SISTEM LOKOMOTOR
DI SUSUN OLEH :
Otot adalah salah satu dari empat jaringan tubuh dasar. Terdapat tiga jenis
otot, yaitu terdiri dari sel-sel kontraktil khusus. Suatu otot rangka mengandung
sejumlah besar serat otot. Setiap serat dibungkus oleh suatu jaringan ikat halus yang
disebut endomisium. Seberkas kecil seratdibungkus dalam perimisium, dan otot
keseluruhan dalam epimisium (Brooker,2008).
Otot adalah jaringan yang paling banyak terdapat pada sebagian besar tubuh,
dan kontraksi otot merupakan bagian besar dari kerja seluler yang memerlukan
energi dalam tubuh yang aktif. Didalam tubuh terdapat tiga jenis jaringan otot,
yaitu otot polos, otot lurik dan otot jantung. Otot merupakan alat gerak aktif
sedangkan rangka tubuh merupakan alat gerak pasif. Secara anatomis, otot terdiri
dari dua filamen (benang) dasar, yaitu aktin dan miosin. Miosin berstruktur tebal,
sedangkan aktin berstruktur tipis (Cambpell,2002).
Jaringan otot yang mencapai 40% sampai 50% berat tubuh. Pada umumnya
tersusun dari sel-sel kontraktil yang disebut serabut otot. Melalui kontraksi, sel-sel
otot menghasilkan pergerakan dan melakukan pekerjaan. Fungsi sistem muskular
yaitu pergerakan, otot menghasilkan pergerakan pada tulang otot tersebut melekat
dan bergerak dalam bagian-bagian organ internal tubuh. Penopang tubuh dan
mempertahankan postur, otot menopang rangkadan mempertahankan tubuh saat
berada dalam posisi berdiri atau saat duduk terhadap gaya gravitasi. Produksi panas,
kontraksi otot secara metabolit menghasilkan panas untuk mempertahankan suhu
normal tubuh (Sloane,2003
BABII
TEORI DASAR
Gerak lokomotor adalah segala bentuk gerakan untuk memindahkan tubuh dari
suatu tempat ketempat yang lain.Gerak dasar lokomotor sering dilakukan dalam kehidupan
sehari–hari sebagai contoh:berjalan,berlari.Kemudian gerak dasar lokomotor dapat
dikombinasikan dengan gerakan dasar lainnya(Effendi,2009)
Jaringan otot atau biasa disebut otot telah dijumpai mulai dari invertebrate sampai
vertebrata.Otot merupakan bagian terbesar dari tubuh manusia.Hampir setengah dari
keseluruan berat tubuh manusia disumbang oleh otot. Jaringan otot seperti jaringan yang
lain memiliki sifat peka terhadap rangsangan (sifat iritabilitas), mampu merambatkan
impuls (sifatkonduktivitas),mampu melaksanakan metabolisme dan mampu membelah
diri.Sifat jaringan otot yang khas adalah kemampuannya untuk berkontraksi(sifat
kontraktilitas) yang tinggi. Sifat kontraktilitas disebabkan sel-sel otot memiliki Protein
kontraktil,yaitu aktin dan myosin(Yunadi,2003)
Otot rangka merupakan jenis otot yang melekat pada seluruh rangka,cara kerjanya
disadari(sesuai kehendak),bentuknya memanjang dengan banyak lurik-lurik,memiliki
nucleus banyak yang terletak ditepi sel contohnya adalah otot pada lengan
(Guyton,A.,andHall,J.,2006)
3 Alat peraga atau gambar otot Untuk mengetahui letak dan fungsi pada
superfisial otot tersebut.
No Bahan
1 Air es
2 Air hangat
3 Air suling
6 Katak hidup
3.2 Prosedur
3.2.1 Anatomi tulang
Pada prosedur yang pertama ialah anatomi tulang. Langkah pertama yang dilakukan
yaitu tulang ayam diamati, lalu digambarkan dan diidentifikasi bagian-bagiannya seperti
epifisis, rongga medulla, tulang batu karang (cancellous), tulang pejal (kompak), diafisis,
metafisis, sumsum tulang, dan hilum, kemudian diamati gambar skeleton yang tersedia,
lalu diidentifikasi dan diberi nama tulang-tulang penting yang ditunjukkan pada gambar
skeleton tersebut.
