Anda di halaman 1dari 2

DASAR TEORI (Nofa Novia Fatwariani – P17335119022)

Asam salisilat memiliki struktur kimia C7 H 6 O3 bekerja sebagai analgesik antipiretik


dengan menghambat prostaglandin yang dibentuk dari metabolisme asam arakidonat dengan
katalisator enzim siklooksigenase. Dalam bidang dermatologi, asam salisilat banyak
digunakan sebagai terapi veruka, kalus, psoriasis, dermatitis seboroik pada kulit kepala, dan
ikitiosis. Penggunaannya semakin berkembang sebagai bahan peeling dalam terapi penuaan
kulit, melasma, hiperpegmentasi pasca inflamasi, dan pengobatan jerawat (Gunawan, 2009).

Difusi adalah proses berpindahnya suatu zat dari daerah yang berkonsentrasi tinggi ke
daerah yang berkonsentrasi rendah, yang dalam proses perpindahannya tidak dibutuhkan
energi. Pada absorpsi perkutan, senyawa berdifusi dari permukaan kulit kedalam stratum
korneum dibawah pengaruh gradien konsentrasi dan juga berdifusi melalui epidermis,
melalui dermis, dan kedalam sirkulasi darah (Shargel dkk, 2012). Penetrasi melintasi stratum
korneum dapat terjadi karena adanya proses difusi melalui dua mekanisme sebagai berikut:

1. Absropsi Transepidermal
Jalur absorpsi transepidermal merupakan jalus difusi melalui stratum korneum yang
terjadi melalui dua jalur, yaitu jalur transeluler dan jalur interseluler. Jalur transeluler
artinya melalui sel korneosit yang bersifat polar dan melewati daerah interseluler yang
kaya akan lipid. Pada jalur interseluler, senyawa akan masuk melalui ruang antar sel, yaitu
bagian interseluler yang bersifat lipofil (Murthy, 2011).
2. Absorpsi Transappendageal
Jalur absorpsi transappendageal merupakan jalur masuknya obat melalui folikel
rambut dam kelenjar keringat yang disebabkan karena adanya pori-pori sehingga
memungkinkan obat berpenetrasi. Jalur ini kurang signifikan dalam transportasi zat karena
mempunyai luas permukaan yang kecil yaitu hanya sebesar 0,1% dari luas permukaan
kulit (Anggraeni, 2008).
Proses masuknya obat ke dalam kulit secara umum terjadi melalui proses difusi pasif.
Difusi pasif merupakan proses dimana suatu substansi bergerak dari daerah suatu sistem ke
daerah lain dan terjadi penurunan kadar gradien diikuti bergeraknya molekul. Difusi pasif
merupakan bagian terbesar dari proses trans-membran bagi umumnya obat. Tenaga
pendorong dari difusi pasif ini adalah perbedaan konsentrasi obat pada kedua sisi membran
sel (Shargel dkk, 2012).
Difusi obat berbanding lurus dengan konsentrasi obat, koefisien difusi, viskositas, dan
ketebalan membran. Di samping itu, difusi pasif dipengaruhi oleh koefisien partisi, yaitu
semakin besar koefisien partisi maka semakin cepat difusi obat. Kemampuan berdifusi suatu
zat melalui kulit dipengaruhi oleh sifat fisikokimia dari zat aktif (bobot molekul, kelarutan,
koefisien partisi), atau dapat juga dipengaruhi oleh karakteristik sediaan, basis, dan zat-zat
tambahan dalam sediaan (Shargel dkk, 2012).

DAPUS

Anggraeni. 2008. Pengaruh Bentuk Sediaan Krim, Gel, dan Salep Terhadap Penetrasi
Aminofilin Sebagai Antiselulit Secara In Vitro Menggunakan Sel Difusi Franz.
[Skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia.

Gunawan S.G. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Murthy, Narasimha. 2011. Dermatokimetics of Therapeutic Agents. USA: CRC Press.

Shargel, L., Wu, S., dan Yu, Andrew B.C. 2012. Biofarmasetika dan Farmakokinetika
Terapan Edisi 5. Surabaya: Universitas Airlangga Press.

Anda mungkin juga menyukai