Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN STERIL

“BAHAN PENGEMAS SEDIAAN STERIL”

OLEH:

1. DEBBY FITRIA RAMADHANI 1701011186


2. FHONNA DLIYAUL AWLIYA 1701011244
3. PRATIWI JULIANTI 1701011430
4. RAJU SINULINGGA 1701011134
5. SONYA RIZKIKA SANJAYA 1701011266
KELAS 3 FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiarat Allah Swt yang telah


menganugrahkah kepada kami anugrah berupa kenikmatan dan kesehatan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami denagan sebaik – baiknya.
Dalam makalah ini kami akan BAHAN PENGEMAS SEDIAN STERIL,
semoga apa yang ada dalam makalah ini dapat memberi manfaat kepada para
pembaca.
Di akhir kata Sebagai insan kami tak luput dari kekhilafan, kekurangan dalam
penyusunan makalah kami, maka kami memon maaf yang sebesar-besarnya dan
kami mengharapan pula adanya kritik dan saran dari para pembaca sekalian

Penulis

Medan, 18 Desember 2018


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang

Kemasan adalah wadah, tutup dan selubung sebelah luar. Kemasan dapat
mempengaruhi stabilitas dan mutu produk akhir. Untuk menjamin stabilitas dari
produk ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bahan kemas primer karena
kontak langsung dengan produk baik cair, padat, semi padat. Bahan kemas primer
adalah bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas-produk
antara lain: strip/ blister, botol, ampul, vial, plastik dan lain-lain. Bahan kemas
sekunder adalah pembungkus selanjutnya, biasanya dikenal dengan inner box.
Bahan kemasan primer adalah pembungkus setelah sekunder biasanya berupa
outer box. Untuk menjamin stabilitas produk, harus ditetapkan syarat yang sangat
tegas terhadap bahan kemas primer, yang seringkali menyatu dengan seluruh
bahan yang diisikan baik berupa cairan dan semi padatan. Bahan kemas sekunder
pada umumnya tidak berpengaruh terhadap stabilitas (Kurniawan, 2012).

Material yang digunakan memiliki sifat yang berbeda. Contohnya gelas,


porselen, logam, produk selulosa (kertas, lem, gelas sel). Jenis gom, gabus, bahan
sintetis dan lain-lain. Sebagai jenis pengemas khusus adalah kemasan pengaman
bagi anak-anak. Jenis ini berfungsi untuk menghalangi atau menyulitkan
pengambilan obat oleh anak kecil, sehingga bahaya keracunan obat dapat
dihindari. Syarat ini direalisasikan misalnya pada larutan tetes melalui mekanisme
penutup ganda. Kemasan sekali pakai diistilahkan dengan kemasan satu dosis.
Bahan pengemas yang biasa digunakan sebagai sediaan steril yaitu Gelas, Plastik,
Elastik / karet, dan metal/logam.
BAB II
TEORI
2.1 Pengertian kemasan dan wadah
Menurutkeputusankepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.00.05.4.1745, wadah adalah kemasan yang bersentuhan
langsung dengan isi. Menurut SK Menkes No.193/Kab/B/VII/71 peraturan
tentang pembungkus dan penandaan wadah, wadah adalah salah satu komponen
yang penting untuk sediaan farmasi, karena ketidaksesuaian wadah akan
mempengaruhi obat secara keseluruhan termasuk kestabilan dan efek terapi obat.
Menurut USP, wadah adalah alat untuk menampung suatu obat, atau mungkin
dalam hubungan langsung dengan obat tersebut.

Pengemas diartikan sebagai wadah, tutup, dan selubung sebelah luar, artinya
keseluruhan bahan kemas, dengannya obat ditransportasikan dan/atau disimpan.
Kemasanadalah penyatuan dari bahan yang dikemas (bahan yang diisikan) dan
pengemas. Bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas,
dinyatakan sebagai bahan kemas primer, sebaliknya pembungkus selanjutnya
seperti kotak terlipat, karton dan sebagainya dinamakan bahan kemas sekunder.

Pembagian wadah untuk injeksi dibagi menjadi dua macam yaitu:

1. Wadah dosis tunggal, adalah suatu wadah yang kedap udara yang
mempertahankan jumlah obat steril yang dimaksudkan untuk pemberian
parenteral sebagai dosis tunggal dan yang bila dibuka tidak dapat ditutup rapat
kembali yang dengan jaminan tetap steril. Contoh: ampul.
2. Wadah dosis ganda, adalah wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan
isinya perbagian berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kaulitas atau
kemurnian bagian yang tertinggal. Contoh vial atau botol serum
Dalam industri farmasi, kemasan yang terpilih harus cukup melindungi
kelengkapan suatu produk. Karenanya seleksi kemasan dimulai dengan penetuan
sifat-sifat fisika dan kimia dari produk itu, keperluan melindunginya, dan tuntutan
pemasarannya. Secara umum, hal-hal penting yang harus diperhatikan dari wadah
adalah:
1. Harus cukup kuat untuk menjaga isi wadah dari kerusakan
2. Bahan yang digunakan untuk membuat wadah tidak bereaksi dengan isi wadah
3. Penutup wadah harus bisa mencegah isi:
· Kehilangan yang tidak diinginkan dari kandungan isi wadah
· Kontaminasi produk oleh kotoran yang masuk seperti mikroorganisme atau uap
yang akan mempengaruhi penampilan dan bau produk.
4. Untuk sediaan jenis tertentu harus dapat melindungi isi wadah dari cahaya
5. Bahan aktif atau komponen obat lainnya tidak boleh diadsorpsi oleh bahan
pembuat wadah dan penutupnya, wadah dan penutup harus mencegah terjadinya
difusi melalui dinding wadah serta wadah tidak boleh melepaskan partikel asing
ke dalam isi wadah
6. Menunjukkan penampilan sediaan farmasi yang menarik
Berdasarkan pertimbangan tentang kondisi penutupan dalam Farmakope
Indonesia, penyimpan obat dikelompokkan :
1. Wadah tertutup baik, yaitu wadah yang dapat melindungi isinya dari zat padat
dari luar dan dari hilangnya obat pada kondisi pengangkutan, pengapalan,
penyimpanan dan distribusi yang lazim.
2. Wadah tertutup baik terlindung dari cahaya
3. Wadah tertutup rapat, yaitu wadah yang dapat melindungi isinya dari kontaminasi
cairan-cairan, zat padat atau uap dari luar, dari hilangnya obat tersebut, dan dari
pengembangan, pencairan, atau penguapan pada kondisi pengangkutan,
pengapalan, penyimpanan, dan distribusi yang lazim. Suatu wadah tertutup rapat
ditutup kembali sehingga kemampuan yang sama seperti sebelum dibuka.
4. Wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya
Bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas,
dinyatakan dengan bahan kemas primer, sebaliknya pembungkus selanjutnya,
seperti kotak terlipat, karton dan sebagainya dinamakan sebagai bahan kemas
sekunder. Untuk menjamin stabilitas produk, harus ditetapkan syarat yang sangat
tegas terhadap bahan kemas primer, yang seringkali menyatu dengan seluruh
bahan yang diisikan baik berupa cairan dan semi padatan. Bahan kemas sekunder
pada umumnya tidak berpengaruh terhadap stabilitas.
2.2 Kemasan primer
2.2.1 Kemasan gelas
Gelas umumnya digunakan untuk kemasan dalam farmasi, karena
memiliki mutu perlindungan yang unggul, ekonomis, dan wadah tersedia dalam
berbagai ukuran dan bentuk. Gelas pada dasarnya bersifat inert secara kimiawi,
tidak permeable, kuat, keras dan disetujui FDA. Gelas tidak menurun mutunya
pada penyimpanan, dan dengan sistem penutupan seperlunya dapat menjadi
penghalang yang sangat baik terhadap hampir setiap unsur, kecuali sinar. Gelas
berwarna dapat memberi pelindungan terhadap cahaya bila diperlukan.
Kekurangan utama dari gelas sebagai kemasan adalah karena mudah pecah dan
berat.
a. Komposisi gelas
Gelas terutama tersusun dari pasir (silica yang hampir murni), soda abu
(natrium karbonat), batu kapur (kalsium karbonat), dan cullet (pecahan gelas yang
dicampur dengan batch pembuatan dan berfungsi sebagai bahan penyatu untuk
seluruh campuran). Kation yang paling umum didapatkan dalam bahan gelas
farmasi adalah silicon, alumunium, boron, natrium, kalium, kalsium, magnesium,
zink, dan barium. Satu-satunya anion yang penting adalah oksigen. Boron oksida
ditambahkan untuk membantu proses pencairan. Timah dalam jumlah kecil
membuat gelas jernih dan berkilau. Alumina (Alumunium oksida) sering
digunakan menambah kekerasan dan keawetan serta menambah ketahanan
terhadap reaksi kimia.
b. Tipe Gelas
Gelas yang digunakan untuk kemasan dalam mengemas sediaan farmasi
digolongkan menjadi empat kategori tergantung pada bahan kimia dari gelas
tersebut dan kemampuannya untuk mencegah peruraian, yaitu
1. Tipe I – borosilicate glass (gelas borosilikat dengan daya tahan tinggi)
Pada proses pembuatan sebagian besar alkali dan kation tanah diganti oleh boron
dan atau alumunium serta zink. Mempunyai daya tahan kimiawi yang sangat baik
sehingga tidak mempengaruhi preparat parenteral yang sangat peka, lebih baik
daripada gelas natrium karbonat. Umumnya digunakan untuk sediaan parenteral.
2. Tipe II – treated soda lime glass (gelas soda kapur yang diproses)
Adalah gelas soda kapur silikat yang sudah mengalami pengerjaan permukaan
pada bagian yang berhubungan dengan isinya dan mempengaruhi preparat farmasi
yang dikemas. Umumnya digunakan untuk sediaan parenteral bersifat asam dan
netral
3. Tipe III – regular soda lime glass (gelas soda kapur biasa)
Adalah gelas soda kapur silikat yang mempunyai daya tahan kimiawi yang cukup
sehingga tidak mempengaruhi preparat farmasi yang dikemas. Biasanya tidak
digunakan untuk sediaan parenteral, kecuali jika data uji stabilitas yang sesuai
menunjukkan bahwa kaca Tipe III memenuhi untuk sediaan parenteral yang
dikemas di dalamnya.
4. Tipe NP – general purpose soda lime glass (gelas soda kapur untuk
penggunaan umum) Adalah gelas soda kapur silikat yang digunakan untuk produk
non parenteral yang dimaksud untuk pemakaian penggunaan oral dan topical.
Wadah yang biasa menggunakan gelas adalah botol, pot, vial, dan ampuls.
Kemasan gelas dibuat dari tiga tipe gelas, yaitu gelas netral (Tipe I) bersifat
kurang alkali dan lebih banyak aluminium, gelas surface treated/borosilikat (Tipe
II) bersifat kurang alkali dan lebih banyak aluminium, sangat baik dan harganya
sangat mahal, dan gelas soda / alkali (Tipe III) digunakan untuk bahan padat
kering dan cairan bukan air.
Untuk sediaan dengan berat di atas 2 g, biasa digunakan pot dari gelas.
Gelas melindungi dengan baik dan cocok dengan banyak produk. Untuk produk
yang dipengaruhi oleh cahaya, seperti salep yang mengandung fenol aktif atau
garam merkuri, gelas yang berwarna kuning - sawo matang (coklat) sering
digunakan untuk mencegah perubahan warna dari zat aktif. Tutup harus dapat
mencegah sediaan menjadi kering atau penguapan air dan zat aktif yang mudah
menguap.
Kelebihan menggunakan gelas antara lain, inert, kedap udara, dibuat dari
bahan yang relatif murah, tidak mudah terbakar, bentuknya tetap, mudah diisi,
mudah ditutup, dapat dikemas menggunakan packaging line, mudah disterilisasi,
mudah dibersihkan dan dapat digunakan kembali.
Kekurangan gelas sebagai wadah untuk menyimpan sediaan semisolid
dibandingkan dengan logam dan plastik adalah lebih rapuh (mudah pecah) dan
lebih berat untuk pengiriman. Kemasan untuk konsumen yang terbuat dari gelas
bukan merupakan wadah yang paling tidak higienis karena wadah akan sering
dibuka berulang – ulang oleh konsumen, dimana tangannya tidak selalu bersih.
Uji pada wadah gelas
1. Uji Transmisi cahaya
Alat:
Spektrofotometer dengan kepekaan dan ketelitian yang sesuai untuk
pengukuran jumlah cahaya yang ditransmisi oleh wadah sediaan farmasi yang
terbuat dari bahan gelas.

Penyiapan contoh:
Potong wadah kaca dengan gergaji melingkar yang dipasang dengan roda
abrasif basah, seperti suatu roda berlian.Wadah dari kaca tiup dipilih bagian yang
mewakili ketebalan rata-rata dinding dan potong secukupnya hingga dapat sesuai
untuk dipasang dalam spektrofotometer.Wadah gelas tadi dicuci dan dikeringkan
dengan hati-hati untuk menghindari adanya goresan pada permukaan.Gelas
contoh kemudian dibersihkan dengan kertas lensa dan dipasang pegangan contoh
dengan bantuan paku lilin.

Prosedur:
Potongan diletakkan dalam spektrofotometer denagn sumbu silindris
sejajar terhadap bidang celah dan lebih kurang di tengah celah.Jika diletakkan
dengan benar, sorotan cahaya normal terhadap permukaan potongan dan
kehilangan pantulan cahaya minimum.Ukur tranmitans potongan dibandingkan
dengan udara pada daerah spektrum yang diinginkan terus-menerus dengan alat
perekam atau pada interval lebih kurang 20 nm dengan alat manual pada daerah
panjang gelombang 290 nm—450nm.

Batas:
Transmisi cahaya yang diukur tidak melewati batas yang tertera pada tabel
1, untuk wadah sediaan parenterral.Transmisi cahaya wadah kaca atau gelas tipe
NP untuk sediaan oral atau topikal tidak lebih dari 10% pada setiap panjang
gelombang dalam rentang 290nm—450nm.