Pada prosedur yang kedua ialah anatomi otot. Langlah pertama yang dilakukan yaitu
pengenalan beberapa otot kranial dan fasial, selanjutnya diidentifikasi letak dan fungsi
pada otot auricularis, otot frontalis, otot corrugator supercilli, otot quadratus labii superior,
otot zygomaticus, otot orbicularis oris, otot nasalis, dan otot orbicularis oculi, setelah itu
dicocokkan otot-otot yang terlibat dalam ekspresi muka seperti meringis, merengut,
menaikkan hidung, mengerutkan bibir ke atas, dan mengerutkan dahi, kemudian
pengenalan beberapa otot superfisial tubuh, selanjutnya diidentifikasi letak dan fungsi pada
otot sternocleidomastoid, otot biceps branchii, otot quadriceps femoris, otot serratus
anterior, otot triceps branchii, otot rectus abdominis, otot branchioradialis, otot
gastrocnemius, otot gluteus maksimus, otot sartorius, otot ekstensor, otot fleksor, otot
soleus, otot peroneus, otot pectoralis, dan otot deltoideus.
Pada prosedur yang ketiga ialah anatomi otot skelet. Langlah pertama yang dilakukan
yaitu dilengkapi bagian-bagian anatomi makro otot skelet pada Gambar 2. seperti
epimysium, perimysium, endomosium, fesikulus, tendon, dan serabut otot. Selanjutnya,
dilengkapi bagian-bagian anatomi mikro otot skelet dan struktur miofibril pada Gambar 3.
seperti filament tipis (aktin), filamen tebal (myosin), garis Z, sarkolema, sarkomer,
sarkoplasma, pita A, pita I, nucleus, tubulus T, retikulum sarkoplasma, dan zone H. Setelah
itu, dilengkapi bagian-bagian dari struktur neuromuscular junction pada Gambar 4 seperti
celah sinaptik, vesikel sinaptik, akson terminal, dan reseptor asetilkolin.
Pada prosedur yang kelima ialah fisiologi otot. Untuk kontraksi isometrik dan isotonik,
dengan rileks, diletakkan salah satu tangan pada meja, lalu telapak tangandihadapkan ke
atas, kemudian ditempatkan sebuah buku di atas telapak tangan, lalu buat ancang-ancang,
kemudian buku tersebut diangkat dan diamati permukaan anterior lengan atas pada saat
membuat ancang-ancang, selanjutnya diidentifikasi tipe kontraksi yang terjadi. Setelah itu,
dietakkan lengan bawah sekali lagi, dengan rileks pada meja dengan telapak tangan
dihadapkan ke atas, lalu ditempatkan beberapa buku di atas telapak tangan, atau beban
lain yang sedemikian beratnya sehingga tidak mungkin terangkat oleh tangan, kemudian
buat ancang-ancang, lalu diangkat dan diamati pada otot biceps branchii terjadi
pemendekan, selanjutnya diidentifikasi tipe kontraksi yang terjadi.
Setelah itu, untuk kontraksi otot, pada inaktivasi katak langkah pertama yang
dilakukan yaitu anesti katak dengan eter, lalu desebrasi, kemudian dipegang katak dengan
satu tangan dan dengan telunjuk ditekan kepalanya ke bawah sehingga membentuk sudut
90o dengan tubuhnya, lalu dicari suatu lekukan pada batas kepala dengan tubuhnyadengan
cara diraba, kemudian jarum bedah ditusukkan dengan tangan lainnya melalui foramen
magnum pada lekukan tersebut ke dalam rongga kranial dan didorong jarum bedah tersebut
ke arah muka dan ke bawah, selanjutnya jarum diputar mengelilingi rongga kranial,
kemudian langkah selanjutnya yaitu isolasi otot gastroknemius katak, pertama-tama
digunting kulit dari bagian posterior pinggul katak yang telah didesebrasi, kemudian
dikuliti seluruh kakinya, dengan jalan menariknya dengan menggunakan pinset atau jari
tangan dengan cepat, lalu dipisahkan otot-otot paha dari tulang paha (femur) dengan
diperhatikan jangan sampai otot gastroknemiusnya ikut terlepas dari tulang paha,
selanjutnya dicari tendon achilles pada bagian distal gastrocnemius, kemudian dibebaskan
tendon tersebut dari jaringan di sekitarnya, lalu kawat diikatkan pada bagian atas dari
tendon tersebut, kemudian dipotong tendon tersebut sehingga terlepas daritulang tumit,
setelah itu tulang paha dipotong kira-kira pada bagian tengahnya, kemudian
dipisahkan juga otot gastroknemius dari tulang tibia dan fibula, lalu preparat yang
diperoleh dari prosedur ini merupakan otot gastroknemius dengan tendonnya, serta
sebagian tulang femur, selanjutnya femur dipasang pada klem femur yang tersedia dan
diikatkan tali tendon achilles pada pengungkit (pengumpil).
