Cera alba/flava 1,0 Teofilin Na-acetat 0,6
Spermaceti 1,0 Zinc oxide 0,15-0,25
CONTOH 1:
R/ Phenobarbital 0,100
Ol.cacao qs
M.f. supp dtd no v
Berapa ol. Cacao yang diperlukan jika berat
suppo 3 g?
JAWABAN:
Untuk membuat 5 suppo maka jumlah phenobarbital
= 5 x 0,100 g = 0,5 g
Jumlah ol.cacao yang dipindahkan oleh 0,5 g
phenobarbital adalah = 0,5 x 0,81 = 0,405 g
Berat total (5) suppo = 5 x 3 g = 15 g
Jadi ol.cacao yang diperlukan adalah
= 15 – 0,405 g = 14,595 g
Catatan:
Pembuatan suppo harus dikerjakan dengan massa
yang berlebihan untuk mengantisipasi massa yang
hilang
CONTOH 2:
Buatlah 15 suppositoria yang mengandung
aminophyllin 0,5 gram.
Jika dikehendaki berat 1 suppo = 3 g & harga f
aminofilin 0,86.
Hitunglah jumlah ol.caco yang diperlukan!
Jawaban:
Berat total 15 suppo = 15 x 3 g = 45 g
Aminophyllin yang diperlukan = 0,5 g x 15 = 7,5 g
Nilai tukar aminophyllin = 7,5 x 0,86 = 6,45 g
Jadi tambahan lemak coklat yang diperlukan
sebanyak = 45 g – 6,45 g = 38,55 g.
TUGAS QUIS:
R/ Chloral hidrat 0,15
Ol.caco qs
M.f supp dtd no. X
Berapa ol. Cacao yang diperlukan jika berat
suppo 3 g?
Nilai tukar chloral hidrat (f) = 0,67
Pengemasan Suppo
KEMASAN SUPPOSITORIA
Suppo harus dikemas dengan rapat dan satu sama
lain tidak saling bersentuhan
Kemasan yang tidak baik bisa menyebabkan: cacat/
noda, pecah/deformasi karena pelelehan/sentuhan
Suppo biasanya dikemas dalam timah/aluminium/
plastik atau kertas strip
Pengemasan suppo dapat kerjakan dengan tangan
atau dengan mesin
Kebanyakan suppo tidak dikemas satupersatu,
namun dikemas dalam dos/plastik 612 suppo
Suppo yang mengandung zat higoskopis & zat
mudah menguap memerlukan kontainer/plastik.
Suppo gelatin glieserin memerlukan kemasan yang
disealed.
MESIN CETAK LANGSUNG DALAM
KEMASAN (INPACKAGE MOLDING)
Merupakan metode untuk mencetak suppo langsung
dalam bahan pembungkusnya.
Kapasitas 12.000 – 20.000 suppo per jam
Bahan pembungkus dapat berupa:
Plastik
aluminium foil
Polipropilen
Pernis meliminasi dua strip
Lembaran paralel yang sudah terbentuk
MESIN CETAK LANGSUNG DALAM KEMASAN
(INPACKAGE MOLDING)
Keuntungan: Kerugian:
Laju produksi tinggi Ketergantungan pada
Tidak perlu pengerokkan/ bentuk cetakan dan
pemotongan massa suppo kesempurnaan tutup/seal
Tidak terdapat penanganan untuk memperoleh bentuk
bulk dan penyimpanan suppo yang baik
suppo yang belum dibungkus
Pemeliharaan suhu yang
terkontrol
PENGEMASAN
(PACKAGING/VERPACKING)
Suppo gliseringelatin dikemas dalam wadah
gelas tertutup rapat
Suppo oleum cacao dikemas secara terpisah
pisah atau dipisahkan satu sama yg lainnya
pada celahcelah pada kotak.
Suppo pada umumnya dikemas dalam alufoil
(aluminium foil) dan juga bisa pakai stripping.