Ukuran nominal Presentase maksimum Transmisi Cahaya pada


(dalam ml) panjang gelombang antara 290 dan 450 nm
Wadah segel-bakar Wadah segel tutup rapat

1 50 25
2 45 20
5 40 15
10 35 13
20 30 12
50 15 10

Catatan setiap wadah dengan ukuran antara seperti yang tertera pada tabel di atas
menunjukkan transmisi tidak lebih dari wadah ukuran lebih besar seperti yang
terterapada tabel.Untuk wadah lebih dari 50 ml, gunakan batas untuk 50 ml.

2. Uji Tahan Bahan Kimia


Prinsip: Menetapkan daya tahan wadah kaca atau gelas baru (yang belum pernah
digunakan) terhadap air. Tingkat ketahanan ditentukan dari jumlah alkali yang
terlepas dari kaca karena pengaruh media pada kondisi ynag telah ditentukan.
Pengujian dilakukan di ruangan yang relatif bebas dari asap dan debu berlebihan.

Tabel 3. Alat dan pereaksi untuk uji bahan kimia


Alat Pereaksi
1) Otoklaf dengan suhu yang dipertahankan 1) Air kemurnian tinggi dengan
121 2,0 dan mampu menampung 12 konduktivitas 0,15m
wadah diatas permukaan air. 2) Larutan merah metil
2) Lumpang dan alu yang terbuat dari baja-
diperkeras
3) Pengayak terbuat dari baja tahan karat
ukuran 20,3 cm yaitu nomor 20,40 dan 50
4) Labu erlenmeyer 250ml terbuat dari kaca
tahan lekang
5) Palu 900 g
6) Magnit permanen
7) Desikator
8) Alat volumetrik secukupnya

Prosedur :
Bahan uji ditambahkan 5 tetes indikator dn memerlukan tidak lebih dari 0,020ml
natrium hidroksida 0,020 N LV untuk mengubah warna indikator dan ini terjadi
pada pH 5,6.

3. Uji Serbuk Kaca


Penyiapan contoh:
Pilih secara acak 6 atau lebih wadah, bilas dengan air murni, keringkan
dengan udar bersih dan kering.Hancurkan wadah hingga menjadi ukuran lebih
kurang 25mm. Lalu pecahan kaca dtumbuk dengan lumpang dan alu diteruskan
dengan pengayakan nomor 20 setelah itu nomor 40.Ulangi kembali penghancuran
dan pengayakan.Kemudian pecahan kaca diayak dengan ayakan yang
menggunakan penggoyang mekanis selama 5 menit. Pindahkan bagian yang
tertinggal pada ayakan nomor 50, yang bobotnya harus lebih dari 10 g ke dalam
wadah bertutup dan simpan dalam desikator hingga saat pengujian
Sebarkan contoh pada sehelai kertas kaca dan lewatkan magnit melalui contoh
tersebut untuk menghilangkan partikel besi yang terikut selama
pengahancuran.Masukkan contoh kedalam labu Erlenmeyer 250 ml terbuat dari
kaca tahan bahan kimia dan cuci 6 kali, tiap kali dengan dengan aseton.Keringkan
labu dan isi pada suhu 140 selam 20 menit, pindahkan butiran ke dalam botol
timbang dan dinginkan dalam desikator. Contoh uji digunakan dalam waktu 48
jam setelah pengeringan.
Prosedur :
Timbang contoh uji, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml yang
diekstraksi dengan air kemurnian tinggi dalam tangas air pada suhu 90 selama
tidak kurang dari 24 jam atau pada suhu 121 selama 1 jam. Tambahkan 50,0 ml
air kemurnian tinggi ke dalam labu dan ke dalam labu lain untuk blanko. Tutup
semua labu dengal gelas piala terbuat dari borosilikat yang sebelumnya telah
diperlakukan seperti ditetapkan denagn ukuran sedemikian hingga dasar gelas
piala menyentuh bagian tepi labu.Letakkan wadah dalam otoklaf dan tutup hati-
hati, biarkan lubang ventilassi terbuka. Panaskan hingga uap keluar dan lanjutkan
pemanasan selama 10 menit. Tutup lubang ventilasi dan atur suhu 121
.Pertahankan suhu pada 121 2 selam 30 menit dihitung saat suhu tercapai.
Kurangi panas hingga otoklaf mendingin dan mencapai tekanan atmosfer dalam
38 menit hingga 46 menit, jika perlu buka lubang ventilasi untuk mencegah
terjadinya hampa udara. Dinginkan segera labu dalam air mengalir, enaptuangkan
air dalam labu ke dalam bejana sesuai yang bersih dan cuci sisa serbuk kaca 4 kali
, tiap kali dengan 15 ml air kemurnian tinggi.
Tambahkan 5 tetes larutan merah metil dan titrasi segera dengan asam sulfat
0,020 N LV. Catat volume asam sulfat 0,020 N yang digunakan untuk
menetralkan ekstrak dari 10 g contoh uji, lakukan titrassi blanko. Volume tidak
lebih dari yang tertera pada tabel tipe kaca dan tabel uji untuk tipe gelas yang
diuji.

4. Uji Ketahanan terhadap Air pada Suhu 121

Penyiapan contoh:
Pilih secara acak 3 atau lebih wadah bilas 2 kali dengan air kemurnian
tinggi.

Prosedur :
Isi setiap wadah dengan air kemurnian tinggi hingga 90% dari kapasitas
penuh dan lakukan prosedur seperti yang tertera pada uji serbuk kaca mulai
dengan “Tutup semua labu…..”, kecuali waktu pemansan dengan otoklaf 60 menit
bukan 30 menit dan diakhiri dengan “untuk mencegah terjadinya hampa udara”.
Kosongkan isi dari 1 atau lebih wadah ke dalam gelas ukur 100 ml. Jika wadah
lebih kecil, gabungkan isi dari beberapa wadah untuk memperoleh voluyme 100
ml. Masukkan kumpulan contoh dalam labu erlenmeyer 250 ml terbuat dari kaca
tahan bahan kimia, tambahkan 5 tetes larutan metil merah, titrasi dalam keadaan
hangat dengan asam sulfat 0,020N LV. Selesaikan titrasi dalam waktu 60 menit
setelah otoklaf dibuka. Catat volume asam sulfat 0,020 N yang digunakan ,
lakukan titrasi blanko dengan 100 ml air kemurnian tinggi pada suhu yang sama
dan dengan jumlah indikator yang sama. Volume tidak lebih dari yang tertera
pada tabel tipe kaca dan batas uji untuk tipe kaca yang diuji.

5. Uji Arsen

Arsen tidak lebih dari 0,1 bpj;gunakan sebagai larutam uji 35 ml air dari 1
wadah kaca tipe I, atau jika wadah lebih kecil , 35 ml dari kumpulan isi dari
beberapa wadah kaca tipe I, yang disiapkan sesuai prosedur seperti yang tertera
pada ketahanan terhadap Air pada suhu 121.

