FARMAKOKINETIKA
“STUDI DIFUSI NATRIUM DIKLOFENAK (IN VITRO)”
LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2023
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Difusi
Difusi sederhana merupakan proses pelaluan zat yang bersifat transport
pasif melalui pori protein yang dibentuk oleh protein integral atau pori statis
akibat gerakan rantai asam lemak lapisan ganda lipid, zat yang diangkut tidak
36 bersifat spesifik tetapi memenuhi sayarat ukuran maupun muatan
(Darmadi, 2019).
Difusi terfasilitasi adalah pelaluan zat melalui membran plasma yang
melibatkan protein pembawa tau protein transport. Protein transport memiliki
sifat seperti enzim, yaitu bersifat spesifik terhadap zat dan tempat pengikatan
molekul yang diangkutnya. Protein transport dapat berubah bentuk saat
mengikat dan melepas molekul yang dibawanya. Protein transport pada
membrane memudahkan difusi molekul asam amino dan glukosa (Darmadi,
2019).
Molekul polar yang berukuran besar, seperti asam amino, glukosa, ion K+,
Na+, dan Cl- tertahan oleh membran ganda fosfolipid, tetapi dapat berdifusi
melalui saluran yang di bentuk oleh protein. Protein yang biasanya
membentuk saluran adalah protein integral. Saluran protein dapat membuka
dan menutup karena adanya rangsangan listrik atau kimiawi, contohnya sat
molekul neutransmiter dapat membuka saluran protein pada membrane sel
saraf sehingga ion Na+ dapat masuk ke sel (Darmadi, 2019).
Faktor yang dapat mempengaruhi difusi yaitu molekul bergerak terus-
menerus secara acak pada tingkat yang tergantung pada massa, lingkungan,
dan jumlah energi panas yang dimiliki. Gerakan ini menyumbang difusi
molekul melalui media apa pun di mana mereka dilokalisasi. Sebuah substansi
akan cenderung bergerak ke setiap ruang yang tersedia untuk itu sampai
merata di ruangan itu. Setelah zat telah menyebar sepenuhnya melalui ruang
yang menghilangkan gradien konsentrasinya, molekul mash akan bergerak di
sekitar ruang, tetapi tidak akan ada gerakan bersih jumlah molekul dari satu
daerah ke daerah lain (Setiawati, 2017).
Kecepatan difusi dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu (Darmadi, 2019):
1. Gradien konsentrasi: semakin besar gradient konsentrasi maka difusi
semakin cepat
2. Suhu: semakin tinggi suhu maka difusi semakin cepat. Hal ini
dikarenakan tingginya suhu menambah energi kinetic molekul
3. Luas permukaan: semakin luas permukaan maka difusi semakin cepat.
Hal ini dikarenakan lebih banyak ruang pertukaan molekul
4. Jenis molekul: molekul yang berukuran kecil atau bersifat nonpolar
lebih mudah berdifusi dibandingkan molekul besar dan tau polar
2.4 Kulit
Kulit merupakan organ tubuh yang penting yang merupakan
permukaan luar organisme dan membatasi lingkungan dalam tubuh dengan
lingkungan luar. Kulit terdiri atas Bagian ectoderm yaitu epidermis (kulit
luar) dan kelengkapannya (kelenjar, rambut, kuku) Bagian jaringan ikat,
yaitu korium (kulit jangat).
2.4.1 Struktur Kulit
Kulit terdiri atas 2 lapisan utama yaitu epidermis dan dermis.
