OLEH:
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Penulis
Kemasan adalah wadah, tutup dan selubung sebelah luar. Kemasan dapat
mempengaruhi stabilitas dan mutu produk akhir. Untuk menjamin stabilitas dari
produk ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bahan kemas primer karena
kontak langsung dengan produk baik cair, padat, semi padat. Bahan kemas primer
adalah bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas-produk
antara lain: strip/ blister, botol, ampul, vial, plastik dan lain-lain. Bahan kemas
sekunder adalah pembungkus selanjutnya, biasanya dikenal dengan inner box.
Bahan kemasan primer adalah pembungkus setelah sekunder biasanya berupa
outer box. Untuk menjamin stabilitas produk, harus ditetapkan syarat yang sangat
tegas terhadap bahan kemas primer, yang seringkali menyatu dengan seluruh
bahan yang diisikan baik berupa cairan dan semi padatan. Bahan kemas sekunder
pada umumnya tidak berpengaruh terhadap stabilitas (Kurniawan, 2012).
Pengemas diartikan sebagai wadah, tutup, dan selubung sebelah luar, artinya
keseluruhan bahan kemas, dengannya obat ditransportasikan dan/atau disimpan.
Kemasanadalah penyatuan dari bahan yang dikemas (bahan yang diisikan) dan
pengemas. Bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas,
dinyatakan sebagai bahan kemas primer, sebaliknya pembungkus selanjutnya
seperti kotak terlipat, karton dan sebagainya dinamakan bahan kemas sekunder.
1. Wadah dosis tunggal, adalah suatu wadah yang kedap udara yang
mempertahankan jumlah obat steril yang dimaksudkan untuk pemberian
parenteral sebagai dosis tunggal dan yang bila dibuka tidak dapat ditutup rapat
kembali yang dengan jaminan tetap steril. Contoh: ampul.
2. Wadah dosis ganda, adalah wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan
isinya perbagian berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kaulitas atau
kemurnian bagian yang tertinggal. Contoh vial atau botol serum
Dalam industri farmasi, kemasan yang terpilih harus cukup melindungi
kelengkapan suatu produk. Karenanya seleksi kemasan dimulai dengan penetuan
sifat-sifat fisika dan kimia dari produk itu, keperluan melindunginya, dan tuntutan
pemasarannya. Secara umum, hal-hal penting yang harus diperhatikan dari wadah
adalah:
1. Harus cukup kuat untuk menjaga isi wadah dari kerusakan
2. Bahan yang digunakan untuk membuat wadah tidak bereaksi dengan isi wadah
3. Penutup wadah harus bisa mencegah isi:
· Kehilangan yang tidak diinginkan dari kandungan isi wadah
· Kontaminasi produk oleh kotoran yang masuk seperti mikroorganisme atau uap
yang akan mempengaruhi penampilan dan bau produk.
4. Untuk sediaan jenis tertentu harus dapat melindungi isi wadah dari cahaya
5. Bahan aktif atau komponen obat lainnya tidak boleh diadsorpsi oleh bahan
pembuat wadah dan penutupnya, wadah dan penutup harus mencegah terjadinya
difusi melalui dinding wadah serta wadah tidak boleh melepaskan partikel asing
ke dalam isi wadah
6. Menunjukkan penampilan sediaan farmasi yang menarik
Berdasarkan pertimbangan tentang kondisi penutupan dalam Farmakope
Indonesia, penyimpan obat dikelompokkan :
1. Wadah tertutup baik, yaitu wadah yang dapat melindungi isinya dari zat padat
dari luar dan dari hilangnya obat pada kondisi pengangkutan, pengapalan,
penyimpanan dan distribusi yang lazim.
2. Wadah tertutup baik terlindung dari cahaya
3. Wadah tertutup rapat, yaitu wadah yang dapat melindungi isinya dari kontaminasi
cairan-cairan, zat padat atau uap dari luar, dari hilangnya obat tersebut, dan dari
pengembangan, pencairan, atau penguapan pada kondisi pengangkutan,
pengapalan, penyimpanan, dan distribusi yang lazim. Suatu wadah tertutup rapat
ditutup kembali sehingga kemampuan yang sama seperti sebelum dibuka.
4. Wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya
Bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas,
dinyatakan dengan bahan kemas primer, sebaliknya pembungkus selanjutnya,
seperti kotak terlipat, karton dan sebagainya dinamakan sebagai bahan kemas
sekunder. Untuk menjamin stabilitas produk, harus ditetapkan syarat yang sangat
tegas terhadap bahan kemas primer, yang seringkali menyatu dengan seluruh
bahan yang diisikan baik berupa cairan dan semi padatan. Bahan kemas sekunder
pada umumnya tidak berpengaruh terhadap stabilitas.
2.2 Kemasan primer
2.2.1 Kemasan gelas
Gelas umumnya digunakan untuk kemasan dalam farmasi, karena
memiliki mutu perlindungan yang unggul, ekonomis, dan wadah tersedia dalam
berbagai ukuran dan bentuk. Gelas pada dasarnya bersifat inert secara kimiawi,
tidak permeable, kuat, keras dan disetujui FDA. Gelas tidak menurun mutunya
pada penyimpanan, dan dengan sistem penutupan seperlunya dapat menjadi
penghalang yang sangat baik terhadap hampir setiap unsur, kecuali sinar. Gelas
berwarna dapat memberi pelindungan terhadap cahaya bila diperlukan.
Kekurangan utama dari gelas sebagai kemasan adalah karena mudah pecah dan
berat.
a. Komposisi gelas
Gelas terutama tersusun dari pasir (silica yang hampir murni), soda abu
(natrium karbonat), batu kapur (kalsium karbonat), dan cullet (pecahan gelas yang
dicampur dengan batch pembuatan dan berfungsi sebagai bahan penyatu untuk
seluruh campuran). Kation yang paling umum didapatkan dalam bahan gelas
farmasi adalah silicon, alumunium, boron, natrium, kalium, kalsium, magnesium,
zink, dan barium. Satu-satunya anion yang penting adalah oksigen. Boron oksida
ditambahkan untuk membantu proses pencairan. Timah dalam jumlah kecil
membuat gelas jernih dan berkilau. Alumina (Alumunium oksida) sering
digunakan menambah kekerasan dan keawetan serta menambah ketahanan
terhadap reaksi kimia.
b. Tipe Gelas
Gelas yang digunakan untuk kemasan dalam mengemas sediaan farmasi
digolongkan menjadi empat kategori tergantung pada bahan kimia dari gelas
tersebut dan kemampuannya untuk mencegah peruraian, yaitu
1. Tipe I – borosilicate glass (gelas borosilikat dengan daya tahan tinggi)
Pada proses pembuatan sebagian besar alkali dan kation tanah diganti oleh boron
dan atau alumunium serta zink. Mempunyai daya tahan kimiawi yang sangat baik
sehingga tidak mempengaruhi preparat parenteral yang sangat peka, lebih baik
daripada gelas natrium karbonat. Umumnya digunakan untuk sediaan parenteral.
2. Tipe II – treated soda lime glass (gelas soda kapur yang diproses)
Adalah gelas soda kapur silikat yang sudah mengalami pengerjaan permukaan
pada bagian yang berhubungan dengan isinya dan mempengaruhi preparat farmasi
yang dikemas. Umumnya digunakan untuk sediaan parenteral bersifat asam dan
netral
3. Tipe III – regular soda lime glass (gelas soda kapur biasa)
Adalah gelas soda kapur silikat yang mempunyai daya tahan kimiawi yang cukup
sehingga tidak mempengaruhi preparat farmasi yang dikemas. Biasanya tidak
digunakan untuk sediaan parenteral, kecuali jika data uji stabilitas yang sesuai
menunjukkan bahwa kaca Tipe III memenuhi untuk sediaan parenteral yang
dikemas di dalamnya.
4. Tipe NP – general purpose soda lime glass (gelas soda kapur untuk
penggunaan umum) Adalah gelas soda kapur silikat yang digunakan untuk produk
non parenteral yang dimaksud untuk pemakaian penggunaan oral dan topical.
Wadah yang biasa menggunakan gelas adalah botol, pot, vial, dan ampuls.
Kemasan gelas dibuat dari tiga tipe gelas, yaitu gelas netral (Tipe I) bersifat
kurang alkali dan lebih banyak aluminium, gelas surface treated/borosilikat (Tipe
II) bersifat kurang alkali dan lebih banyak aluminium, sangat baik dan harganya
sangat mahal, dan gelas soda / alkali (Tipe III) digunakan untuk bahan padat
kering dan cairan bukan air.
Untuk sediaan dengan berat di atas 2 g, biasa digunakan pot dari gelas.