2.3.2 Kemasan plastik


Bahan plastik telah banyak digunakan sebagai wadah untuk berbagai produk.
Saat ini, plastik juga telah dikembangkan untuk pengemasan produk-produk
parenteral termasuk cairan infus dan injeksi volume kecil. Plastik yang digunakan
sebagai wadah untuk berbagai produk, baik sediaan farmasi maupun produk
lainnya, harus memiliki kriteria berikut:
1. Komponen produk yang bersentuhan langsung dengan bahan plastik tidak
diadsorpsi secara signifikan pada permukaan plastik tersebut dan tidak bermigrasi
ke atau melalui plastik
2. Bahan plastik tidak melepaskan senyawa-senyawa dalam jumlah yang dapat
mempengaruhi stabilitas produk atau dapat menimbulkan risiko toksisitas
Terdapat dua jenis plastik yang digunakan dalam pengemasan sediaan
parenteral, yaitu :
1. Termoset, yaitu jenis plastik yang stabil pada pemanasan dan tidak dapat
dilelehkan sehingga tidak dapat dibentuk ulang. Plastik termoset digunakan untuk
membuat penutup wadah gelas atau logam.
2. Termoplastik, yaitu jenis plastik yang menjadi lunak jika dipanaskan dan akan
mengeras jika didinginkan. Dengan kata lain, termoplastik adalah jenis plastik
yang dapat dibentuk ulang dengan proses pemanasan. Polimer termoplastik
digunakan dalam pembuatan berbagai jenis wadah sediaan farmasi.

Tabel 1: Contoh plastik yang digunakan untuk wadah sediaan parenteral


Sterile plastic device Plastic material
Container for blood products Polyvinyl chloride
Disposable syringe Polycarbonate, polyethylene, polypropylene
Irrigating solution container Polyethylene, polyolefins, polypropylene
IV infusion fluid container Polyvinyl chloride, polyester, polyolefins
Administration set Acrylonitrile butadiene styrene
Nylone (spike)
Polyvinyl chloride (tube)
Polymethylmetachrylate (needle adapter)
Polypropylene (clamp)
Catheter Teflon, polypropylene

Beberapa keuntungan penggunaan plastik untuk kemasan adalah sebagai


berikut :
1. Fleksibel dan tidak mudah rusak/pecah
2. Lebih ringan
3. Dapat disegel dengan pemanasan
4. Mudah dicetak menjadi berbagai bentuk
5. Murah
Di samping keuntungan-keuntungan di atas, penggunaan plastik untuk
kemasan juga memiliki berbagai kerugian, antara lain sebagai berikut :
1. Kurang inert dibandingkan gelas tipe I
2. Beberapa plastik mengalami keretakan dan distorsi jika kontak dengan beberapa
senyawa kimia
3. Beberapa plastik sangat sensitif terhadap panas
4. Kurang impermeabel terhadap gas dan uap seperti gelas
5. Dapat memiliki muatan listrik yang akan menarik partikel
6. Zat tambahan pada plastik mudah dilepaskan ke produk yang dikemas
7. Senyawa-senyawa seperti zat aktif dan pengawet dari produk yang dikemas dapat
tertarik
Wadah plastik untuk sediaan farmasi dibuat dari satu atau lebih polimer
dengan berbagai bahan tambahan. Dengan penambahan bahan tambahan,
karakteristik penampilan dari polimer dapat diperbaiki. Bahan tambahan tersebut
dapat berupa cairan, padatan atau serbuk halus. Bahan tambahan yang digunakan
tergantung dari jenis polimer dan metode produksi yang digunakan. Bahan
tambahan yang umumnya digunakan dalam wadah plastik adalah antioksidan,
stabilizer, lubricant, plastikizer, pengisi, dan pewarna.
a. Bahan tambahan
1. Antioksidan
Polimer sering kali terurai dengan adanya panas, cahaya, ozon dan
tekanan mekanik yang menimbulkan udara yang terperangkap selama proses
pembuatan dan penggunaan akhir. Reaksi oksidasi dapat menghasilkan bentuk
radikal bebas yang dikontribusikan secara bergiliran untuk degradasi polimer
yang menyebabkan plastik kehilangan fisik penting dan sifat mekanik. Dengan
adanya antioksidan di dalam formulasi plastik akan mengurangi tingkat degradasi
secara significant dan memperpanjang umur penggunaan wadah plastik tersebut.
Ada dua tipe antioksidan, yaitu:
 Antioksidan primer: merupakan ujung rantai radikal bebas. Pada dasarnya
antioksidan primer merupakan donor hydrogen yang dapat mengakhiri reaksi
penggabungan radikal bebas. Contoh: arilamin sekunder.
 Antioksidan sekunder: dapat merusak peroksida dan hal ini menyebabkan
eliminasi pembentukan radikal bebas. Contoh: fosfat dan tioester.
Sering kali lebih dari satu antioksidan digunakan dalam suatu polimer untuk
mendapatkan efek yang sinergis dari kombinasi beberapa antioksidan.
2. Stabilizer
Berguna untuk mencegah degragasi polimer oleh panas dan cahaya. Selain
itu juga dapa berguna untuk memperpanjang umur polimer. Contoh: garam asam
lemak, oksida anorganik, organometalik.
3. Lubricant
Lubricant digunakan untuk memodifikasi karakteristik permukaan dari
polimer yang dicetak dan membantu proses pencetakan. Penambahan lubricant
pada polimer secara umum mengurangi viskositas dari polimer tersebut, yakni
menyenyebabkan polimer lebih mudah mengalir selam rposes pencetakan.
Lubricant juga memodifikasi permukaan polimer yang dibuat agar polimer
tersebut tidak melekat pada mesin pencetak. Lubricant yang paling banyak
dipakai adalalah asam lemak, logam stearat, lemak paraffin, silicon, fatty alcohol,
fatty esters, fatty amides.
4. Plasticizer
Plasticizer digunkan untuk memperbaiki daya kerja dari polimer,
fleksibilitas, ekstensibilitas, daya banting, dan kelenturan. Disamping itu
penamabahan plasticizer dapat mengurangi daya rentang polimer. Plasticizer
yang sering dipakai adalah dialkil phtalat, polimer dengan BM kecil.

5. Filler (Bahan Pengisi)


Penambahan bahan pengisi pada polimer memperbaiki fleksibilitas,
ketahanan terhadap bantingan, stabilitas terhadap panas, dan mengurangi biaya
pembuatan. Penambahan bahan pengisi biasanya tidak mengurangi transparansi
dari wadah plastik.
6. Colorant (Bahan Pewarna)
Bahan pewarna ditambahkan untuk memberikan warna pada plastik.