Langkah selanjutnya yaitu untuk preparat yang digunakan disini adalah otot terisolasi
dari percobaan sebelumnya, lalu kimograf diputar dengan kecepatan tinggisehingga
ditiap kontraksi memberikan gambar yang lebar, kemudian stimulus tunggal diberikan
pada otot dan diamati profil kontraksi yang tercatat pada kimograf, lalu disalin pada kertas
dari gambar yang diperoleh, kemudian diberi nama seperti periode laten, periode kontraksi,
periode relaksasi, dan satu kejangan tunggal penuh.
Pada prosedur yang keenam ialah pengaruh suhu terhadap kontraksi otot. Langkah
pertama yang dilakukan yaitu pada sebuah otot gastroknemius direndam dalam larutan es
yang dingin, lalu diangkat otot tersebut sesudah beberapa lama, kemudian dipasangkan
klem dan pengumpil, lalu untuk mempertahankan pertahankan kelembaban dan suhu
rendah dari preparat otot tersebut dibasahi dengan menggunakan larutan ringer dingin,
kemudian diberikan stimulus tunggal dengan gambaran kontraksi yang terjadi, lalu dicatat
pada kimograf yang berputar dengan kecepatan tinggi, selanjutnya otot tersebut dibasahi
dengan larutan ringer hangat (+ 30oC) setelah 3 sampai 5 menit penghangatan, diberikan
lagi stimulus dan dicatat kontraksinya pada kimograf, lalu dibandingkan kedua
jenis gambaran kontraksi yang diperoleh, kemudian dibandingkan pola/gambaran
kontraksi tersebut dengan pola kontraksi yang diperoleh pada prosedur 5.
Pada prosedur yang ketujuh ialah pengaruh peningkatan frekuensi stimulus terhadap
kontraksi otot. Langkah pertama yang dilakukan yaitu kimograf dipasang dengan
kecepatan rendah, lalu stimulator dipasang pada stimulus maksimal dan diberikan 6-8
kali stimulasi pada otot terisolasi dengan kecepatan stimulasi 2-3 stimulus/detik, kemudian
diamati gambaran kontraksi yang terjadi, selanjutnya jarum dipindahkan pada bagian lain
kimograf, lalu kimograf dipasang pada kecepatan sedang dan stimulator pada stimulasi
maksimal, kemudian stimulus diberikan dengan kecepatan meningkat, mulai dari 1
stimulus/detik, meningkat menjadi 2,3,4,5,7,10, dan 20 stimulus/detik, selanjutnya
stimulus diberikan terus-menerus sampai terjadi keletihan otot, kemudian diamati
gambaran kontraksi yang terjadi dan dibahas kejadian-kejadian tersebut.
Pada prosedur yang kedelapan ialah kontraksi otot jantung. Langkah pertama yang
dilakukan yaitu dibius atau inaktivasi seekor katak dengan eter, selanjutnya katak
dilentangkan pada meja bedah, kemudian kaki-kakinya diikat, lalu digunting/dipotong kulit
dan otot pada bagian toraks, selanjutnya digunting/dipotong kembali tulang dadanya
(sternum) sehingga terlihat perikardiumnya, lalu dipasang kail kecil dengan
mengaitkannya pada bagian ventrikel jantung secara hati-hati sehingga tidak merusak atau
melubangi dinding jantung, kemudian dihubungkan kait tersebut dengan jarum penunjuk
kimograf melalui sebuah kawat, lalu kimograf dijalankan yang telah dihitamkan dengan
asap, kemudian diamati pola kontraksi otot jantung (EKG normal), selanjutnya disalin atau
digambar gerakan denyut jantung yang diperoleh secara skematik pada kertas gambar,
setelah itu ditentukan bagian-bagian yang menunjukkan kontraksi atrial, awal relaksasi
atrial, kontraksi ventrikel, relaksasi ventrikel, dan sistol serta diastol jantung.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Parietal Frontal
Occipital Maxilla
Mandible
Clavicle
Scapula
Sternum
Humerus
12th rib
Ilium
Hipbone Pubis Radius
Ishcium Sacrum
Ulna
Carpal (wrist) bones
Metacarpal bones
Proximal
Middle Phalanges
Femur Distal of fingers
Patella
Tibia
Fibula
Untuk menggerakkan
daun telinga ke
Otot-otot di sekitar bagian belakang dan ke atas.