Gelas melindungi dengan baik dan cocok dengan banyak produk. Untuk produk
yang dipengaruhi oleh cahaya, seperti salep yang mengandung fenol aktif atau
garam merkuri, gelas yang berwarna kuning - sawo matang (coklat) sering
digunakan untuk mencegah perubahan warna dari zat aktif. Tutup harus dapat
mencegah sediaan menjadi kering atau penguapan air dan zat aktif yang mudah
menguap.
Kelebihan menggunakan gelas antara lain, inert, kedap udara, dibuat dari
bahan yang relatif murah, tidak mudah terbakar, bentuknya tetap, mudah diisi,
mudah ditutup, dapat dikemas menggunakan packaging line, mudah disterilisasi,
mudah dibersihkan dan dapat digunakan kembali.
Kekurangan gelas sebagai wadah untuk menyimpan sediaan semisolid
dibandingkan dengan logam dan plastik adalah lebih rapuh (mudah pecah) dan
lebih berat untuk pengiriman. Kemasan untuk konsumen yang terbuat dari gelas
bukan merupakan wadah yang paling tidak higienis karena wadah akan sering
dibuka berulang – ulang oleh konsumen, dimana tangannya tidak selalu bersih.
Uji pada wadah gelas
1. Uji Transmisi cahaya
Alat:
Spektrofotometer dengan kepekaan dan ketelitian yang sesuai untuk
pengukuran jumlah cahaya yang ditransmisi oleh wadah sediaan farmasi yang
terbuat dari bahan gelas.
Penyiapan contoh:
Potong wadah kaca dengan gergaji melingkar yang dipasang dengan roda
abrasif basah, seperti suatu roda berlian.Wadah dari kaca tiup dipilih bagian yang
mewakili ketebalan rata-rata dinding dan potong secukupnya hingga dapat sesuai
untuk dipasang dalam spektrofotometer.Wadah gelas tadi dicuci dan dikeringkan
dengan hati-hati untuk menghindari adanya goresan pada permukaan.Gelas
contoh kemudian dibersihkan dengan kertas lensa dan dipasang pegangan contoh
dengan bantuan paku lilin.
Prosedur:
Potongan diletakkan dalam spektrofotometer denagn sumbu silindris
sejajar terhadap bidang celah dan lebih kurang di tengah celah.Jika diletakkan
dengan benar, sorotan cahaya normal terhadap permukaan potongan dan
kehilangan pantulan cahaya minimum.Ukur tranmitans potongan dibandingkan
dengan udara pada daerah spektrum yang diinginkan terus-menerus dengan alat
perekam atau pada interval lebih kurang 20 nm dengan alat manual pada daerah
panjang gelombang 290 nm—450nm.
Batas:
Transmisi cahaya yang diukur tidak melewati batas yang tertera pada tabel
1, untuk wadah sediaan parenterral.Transmisi cahaya wadah kaca atau gelas tipe
NP untuk sediaan oral atau topikal tidak lebih dari 10% pada setiap panjang
gelombang dalam rentang 290nm—450nm.
1 50 25
2 45 20
5 40 15
10 35 13
20 30 12
50 15 10
Catatan setiap wadah dengan ukuran antara seperti yang tertera pada tabel di atas
menunjukkan transmisi tidak lebih dari wadah ukuran lebih besar seperti yang
terterapada tabel.Untuk wadah lebih dari 50 ml, gunakan batas untuk 50 ml.
Prosedur :
Bahan uji ditambahkan 5 tetes indikator dn memerlukan tidak lebih dari 0,020ml
natrium hidroksida 0,020 N LV untuk mengubah warna indikator dan ini terjadi
pada pH 5,6.
Penyiapan contoh:
Pilih secara acak 3 atau lebih wadah bilas 2 kali dengan air kemurnian
tinggi.
Prosedur :
Isi setiap wadah dengan air kemurnian tinggi hingga 90% dari kapasitas
penuh dan lakukan prosedur seperti yang tertera pada uji serbuk kaca mulai
dengan “Tutup semua labu…..”, kecuali waktu pemansan dengan otoklaf 60 menit
bukan 30 menit dan diakhiri dengan “untuk mencegah terjadinya hampa udara”.