b. Plastik yang digunakan untuk wadah sediaan parenteral volume besar


(LVP)
 Polyolefins
1. Polypropylene
Polypropylene adalah polyolefin yang paling banyak digunakan. Polyethylene
berbentuk linear. Struktur kimianya disusun secara komplit oleh carbon dan
hidrogen.
-(- CH2 – CH(CH3) – CH2 – CH(CH3) -)-n
Pengulangan dari struktur ini memberikan struktur kristal yang tinggi. Dalam
susunan kristal, gugus-CH3 menambah kekakuan dari polimer. Polypropylene
memiliki daya rentang yang tinggi yang mampu menahan tekanan. Daya rentang
yang tinggi, dalam hubungannya dengan titik leleh yang tinggi pula yaitu 165C,
sangat penting untuk manufaktur LVP karena wadah yang dibuat dari
polypropylene memiliki kemapuan untuk menahan temperatur tinngi pada proses
sterilisasi tanpa terurai.
Polypropylene sangat resisten terhadap hampir semua pelarut organik pada
temperatur kamar, asam dan basa kuat. Polypropylene merupakan barier yang
baik terhadap gas dan uap air. Selain itu juga wadah yang terbuat dari
polypropylene memberikan kejernihan yang memuaskan. Kelemahan yang
dimiliki polypropylene adalah rapuh pada temperatur kamar.
2. Polyethylene
Low density atau polyethylene yang bercabang adalah polimer etilen
bercabang yang dikomersialkan pertama kali. Polyethylene tipe ini disebut juga
LDPE (Low Density Polyethylene). Pada penggunaannya LDPE ini digantikan
oleh linear low density polyethylene (LLDPE) yang sedikit lebih mahal dan
memiliki properti yang lebih diinginkan.
3. Copolymer
Kopolimer dari ethylene dan propylene telah banyak digunakan sebagai
wadah sediaan LVP. Dalam kenyataannya, polypropylene dan kopolimer dari
etilen-propilen merupakan polyolefins yang paling banyak digunakan sebagai
wadah LVP.
Dengan pepaduan sedikit fraksi etilen sebagai kompleks polimer dengan
propilen, sejumlah sifat yang diinginkan dapat diperoleh. Penggabungan etilen
mengurangi kekakuan atau kekerasan dari propilen, memperbaiki pengolahan, dan
sedikit mengurangi titik leleh dari propilen. Titik lelehnya berkisar antara 145 dan
150C. Hal ini membuat kopolimer ethyl propylene (EP) cocok untuk digunakan
pada sterilisasi uap.
2.2.3 Kemasan Metal
a. Kemasan Metal
Penggunaan pengemas metal dalam farmasi relatif terbatas, akan tetapi bentuk
dan sifat tertentu dari kemasan metal menyebabkan kemasan metal sukar diganti
dengan kemasan lain. Kontener metal digunakan terutama bila diperlukan
kekuatan dan sifat dapat dikempa dari material kemasan, yang merupakan
reaktifitas terhadap bermacam gas dan bahan kimia.
Tiga metal yang biasa digunakan untuk kemasan farmasi ialah timah,
aluminium, dan baja. Oleh karena mudah teroksidasi dan membentuk korosi
(karat), baja harus digalvanisasi atau disalut dengan epoksi sebelum digunakan.
Aplikasinya terutama untuk tromol atau drum, ruahan material dimana diperlukan
kekuatan yang besar. Metal dapat pula dibentuk menjadi silinder bertekanan
tinggi untuk menyimpan produk gas.
Timah sering digunakan untuk produksi kaleng erosol dengan cara
electroplating menjadi bentuk lembaran baja untuk meningkatkan resistensi
terhadap korosi dan untuk memfasilitasi penyolderan. Sebaliknya aluminium
digunakan dalam bentuk murni sebagai foil. Aluminium foilsering digunakan
sebagai lapisan impermeable dalam laminat multilapis yang dapat menyertakn
pula kertas dan plastik. Foil aluminium dapat dibentuk menjadi kontener kaku,
kontener semi kaku, konstruksi olister atau laminat.
Metal memberikan sejumlah keuntungan dibandingkan dengan bahan
pengemas lain. Seperti gelas, metal haampir secara total imepermeabel terhadap
gas dan air. Sebagai tambaha, kontener metal sangat kuat dan tahan remuk. Untuk
aplikasi yang memerlukan pengempaan seperti tube kolapsibel, metal
memberikan kemudahan dalam pembuatan dan penggunaan.
Metal dapat pula dibentuk menjadi sistem penghantaran obat yang lebih
kompleks,seperti inhaler bertahanan dosis, inhaler serbuk kering, alat untuk
pemberian aerosol, bahkan jarum yang siap untuk digunakan.
Kekurangan utama dari kemasan metal terikat dengan biaya dan kontrol
kualitas. Metal lebih mahal harganya, dan lebih sulit untuk dibentuk menjadi
kemasan yang dapat dimanfaatkan. Untuk bentuk foil (lembaran tipis), banyak
dihasilkan kemasan cacat dikarenakan adanya lubang halus yang terbentuk selama
proses pembuatan sehingga sifatnya sangat tidak menguntungkan sebagai
penghalang (terutama pada foil yang sangat tipis).
Produk obat harus selalu dipantau sehingga tidak ada cacat kemasan yang
dapat mengganggu, terutama pada obat oftalmik. Seperti pada polimerisasi
kebanyakan plastik, metal dapat pula diberi atau dicampur logam untuk
meningkatan karakteristiknya sebagai pengemas, atau tabung disalut dengan resin.
Sampai saat ini USP belum memberikan persyaratan pengujian untuk pengemas
logam.

