Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PERCOBAAN 2
SISTEM EKSRESI URINARI

Disusun oleh kelompok 7 / shift A


Azyyati Adzhani (10060318043)
Aulia Lairanisa (10060318044)
Ainun Navisah (10060318047)
Fatia Asy-Syahidah Al-Haq (10060318048)
Jihan Hana Fauziah (10060318050)

Nama Asisten: Nina Siti Wulandari, S. Farm.


Tanggal Praktikum: 23 September 2019
Tanggal Pengumpulan Laporan: 30 September 2019

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2019M / 1441H
PERCOBAAN 2
SISTEM EKSRESI URINARI

I. Tujuan Percobaan
1. Menjelaskan pentingnya sistem eksresi urinari dalam menjaga homeostasis
tubuh.
2. Mengenal beberapa karakteristik urin normal sehingga dapat melakukan
analisa secara sederhana adanya kelainan-kelainan dalam tubuh
berdasarkan pemeriksaan sampel urin.
II. Teori Dasar
A. Urin
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan
oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses
urinasi. Ekresi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah
yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun ada
juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori.
Urin disaring didalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih,
akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Murray dan Robert, 2003).
1. Anatomi dan Fisiologi Saluran Kemih
Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme baik berupa
zat cair ataupun zat gas. Zat-zat sisa tersebut dapat berupa urine (ginjal), keringat
(kulit), empedu (hati), dan CO₂ (paru-paru). Zat-zat ini harus dikeluarkan dari
dalam tubuh jika tidak dikeluarkan dari dalam tubuh akan mengganggu proses yang
ada di dalam tubuh bahkan meracuni tubuh (Waluyo, 2007: 23).
Dalam ekskresi urin terdiri dari susunan system urinaria sebagai berikut :
1. Ginjal (Kidney): Mengatur tekanan darah, menjaga keseimbangan asam-
basa tubuh, mengatur elektrolit, menyaring darah, mengalihkan limbah
menuju kandung kemih, memproduksi hormon, dan penyerapan kembali
asam amino, glukosa dan air.
2. Ureter: Menghantarkan urine dari ginjal ke kandung kemih.
3. Kandung Kemih (Baldder): Tempat penyimpanan urin sebelum
diekskresikan oleh ginjal.
4. Uretra: Mengalirkan urin dari kandung kemih ke bagian eksterior tubuh.
Pada laki-laki, membawa cairan semen dan urin, tetapi tidak dalam waktu
bersamaan. Pada perempuan, saluran ini membuka keluar tubuh melalui
orifisium uretra eksternal yang terletak pada vestibulum dan mulut vagina.

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama didaerah lumbal,


disebelah kanan dan kiri tulang belakang, di bungkus lapisan lemak yang tebal
dibelakang peritoneum, dan karena itu diluar rongga peritoneum, bentuk ginjal
seperti biji kacang dan sisi dalamnya atau hilum mengahadap ke tulang punggung.
Sisi luarnya cembung, pembuluh-pembuluh ginjal semuanya masuk dan
keluar pada hilum. Diatas setiap ginjal menjulang sebuah kelenjar suprarenal.
Ginjal kanan lebih rendah, pendek dan tebal dari yang kiri karena adanya hepar
pada sisi kanan (Pearce, 1995). Ginjal memiliki panjang sekitar 11 cm, lebar 6 cm,
dan tebal 3 cm serta berat antara 115-170 gram, terbenam dalam dasar lemak yang
disebut lemak porirenal (Watson, 1997).

Ginjal selain mengatur volume dan komposisi cairan ekstra sel dalam batas
normal juga berfungsi untuk:

a. Mengatur volume plasma dan cairan tubuh lain.


b. Menjaga keseimbangan asam basa darah.
c. Mengeluarkan renin.
d. Mengeluarkan produk-produk sisa metabolisme
e. Mempertahankan keseimbangan ion-ion dalam plasma
f. Menghasilkan eritroprotein yang berguna dalam proses eritropoesis.
Uretra adalah sebuah saluran dari leher kandung kemih ke lubang luar,
dilapisi membran mukosa yang bersambung dengan membran yang melapisi
kandung kemih. Wanita memiliki panjang uretranya 2 sampai 3cm, pada pria 17
sampai 22 cm (Pearce 1995).