Kosongkan isi dari 1 atau lebih wadah ke dalam gelas ukur 100 ml. Jika wadah
lebih kecil, gabungkan isi dari beberapa wadah untuk memperoleh voluyme 100
ml. Masukkan kumpulan contoh dalam labu erlenmeyer 250 ml terbuat dari kaca
tahan bahan kimia, tambahkan 5 tetes larutan metil merah, titrasi dalam keadaan
hangat dengan asam sulfat 0,020N LV. Selesaikan titrasi dalam waktu 60 menit
setelah otoklaf dibuka. Catat volume asam sulfat 0,020 N yang digunakan ,
lakukan titrasi blanko dengan 100 ml air kemurnian tinggi pada suhu yang sama
dan dengan jumlah indikator yang sama. Volume tidak lebih dari yang tertera
pada tabel tipe kaca dan batas uji untuk tipe kaca yang diuji.
5. Uji Arsen
Arsen tidak lebih dari 0,1 bpj;gunakan sebagai larutam uji 35 ml air dari 1
wadah kaca tipe I, atau jika wadah lebih kecil , 35 ml dari kumpulan isi dari
beberapa wadah kaca tipe I, yang disiapkan sesuai prosedur seperti yang tertera
pada ketahanan terhadap Air pada suhu 121.
b) Tutup univial
Zat aktif yang tidak stabil dalam bentuk larutan berada dalam bentuk
kering sampai pada saat akan digunakan. Serbuk zat aktif berada pada bagian
bawah vial sedangkan diluen steril berada pada bagian atas. Dua bagian vial ini
dibatasi oleh karet, yang akan bergeser akibat adanya tekanan hidrostatik dari
tekanan yang diberikan pada tutup univial. Saat karet tergeser, akan terjadi proses
pencampuran dan disolusi dari serbuk zat aktif pada kompartemen bagian bawah.
d. Jenis Elastik
1. Karet alam
Komposisi karet alam umumnya tidak seragam. Karet mentah terdiri dari
hidrokarbon 93,3-93,6 %. Seluruh jenis karet alam merupakan polisopren dengan
rumus kimia(C5H8)n dengan konfigurasi cis- 1,4 yang jumlahnya nyaris 100% dan
memiliki berat molekul antara 300.000 dan 700.000
Karet mentah diperoleh dari lateks ( getah) Hevea brasiliensis dan
Euphorbiaceae lainnya. Tumbuhan penghasil penghasil karet juga termasuk famili
Apocyaceae, Moraceae dan Compositae.
2. Produk perubahan dari karet alam
a. Karet Klor
Karet klor diperoleh melalui pengklorinasian karet mentah dalam karbon
tetraklorida pada suhu 80o-110oC. Kandungan klor berjumlah sampai 65 % pada
suhu di atas 80 0C terjadi penguraian( pemisahan HCl). Keuntungannya terletak
pada kekerasanny, tidak mudah terbakar dan memiliki kemantapan yang lebih
baik dalam alkali dan asam
b. Karet siklo
Produk siklinisasi terbentuk melalui pemanasan karet mentah dengan asam
sulfonilat atau sulfoklorida. Karet siklo stabil terhadap lemak, asam encer, dan
alkali, akan tetapi rusak oleh hodrokarbon alifatik dan aromatik. Digunakan untuk
membuat salutan pada material wadah.
c.Karet sintetis
Karet sintetis memiliki kemiripan dengan karet alam dalam bangun
kimianya atau sifat fisika kimianya. Karet jenis ini juga digunakan dalam
campuran dengan karet alam.
3. Vacuum
Vacuum merupaka uji yang dapat digunakan untuk beberapa jenis aplikasi
wadah, termasuk wadah makanan, alat kedokteran, dan wadah farmasi.
Keuntungan utama dari metode jenis ini adalah dapat dilakukan pada wadah yang
akan diuji langsung tanpa terknotaminasi oleh panambahan zat kimia tau gas dan
biasanya tidak terjadi kerusakan fisika. Prinsip dati tehnik ini adalah
memindahkan wadah kedalam kotak uji yang tertutup rapat, keluarkan tekanan
atau vacuum kedalam kotak , kemudian ukur kecepatan dari perubahan vacuum
pada kotak terhadap waktu. Kecepatan atua penambahan perubahan dibandingkan
dengan control yang tidak bocor. Perbuhan besar yang berarti untuk uji wadah
adalah indikasi dari kebocoran.
4. Pengamatan Visual
Merupakan inspeksi terhada o kebocoran yang paling mudah diantara cara
yang lain tetapi sensitifitasnya paling kecil dianata cara yang lain. Inspeksi ini
merupakan metode kualitatif yang digunakan untuk mendeteksi kebocoran yang
besar. Cara ini dapat ditingkatkan dengan menggunakan pencahayaan khusus dan
latar background.
PENUTUP