2.2.4 Kemasan Elastik


a. Umum
Elastik( elastomer) pada bidang farmaseti, terutama digunakan sebagai
material tutup untuk botol infus dan botol tembusan serta material slang (juga
untuk terpi infus). Elastik adalah bahan yang berbentuk dari zat-zat organik,
padat, didominasi oleh polimer tinggi, yang menunjukan sifat seperti karet elastis.
Termasuk ke dalamnya adalah seluruh produk karet alam dan karet sintetis
serta bahan sejenis karet. Elastisitasaret dapat dikarateristikan sebagai berikut :
Melalui gaya tarik dari yang relatif rendah ( 0,1-1 N/mm2, 1-10 kp/cm2) akan
terjadi peregangan kuat, dan pengerasan sebesar 10-100 kali. Elastik dalam
keadaan tidak meregang adalah amorf, pada saat meregang muncul sifat
kristalinitasnya. Eksistensi dari rantai molekul panjang, barjalin antara sesamnya,
sangat menetukan sifat elastis karet polimer tinggi.
b. Bahan pembantu
Melalui vulkanisasi karet mentah, artinya melalui penamahn belerang dan
pemanasan dengan disertai tekanan, karet akan memperoleh elastistasnya,
kekompakan dan daya tahannya terhadap pengaruh panas. Tergantung jumlah dari
penambahan belerang, dapat dibuat karet lunak(5-10 %) dan karet keras (30-50%
belerang). Produk karet sintetis juga dapat divulkanisasi. Dalam waktu yang sama
digunakan sejumlah bahan, yang menentukan kualitas produk akhir. Diantaranya
yang dapat disebutkan antara lain:
1. Katalisator
Senyawa ini mempercepat proses polimerisasi ( misalnya peroksida sebagai
suplier oksigen).
2. Pempercepat vulkanisasi.
Dalam hal ini digunakan senyawa nitrogen organik atau belerang seperti amin
sekunder, santogenat, ditiokarbamat, tiazol atau bahan anorganik, seperti
magnesium oksida, kalsium hidroksida, antimon trisulfida, atau antimon
pentasulfida.
3. Inhibitor
Senyawa ini berfungsi untuk mengakhiri proses vulkanisasi yang dikendalikan
secara katalik setelah mencapai kekerasan yang dikehendaki (misalnya garam
timbal,nikel dan besi).
4. Stabilisator atau bahan pelindung proses penuaan
Dalam hal ini khusus digunakan senyawa fenol dan amina, misalnya hidrokinon,
pirogalol, fenil naftilamin, fenilendiamin.
5. Modifikator
Senyawa ini berfungsi sebagai vahan pengeras, pembuat lunak, atau
pengendap pori, misalnya parafin cair,ftalat, dan sebagai zat yang memepunyai
pengaruh penting terhadap sifat produk akhir.
6. Bahan pengisi
Senyawa ini digunakan hanya untuk bahan peregang, tetapi sering juga
untuk memperbaiki sifat mekanis, kemantapan terhadap gesekan. Sebagai contoh
disebutkan kapur, jelaga, pasir, asbes, seng oksida dan barium sulfida.
7. Bahan pewarna
Dalam hal termasuk pigmen atau bahan pewarna sejati. Juga dapat
disarankan penambahan bahan pelindung cahaya, penutup bau dan dalam kasus
khusus juga bahan yang sulit terbakar.
c. Sifat dan kecocokan secara farmasetik
Sifat yang menonjol dari karet alam, khusus elastisitasnya, sangat
menyulitkan proses standarisasinya. Sabagai produk alam, komposisi karet
mentah sangat bervariasi tergantung dari daerah asalnya dan telah bervariasi dari
satu perkebunan ke perkebunan lain. Dari segi ini, jenis karet sintetis ( misalnya
produk polimerisasi dari butadiena, metilbutadiena, 2- klorbutadiena)dinyatakan
lebih eksak. Jenis karet sintetisdapat dibuat menjadi keras dan untuk memperoleh
sifat yang dikehendaki diperlukan penambahan beberapa bahan pembantu, yang
juga digunakan untuk meracik karet alam.
Syarat kecocokannya sebagai material tutup pada wadah untuk larutan
injeksi dan infus adalah bahan jenis karet ( atau jenis bahan sintetis) harus
memiliki sifat elastis yang mencukupi sehingga menjamin penutupan wadah
panas, penyimpanan dingin.
d. Tutup Elastomerik (tutup karet)
Definisi tutup elastomerik menurut Farmakope Indonesia edisi IV adalah
bagian dari pengemas yang berhubungan langsung atau mungkin berhubungan
langsung dengan obat. Elastomer atau lebih dikenal sebagai karet, sudah
digunakan sebagai bahan untuk kemasan sediaan parenteral sejak awal abad 20
karena memiliki sifat fisik unik, yaitu sangat mudah dibentuk, yang cukup penting
bagi fungsi kemasan sediaan parenteral. Secara kasar, karet dikatakan sebagai
bahan polimer yang pada suhu kamar dapat diregangkan mencapai 2 kali panjang
awalnya dan jika dibebaskan akan kembali ke ukuran semula. Walau memiliki
definisi sederhana, karet adalah senyawa kompleks yang terdiri dari 2 sampai 10
atau lebih bahan mentah. Komponen polimer utamanya adalah elastomer. Tutup
elastomerik dapat berasal dari bahan alam atau sintetis.
Tutup elastomerik umumnya merupakan campuran kompleks dari
berbagai bahan meliputi polimer dasar (elastomer), pengisi, akselerator,
vulcanizing agent (bahan vulkanisir), dan pigmen.
Sifat tutup elastomerik tidak hanya bergantung pada bahan-bahan di atas,
tetapi juga pada prosedur pembuatan seperti pencampuran, penggilingan, bahan
pengabu yang digunakan, pencetakan dan pemasakan. Contoh sifat yang
`diinginkan dari elastomer adalah kompresibilitas dan kemampuan untuk menutup
kembali.
Faktor-faktor seperti prosedur pembersihan, media kental dan kondisi
penyimpanan juga mempengaruhi kesesuaian tutup elastomerik untuk penggunaan
khusus. Evaluasi terhadap faktor demikian harus dilakukan uji khusus tambahan
yang sesuai,untuk menentukan kesesuaian tutup elastomerik untuk penggunaan
yang diinginkan. Kriteria pemilihan tutup elastomerik juga harus mencakup
penelitian teliti terhadap semua bahan, untuk meyakinkan bahwa tidak ada
penambahan unsur yang dicurigai atau diketahui bersifat karsinogenik atau bahan
toksik lain.
Persyaratan kecocokannya sebagai materi tutup pada wadah sediaan
injeksi adalah bahwa karet menunjukkan elastisitas yang cukup dengan demikian
menjamin wadah yang kedap dan tahan terhadap pengaruh suhu.
Sifat-sifat tutup elastomerik yang baik :
a. Permukaan harus licin dan tidak berlubang agar dapat dicuci bersih.
b. Menutup rongga-rongga kecil pada permukaan, seperti leher bagian dalam vial
atau dinding-dinding bagian dalam syringe hipodermik. Bahan lain seperti gelas,
logam tak memiliki kemampuan ini.
c. Kekerasan dan elastisitasnya harus mencukupi sehingga ia dapat melewatkan
jarum suntik tanpa membuatnya menjadi tumpul.
d. Mudah ditembus oleh jarum syringe hipodermik dan menutup rapat kembali
dengan cepat setelah jarum ditarik.
e. Pada masuknya jarum infeksi tidak ada partikel tutup elastomerik yang mencapai
ke dalam larutan injeksi.
f. Tak mengalami perubahan sifat akibat proses sterilisasi
g. Impermeabel terhadap udara dan lembab (untuk meghindari peruraian obat yang
sensitif terhadap air)
Contoh penggunaan tutup elastomerik :
a) Tutup vial
Tutup vial elastomer digunakan sebagai tutup primer vial parenteral dan
merupakan salah satu jenis bahan yang banyak digunakan sebagai tutup sediaan
farmasi. Karet dapat dibentuk menjadi tutup vial dalam berbagai bentuk dan
ukuran, dari unit-dose sampai tutup wadah bermuatan beberapa liter. Kedudukan
tutup vial dijaga oleh lapisan segel logam sampai ke leher vial.

Jenis tutup Diameter luar Diameter dalam Ketebalan


vial (flange) (inci) (plug) (inci) (inci)
West V-24 0,400 0,226 0,088
West V-35 0,500 0,305 0,082
West S-127 0,750 0,524 0,110
West S-51 1,101 0,623 0,157

b) Tutup univial
Zat aktif yang tidak stabil dalam bentuk larutan berada dalam bentuk
kering sampai pada saat akan digunakan. Serbuk zat aktif berada pada bagian
bawah vial sedangkan diluen steril berada pada bagian atas. Dua bagian vial ini
dibatasi oleh karet, yang akan bergeser akibat adanya tekanan hidrostatik dari
tekanan yang diberikan pada tutup univial. Saat karet tergeser, akan terjadi proses
pencampuran dan disolusi dari serbuk zat aktif pada kompartemen bagian bawah.
d. Jenis Elastik
1. Karet alam
Komposisi karet alam umumnya tidak seragam. Karet mentah terdiri dari
hidrokarbon 93,3-93,6 %. Seluruh jenis karet alam merupakan polisopren dengan
rumus kimia(C5H8)n dengan konfigurasi cis- 1,4 yang jumlahnya nyaris 100% dan
memiliki berat molekul antara 300.000 dan 700.000
Karet mentah diperoleh dari lateks ( getah) Hevea brasiliensis dan
Euphorbiaceae lainnya. Tumbuhan penghasil penghasil karet juga termasuk famili
Apocyaceae, Moraceae dan Compositae.
2. Produk perubahan dari karet alam
a. Karet Klor
Karet klor diperoleh melalui pengklorinasian karet mentah dalam karbon
tetraklorida pada suhu 80o-110oC. Kandungan klor berjumlah sampai 65 % pada
suhu di atas 80 0C terjadi penguraian( pemisahan HCl). Keuntungannya terletak
pada kekerasanny, tidak mudah terbakar dan memiliki kemantapan yang lebih
baik dalam alkali dan asam
b. Karet siklo
Produk siklinisasi terbentuk melalui pemanasan karet mentah dengan asam
sulfonilat atau sulfoklorida. Karet siklo stabil terhadap lemak, asam encer, dan
alkali, akan tetapi rusak oleh hodrokarbon alifatik dan aromatik. Digunakan untuk
membuat salutan pada material wadah.
c.Karet sintetis
Karet sintetis memiliki kemiripan dengan karet alam dalam bangun
kimianya atau sifat fisika kimianya. Karet jenis ini juga digunakan dalam
campuran dengan karet alam.

 Polimerisat campur polibutadiena dan butadiena


 Polimerisat butadiena-stiren
 Polimerisat Butadiena-akrilnitril
Produk ini mempunyai daya tahan mekanis yang baik, permeabilitas uap
air dan gas yang cukup, serta stabilitas yang baik terhadap minyak lemak dan
parafin.
a. Poliklorbutadiena ( karet kloropren)
Pembuatannya berlangsung melelui polimerisasi dari kloropren (2-klor-
1,3-butadiena). Produk tersebut kekerasan yanh besar, stabil terhadap pengaruh
oksidatif, minyak mineral, minyak lemak, asam dan basa encer. Permeabilitas air
dan gasnya, rendah. Mereka melunak sejak suhu kira-kira 600C.
b. Polisopren(karet isopren, karet metil)
Sifat dan penggunaannya identik dengan karet alam. Polisorpen terbentuk
melalui polimerisasi dari isopren.
c. Polisobutilen (karet butil)
Karet butil diperoleh melalui polimerisasi campuran dari isobutan (97 %)
dengan sedikit isopren atau butadiena dalam metilen klorida pada suhu sekitar -
1000C.
d. Karet polisulfida
Tieolastik merupakan polikondensat dari alkalipolisulfpida dan
dihalogenida alifatik. Mereka memiliki stabilitas pembengkakan terhadap bahan
pelarut, stabil terhadap penuaan dan oksidasi, dan kekompakan mekanisnya relatif
rendah.
e. Karet silikon
Karet silikon stabil terhadap minyak dan lemak serta tidak peka suh.
Permeabilitas gasnya, ekstrem tinggi. Digunakan antara lain untuk material slang
medisin, farmasi dan material tutup serta bagian sintetis untuk implantasi.
f. Poliuretan
Poliuretan mirip karet diperoleh melalui penggantian diisosianat dengan
poliester rantai panjang, mengabdung gugus hidroksil dan diakhiri dengan
perajutan. Sifatnya tidak stabil terhadap asam, basa dan air mendidih, tetapi
kompak terhadap minyak dan gesekan yang tinggi.
e. Pengujian Untuk Plastik dan Elastik
Plastik dan elastik, yang sebaiknya digunakan untuk tujuan farmasi atau
kedokteran, harus diuji dengan kecermatan, khusus terhadap kecocokannya.
Banyak bahan dan bahan pembantu, yang diperlukan pada saat pembuatannya,
sangat menyulitkan evaluasinya. Akibatnya tidak larutnya polimer tinggi yang
murni maka bahaya pelepasannya ke dalam larutan bahan obatrendah.
Untuk membuktikan zat-zat toksis, pengujian secara fisika dan kimia
belum memadai. Untuk itu diperlukan pengujian secara biologis. Jenis dan skala
pengujiannya tergantung dari tujuan penggunaan plastik dan elastik, dengan skala
klasifikasi berikut : objek, yang ditetapkan untuk tinggal secara temporer atau
tempo lama di dalam organismus.
Cara pengujian selanjutnya bergantung dari, apakah objek dapat
bersentuhan dengan bahan hidrofil atau dengan bahan lipofil. Luas permukaan
total dari potongan atau masa yang telah diperkecil dan barang yang telah diproses
sebelumnya dengan air (elemen penutup hanya dibagi dua) digunakan untuk
membuat larutan penguji. Larutan ini diperoleh dengan menggunakan air atau air
untuk injeksi atau minyak kacang atau minyak kacang yang disterilkan atau suatu
campuran alkohol-air dan diperoleh melalui pemprosesan elastik atau plastik yang
akan diuji dengan panas( misalnya disterilkan 20 menit pada suhu 1210C atau
selama 16 jam pemanasan, suhu 700C).
Pengujian barang yang terbuat dari plastik dan elastik

Pengujian secara fisika dan Pengujian secara biologis


kimia
- warna, bau, rasa - bahan pirogen
- sifat pemukaan - bahan yang berkerja hemolitik
- kemudahan penembusan - tersatukan pada tikus
- fragmentasi - tersatukan pada jantung
- kemudahan menutup - katak terisolasi
kembali - tersatukan pada kutu air
- kemantapan terhadap - tersatukan lokal pada kulit
minyak - tersatuka lokal pada mata
- indeks bias - tersatuak lokal setelah
- pengotor tak larut implantasi
- harga pH - tidak permeabilitas
- amonium untuk mikrorganisme
- ion logam berat, seng,
klorida
- ion sulfat, ion sulfida
- senyawa timah organik
- pengotor mereduksi
- sisa penguapan