Epidermis merupakan jaringan epitel yang berasal dari ektoderm,
sedangkan dermis berupa jaringan ikat agak padat yang berasal dari
mesoderm. Di bawah dermis terdapat selapis jaringan ikat longgar
yaitu hipodermis, yang pada beberapa tempat terutama terdiri
dari jaringan lemak. (Sonny J R, 2013)
Ad 1000 ml aquadest
+ Na diklofenak 50 mg
+ Lar. dapar fosfat ph 7,4
100 ml
50 ml
Diukur dengan spektrofometri UV-Vis
3.2.2 Uji difusi sediaan in vitro
ppm absorbansi
10 0,463
20 0,420
30 0,652
40 0,710
50 0,808
Menit absorbansi
10 0,371
20 0,333
30 0,160
40 0,044
50 0,061
4.2 Perhitungan
Dik : y = 0,0098x – 0,3166
a = 0,3166
b = 0,0098
R = 0,9400
D = 2 cm
r = 1 cm
A=π
A = 3,14 x 1 x 1 = 3,14
S = 3 mL
1. t1 ( 10 menit )
Persamaan regresi : y = 0,0098 x + 0,3166
0,371= 0,0098 x + 0,3166
0 ,371−0,3166
x =
0,0098
x = 5,55 mg/mL
Q1 = { Cn .V + ( ∑ n−1 ) C . S
A }
Q1 = { 5 , 55 . 20 ,5 mL + ( 1−1 ) .3 ml
3 , 14 }
Q1 = 108,70 mg/cm2
2. t2 ( 20 menit )
Persamaan regresi : y = 0,0098 x + 0,3166
0,333 = 0,0098 x + 0,3166
0 ,33 3−0,3166
x =
0,0098
x = 1,67 mg/mL
Q2 = { Cn .V + ( ∑ n−1 ) C . S
A }
Q2 = { 1 , 67 . 20 ,5 mL + ( 2−1 ) .3 ml
3 , 14 }
Q2 = 33,02 mg/cm2
3. t3 ( 30 menit )
Persamaan regresi : y = 0,0098 x + 0,3166
0,160 = 0,0098 x + 0,3166
0,160−0,3166
x =
0,0098
x = -15,97 mg/mL
Q3 = { Cn .V + ( ∑ n−1 ) C . S
A }
Q3 = {
−15 , 97 . 20 , 5 mL+ ( 3−1 ) .3 ml
3 ,14 }
Q3 = -312,15 mg/cm2
4. t4 ( 40 menit )
Persaman regresi : y = 0,0098 x + 0,3166
0,044 = 0,0098 x + 0,3166
0,044−0,3166
x =
0,0098
x = -27,81 mg/mL
Q4 = { Cn .V + ( ∑ n−1 ) C . S
A }
Q4 = {
−27 ,81 . 20 ,5 mL + ( 4−1 ) .3 ml
3 ,14 }
Q4 = -543,73 mg/cm2
5. t5 ( 50 menit )
Persamaan regresi : y = 0,0098 x + 0,3166
0,061 = 0,0098 x + 0,3166
0,061−0,3166
x =
0,0098
x = -26,08 mg/mL
Q5 = { Cn .V + ( ∑ n−1 ) C . S
A }
Q5 = {
−26 ,08 . 20 , 5 mL+ ( 5−1 ) .3 ml
3 ,14 }
Q5 = -509,52 mg/cm2
4.3 Grafik
4.4 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan studi difusi sediaan farmasi
secara in vitro. Difusi adalah proses penting dalam biofarmasetika karena
memahami sejauh mana suatu zat aktif dapat menembus lapisan kulit
merupakan aspek kunci dalam pengembangan formulasi farmasi topikal.
Tujuan dilakukan percobaan ini untuk yaitu untuk mengukur konsentrasi obat
yang terdifusi kedalam kulit dan mengetahui konsentrasi obat terhadap waktu
yang dilakukan secara in vitro dengan melihat jumlah obat yang terdifusi pada
luas membran.
Pada praktikum kali ini menggunakan metode difusi melalui membran.
Membran yang digunakan yaitu membran kulit ular dan membran kulit tikus
karena memiliki struktur stratum korneum yang hampir sama dengan manusia.
Adapun mekanisme difusi terjadi saat voltadex di dalam gel menembus kulit
membran tikus yang dihubungkan dengan jumlah ketoprofen yang terpenetrasi
per satuan luas membran terhadap waktu (Hukum Fick).
Pengujian difusi secara in vitro dilakukan pada sediaan transdermal.
Pemberian secara transdermal menghasilkan pelepasan obat ke dalam tubuh
melalui kulit. Rute pemberian transdermal memiliki beberapa keuntungan,
antara lain berkurangnya metabolisme obat lintas pertama (first pass effect),
tidak adanya degradasi saluran cerna, penghantaran obat dalam jangka
panjang, dan penyerapan obat yang terkontrol. Namun, hanya sejumlah kecil
molekul obat yang dapat diformulasikan menjadi patch transdermal karena
penetrasi kulit yang rendah.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Voltadex gel. Voltadex
Gel mengandung zat aktif Diclofenac, obat yang termasuk golongan Non
Steroidal Anti-Inflamatory Drug (NSAID). Obat ini digunakan untuk
pengobatan topikal pada peradangan akibat trauma tendon, ligamen, otot dan
sendi. Obat ini juga digunakan untuk mengobati reumatisme jaringan lunak
dan penyakit reumatik. Pada voltadex memiliki beberapa kelemahan, yaitu
kelarutan sukar larut dalam air, kecepatan disolusi dan bioavailabilitasnya
rendah, serta waktu eliminasinya cepat. Oleh karena itu, voltadex dilakukan
pemberian obat melalui rute transdermal yang mampu menghantarkan obat
masuk secara terkendali ke dalam tubuh melalui kulit untuk mendapatkan efek
sistemik.
Pengujian difusi dilakukan pada menit 10,20,30,40 dan 50 dan suhu diatur
hingga 37°C agar uji sesuai dengan suhu tubuh manusia. Penggunaan dapar
fosfat pH 7,4 sebagai pelarut yang bertujuan untuk mengkondisikan cairan
seperti pH tubuh normal. Selanjutnya dibuat larutan deret standar dengan
konsentrasi 10 ppm; 20 ppm; 30 ppm; 40 ppm; dan 50 ppm sehingga didapat
persamaan regresi y = 0,0098 x + 0,3166
Didapatkan hasil pengamatan pada uji difusi, pada nilai absorbansi menit
10 0,371; menit 20 0,33; menit 30 0,160; menit 40 0,044; dan menit 50 0,061.
Terdapat absorbansi yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan karena
absorbansi yang baik pada rentang 0,2-0,8. Selanjutnya dilakukan perhitungan
konsentrasi voltadex pada menit 10, 20, 30, 40 dan 50 dengan masing-masing
dihasilkan jumlah zat yang terpenetrasi (Q) sebesar 108,70 mg/cm 2 ; 33,02
mg/cm2; -312,15 mg/cm2 ; -543,73 mg/cm2 ; -509,52 mg/cm2. Hasil yang
diperoleh tidak sesuai karena bernilai negative dimana seharusnya didapat
hasil yang positif. Hasil yang tidak sesuai ini dapat terjadi karena penggunaan
larutan dapar fosfat yang tidak baru atau membran kulit yang digunakan
terlalu tebal. Hal ini sesuai dengan hukum fick yang menyatakan bahwa
membran kulit berbanding terbalik dengan fluks per satuan luas. Semakin
tebal membran maka semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk berdifusi
melewati kulit.
Pada hasil grafik didapatkan
BAB V
KESIMPULAN
3.
DAFTAR PUSTAKA
Barry, Brian & Touitou, Elka., (2017). Enhancement in Drug Delivery. New York
CRC Press. 217-221
Darmadi, (2019). Mekanisme Transpor Pada Membran. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Shargel, A., (2018). Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Surabaya:
Airlangga University-press.
Sinko, A., (2016). Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Setiawati, T., (2017). Biologi Interaktif. Jakarta : Azka Press.
Singh G., (2015). Gastrointestinal complications of prescription and over-the-
counter nonsteroidal anti-inflammatory drugs: a view from the ARAMIS
database. American Journal of Therapy. (7):115-121.
Saafrida, Salman Umar, Henny Lucida, (2022). Pengembangan dan Validasi
Metode Disolusi Tablet Salut Enterik Ketoprofen. Jurnal sains dan
farmasi klinis, vol 9 no.3, hh 285-290
Sonny, J.R., (2013). HISTOFISIOLOGI KULIT. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Tabor, Aaron & Blair, Robert, (2019). Nutritional Cosmetics : Beauty from
Within. USA : Elsevier. 43.
LAMPIRAN