Kandung kemih adalah kantong yang terbentuk dari otot tempat urin
mengalir dari ureter. Saat kandung kemih kosong atau terisi setengahnya kandung
kemih tersebut terletak di dalam pelvis, saat kandung kemih terisi lebih dari
setengahnya kandung kemih tersebut menekan dan timbul keatas abdomen diatas
pubis (Gibson, 1995). Leher kandung kemih merupakan bagian organ yang paling
tetap. Kandung kemih dapat menahan lebih dari 500 ml urin, tetapi akan timbul
nyeri. Keinginan untuk mengosongkan kandung kemih pada kondisi normal akan
terasa ketika organ ini berisi 250 sampai 300 ml urin (Watson, 1997). Kandung
kemih dikendalikan oleh saraf pelvis, dan serabut simpatis. Mempunyai tiga muara
yaitu dua muara ureter dan satu muara uretra. Kandung kemih mempunyai 2
fungsi,yaitu :

a. Tempat penyimpanan urin sebelum meninggalkan tubuh.


b. Mendorong urin keluar tubuh dengan bantuan uretra. (Pearce,1995)

Sifat-sifat urin (Gunarso, 1979):


1. Volume urine normal orang dewasa ±2500 ml/hari, ini tergantung pada
masukan air, suhu luar, makanan dan keadaan mental/fisik individu. Produk
akhir nitrogen, the, kopi, alcohol mempunyai efek iuresis.
2. Reaksi urine biasanya asam dengan pH kurang dari 7, bila masukan protein
tinggi urine menjadi asam, sebab fosfat dan sulfat berlebihan dari hasil
katabolisme protein. Keasaman meningkat pada asidosis dan demam, urine
menjadi alkali karena perubahan urea menjadi amoniak dan kehilangan CO2 di
udara.
3. Warna urine normal adalah kuning pucat atau ambar, pigmen utamanya
urokrom, sedikit urobin dan hematopofirin. Pada keadaan demam urine
berwarna kuning tua atau kecoklatan. Sedangkan urine orang yang mempunyai
penyakit diabetes Melitus (kencing manis) urinenya mengandung gula, yang
disebabkan oleh tingginya kadar gula darah yang juga disebabkan oleh
kekurangan hormone insulin.
4. Bau pada urin, Jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat,
secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir tidak berbau ketika
keluar dari tubuh. Hanya saja beberapa saat setelah meninggalkan tubuh,
bakteri akan mengkontaminasi urin dan mengubah zat-zat d dalam urin dan
menghasilkan bau yang khas terutama bau amonia yang dihasilkan dari urea.
Inilah yang sering disebut bau pesing. Bau urin dapat bervariasi karena
kandungan asam organik yang mudah menguap. Diantara bau yang berlainan
dari normal seperti: bau oleh makanan yang mengandung zat-zat atsiri seperti
jengkol, petai, durian, asperse dll. Bau obat-obatan seperti terpentin, menthol
dsb, Bau amoniak biasanya terjadi kalau urin dibiarkan tanpa pengawet atau
karena reaksi oleh bakteri yang mengubah ureum di dalam kantong kemih. Bau
keton sering pada penderita kencing manis, dan bau busuk sering terjadi pada
penderita keganasan (tumor) di saluran kemih.
5. PH urin, Urin normal memiliki kisaran pH antara 5-7 sehingga bisa disebut
sedikit asam. Hal ini bergantung pada konsumsi. Urin lebih asam jika banyak
mengkonsumsi protein, sebaliknya bagi vegetarian urin akan bersifat basa.
Untuk mengukurnya bisa digunakan kertas indikator universal dan
mencocokkannya dengan warna standar pH.
Unsur – unsure dalam urin (Sherwood, 208):
1. Urea (25-30 gram) merupakan hasil akhir dari metabolism protein dari
mamalia termasuk manusia.
2. Amoniak (NH3) pada urine orang normal yang masih segar terdapat sedikit,
sedangkan pada penderitadiabetes miletus kandungan amoniakndalam
urinenya sangat tinggi.
3. Kreatinin dan keratin, (kreatinin: produk pemecahan keratin) normalnya 20-26