2.2.5 Uji kebocoran


UJI KEBOCORAN
Kebocoran terjadi ketika diskontinuitas terdapat pada dinding sebuah
wadah yangdapat memungkinkan lewatnya gas di bawah aksi dari tekanan atau
konsentrasi yang ada di seluruh dinding. Kebocoran berbeda dari permeasi, yang
merupakan aliran materi melalui penghalang itu sendiri. Kebocoran secara
matematis didefinisikan sebagai tingkat di mana suatu unit gas massa (atau
volume) yang mengalir masuk atau keluar dari kebocoran di bawah kondisi
temperatur dan tekanan spesifik. Sebagai contoh, minuman berkarbon dapat
mengalami kebocoran 10cc karbon dioksida dalam 3 bulan pada 60 psig, atau
paket terendam dapat bocor dua gelembung per detik dari 1 / 8 inch diameter saat
mengalami tekanan sampai 40 psig. Satuan ukuran yang umum digunakan dalam
referensi banyak literatur untuk menentukan tingkat kebocoran adalah standar
sentimeter kubik per detik (std cm3 / s atau std cc / s). Menurut unit sistem metrik
internasional (SI nomenklatur), kebocoran diukur dalam meter kubik per detik
pascal (Pa ⋅ m3 / s). dalam keduanya, unit massa gas (std cc dan Pa ⋅ m3)
menunjukkan kuantitas gas (udara) yang terkandung dalam unit volume (101
kPa). Untuk pengukuran yang sangat tepat, temperatur standar 20 ° C (293 ° K)
juga ditentukan. Kecuali suhu bervariasi secara luas selama percobaan, Namun,
perubahan kecil akibat variasi suhu tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan
perbedaan yang berpotensi besar dalam tekanan gas.Belakangan ini, std cc/s
adalah satuan ukuran lebih umum, tetapi karena kedua unit ukuran digunakan
secara konvensional, tingkat kebocoran sering disajikan baik dalam unit stdcc/s
atau Pa⋅m3/s, tergantung pada sumber referensi yag digunakan. Untuk
mengkonversi ke stdcc /s dariPa⋅m3/s, unit SI harus dikalikan dengan faktor
9,87atau sekitar 10. Ini dan lainnya unit kebocoran umum mengukur di rangkum
dalam Tabel4.1
Istilah yang digunakan untuk mendefinisikan spesifikasi tingkat kebocoran
akan berbeda tergantung dengan jenis metode uji yang digunakan. Dalam
beberapa kasus, kebocoran diukur secara kualitatif, dan spesifikasi dapat
didefinisikan secara absolut. Sebagai contoh, untuk sebuah wadah yang
dimaksudkan untuk mencegah hilangnya cairan dan masuknya mikroba, setiap
kebocoran cairan yang terdeteksi di bawah kondisi penyimpanan dan penggunaan
akan dianggap tidak diterima.
Di sisi lain, ketika kebocoran yang diukur kuantitatif, spesifikasi
kebocoran dapat didefinisikan dalam bilangan. Hal ini terjadi, misalnya, ketika
mengukur kebocoran gas dengan spektrometri massa helium, diferensial tekanan,
atau vacuumloss. Setelah tingkat kebocoran kegagalan produk telah ditentukan,
batas tingkat kebocoran harus disesuaikan kembali. Mengingat fakta bahwa
tingkat kebocoran gas adalah fenomena logaritmik, dan tes kebocoran banyak
yang akurat hanya dalam 50% dari nilai sebenarnya, adalah wajar untuk
menggunakan faktor keamanan ketika memilih spesifikasi tingkat kebocoran.
Seringkali, faktor keamanan 0,1 direkomendasikan untuk kemasan yang harus
menunjukkan 10-5 Pa m3 / s sebagai laju kebocoran maksimum yang diijinkan,
spesifikasi tingkat kebocoran akan 10- 6 Pa ⋅ m3 / s . Ketika mengacu pada
kebocoran gas, pengaturan kondisi standar yang paling umum diterima. adalah
bahwa udara kering pada 25 ° C untuk perbedaan tekanan antara 1 standar
atmosfer dan vakum (suasana standar adalah 101,325 kPa). Untuk tujuan praktis,
vakum perlu tidak lebih baik dari 1 / 100 dari suasana atau 1 kPa. Jika kondisi
pengujian tidak ditentukan, kondisi standar ini umumnya disarankan. Metode uji –
uji kebocoran menurut Akers, J. Michael dan Larrimore, S. Daniel yaitu :
1. Acoustic Imaging
Merupakan teknologi uang digunakan untu menentukan akibat yang
tersembunyi atau yang terlihat pada objek yang sangat kecil. Pada acoustic
imaging, dirancang khusus transduksi piezoelektrik yang diubah menjadi impuls
elektrik dengan frekuensi sekitar ratusan megahertz. Lensa acoustic memfokuskan
gelombang tersebut pada titik yang memiliki kemampuan untuk mendeteksi
sesuatu yang rapuh atau tipis diantara bahan uji. Kemudian gelombang akan
dihantarkan pada detector dan program tersebut akan menampilkan gambar planar
atau gambar yang menyajikan kedalaman yang beragam pada sampel. Teknologi
ini dikembangkan sebagai alat dalam R&D untuk mengevaluasi kemasan farmasi.
2. Bubble test
Metode ini umumnya dilakukan dengan meletakkan kemasan dalam air,
gunakan tekanan, dan lakukan inskpeksi untuk gelembung (metode 1). Sebagai
alternative, surfaktan dapat digunakan pada permukaan terluar kemasan yang
diberiakn tekanan yang dapat dinspeksi untuk penyabunannya ( metode 2). Uji
gelembung dapat diketahui keberadaan dan lokasi dari kebocoran.sensitivitasnya
mulai dari 10-1 sampai 10-5 std cc/s tergantung pada panjang waktu yang
digunakan untuk observasi. Sensitivitas dar metode 1 sebagai bilangan dan ukuran
dari gelembung yang terlihat pada air submersion pada waktu tertentu dengan
parameter uji tertentu. Kerugian dari uji gemebung ini untuk produk parental
adalah perlunya suasana basah, akantetapi meupakan uji yang cepat. Pada
percobaan metode kedua pada penelitian sebelumnya dihasilkan deteksi
kebocoran rendah pada 10-6 pa .m3/s (10-5 std cc/s)

3. Vacuum
Vacuum merupaka uji yang dapat digunakan untuk beberapa jenis aplikasi
wadah, termasuk wadah makanan, alat kedokteran, dan wadah farmasi.
Keuntungan utama dari metode jenis ini adalah dapat dilakukan pada wadah yang
akan diuji langsung tanpa terknotaminasi oleh panambahan zat kimia tau gas dan
biasanya tidak terjadi kerusakan fisika. Prinsip dati tehnik ini adalah
memindahkan wadah kedalam kotak uji yang tertutup rapat, keluarkan tekanan
atau vacuum kedalam kotak , kemudian ukur kecepatan dari perubahan vacuum
pada kotak terhadap waktu. Kecepatan atua penambahan perubahan dibandingkan
dengan control yang tidak bocor. Perbuhan besar yang berarti untuk uji wadah
adalah indikasi dari kebocoran.

4. Pengamatan Visual
Merupakan inspeksi terhada o kebocoran yang paling mudah diantara cara
yang lain tetapi sensitifitasnya paling kecil dianata cara yang lain. Inspeksi ini
merupakan metode kualitatif yang digunakan untuk mendeteksi kebocoran yang
besar. Cara ini dapat ditingkatkan dengan menggunakan pencahayaan khusus dan
latar background.

5. Perubahan berat ( weight loss )


Untuk melakukan uji perubahan berat, jumlah bahan yang dimasukkan dan
wadahyang digunakan diamati perubahan beratnya (untuk cairan) atau
penambahan berat (untuk wadah berisi kering) terhadap waktu.Uji termasuk
wadah dalam keadaan ekstrim dari kelembapan umum dan atau suhu. Uji ini
adalah metode untuk integritas wadah yang terdapat pada USP untuk wadah dosis
tunggal dan dosis ganda untuk obat oral padat, sama halnya untukbotol yang
digunakan untuk cairan. Uji ini cukup akurat dan mudah untuk dilakukan dan
menghasilkan infotmasi yang langsung berhubungan dengan kualitas dari wadah
suatu produk.
Sensitifitas dari metode ini adalah semakin kecil perubahan berat yang
dapat terdeteksi menghsilkan sensitifitas dari scale, berat dan kelmbapan dari
wadah. Pada situasi tertentu, wadah control yang mengandung bahan inert
merupakan perbandingan yang bermanfaat untuk mengidentifikasi perubahan
berat secara signifikan dalam uji wadah.
BAB III

PENUTUP

Pengemas diartikan sebagai wadah, tutup, dan selubung sebelah luar,


artinya keseluruhan bahan kemas, dengannya obat ditransportasikan dan/atau
disimpan. Kemasanadalah penyatuan dari bahan yang dikemas (bahan yang
diisikan) dan pengemas. Bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang
dikemas, dinyatakan sebagai bahan kemas primer, sebaliknya pembungkus
selanjutnya seperti kotak terlipat, karton dan sebagainya dinamakan bahan kemas
sekunder.

Anda mungkin juga menyukai