Macam-macam pengemas
Box
Stripping
Formulasi Sediaan Suppo
SUATU PENDEKATAN DALAM
FORMULASI SUPPOSITORIA
Pertama kali yang perlu diperhatikan:
Apakah pengobatan tersebut untuk tujuan lokal atau
sistemik???
Apakah suppositoria tersebut digunakan lewat rectal,
vaginal, atau uretral???
Efek apakah yang dikehendaki: cepat, lambat atau
diperpanjang (prolonged)???
SUPPO UNTUK EFEK SISTEMIK
Basis: Obat:
Macam basis Perlu diketahui
Ketersediaan di pasaran kelarutannya dalam air dan
pelarut lain
Obat dapat terdispersi
homogen & dapat Bila obat larut dalam air
melepaskan obatnya basis lemak dengan
kemampuan mendukung air
Kemampuan melepaskan
kecil
obat dari suppo dalam air
pada 3637oC Bila obat sangat larut dalam
lemak basis yang campur
Stabilitas pada suhu 4oC
atau larut dalam air dengan
dan suhu kamar setelah
penambahan surfaktan
dicampurkan
manaikkan kelarutannya.
SUPPO UNTUK EFEK SISTEMIK
Setelah parameterparameter di atas diteliti dan
dievaluasi, kemudian:
Uji toksisitas/iritasi pada hewan
Ketersediaan hayati obat pada hewan
Uji klinis pada manusia
Sebelum dilakukan uji pelepasan obat secara invitro,
suppo disimpan pada suhu kamar (25±3oC) selama
paling sedikit 48 jam (2 hari)
Terlebih dahulu harus dilakukan uji kekerasan/
ketahanan terhadap tekanan mekanik (fragilitas &
brittleness)
SUPPO UNTUK EFEK SISTEMIK
Isi cairan dalam rektum sedikit
Sehingga uji kecepatan pelarutan/pelepasan obat in
vitro yang menggunakan air dalam jumlah besar
dipandang hanya sebagai:
Petunjuk formulasi setelah formula
diproduksi
Dipakai sebagai prosedur kontrol kualitas
Dalam beberapa hal ada korelasi antara in vitro–in
vivo kecepatan pelepasan (release rate)
SUPPO UNTUK EFEK LOKAL
Obat
Basis
Umumnya tidak dapat diabsorbsi, misalnya
Tidak dapat diabsorbsi
untuk :
Melelehnya lambat
Haemorroid (wasir)
Melepaskan obat juga lambat (berlawanan
Lokal anaestetik
dengan untuk efek sistemik)
Antiseptik
Efek lokal pada umumnya berlangsung 0,5
jam – 4 jam
MASALAHMASALAH SPESIFIK DALAM
FORMULASI SUPPOSITORIA
a. Air dalam suppo g. Penyusutan volume
b. Higroskopisitas h. Penambahan zat
c. Ketidakcampurkan pelumas (lubricant)
(incompatibilitas) i. Faktor pengganti dosis
d. Viskositas (viscosity) j. Pengawasan bobot dan
e. Kerapuhan volume
(fragilitas/brittlenes k. Ketengikan (rancidity)
s) dan antioxidant
f. Kerapatan (density)
A. AIR DALAM SUPPO
Penggunaan air sebagai pelarut supaya dibatasi,
karena:
Air dapat mempercepat oksidasi lemak
Jika air menguap, zatzat yang terlarut
kristal keluar
Kecuali: Bila air berada dalam jumlah banyak
(>50%) dapat meningkatkan absorbsi obat
(dampak positif).
Mempercepat reaksi antar bahan
Sebagai media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri dan fungi (prn ditambah preservatif,
metil/propil paraben).