mg/kg pada laki-laki, dan 14-22mg/kg pada perempuan.
4. Asam urat, adalah hasil akhir terpenting oksidasi urine dalam tubuh. Asam urat
sangat sukar larut dalam air, tetapi mengendap membentuk garam-garam yang
larut dengan alkali.
Proses Pembentukan Urin (Guyton, 1987):
1. Filtrasi / proses penyaringan
Filtrasi merupakan proses penyaringan zat-zat sisa metabolisme yang harus dibuang
tubuh seperti urea, Cl, H2O/ air. Ginjal merupakan organ penyeimbang cairan
dalam tubuh. Proses filtrasi terjadi di glomerulus. Darah akan masuk ke ginjal
melalui arteri afferent membawa partikel – partikel darah yang akan disaring.
Dalam glomerulus, terjadi penyaringan yang harus melewati membran filtrasi salah
satunya celah –celah podocyte di capsula bowman.
Komponen komponen dalam darah yang kecil akan melalui celah membran filtrasi
seperti podocyte untuk terus dilanjutkan ke tubulus proksimal. Partikel dalam darah
yang besar seperti plasma dan protein/ albumin normalnya tidak dapat tersaring dan
tetap di dalam darah. Proses filtrasi ini ditentukan melalui membran filtrasi yang
terdiri dari sel entoteliel, epitel, dan podocyte. Komponen membran filtrasi ini
memiliki jarak yang cukup rapat namun masih memungkinkan partikel kecil untuk
melewatinya.
Dari proses filtrasi di glomerulus ini lalu melewati kapsula bowman menuju tubulus
proksimal. Proses filtrasi ini terjadi pada bagian renal curpusle dari keseluruhan
proses pembentukan urin. Proses filtrasi ini menghasilkan urine yang masih
mengandung zat zat yang berguna seperti glukosa, garam, dan asam amino. Hasil
filtrasi di sebut juga urine primer.
2. Reabsorbsi
Proses reabsorbsi terjadi di tubulus proksimal. Proses ini merupakan proses
diserapnya kembali zat zat yang masih bermanfaat untuk tubuh dan masuknya zat
zat lain dari tubuh yang tidak berguna. Reabsorbsi dilakukan oleh sel sel epitel di
tubulus. Zat zat yang direabsorbsi berasal dari urine primer yang mengansung
komponen seperti glukosa, asam amino, Na+, K+, Cl–, HCO3-, Ca2+, dan air.
Air akan diserap kembali pada proses osmosis di tubulus dan loop of henle. Zat zat
yang masih berguna akan masuk kembali ke pembuluh darah. Proses reabsorbsi ini
akan terus berlangsung dari tubulus proksimal, masuk ke tubulus descenden ke loop
oh henle dan naik ke tubulus ascenden ke tubulus distal. Saat urine berada di tubulus
ascenden, garam dipompa keluar sehingga ure menjadi lebih pekat. Dari proses
reabsorbsi ini didapatkan urine sekunder.
3. Sekresi/Augmentasi
Proses ini sikenal juga dengan proses Augmentasi. Urine sekunder kemudian
dialirkan menuju tubulus distal dan collecting duktus atau duktus pengumpul. Di
tubulus distal, pengeluaran zat sisa oleh darah seperti Kreatinin, H+, K+, NH3
terjadi. H+ dikeluarkan untuk menjaga pH dalam darah. Proses ini mengandung
sedikit air dan menghasiilkan urine sesungguhnya. Urine yang sesungguhnya
kemudian menuju ductud collecting. Urine ini mengandung urea, amonia, sisa sisa
metabolisme protein, dan zat zat racun yang berlebihan didalam darah seperti sisa
sisa obat –obatan hormon, garam mineral, dan sebagainya. Urine yang sudah jadi
ini dari duktus collecting dibawa menuju pelvis menuju kandung kemih melalui
ureter dan keluar menuju uretra untuk dikeluarkan dari tubuh. Urin yang
sesungguhnya akan ditampung lebih dulu di kandung kemih sampai batas tertentu
sampai nerves yang berada didekatnya mengirim impuls keinginan untuk berkemih
atau proses ekskresi.

III. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah piknometer, indikator
universal atau pH meter, mikroskop, kaca objek dan kaca penutup, tabung reaksi,
pipet tetes, dan lampu spirtus.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum adalah perak nitrat, asam nitrat,
larutan Na-nitroprusida, larutan KOH atau NaOH 1N, asam asetat pekat, asam
asetat glasial, larutan fehling (A dan B).

IV. Prosedur Percobaan


A. Pengamatan Mikroskopik Urin
Urin 10 ml ditampung dalam tabung sentrifuga, kemudian disentrifugasi
selama 5 menit dengan kecepatan 1500 rpm, lalu cairan atasnya dibuang, setelah
itu endapan dikocok dengan sedikit sisa cairannnya. Isi dari tabung tersebut
diteteskan pada kaca objek berutup (diserapkan dari pinggir kaca objek agar tidak
timbul gelembung udara), kemudian diamati di bawah mikroskop dan dilakukan
identifikasi sedimen mikro berdasarkan gambar. Yang diamati di bawah mikroskop
adalah sedimen-sedimen mikro dalam urin, baik sedimen organik maupun
anorganik.
B. Uji Karakteristik Urin
Diambil sedikit sampel urin, baik urin laki-laki maupun perempuan. Diamati
warna serta bau urin pada keduanya, kemudian ukur pH urin dengan menggunakan
indikator universal. Bobot jenis urin ditentukan dengan menggunakan piknometer,
dengan cara piknometer kosong ditimbang terlebih dahulu (piknometer dalam
keadaan bersih dan kering), setelah itu diperoleh nilai W1. Kemudian piknometer
tersebut diisi dengan akuades bebas gas, pada bagian luar piknometer dilap hingga
kering, setelah itu ditimbang dan diperoleh nilai W2. Akuades dalam piknometer
dibuang dan dibilas dengan alkohol kemudian dikeringkan. Setelah kering,
piknometer diisi dengan sampel urin lalu ditimbang, sehingga diperoleh nilai W 3.
Percobaan dilakukan pada sampel urin laki-laki dan perempuan. Bobot jenis urin
dihitung dengan persamaan berikut:
BJ = (W3 – W1)
(W2 – W1)
C. Analisa Kimia Zat-zat yang Terlarut dalam Urin
Penetapan Urea
Diteteskan 2 tetes urin pada kaca objek. Lalu diteteskan pada sampel urin
tersebut 2 tetes asam nitrat. Dipanaskan perlahan atau dibiarkan cairan menguap.
Diamati adanya kristal rhombis atau heksagonal dari urea nitrat.
Penetapan Ion Klorida
Pertama 1 ml urin laki-laki dan 1 ml urin perempuan dimasukkan ke dalam
masing-masing tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 2 tetes perak nirat. Jika
terjadi kekeruhan atau endapan putih ditunjukkan adanya ion Klorida.
Penetapan Aseton
Pertama masing-masing 1 ml urin perempuan dan 1 ml laki-laki dimasukkan
ke dalam tabung reaksi. Kemudian basakan kedua sampel urin tersebut dengan cara
ditambahkan 2 tetes larutan NaOH. Kemudian ditambahkan 2 tetes larutan Na-
nitroprusid dan dikocok. Setelah itu ditambahkan juga 2 tetes asam asetat pekat dan
dikocok. Jika urin terjadi warna ungu sampai merah ditujukkan dengan adanya
aseton. Sedangkan warna merah ditunjukkan adanya alkohol, asam asetat, aldehid,
dan asam diasetat (badan keton).
Penetapan Gula Pereduksi
Pertama 1 ml Fehling dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi. Lalu
diencerkan dengan 4 ml akuades dan dipanaskan perlahan. Lalu ke dalam tabung
reaksi tersebut ditambahkan masing-masing 1 ml urin perempuan dan 1 ml urin
laki-laki sedikit demi sedikit sampai warna biru tepat hilang. Jika urin tersebut
terjadi endapan merah bata ditunjukkan adanya gula pereduksi.