3) Auricularis Superior
atas telinga.
6 Otot orbicularis oris Otot kompleks pada bibir Untuk menutup mulut.
yang mengelilingi mulut
(rahang atas dan rahang
bawah).
1. Tendon
2. Epimisium
3. Fasikulus
4. Perimisium
5. Endomisium
6. Nukleus
7. Sarkolema
8. Serabut otot
9. Endomisium
10. Perimisium
11. Epimisium
1. Garis Z
2. Zona H
3. Garis Z
4. Filamen tipis (aktin)
5. Filamen tebal (myosin)
6. Pita I
7. Pita A
8. Pita I
9. Pita M
1. Pita I
2. Pita A
3. Zona H dan garis M
4. Garis Z
5. Filamin elastis (titin)
6. Filamin tipis (aktin)
7. Filamin tebal (myosin)
8. Zona tumpang tindih
9. Sarkomer
1. Akson Terminal
2. Vesikel Sinaptik
3. Neurotransmitter
4. Celah Sinapsis
5. Reseptor Asetilkolin
Pertanyaan
1. Abduction
2. Adduction
3. Flexion
4. Extension
5. Hyperextension
6. Supination
7. Pronation
8. Medial rotation
9. Lateral rotation
4.1.5 Fisiologi otot
a) Kontraksi isometrik dan isotonik
Hasil :
b) Kontraksi otot
Hasil Sumber
4. Paku
5. Pipet
6. Pinset
7. Gunting
8. Cutter
9. Gelas kimia 500cc
Bahan
1. Katak
2. Hcl
3. Kapas
4. Kloroform
5. Benang
6. Ringer
7. Battery
8. Kabel
Tegangan kontraksi otot lebih tinggi Physiology practicals Dr. Shital G Dr. Dipti ( 12
pada suhu panas daripada pada saat Januari 2019)- Amphibian graph- Effect of
suhu normal. Kontraksi lebih tinggi temperature on Simple Muscle Curve.dipetik 25
pada suhu normal daripada pada April 2022. Dari youtube :
suhu dingin.
https://www.youtube.com/watch?v=xuHPuN9YfxI
4.1 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai sistem lokomotor. Sistem
lokomotor merupakan sistem yang dapat menggerakkan tubuh yang terdiri dari sistem
skelet dan sistem otot. Sistem skelet terdiri dari semua tulang termasuk tulang rawan.
Bentuk tubuh manusia dipertegas dengan adanya tulang, dengan adanya tulang, maka
tubuh bisa berdiri dengan kokoh, tegak dan mampu bergerak dengan dukungan dari
jaringan tubuh lainnya. Tanpa tulang manusia tidak bisa berjalan dengan tegak danbergerak
dengan dinamis. Prinsip dari percobaan ini yaitu dapat mengetahui anatomi otot
berdasarkan otot kranial, fasial, dan superfisial, kemudian dapat mengetahui anatomi otot
skelet berdasarkan struktur makro otot, mikro otot, miofibril dan neuromuscular junction,
dan dapat mengetahui fisiologi otot berdasarkan kontraksi isometrik, isotonik, kontraksi
tunggal, kontraksi otot jantung.
Pada prosedur yang pertama ialah anatomi tulang. Dalam percobaan ini mengenai
tulang kaki ayam. Kerangka ayam berfungsi membentuk kekuatan kerja untukmenyokong
tubuh, tempat pertautan otot, melindungi organ-organ vital, tempat diproduksi sel
darahmerah dan sel darah putih pada sumsum, membantu pernapasan dan meringankan
tubuh saat terbang. Langkah pertama yang dilakukan yaitu tulang ayam diamati, lalu
digambarkan dan diidentifikasi bagian-bagiannya seperti epifisis, ialah salah satu ujung
bulat tulang panjang yang membuat sendi. Lalu rongga medulla, ialah tempat penyimpanan
sumsum tulang merah dan/atau kuning. Kemudian tulang batu karang (cancellous), ialah
jaringan berbentuk kubus, dalam, berpori, kurang padat, yang ditemukan di daerah tengah
tulang. Lalu tulang pejal (kompak), ialah lapisan terluar yang lebih keras dari silinder.
Kemudian diafisis, ialah bagian tengah tulang panjang. Lalu metafisis, ialah daerah
melebar tepat di bawah epifisis di mana lempeng pertumbuhan ditemukan. Kemudian
sumsum tulang, ialah tempat produksi sebagian besar sel darah baru, dan hilum ialah
bagian akhir pelvis renalis yang tersambung langsung dengan ureter.
Selanjutnya ialah anatomi otot. Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh manusia
dan hewan yang berfungsi sebagai alat gerak aktif yang menggerakkan tulang. Langlah
pertama yang dilakukan yaitu pengenalan beberapa otot kranial dan fasial. Otot kranial
merupakan bagian dari sistem saraf tepi namun berlokasi di dekat sistem saraf pusat yakni
kranium/tengkorak, sedangkan otot fasial merupakan berperan besar dalam mengatur
ekspresi dan indra perasa di kulit wajah manusia.
Setelah itu ialah anatomi otot skelet. Otot rangka merupakan jenis otot yang
melekat pada seluruh rangka, cara kerjanya disadari (sesuai kehendak), bentuknya
memanjang dengan banyak lurik-lurik, memiliki nucleus banyak yang terletak di tepi sel
contohnya adalah otot pada lengan. Pada anatomi otot skelet ini terdapat anatomi makro
otot skelet, kemudian ada anatomi mikro otot skelet dan struktur myofibril, adapun juga
struktur neuromuscular junction. Untuk anatomi makro otot skelet terdapat bagian-
bagiannya seperti epimysium, merupakan selubung jaringan berserat yang mengelilingi
otot rangka. Lalu perimysium, merupakan selubung jaringan ikat yang mengelompokkan
serat otot menjadi bundel (antara 10 dan 100 atau lebih) atau fasikula. Kemudian
endomysium, merupakan lapisan tipis jaringan ikat areolar yang menyelubungi setiap
individu miosit (serat otot, atau sel otot). Lalu fasikulus, merupakan "seikat" (bundel) otot
lurik yang dikelilingi oleh perimisium, sejenis jaringan ikat. Kemudian tendon, merupakan
suatu struktur yang menghubungkan antara tulang dengan otot, dan serabut otot merupakan
satu sel otot, sel yang terbentul silinder panjang, mempunyai ukuran garis tengah yang
bervariasi antara 10-100 mikron, dengan panjang bisa lebih dari 30 cm. Untuk anatomi
mikro otot skelet dan struktur myofibril terdapat bagian-bagian seperti filamen tipis (aktin),
ialah bagian dari kerangka sel (sitoskeleton) yang berupa batang padat berdiameter sekitar
7 nm dan tersusun atas protein aktin, yaitu suatu protein globular. Lalu filamen tebal
(myosin) ialah protein pembentuk filamen tebal yang bertugas menarik aktin ketika
kontraksi otot terjadi. Kemudian garis Z, ialah bagian tumpang-tindih dua molekul protein
filamen otot, yaitu aktin dan myosin. Lalu sarkolema, ialah suatu selaput sel yang memiliki
sifat khusus yang ada disekeliling serat sel otot lurik. Kemudian sarkomer, ialah sebuah
unit dasar yang membentuk otot rangka manusia. Lalu sarkoplasma, ialah sitoplasma pada
otot yang terdiri dari miofibril dan terpendam dalam serat otot di dalam suatu matriks.
Kemudian pita A, ialah daerah gelap yang mengandung aktin dan myosin. Lalu pita I, ialah
pita yang lebih ringan dari sel otot rangka (disebut juga serat otot )., Kemudian nucleus,
ialah inti sel yang menjadi pusat komando pada sel eukariotik. Lalu tubulus T, ialah
invaginasi dari membran eksternal sel otot rangka dan jantung, yang kaya akan saluran ion
yang penting untuk perpasangan eksitasi-kontraksi. Kemudian retikulum sarkoplasma,
ialah jenis khusus dari RE halus yang ditemukan pada sel otot (miosit) baik pada otot halus
dan otot lurik, dan zona H, ialah jarak antara aktin satu dengan aktin lainnya (pada saat
kontraksi, zona H akan memendek atau menghilang). Untuk struktur neuromuscular
junction terdapat bagian- bagian seperti celah sinaptik, yaitu rongga antara neuron
presinaptik dan neuron
postsinaptik. Kemudian vesikel sinaptik, yaitu tempat penyimpanan berbagai
neurotransmitter. Lalu akson terminal, yaitu tempat bertemunya sel saraf dengan sel saraf
lainnya, dan reseptor asetilkolin, yaitu reseptor untuk neurotransmiter asetilkolin.
Selanjutnya ialah tipe gerakan-gerakan tubuh. Diantaranya ada gerak abduksiyaitu
gerak ke samping, menjauhi tubuh pada posisi anatomis. Kemudian gerak adduksi, yaitu
kebalikan dari abduksi, mengarah kembali ke posisi anatomis. Lalu gerak fleksi, yaitu suatu
gerak sendi yang memperkecil sudut sendi di antara dua tulang atau lebih. Kemudian gerak
ekstensi, yaitu gerak meluruskan di sekitar sumbu transversal ketika sendi bergerak dari
posisi fleksi kembali ke posisi anatomis netral pada bidang sagital. Lalu gerak hiper-
ekstensi, yaitu gerakan melampaui posisi netral atau lebih dari nol derajat. Kemudian gerak
pronasi, yaitu rotasi ke arah dalam untuk pergelangan tangan. Pada gerak ini, ibu jari dari
posisi anatomis diputar ke arah tubuh. Lalu gerak supinasi, yaitu kebalikan dari pronasi,
kembali ke posisi anatomis. Kemudian gerak rotasi lateral, yaitu gerak memutar menjauhi
garis tengah tubuh, dan gerak rotasi medial, yaitu kebalikan rotasi lateral, gerak berputar
ke arah garis tengah tubuh.
Setelah itu ialah fisiologi otot. Dalam hal ini pertama-pertama mengenai kontraksi
isometrik dan isotonik. kontraksi isotonik merupakan kontraksi otot memanjang atau
memendek selagi tonus pada otot tersebut, sedangkan kontraksi isometrik salah satu bentuk
latihan yang melibatkan kontraksi statis otot tanpa adanya gerakan yang terlihat pada sudut
sendi. Pada percobaan ini dengan rileks, diletakkan salah satu tangan pada meja, lalu
telapak tangan dihadapkan ke atas, kemudian ditempatkan sebuah buku di atas telapak
tangan, lalu buat ancang-ancang, kemudian buku tersebut diangkat dan diamati permukaan
anterior lengan atas pada saat membuat ancang-ancang, selanjutnya dalam percobaan ini
didapatkan hasil yaitu ketika mengangkat sebuah buku, otot biseps branchimemendek hal
ini termasuk tipe kontraksi isotonik. Setelah itu, dietakkan lengan bawah sekali lagi,
dengan rileks pada meja dengan telapak tangan dihadapkan ke atas, lalu ditempatkan
beberapa buku di atas telapak tangan, atau beban lain yang sedemikian beratnya sehingga
tidak mungkin terangkat oleh tangan, kemudian buat ancang-ancang, lalu diangkat dan
diamati. Dalam percobaan ini didapatkan hasil yaitu saat mengangkat benda yang tidak
bisa diangkat, otot branchi panjangnya tetap, namun ketika kontraksi, otot biseps
membesar. Hal ini termasuk tipe kontraksi isometrik.
Selanjutnya untuk kontraksi otot, pada inaktivasi katak. Alat dan bahan yang
digunakan pada sumber video tersebut yaitu alat bedah, jarum, kaca arloji, kapas, katak,
larutan ringer, dan papan bedah. Langkah pertama yang dilakukan yaitu anesti katak
dengan eter, lalu desebrasi, kemudian dipegang katak dengan satu tangan dan dengan
telunjuk ditekan kepalanya ke bawah sehingga membentuk sudut 90 o dengan tubuhnya,
lalu dicari suatu lekukan pada batas kepala dengan tubuhnya dengan cara diraba, kemudian
jarum bedah ditusukkan dengan tangan lainnya melalui foramen magnum pada lekukan
tersebut ke dalam rongga kranial dan didorong jarum bedah tersebut ke arah muka dan ke
bawah, selanjutnya jarum diputar mengelilingi rongga kranial, kemudian langkah
selanjutnya yaitu isolasi otot gastroknemius katak, pertama-tama digunting kulit dari
bagian posterior pinggul katak yang telah didesebrasi, kemudian dikuliti seluruh kakinya,
dengan jalan menariknya dengan menggunakan pinset atau jari tangan dengan cepat, lalu
dipisahkan otot-otot paha dari tulang paha (femur) dengan diperhatikan jangan sampai otot
gastroknemiusnya ikut terlepas dari tulang paha, selanjutnya dicari tendon achilles pada
bagian distal gastrocnemius, kemudian dibebaskan tendon tersebut dari jaringan di
sekitarnya, Setelah itu otot gastroknemiusnya diletakkan di kaca arloji dan dibasuhi oleh
larutan ringer, fungsinya untuk membasahi sel-sel pada jaringan otot agar sel-sel tersebut
dapat hidup.
Selanjutnya untuk kontraksi tunggal (kejangan). Alat dan bahan yang digunakan
yaitu statif dan klem, cawan petri, meja seksi, paku, pipet tetes, pinset, gunting, cutter,
gelas kimia 500cc, katak, HCL, kapas, kloroform, benang, ringer, battery, dan kabel.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu kapas diberi kloroform, fungsingnya untuk
membius katak, kemudian katak dimasukkan ke dalam gelas kimia 500cc beserta kapas
yang sudah dibasahi dengan kloroform, lalu gelas kimia 500cc itu dibalikkan agar tidak
ada udara yang masuk dan agar pembiusan katak lebih cepat. Setelah itu katak diletakkan
pada meja seksi, fungsinya sebagai alas untuk membedah katak, lalu ditusukkan paku pada
tangan dan kaki katak, fungsinya agar ketika melakukan pembedahan, kataknya dalam
posisi tetap tidak bergerak, selanjutnya dimulai pembedahan dengan cara digunting kulit
dari bagian posterior pinggul katak, kemudian dikuliti seluruh kakinya, dengan jalan
menariknya dengan menggunakan pinset atau jari tangan dengan cepat, lalu dipisahkan
otot-otot paha dari tulang paha (femur) dengan diperhatikan jangan sampai
otot gastroknemiusnya ikut terlepas dari tulang paha, selanjutnya dicari tendon achilles
pada bagian distal gastrocnemius, kemudian dibebaskan tendon tersebut dari jaringan di
sekitarnya, Setelah itu tendon insersio dan origo dikaitkan menggunakan benang pada klem
dan statif, tendon inserio merupakan bagian ujung otot lain yang melekat pada tulang yang
bergerak ketika otot berkontraksi, sedangkan tendon origo merupan ujung otot yang
melekat pada tulang yang tidak bergerak ketika otot berkontraksi, kemudian diletakkan
cawan petri di meja statif, fungsinya untuk menampung larutan ringer ketika tendon sedang
ditetesi, lalu disiapkan battery dan kabel, untuk memberikan tegangan pada otot
gastrocnemius, kemudian otot gastrocnemius diberikan tegangan tiap 5 menit sekali, dan
didapatkan hasil yaitu otot gastrocnemius, mengalami kontraksi atau kejang saat mendapat
rangsangan dari aliran listrik, dan otot tersebut memendek menandakan hasil positif (+).
Kemudian otot gastrocnemius diletakkan di cawan petri, kemudianditeteskan HCL dan
yang terjadi ialah otot gastrocnemius mengalami pemendekan dan menjadi keras
menandakan hasil positif (+).
Setelah itu untuk pengaruh suhu terhadap kontraksi otot. Otot gastrocnemiussekitar
2-5 menit menggunakan larutan ringer hangat. Ketika ditingkatkan suhu pada semua
periode kontraksi otot mereka (periode laten, periode kontraksi, dan periode relaksasi),
maka yang terjadi ialah amplitudo kontraksi meningkat. Sedangkan pada suhu dingin otot
dalam larutan garam dingin selama sekitar 2-5 menit. Efeknya disini dengan menurunkan
suhu semua periode kontraksi otot yang mereka berikan ialah periode laten, periode
kontraksi, dan periode relaksasi, maka yang terjadi ialah amplitudo kontraksi menurun
sekitar 42°C. Perubahan suhu ini mempengaruhi semua fase SMC (Periode laten, Periode
kontraksi, Periode relaksasi) dan juga mengubah amplitudo kontraksi. Perubahan tersebut
disebabkan perubahan kecepatan konduksi, perubahan rangsangan, perubahan viskositas
otot, perubahan aktivitas enzimatik dan kimiawi otot. Periode laten (periode tersembunyi)
merupakan waktu antara saat pemberian rangsang dengan permulaan terjadinya rangsang,
berlangsung selama 0,01 detik, kemudian periode penegangan (kontraksi) merupakan
waktu berlangsungnya otot memendek, dan periode pengenduran (relaksasi) merupakan
lamanya waktu otot kembali pada bentuk dan ukuran semula.
Selanjutnya pengaruh peningkatan frekuensi stimulus terhadap kontraksi otot.
Dengan menggunakan stimulator, otot gastrocnemius diikatkan pada klem, kemudian pada
stimulator dengan tegangan 0,1 volt, terjadi reaksi pada otot gastrocnemius, namun ketika
dinaikkan tegangan menjadi 0,6 volt, reaksi pada otot gastrocnemius semakin cepat.
Selanjutnya dipasang kimograf, agar dapat mengetahui frekuensi yang terjadi pada otot
gastrocnemius, setelah itu diputar tombol frekuensi ke yang terendah (low), lalukabel
ditempelkan pada otot gastrocnemiusnya, dan didapatkan hasil yaitu kecepatan kontraksi
otot gastrocnemiusnya agak lambat, setelah itu diputar kembali tombol frekuensi dari yang
terendah (low), ke yang tinggi (high), lalu kabel ditempelkan pada otot gastrocnemiusnya,
dan didapatkan hasil yaitu kecepatan kontraksi ototgastrocnemiusnya semakin cepat. Hal
ini menandakan bahwa pengaruh peningkatan frekuensi stimulus terhadap kontraksi otot,
maka semakin tinggi frekuensi stimulusnya, maka semakin cepat otot berkontraksi.
Selanjutnya kontraksi otot jantung. Langkah pertama yang dilakukan yaitu dibius
atau inaktivasi seekor katak dengan eter, selanjutnya katak dilentangkan pada meja bedah,
kemudian kaki-kakinya diikat, lalu digunting/dipotong kulit dan otot pada bagian toraks,
selanjutnya digunting/dipotong kembali tulang dadanya (sternum) sehingga terlihat
perikardiumnya, lalu dipasang kail kecil dengan mengaitkannya pada bagian ventrikel
jantung secara hati-hati sehingga tidak merusak atau melubangi dinding jantung, kemudian
dihubungkan kait tersebut dengan jarum penunjuk kimograf melalui sebuah kawat, lalu
kimograf dijalankan yang telah dihitamkan dengan asap, kemudian diamati pola kontraksi
otot jantung (EKG normal), selanjutnya jantung katak diberi epinefrin akan
mengkompensasi detak jantung lebih cepat, kekuatannya dari kontraktilitas seperti
memiliki banyak kalsium dan peregangan yang menyebabkannya lebih kuat, setelah
beberapa menit jantung katak di tetesi larutan asetilkolin, fungsinya untuk mempercepat
kerja jantung, dan didapatkan hasil, setelah ditetesi asetilkolin denyutan jantung katak
semakin banyak, ketika dilihan dari kimografnya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sistem lokomotor merupakan sistem yang dapat menggerakkan tubuh yang terdiri
dari sistem skelet dan sistem otot. Otot adalah jaringan tubuh yang mempunyai
kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak). Sedangkan rangka
adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang memungkinkan tubuh
mempertahankan bentuk, sikap dan posisi dan fungsi terbesar dari ketiga orga
tersebut adalah sebagai alat penghantar dari reseptor menuju otak dan kembali ke
efektor. Voltase yang diberikan terhadap otot pada katak akan mempengaruhi besarnya
respon dalam bentuk kontraksi dan gaya aktif. Semakin besar voltase listrik yang diberikan
akan semakin besar pula gaya aktif yang dihasilkan. Besarnya gaya aktif menunjukan besar
kecilnya kontraksi otot yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penterjemah: Irawati, Ramadani
D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku. Kedokteran EGC, 2006.2 halaman
Yunadi, Titi. 2003. Fisiologi Manusia. Jakarta : Erlangga
Effendi,Choesnan,Kuncoro,P.S,Bambang Purwanto.(2009).Faal Sel,Cair Tubuh, Saraf
Tepi,dan Otot.Surabaya:Departemen Ilmu Faal,Universitas Airlangga
Patton, K.V. & Thibodeau, G.A. 2003. Anatomy and Physiology. 7th ed. Mosby Elsevier, St.
Louis: xxx + 1131.