B. HIGROSKOPISITAS
Umumnya terjadi pada basis gelatingliserin dan basis PEG
Pada basis gelatin gliserin:
Tergantung kelembaban dan temperatur
Iklim kering air menguap
Iklim kelembaban tinggi menyerap air
Pada basis PEG, kecepatan menarik air tergantung:
Kelembaban udara
Temperatur
Panjang rantai molekul, semakin tinggi BM
maka higroskopitasnya semakin menurun,
dengan penurunan bermakna auntuk seri
4000 & 6000.
C. KETIDAKTERCAMPURKAN
(INCOMPATIBILITAS)
Basis PEG incompatibel dengan: garam perak,
aspirin, aminopirin, ichtamol, benzokain, iodoklor
hidroksi quinolin, asam tanat, sulfonamid, kinin, dll.
Zatzat seperti: Nabarbital, asam salisilat, dan
champor, jika dicampur dg PEG cenderung kristal
keluar
Jika kadar asam salisilat tinggi akan menurunkan
titik lebur PEG suppo meleleh
Pinisilin G dalam basis PEG terurai, maka baik
menggunakan basis oleum cacao (stabil)
D. VISKOSITAS
Viskositas oleum cacao lebih rendah dari gelatin
gliserin maupun PEG
Jika viscositas sangat rendah obat yang tak larut
akan mengendap kadar obat tidak uniform
Cara penanggulangan masalahmasalah dari
basis yang mempunyai viskositas rendah :
Pemanasan ol.cacao serendah mungkin
Gunakan basis dengan kisaran lebur lebih sempit
yang mendekati temperatur tubuh
Penambahan ± 2% aluminium monostearat
Penambahan: setil, stearil, miristil alkohol, atau asam
stearat dapat memperbaiki kondisi suppo.
E. KERAPUHAN
(FRAGILITAS/BRITTLENESS)
Suppo dg basis ol.cacao biasanya tidak rapuh & elastis.
Basa–basa lemak sintetis dg derajat hidrogenasi yang
tinggi & kandungan stearat tinggi, dg kandungan
padatan tinggi pada suhu kamar biasanya lebih
rapuh.
Keretakan tersebut seringkali karena pendinginan
yang tibatiba dalam suatu cetakan yang sangat dingin
Suppo yang rapuh, menyulitkan dalam: pembuatan,
pengemasan & pemakaian
Pengatasannya dengan jalan:
Perbedaan suhu basis yang meleleh dg cetakan sekecil mungkin
Penambahan sedikit: tween 80, 85, monogliserida asam lemak,
minyak jarak, gliserin, atau propilen glikol.
F. KERAPATAN (DENSITY)
Kerapatan basis harus diketahui untuk
menghitung jumlah obat setiap suppo.
Volume cetakan sudah tertentu, shg berat suppo
tergantung kerapatan massa (obat + basis).
Jika terjadi kontraksi (penyusutan volume) dalam
cetakan selama pendinginan, maka penambahan
pengganti harus dilakukan untuk mendapatkan
berat suppo yang diinginkan.
Contoh perhitungan sudah dijelaskan pada bab
dahulu (lihat catatan tentang nilai tukar & f)
G. PENYUSUTAN VOLUME (VOLUME KONTRAKSI)
Adanya volume kontraksi maka:
Menguntungkan:
Membantu suppo lepas dari cetakan
Mengurangi/tidak perlu zat pelumas/lubricant.
Merugikan karena:
Terjadinya lubang pada ujung yang terbuka dari
cetakan tsb.
Bobot suppo jadi lebih kecil (berkurang)
Penampilan suppo tidak sempurna
Dapat diantisipasi dg: Menuangkan massa suppo sedikit
diatas suhu beku ke dalam cetakan yang dihangatkan dg suhu
yang hampir sama dg massa yang dituang. Cetakan didisi
berlebih kelebihan dipotong.
H. PELUMAS/LUBRIKAN
Suppo basis PEG mempunyai volume penyusutan
tinggi sehingga tidak perlu pelumas
Oleum cacao melengket pada cetakan suppo
karena volume penyusutannya rendah, maka
perlu penambahan zat pelumas.
Zat pelumas yang bisa digunakan misal:
Minyak mineral
Natrium lauril sulfat
Silicon
Alkohol
Tinctur sabun hijau
Dilapisi dgn politetrafluoro etilen (Teflon), dll .
I. FAKTOR PENGGANTI DOSIS (NILAI
TUKAR)
Sudah dibahas pada nilai tukar
J. PENGAWASAN BOBOT DAN VOLUME
Jumlah bahan aktif dalam suppo tergantung pada:
Konsentrasi dalam massa
Volume ruang cetakan
BJ (basis
Variasi volume antar cetakan:
Tidak lebih dari 2%
Variasi bobot antar suppo:
Tidak lebih dari ± 5% (Farmakope Jerman dan
Rusia)
Penyimpangan diizinkan ± 10% dan tidak boleh
lebih dari ± 20 % (Farmakope Nordica)
K. KETENGIKAN DAN ANTIOXIDANT
Ketengikan disebabkan oleh autooksidasi dan
penguraian berturutturut dari lemak tak jenuh
menjadi aldehid jenuh dan tak jenuh dengan BM
rendah/medium
Kandungan asam lemak jenuh dalam basis
semakin rendah maka semakin besar daya tahan
basis tsb terhadap ketengikan.
Ingat angka IOD…..???
Angka ini menyatakan banyaknya gram iod yang
bereaksi dengan 100 g lemak atau bahan lain yang
tidak jenuh. Semakin tinggi semakin tengik
MACAM–MACAM ANTIOKSIDAN
(OXIDANT)
Senyawa Fenol: m Asam tanat
atau p difenol Butil hidroksi anisol
Propil galat (BHA)
Tanin Butil hidroksi toluen
Asam askorbat (BHT)
(Vitamin C) Hidroquinolin, dll.
Tokoferol (vit E) Sesamol dalam oleum
Naftol sesami
KONTROL KUALITAS SUPPO
Physical analysis: Chemical testing:
Visual evaluation Analitycal testing
(penampilan) Disolution testing
Melting point (titik
lebur)
Liquifaction time
(waktu lebur/
pelunaan)
Mechanical strength
Melting and
solidifications
VISUAL EVALUATION
(PENAMPILAN)
Surface appearance and color can be verified visually
to assess:
Absence of fissuring (tiadanya celah/retak)
Absence of pitting (tiadanya lubang)
Absence of fat blooming (tiadanya pemekaran lemak)
Absence of exudation (tiadanya keluarnya cairan)
Absence of migration of the active ingredients
The test to verify the homogeneity of the active
ingredients within the mass.
PENAMPILAN SUPPO
Cara uji : Suppo dibelah memanjang
Penyebab penampilan yang jelek:
Adanya udara yang terjerat karena
penuangan suppo yang terlalu kental
Peberian pelicin yang berlebihan, sedang
suppo tidak mengalami kontraksi volume
Adanya lubang di ujung terbuka, kerena
suppo kontraksi volume pengisian
dingin
Rapuh basis tidak elastis
Pencampuran yang tidak homogen
Visual evaluation: Perhatikan warna,
bentuk, permukaannya!!!
MECHANICAL STRENGTH
Tujuan :
Untuk mengukur
karapuhan/kegetasan/mudah patah dari
suppo shg dapat dipakai untuk menjamin
bahwa suppo tersebut dapat dikemas dan
dikirimkan tanpa/dengan kerusakan yang
minimal.
Nama lain : uji kekerasan, kerengasan,
kerapuhan, atau kehancuran suppo
Menggunakan alat hardness tester
The mechanical strength should in no case be less
than 1.8 to 2 kg.
Thermometer
Hardness tester
Chamber
Sirkulator
Tempat suppo
Bandul pemberat
@200 g
CARA KERJA HARDNESS TESTER:
Siapkan suppositoria yang akan ditetapkan
waktu hancurnya
Hubungkan semua sistem sirkulasi air pada
alat tersebut
Alirkan air 25oC sehingga ruang (chamber)
untuk suppositoria mempunyai suhu 25oC
Letakkan suppositoria pada tempat
pemeriksaan (jangan dibebani apapun) dan
biarkan beberapa waktu hingga suppositoria
mencapai temperatur ruang
Siapkan pencatat waktu (stopwatch). Mulailah
memberi beban (600 g) suppositoria dan pada
saat yang sama jalankan pencatat waktu.
CARA KERJA HARDNESS TESTER:
Tambahkan beban 200 g tiap interval 1 menit selama
suppositoria belum hancur.
Hentikan pencatat waktu bila suppositoria sudah
hancur (beban telah sampai pada batas yang
ditentukan)
Lakukan percobaan tersebut untuk masingmasing
suppositoria sebanyak minimal 2 kali.
Catatlah berapa waktu dan beban yang diperlukan
sehingga masingmasing suppositoria tersebut hancur
Pembacaan beban sbb.:
Antara 0 – 20 detik : beban tambahan dianggap tidak ada
Antara 21 – 40 detik: beban tambahan dihitung setengahnya
Antara 41 – 60 detik: beban tambahan dihitung penuh
Tetapkan pengaruh formulasi terhadap waktu hancur
suppositoria
MELTING POINT (UJI KISARAN
LELEH/LEBUR)
Uji kisaran meleleh makro: merupakan suatu
ukuran waktu yang diperlukan suppo untuk
meleleh sempurna dalam penangas air pada
temperatur tetap (370C)
Uji kisaran meleleh mikro: adalah kisaran
leleh yang diukur dalam pipa kapiler hanya
untuk basis brlemak
Tujuan uji ini:
Untuk mengecek karateristik fisik dan
karakteristik absorpsi dari suppo.
Uji ini sering digunakan sebagai indikator
ketersediaan obat di dalam rektum
Alat uji kisaran leleh/lebur
LIQUEFACTION TIME (WAKTU
MELUNAK/PENCAIRAN)
Suatu modifikasi dari metode yang
dikembangkan oleh Krowczynski’s
Pengujian bisa dilakukan pada rentang suhu
antara 35,5oC – 37oC.
Uji ini dimaksudkan untuk mengukur/
memperkirakan waktu suppo melunak/mencair
pada suhu tubuh (in vivo)
A rule of thumb is that liquefaction time should
be no longer than 30 minutes.
Liquefaction time aparatus
CARA KERJA LIQUEFACTION TIME
Siapkan suppositoria yang akan ditetapkan
waktu lelehnya
Hubungkan semua sistem sirkulasi air pada
alat tersebut
Alirkan air pada 37oC
Masukkan suppositoria yang akan
ditentukan waktu lelehnya dalam bagian
spiral dari alat tersebut.
Aturlah batang kaca hingga tepat
menyentuh suppositoria
CARA KERJA LIQUEFACTION TIME
Masukkan bagian alat tersebut ke dalam
tabung untuk air mengalir sedemikian
rupa sehingga skala nol sejajar dengan
permukaan air di luarnya.
Pada waktu air menyentuh suppositoria,
mulailah menjalankan pencatat waktu.
Pencatatan waktu dihentikan bila tidak
lagi terlihat bagian suppositoria yang
berada pada spiral kaca tersebut (fraksi
suppositoria hilang dari spiral kaca).
Tetapkan pengaruh formulasi terhadap
waktu leleh suppositoria.
HOMOGENITAS CAMPURAN SUPPO
Dilihat secara visual dengan cara dibelah
memanjang
Analisis secara kimia:
Kandungan obat harus seragam untuk
setiap suppo
Pengecilan ukuran partikel obat yang
tesuspensi akan menjamin keseragaman
kandungan obat dan mengurangi
pengendapan selama akan penuangan
dan pendinginan
KANDUNGAN OBAT DAN VARIASI
BERAT
Formulator harus menghitung jumlah
yang tepat untuk masingmasing suppo
Jumlah obat tergantung densitas relatif
dari basis dan obat.
Adanya volume kontraksi pada
pendinginan lebih kompleks
persoalannya.
Jumlah obat yang tepat sering ditentukan
melalui percobaan dengan membuat suppo
Gunakan perhitungan dosage replacement
factor (f)
KANDUNGAN OBAT DAN VARIASI
BERAT
Kandungan obat akan tergantung pada berat
suppo yang dipengaruhi oleh:
Volume cetakan
Variasi volume cetakan
Variasi yang ditimbulkan selama proses pebuatan
seperti: pemotongan, penutupan cetakan yang
tidak sempurna, adanya gelembung udara, dll.
ANALYTICAL TESTING
There are generally four steps involved in the analysis
of active ingredients in unit dose formulations.
There are as follows :
Preparation of uniform composite
Extraction of the drug from the excipients
Separation of the excipient from the mixture
Analysis that selectively quantities the active component
DISSOLUTION TESTING (UJI
DISOLUSI)
Preparasi uji disolusi suppo hampir sama
dengan uji disolusi untuk sediaan yang
lain (tablet)
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui
kecepatan dan jumlah pelepasan zat aktif
dari sediaan suppo.
Namun, pada uji pelepasan suppo secara
in vitro ini ada beberapa kesulitan,
karena aanya pelelehan, perubahan
bentuk dan dispersi dari suppo.
METHODS OF DISSOLUTION
TESTING:
Basket method (metode keranjang)
Paddle method (metode dayung)
Beaker method (metode beker)
Membrane diffusion method (metode difusi
membran)
Dialysis method (metode dialisis)
Continues flow method (metode aliran
kontinyu)
Determination of
disolution test
model USP
XXXIII with
paddle
FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KECEPATAN DISOLUSI:
Faktor teknologi dan formulasi:
Metode fabrikasi
Perbedaan eksipien (filler, binder, disintegrant,
lubricants, dll)
Faktor yang berhubungan dengan sifat fisiko
kimia obat maupun basis:
Kelarutan (solubility),
Ukuran partikel,
Bentuk kristal, dll.
Kondisi percobaan:
Alat disolusi, suhu percobaan, kecepatan
pengadukan dan komposisi medium disolusi
METODE PENGUNGKAPAN HASIL:
Secara umum adalah menghitung jumlah dan
kecepatan pelepasan obat dari suppo
Metode klasik:
T20, T50, T90, C20, C30, Qt, dll.
Metode khan:
Konsep “Dissolution Efficiency” =
DE
PENYIMPANAN SEDIAAN SUPPO
Suppo harus terlindung dari panas, sehingga
lebih baik disimpan di almari pendingin
(refrigerator)
Suppo basis PEG dan suppo yang dikemas
dengan baik cenderung tahan terhadap
temperatur sedikit di atas suhu tubuh
Suppo basis gelatingliserin harus terlindung
dari panas, lembab, dan udara kering. Sehingga
harus dikemas dalam wadah yang tertutup baik
dan ditempatkan ditempat dingin
STABILITAS SEDIAAN SUPPO
Suppo (zat aktif & basis serta adjuvant)
harus stabil secara kimia dan fisika pada
temperatur kamar (25oC) dan dingin (4oC)
Pengkajian stabilitas suppo dilakukan
pada kedua suhu tersebut
Suppo dengan basis oleum cacao dalam
penyimpanan terkadang menjadi “bloom”
yaitu terbentuknya serbuk putih yang
melekat pada permukaannya.
Suppo dengan basis oleum cacao dalam
penyimpanan terkadang terbukti bisa
menjadi lebih keras.
CONTOH FORMULA
Di jurnal yang sudah di selesaikan