V. Data Pengamatan
A. Pengamatan Mikroskopik Urin
B. Uji Karakteristik Urin

Data Pengamatan Laki-laki Perempuan Literatur

Warna Kuning Kuning pekat Kuning jernih


Kejernihan Jernih Kurang jernih Jernih
pH 6 7 6
Bau Khas Khas Khas
Bobot jenis 1.086 gram 0.9904 gram 1.001-1.060 gram
Mikroskopik -
Urea - - Ada
Ion Klorida Ada Ada Ada
Aseton/B.keton Merah - -
Gula Pereduksi - - -
Albumin - - -
Perhitungan Bobot Jenis
Urin Laki-laki: Urin Perempuan:
W1: 13,021 gram W1 : 9,2536 gram
W2: 22,440 gram W2 : 14,5873 gram
W3: 23,2536 gram W3 : 14,5361 gram
BJ = (W3 – W1) BJ = (W3 – W1)
(W2 – W1) (W2 – W1)
= (23,25 – 13,021) = 10,229 = (14,5361 – 9,2536) = 5,2825
(22,44 – 13,021) 9,417 (14,5873 – 9,2536) 5,3337
= 1.086 gram = 0,9904 gram
C. Analisa Kimia Zat-zat yang terlarut dalam urin
D. .
VI. Pembahasan
1. Pengamatan Mikroskopik Urin
2. Uji Karakteristik Urin
3. Analisa Kimia zat-zat yang terlarut dalam urin
a. Penetapan Urea
b. Penetapan Ion Klorida
Dalam percobaan ini dilakukan dengan uji klorida untuk mengetahui
zat-zat abnormal yang terkandung dalam urin. Pertama digunakan masing-masing
1 ml urin laki-laki dan 1 ml urin perempuan yang kemudian dimasukkan ke dalam
masing-masing tabung reaksi. Digunakan sampel urin laki-laki dan perempuan
bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan perbedaan dari kedua urin
tersebut. Kemudian kedua urin tersebut ditambahkan dengan 2 tetes perak nitrat
yang mengakibatkan terjadinya perubahan warna pada kedua urin. Pada percobaan
ini digunakan perak nitrat untuk menentukankan suatu urin apakah mengandung
atau tidak mengandung ion klorida. Klorida merupakan ion yang terbentuk sewaktu
unsur klor mendapatkan satu elektron untuk membentuk suatu anion. Pada urin
laki-laki terjadi perubahan warna dari warna kuning menjadi warna kuning keruh
dan sedikit ada endapan putih. Pada urin perempuan terjadi perubahan warna juga
dari warna kuning pucat menjadi warna kuning keruh dan sedikit ada endapan putih.
Hasil pengamatan dari kedua urin tersebut menunjukkan adanya endapan putih, hal
tersebut menunjukkan bahwa urin tersebut mengandung ion klorida dan kedua urin
tersebut normal. Jika suatu urin tidak mengandung ion klorida, maka urin tersebut
termasuk urin yang tidak normal. Klorida harus dikeluarkan dari dalam tubuh
karena apabila klorida berada dalam tubuh terus-menerus, maka akan terjadi suatu
penyakit. Klorida bersifat racun apabila dipendam dalam tubuh. Klorida dikeluakan
bersama urin yang berionisasi dengan Na+. Maka dari itu, urin rasanya asin.
c. Penetapan Aseton
Dalam percobaan ini dilakukan dengan uji aseton untuk menemukan
keberadaan zat keton dalam urin yang meliputi aseton, asam asetoasetat, asam beta
hidroksi butirat dan mengetahui adanya kelainan pada urin. Pertama disiapakan 1
ml urin perempuan dan laki-laki yang kemudian dimasukkan ke masing-masing
tabung reaksi. Kemudian kedua urin tersebut ditambahkan dengan 1 tetes larutan
