Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI I

EFEK LOKAL OBAT


(PENGUJIAN EFEK ANESTETIKA LOKAL)

Nama Kelompok

: Miss Hannan Mamu

(10060313142)
Miss Suraila Sato
Dewi Sri Lestari N.
Zidni Hadyarrahman
Shift / Kelompok

:D/4

Asisten Praktikum

: Annisa Salsabila, S.Farm.

Tgl. Praktikum

: Senin, 29 September 2015

Tgl. Laporan

: Senin, 5 Oktober 2015

(10060313143)
(10060313144)
(10060313145)

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT D


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2015
PERCOBAAN II
EFEK LOKAL OBAT
(PENGUJIAN EFEK ANESTETIKA LOKAL)

I.

Pendahuluan
Anestetik lokal adalah obat yang menghasilkan blokade konduksi atau

blokade lorong natrium pada dinding saraf secara sementara terhadap


rangsang transmisi sepanjang saraf, jikadigunakan pada saraf sentral atau
perifer. Anestetik lokal setelah keluar dari saraf diikuti oleh pulihnya
konduksi saraf secara spontan dan lengkap tanpa diikuti oleh kerusakan
struktur saraf. (Sari, 2009).
Anestetik lokal menghilangkan penghantaran saraf ketika digunakan
secara lokal pada jaringan saraf dengan konsentrasi tepat. Bekerja pada
sebagian Sistem Saraf Pusat (SSP) dan setiap serabut saraf. Kerja anestetik
lokal pada ujung saraf sensorik tidak spesifik. Hanya kepekaan berbagai
struktur

yang

dapat

dirangsang

berbeda.

Serabut

saraf

motorik

mempunyaidiameter yang lebih besar daripada serabut sensorik. Oleh karena


itu, efek anestetika lokal menurun dengan kenaikan diameter serabut saraf,
maka mula-mula serabut saraf sensorik dihambat dan baru pada dosis lebih
besar serabut saraf motorik dihambat. (Rochmawati dkk, 2009).
Obat bius lokal/anestesi lokal atau yang sering disebut pemati rasa
adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila digunakan secara lokal
pada jaringan saraf dengan kadar yang cukup. Obat bius lokal bekerja pada
tiap bagian susunan saraf. Obat bius lokal bekerja merintangi secara bolakbalik penerusan impuls-impuls saraf ke Susunan Saraf Pusat (SSP) dan
dengan demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, rasa
panas atau rasa dingin. Obat bius lokal mencegah pembentukan dan konduksi
impuls saraf. Tempat kerjanya terutama di selaput lendir. Disamping itu,
anestesia

lokal

mengganggu

fungsi

semua

organ

dimana

terjadi

konduksi/transmisi dari beberapa impuls. Artinya, anestesi lokal mempunyai


efek

yang

penting

terhadap

SSP, ganglia

otonom,

cabang-cabang

neuromuskular dan semua jaringan otot. Salah satu obat anestetika lokal yang
sering dipergunakan adalah

lidokain. Pada percobaan ini akan diamati

efek anestesia permukaan dari obat tersebut dengan metode yang sederhana

Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk suatu jenis obat yang
digunakan sebagai anestetikum lokal, antara lain:
-

Tidak merangsang jaringan


Tidak iritatif/merusak jaringan secara permanen
Toksisitas sistemis rendah
Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput lender
Mulai kerjanya sesingkat mungkin, tetapi bertahan cukup lama
Dapat larut dalam air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga terhadap
pemanasan (sterilisasi).
(Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana, 2007)
Anastetika lokal dapat digolongkan secara kimiawi dalam beberapa

kelompok,yaitu sebagai berikut :


a. Senyawa-ester: kokain dan ester PABA (benzokain, prokain, oksibuprokain,
tetrakain).
b. Senyawa-amida: lidokain dan prilokain, mepivakain, bupivakain dan
chincokain
c. Lainnya: fenol, benzilalkohol dan etilklorida.
Anestetika lokal umumnya digunakan secara parenteral misalnya
pembedahan kecil dimana pemakaian anestetika umum tidak dibutuhkan.
Jenis anestetika lokal yang paling banyak digunakan sebagai suntikan
adalah sebagai berikut:

Anestetika permukaan (topikal), sebagai suntikan banyak digunakan sebagai


penghilang rasa oleh dokter gigi untuk mencabut geraham. Anestesia
permukaan juga dapat digunakan secara lokal untuk melawan rasa nyeri dan
gatal, misalnya larutan atau tablet hisap untuk menghilangkan rasa nyeri di
mulut atau leher, tetes mata untuk mengukur tekanan okuler mata atau
mengeluarkan benda asing di mata, salep untuk menghilangkan rasa nyeri
akibat luka bakar dan suppositoria untuk penderita ambeien/wasir.

Anestetika infiltrasi, yaitu suntikan yang diberikan pada atau sekitar


jaringan yang akan dianestetisir, sehingga mengakibatkan hilangnya rasa di
kulit dan di jaringan yang terletak lebih dalam, misalnya pada praktek THT
(Telinga, Hidung, Tenggorokan) atau daerah kulit dan gusi (pencabutan
gigi).

Anestetika blok atau penyaluran saraf (juga disebut konduksi), yaitu dengan
injeksi di tulang belakang pada suatu tempat dimana banyak saraf terkumpul
sehingga mencapai daerah anestesi yang luas, terutama pada operasi lengan
atau kaki, juga bahu. Lagi pula digunakan untuk menghalau rasa nyeri
hebat. (Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana, 2007)
Menurut cara pemakaian anestesi lokal dibedakan menjadi:
1. Anestesi permukaan.
Anestetika local digunakan pada mukosa atau permukaan luka dan
dari sana berdifusi ke organ akhir sensorik dan ke percabangan saraf
terminal. Pada epidermis yang utuh (tidak terluka) maka anestetika
local hampir tidak bekhasiat karena tidak mampu menembus lapisan
tanduk.
2. Anestesi Infiltrasi.
Anestetika local disuntikkan ke dalam jaringan, termasuk juga
diisikan ke dalam jaringan. Dengan demikian selain organ ujung
sensorik, juga batang-batang saraf kecil dihambat.
3.Anestesi Konduksi
Anestetika local disuntikkan di sekitar saraf tertentu yang dituju
dan hantaran rangsang pada tempat ini diputuskan. Bentuk khusus
dari anestesi konduksi ini adalah anestesi spinal, anestesi peridural,
dan anestesi paravertebral.
4.Anestesi Regional Intravena dalam daerah anggota badan
Sebelum penyuntikan anestetika local, aliran darah ke dalam dan
ke luar dihentikan dengan mengikat dengan ban pengukur tekanan
darah dan selanjutnya anestetika local yang disuntikkan berdifusi ke
luar dari vena dan menuju ke jaringan di sekitarnya dan dalam waktu
10-15 menit menimbulkan anestesi
LIDOKAIN
Salah satu obat anastetika lokal dari golongan amida.
Lidokain terdiri dari satu gugus lipofilik (biasanya merupakan suatu

cincin aromatik) yang dihubungkan suatu rantai perantara (jenis


amid) dengan suatu gugus yang mudah mengion (amin tersier).
Dalam penerapan terapeutik, mereka umumnya disediakan dalam
bentuk garam agar lebih mudah larut dan stabil. Didalam tubuh
mereka biasanya dalam bentuk basa tak bermuatan atau sebagai suatu
kation. Perbandingan relatif dari dua bentuk ini ditentukan oleh harga
pKa nya dan pH cairan tubuh, sesuai dengan persamaan HendersonHasselbalch. (Stoelting, 2006)

Pemerian: serbuk hablur; putih atau semu kuning; bau khas mantap
diudara Kelarutan: praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut
dalam etanol (95%) P dan dalam kloroform P; mudah larut dalam eter
P dan dalam benzene P; larut dalam minyak
Khasiat dan Penggunaan: Anastetikum lokal.
(Farmakope Indonesia III, 1979)
Biasanya Lidokain digunakan untuk anestesi permukaan
dalam bentuk salep, krim dan gel. Efek samping Lidokain biasanya
berkaitan dengan efeknya terhadap sistem saraf pusat

misalnya

ngantuk, pusing, paraestesia, gangguan mental, koma, dan seizure.


(Fatma, dkk, tanpa tahun)

Mekanisme Kerja Obat


Obat

bekerja

pada reseptor

spesifik

pada saluran

natrium

(sodiumchannel), mencegah peningkatan permeabilitas sel saraf terhadap ion

natrium dan kalium, sehingga terjadi depolarisasi pada selaput saraf dan
hasilnya tak terjadi konduksi saraf. Mekanisme utama aksi anestetik lokal
adalah memblokade voltage-gated sodium channels. Membran akson saraf,
membran otot jantung, dan badan sel saraf memiliki potensial istirahat -90
hingga -60 mV. Selama eksitasi, lorong sodium terbuka, dan secara cepat
berdepolarisasi hingga tercapai potensial equilibrium sodium (+40 mV).
Akibat dari depolarisasi, lorong sodium menutup (inaktif) dan lorong
potassium terbuka. Aliran sebelah luar dari repolarisasi potassium
mencapaipotensial equilibrium potassium (kira-kira -95 mV). Repolarisasi
mengembalikan lorong sodium ke fase istirahat. Gradient ionic trans
membran dipelihara oleh pompa sodium. Fluks ionic ini sama halnya pada
otot jantung, dan anestetik lokal memiliki efek yang sama di dalamjaringan
tersebut (Rochmawati dkk, 2009)
Fungsi sodium channel bisa diganggu oleh beberapa cara. Toksin
biologi seperti batrachotoxin, aconitine, veratridine, dan beberapa venom
kalajengking berikatan pada reseptor diantara lorong dan mencegah
inaktivasi. Akibatnya terjadi pemanjangan influx sodium melalui lorong dan
depolarisasi dari potensial istirahat. Tetrodotoxin (TTX) dan saxitoxin
memblok lorong sodium dengan berikatan kepada chanel reseptor di dekat
permukan extracellular. Serabut saraf secara signifikan berpengaruh terhadap
blockade obat anestesi lokal sesuai ukuran dan derajat mielinisasi saraf.
Aplikasi langsung anestetik lokal pada akar saraf, serat B dan C yang kecil
diblok pertama, diikuti oleh sensasi lainnya, dan fungsi motorik yang terakhir
diblok (Rochmawati dkk, 2009).

Rute pemberian anestetika lokal berhubungan erat dengan efek


anestesi lokal yang dihasilkan. Sebagai contoh suatu anestesi lokal yang
diberikan pada permukaan tubuh (topikal) dapat mencapai ujung saraf
sensoris dan bekerja menghambat penghantaran impuls nyeri pada serabut
saraf tersebut, sehingga terjadilah anestesi permukaan. Anestesi lokal juga
dapat diberikan secara injeksi ke dalam jaringan sehingga menyebabkan
hilangnya sensasi pada struktur di sekitarnya. Efek yang dihasilkan disebut
anestesi filtrasi.

II.

Tujuan
-

Memiliki keterampilan dalam melakukan pengujian aktivitas obat

lidokain yang bekerja lokal.


Memiliki keterampilan dalam melakukan pengujian aktivitas

anestetika lokal obat lidokain.


Mengetahui gejala-gejala terjadinya anestesia lokal yang ditimbulkan
oleh anestetika lokal permukaan.

III.

Bahan dan Alat


Bahan : Salep lidokai
Air panas

Air dingin
Alat :

Bulu sikat
Jarum pentul

Percobaan dilakukan kepada lengan kiri dan kanan praktikan laki-laki


IV.

Prosedur Percobaan
Pada lengan bagian ventral kiri dan kanan dibuat gambar seperti
contoh berikut :

Luas area dapat disesuaikan dengan luas lengan


Area pada lengan kanan diolesi dengan obat, dan lengan kiri diolesi
dengan air
Dengan bantuan rekan kerja saudara, pada setiap kotak di area yang
di gambarkan pada lengan kiri dan kanan tersebut diberikan dtimulus

Stimulus yang diberikan berupa sensasi sentuh (bulu sikat), sensasi


panas (bagian tumpul peniti yang telah di redam dalam air panas),
sensasi dingin (bagian tumpul peniti yang telah direndam dalam air
es) dan sensasi nyeri (bagian tajam dari peniti).

Sensasi yang dirasakan dari stimulus yang diberikan pada setiap


kotak tersebut dicatat dan dijumlahkan. Tanda S diberikan untuk
sensasi sentuh, P untuk panas, D untuk dingin dan N untuk nyeri.

Berdasarkan jumlah sensasi dari setiap stimulus. Kepekaan pada


lengan kiri dan kanan di bandingkan.
V. Data Pengamatan
A. Lengan kanan yang diolesi air
SPND
SPN
SPND
SPND

SPND
SPND
SPND
SPND

SPND
SPND
SPND
SPND

SPND
SPND
SPND
SPND

Jumlah : S : 16
D : 15
N : 16
P : 16
B. Lengan kiri yang diolesi salep lidokain
N
ND
N
PN

PN
D
SN
NP

N
N
SPN
DNP

Jumlah : S : 3
D:6
N : 15
P:7
Keterangan : S = sensasi sentuh
D = sensasi dingin
N = sensasi nyeri
P = sensasi panas

ND
ND
NS
ND

VI. Pembahasan
Anestetika lokal atau zat penghilang rasa setempat adalah obat
yang pada penggunaan lokal merintangi secara reversible penerusan
impuls saraf ke SSP dan dengan demikian menghilangkan atau
mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas, atau dingin ( Tjay, Tan
Hoan dan Rahardja, Kirana, 1978)
Pada setiap lengan diberikan stimulus berupa sensasi sentuh (bulu
sikat), sensasi panas ( pegangan bulu sikat yang direndam dalam air
panas), sensasi dingin ( es batu ), dan sensasi nyeri ( jarum pentul ).
Beradasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa lengan kiri yang
diolesi dengan salep lidokain memliliki jumlah respon lebih kecil dari
setiap stimulus yang diberikan dibandingkan dengan lengan kanan
yang diolesi air. Hal ini dapat menunjukkan bahwa lidokain memiliki
aktivitas anestetika lokal, sedangkan air tidak.
Anestetika lokal menghilangkan rasa dengan jalan beberapa cara,
misalnya dengan jalan menghindarkan untuk sementara pembentukan
dan tansmisi impuls melalui saraf dan ujungnya. Pusat mekanisme
kerjanya terletak di membrane sel saraf untuk ion natrium ( Tjay, Tan
Hoan dan Rahardja, Kirana, 1978).
Target anestetika lokal adalah saluran Na+ yang ada pada semua
neuron. Saluran Na+ bertanggung jawab menimbulkan potensial aksi
sepanjang akson dan membawa pesan dari badan sel ke terminal
saraf. Aestetika lokal berikatan secara selektif pada saluran Na+,
sehingga mencegah terbentuknya saluran ( Tjay, Tan Hoan dan
Rahardja, Kirana, 1978).
Terjadi persaingan antara ion natrium dan ion kalsium yang berada
berdekatan dengan saluran-saluran natrium di membrane neuron.
Pada waktu berasamaan akibatnya turun laju depolarisasi, ambang
kepekaan terhadap rasa setempat secara reversible ( Tjay, Tan Hoan
dan Rahardja, Kirana, 2007).

Oleh karena itu pada lengan kiri terjadi anestetika permukaan yang
menghilangkan atau mengurangi sensasi yang diberikan, baik itu
sensasi sentuh, panas, dingin maupun sensasi nyeri
Pemilihan lidokain sebagai anestetika lokal pada percobaan kali ini
adalah karena lidokain dengan nama dagang Xylocain yang
merupakan derivate asetanida ini termasuk golongan amida dan
merupakan obat pilihan utama untuk anestesi infiltrasi maupun
permukaan. Zat ini digunakan pada selaput lender dan kulit untuk
nyeri, perasaan terbakar dan gatal. Berhubung tidak mengakibatkan
hipersensitasi, lidokain banyak digunakan dalam banyak sediaan
topical ( Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana, 2007)
Sifat kerja lidokain lebih cepat, lebih kuat, lebih lama dan lebih
ekstensif. Anestesi topical ini akan diserap ke dalam sirkulasi darah
sehingga dapat menimbulkan efek samping yang toksik. Oleh karena
itu, sangat penting untuk memperhatikan jumlah maksimum yang
boleh digunakan pada suatu area yang akan di anestesi. Formula
topical ini tidak boleh digunakan untuk daerah mukosa dan luka
terbuka, karena akan terjadi penyerapan yang cepat oleh tubuh dan
dapat menyebabkan keracunan sistemik ( fatma,s, dewi dkk, tanpa
tahun )
Efek samping lidokain biasanya berkaitan dengan efeknya terhadap
SSP misalnya kantuk, pusing, paraestesia, gangguan mental, koma
dan seizure. Semua efek SSP yang terutama timbul pada overdose.
Obat ini termasuk golongan amino yang jarang menimbulkan alergi
( fatma, s. Dewi dkk. Tanpa tahun )
Pada praktikum ini dilakukan percobaan untuk menguji efek
anestetika lokal, digunakan lengan bagian ventral kiri dan kanan
karena pada bagian ini lapisan kulitnya lebih tipis dibandingkan
dengan kulit lengan yang lain dan pembuluh darah pada daerah
tersebut lebih banyak terlihat dibandingkan daerah kulit lengan yang
lain. Pada lengan kanan hanya diolesi oleh air yang bertujuan untuk

kontrol sehingga dapat dibandingkan dengan lengan kiri yang diberi


olesan salep lidokain. Sebelum melakukan percobaan pada lengan
kiri , salep lidokain dolesi dan didiamkan terlebih dahulu selam
kurang lebih 30 menit, hal ini bertujuan untuk memberikan waktu
kepada salep lidokain agar menyerap kedalam kulit.
Tujuan dari percobaan kali ini untuk merasakan gejala-gejala obat
lokal pada permukaan dengan diuji stimulus yang ditimbulkan
apabila diuji dengan sensasi panas, dingin, sentuh dan nyeri.
Dilakukan perbandingan antara stimulus lengan kanan dan kiri,
lengan kanan dan kiri digambarkan dengan ukuran yang sedikir besar
supaya jarak lebih luas pada masing-masing kotak dan memudahkan
untuk memberi tanda stimulusnya. Setiap stimulus yang dirasakan
pada tiap kotak dengan tanda huruf S untuk tanda sentuh, huruf P
untuk tanda panas, huruf D untuk tanda dingin dan huruf N untuk
tanda nyeri.
Pada obat anestesi biasanya dengan menggunakan salep lidokain .
lidokain ini memiliki derivate asetanilida, obat untuk anestesi
permukaan dan juga infiltrasi. Lidokain ini bekerja secara kuat untuk
digunakan secara topical dan juga injeksi. Lidokain ini bekerja secara
cepat dan sifatnya yang stabil dari pada obat abestesi lain.
Mekanisme

kerja

obat

lidokain

ini

menghambat

konduksi

disepanjang sebuah serabut saraf dengan reversible, bekerja di saraf


sensorik, motorik dan juga otonom. Digunakan secara klinis karena
dapat menahan rasa sakit ataupun impuls vasokonstriktor pada daerah
yang diolesi salep lidokain.
Pada percobaan kali ini perbandingan antara lengan yang diolesi
lidokain dan air berbeda jumlahnya. Pada tangan kiri yang diolesi
lidoakin sensasi sentuh jumlah nya 3 sensasi panas 7 , sensasi dingin
6, dan sensasi nyeri 15 kulit luar memiliki kepekaan yang sangat
sensitive dari rangsangan luar, bagian sentuh lebih sedikit di rasakan
dari pada sensasi lain tetapi seharusnya bagian sentuh akan lebih

banyak terasa karena reseptor meisner (sensasi sentuh) berada dekat


dengan keatas permukaan sehingga bagian sentuh ini akan lebih
terasa sehingga stimulus akan lebih cepat diterima pada saat disentuh.
Pada saat diuji dengan panas terasa panas pada kulit karena reseptor
panas ini dekat dengan permukaan kulit dalam percobaan ini stimulus
sensasi panas dirasakan sedikit yaitu 7 kotak sehingga dapat
disimpulkan bahwa salep lidokain bekerja untuk anestesi pada lengan
bagian kiri karena apabila dibandingkan dengan lengkan kanan yang
hanya dioesi air stimulus sensasi panas dirasakan banyak yaitu 16
kotak. Sensasi panas lebih banyak terasa dibandingkan sensasi dingin
karena sensasi panas lebih cepat menerima stimulus reseptor yang
dekat dengan permukaan sedangankan sensasi dingin mula-mula akan
merasakan kebal. Sensasi nyeri jumlahnya 15kotak yang dirasakan
sehingga dapat disimpulkan bahwa pada stimulus sensasi nyeri ini
salaep lidokain tidak bekerja dengan baik sebagai anestesi
ssedangkan pada lengakan bagian kanan yang diolesi air sensasi nyeri
yang dirasakan kulit ,jumlahnya sama dengan sensasi sentuh karena
stimulus yang mula-mula diterima pada kulit adalah sensasi sentuh
dahulu lalu setelah itu tekanan pada kulit dengan nyeri yang baru
diterima oleh kulit.
Perbedaan setiap jumlah sensasi yang diterima kulit karena kondisi
ujung saraf perasa dalam kulit jangat, sehingga dapat membedakan
rangsangan dari luar, dan setiap saraf juga memiliki fungsi masingmasing menerima sentuh, panas, dingin, dan nyeri. Pada tangan
lengan yang diberi lidokain ini masih bisa merasakan sensesi panas,
sentuh, dingin dan nyeri padahl obat anestesi local ini efeknya bisa
menghilangkan rasa panas, dingin, sentuh dan nyeri. Hal ini dapat
dijelaskan kerena obat anestesi lokal yang dipakai langsung pada
permukaan kulit maka proses mengabsorbsinya kurang efektif
dibanding dengan lidokain yang diberikan secara injeksi absorbsinya
lebih cepat langsung pada tempat yang disuntuiknya, jadi pada saat

obat masuk ke intravena , lidokain didistribusikan secara cepat dan


neluas kejaringan jaringan tertentu dan diikuti redistribusi kedalam
otot skletetal dan jaringan lemak.
Lidokain dapat meperngaruhi sistem saraf pusat maka dari itu
digunakan untuk anestesi supaya thalamus yang berfungsi sebagai
reseptor nyeri dapat terhambat saraf pengontrol nyerinya. Lidokain
dalam sistem saraf pusat ini dapat mengubah depolarisasi pada
neuron lalu bisa menghalangi natrium gated dengan cepat tegangan
natrium pada membran sel. Lidokain ini memblok dareah tersebut
sehinga membran dari neuron presinaptik tidak akan terjadi
depolarisasi dan tidak mengirimkan potensial aksi selanjutnya.
Lidoakin ini dapat mencegah terjadinya pembentukan dan konduksi
dari impuls saraf, tempat kerja salep lidoakin ini berada pada selaput
lender. Jadi lidokain bisa dipakai untuk anestesi karena lidoakin ini
dapat mengganggu fungsi organ tempat terjadinya konduksi.
Lidoakin berefek pada sistem saraf pusat, ganglia otonom, jaringan
otot dan cabang neuromuscular
lengan kanan yang hanya diolesi air memiliki kepekaan sensasi
sentuh, panas, dingin, dan nyeri disemua bagian area kotak. Air yang
diolesi pada lengan hanya bekerja membasahi bagian permukaan saja
dan tidak memiliki kandungan untuk mencegah rasa nyeri. Maka
setiap kotak diuji dengan disentuh, panas, dingin, dan nyeri akan
terasa

disemua

bagian

kulit,

jadi

air

tidak

mempengaruhi

penghambatan impuls saraf dikulit.


Perbandingan antara lengan kiri diolesi dengan lidokain dan lengan
kanan dibasahi dengan air memiliki perbedaan dalam setiap
sensasinya, lengan kiri yang diolesi lidokain terdapat area yang tidak
bisa merasakan sentuh, panas, dingin , dan nyeri karena telah
terhambat impuls saraf nya oleh obat anestesi ini, dan lengan kanan
yang hanya dibasahi oleh air sensasi sentuh, panas, dingin, dan nyeri

dapat terasa disemua bagian karena air tidak menghambat kerja


impuls saraf
VII. Kesimpulan
1. Lidokain memiliki aktivitas sebagai menghambat impuls saraf yang dapat
menghilangkan rasa sentuh, panas, dimgin ,dan nyeri. Sehingga lidokain
yang digunakan pada permukaan hanya bekerja pada bagian lokal
2.

permukaan saja.
Lidokain yang merupakan salah satu obat anestesi lokal golongan amida

mempunyai onset dan durasi yang pendek


3. Lidokain mempunyai efek anestetika lokal, karena jumlah sensasi yang
dirasakan oleh lengan kanan yang diolesi air lebih banyak dibandingkan
dengan sensasi yang dirasakan oleh kepekaan lengan kiri yang diolesi
lidokain
4. Salep lidokain bekerja sebagai anestesi dengan cara mengahambat kerja
impuls saraf

VIII. Daftar Pustaka

Tjay.Tan Hoan dan Rahardja, Kirana. 2007. Obat-obat Penting. Hal

407-413. Jakarta : CV.permata


Fatma, s. dewi dkk. Tanpa tahun. Perbandingan mula kerja dan masa
kerja dua anestetik lokal lidokain pada kasus pencabutan gigi molar

satu atau dua rahang bawah. Jakarta : FKGUI


Tjay.Tan Hoan dan Rahardja, Kirana. 1978. Obat-obat Penting. Hal

407. Jakarta : CV.permata


Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama


Stoelting RK, Hillier SC. Local Anesthetics, in : Stoelting RK, Hillier
SC, editors. Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice

4thed. Philadelphia, Lippincott Williams, 2006, p 182-3.


Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi ketiga.

Jakarta
Cousins MJ, Bridenbaugh PO. Clinical Pharmacology of Local
Anesthetic Agents, Neural Blockade in: Covino BG, wildsmith,
editors. Clinical Anethesia and Management of Pain 3rd ed.

Philadelphia, New York, Lippincott-Raven, p105-21.


2.Mutschler. E. 1991. Dinamika Obat Buku Ajar Farmakologi dan
Toksikologi, terjemahan M. B. widianto dan A. S. Ranti, Penerbit

ITB, Bandung. Hal 223


3.Stoelting RK, Hillier SC. Local Anesthetics, in : Stoelting RK,
Hillier SC, editors. Pharmacology and Physiology in Anesthetic
Practice 4thed. Philadelphia, Lippincott Williams, 2006, p 182-3.

Anda mungkin juga menyukai