NaOH untuk dibasakan. Lalu ditambahkan dengan larutan Na-nitroprusid dan
dikocok agar larutan tersebut tercampur sempurna dengan urin dan digunakan Na-
nitroprusid untuk menentukan larutan tersebut menimbulkan cincin berwarna ungu,
tetapi dalam percobaan ini larutan tetap berwarna urin yang asli dan sedikit keruh.
Kemudian ditambahkan asam asetat kedua urin tersebut berubah menjadi warna
urin yang jernih. Maka hasil dari percobaan ini bahwa kedua urin tersebut tidak
mengandung aseton/badan keton dan normal. Jika terdapat aseton di dalam urin, hal
itu dikarenakan adanya metabolisme lemak dan asam lemak yang berlebihan.
Badan keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk
menghasilkan energi yang disebabkan oleh gangguan metabolisme karbohidrat
(diabetes melitus), kurangnya asupan karbohidrat, gangguan absorbsi karbohidrat,
dan gangguan mobilisasi glukoma.
d. Penetapan Gula Pereduksi
e. Penetapan Kualitatif Albumin
Pengamatan penetapan kadar albumin bertujuan untuk menunjukkan
ada tidaknya kandungan protein dalam urin. Albumin merupakan suatu protein
yang memiliki ukuran molekulnya cukup besar. Urin yang mengandung Albumin
menandakan bahwa filtrasi yang dilakukan oleh ginjal tidak sempurna. Pada
percobaan urin perempuan terjadi sedikit kekeruhan. Hasil ini menunjukkan bahwa
filtrasi yang dilakukan ginjal kurang sempurna. Tetapi pada urin pria yang diamati,
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa urin yang kita uji tidak mengandung
protein. Hal ini dibuktikan dengan cara setelah dipanaskan, warna urin tetap kuning
bening meskipun telah ditambahkan asam asetat glasial. Ini berarti kinerja ginjal
masih berfungsi dengan baik dan bisa menfiltrat protein yang masuk ke dalam
ginjal. Indikator adanya Albumin dalam urin ditandai dengan terdapatnya cincin
putih diantara Asam asetat pekat dan Urin. Albumin merupakan salah satu protein
utama dalam plasma manusia dan menyusun sekitar 60% dari total protein plasma.
Kadar albumin normal dalam urin berkisar antara 0-0,04 gr/L/hari. Keberadaan
albumin dalam urin dengan jumlah yang melebihi batas normal, dapat
mengindikasikan terjadinya gangguan dalam proses metabolisme tubuh.

VII. Kesimpulan
VIII. Daftar Pustaka
Murray, K. R. (2003). Biokimia Harper edisi 22. Jakarta: Buku kedokteran EGC.

Waluyo, L. (2007). Mikrobiologi Umum. UPT Penerbita UMM. Malang.

Evelyn, C. Pearce. (1995). Anatomi Dan Fisiologi untuk Paramedis. PT. Gramedia.
Jakarta.

Watson, R. (1997). Anatomi Dan Fisilogi Untuk Perawat, Edisi 10. Jakarta: EGC.
Gibson, J. (1995). Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat. Jilid II. Jakarta: EGC.
Gunarso, W. (1979). Dasar-Dasar Histologi. Jakarta: Erlangga.

Sherwood, L. (2008). Human Physiology From Cells to Systems edisi 7. USA:


Graphic World Inc.

Guyton, A. C. (1987). Fisiologi manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi Revisi.


Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai