Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARDISASI BAHAN ALAM

PERCOBAAN 9
IDENTIFIKASI SENYAWA MARKER AKTIF SERTA PENETAPAN
KADAR SENYAWA MARKER (PIPERIN) DALAM SIMPLISIA

Disusun oleh :
Kelompok 2/C

Selyfia P 10060316076
Mita Yuniarti 10060316077
Predi Mubarok 10060316078
Risna Nurliani 10060316079
Nisa Fida F 10060316080

Asisten: Adrian Permana, S. Farm

Tanggal Praktikum: 8 Maret 2018


Tanggal Pengumpulan: 15 Maret 2018

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1439H/2018M
PERCOBAAN 9

IDENTIFIKASI SENYAWA MARKER AKTIF SERTA PENETAPAN

KADAR SENYAWA MARKER (PIPERIN) DALAM SIMPLISIA

I. TUJUAN PERCOBAAN

Praktikan memahami prinsip penetapan kadar senyawa dalam

simplisia sebagai salah satu parameter standar mutu.

II. PRINSIP PERCOBAAN

Penetapan kadar senyawa piperin menggunakan metode

spektrofotometri uv sinar tampak.

III. ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan
Gelas kimia 50 ml Serbuk simplisia buah cabe jawa
Gelas ukur Etanol
Kertas saring
Labu takar 50 ml
Labu takar 100 ml
Pemanas
Pipet ukur
Spektrofotometer UV-Vis
Timbangan Analitis
IV. PROSEDUR

1. Ekstraksi Piperin

Sebanyak 2 gram serbuk simplisia dimasukkan kedalam gelas

kimia. Ditambahkan etanol sebanyak 50ml kemudian dipanaskan selama

30 menit serta sesekali diaduk. Kemudia campuran tersebut disaring dan

filtratnya ditampung di gelas kimia sebagai sampel uji.

2. Persiapan Larutan Standar

Dibuat larutan standar yang berupa 25 mg piperin standar dan

dilarutkan dalam 25 ml etanol. Kemudian dipipet 1ml dan diencerkan

hingga 25ml dengan etanol. Panjang gelombang maksimum pengukuran

dicari dengan cara scanning larutan standar dengan spektrofotometer uv.

Filtrat dan standar diukur pada panjang absorbansi hasil scanning.

Pengenceran dibuat seperlunya hingga diperoleh absorbansi antara 0,2

sampai 0,8.

3. Penetapan kadar marker piperin dengan metode spektrofotometri UV

10 ml filtrat sampel uji dimasukkan kedalam labu takar 100ml

kemudian volume digenapkan dengan penambahan etanol hingga 100ml

kemudian dikocok hingga homogen. Besarnya absorbansi larutan sampel

diukur pada panjang gelombang maksimum pengukuran. Kadar piperin

dihitung dengan membandingkan absorbansi larutan sampel dan larutan

pembanding. Etanol digunakan sebagai blangko.


V. DATA PENGAMATAN

Nama simplisia : buah cabe jawa

Nama latin simplisia : Retrofracti fructus

Nama latin tumbuhan : Piper retrofractum (Vahl).

Piper retrofractum (Vahl).


(buah cabe jawa)

Pembuatan ekstrak (piperin)


buah cabe jawa

Pengenceran pertama dari


ekstrak (piperin) buah cabe
jawa
Pengenceran kedua dari
ekstrak (piperin) buah cabe
jawa

Perhitungan:

Hasil absorbansi (absorbansi yang baik diantara 0,2-0,8):

1. 2 (> 0,8)

2. 0,298

Sampel= 2 gr/50 mL

2000mg
0,05 L
= 40.000 ppm (filtrat)

 Pengenceran:

= 40.000 × 10 mL sampel hasil ekstraksi = N2 × 100


400000
N2 = = 4000 ppm ; abs= 2 (> 0,8) tidak memenuhi syarat
100

 Pengenceran ke-1

V1 × N1 = V2 × N2

4.000 × 0,5 = 50 × N2
4000 × 0,5
N2 = = 40 ppm ; abs = 0,298 memenuhi syarat
50
 Pembanding

25 mg 1 mg 1 mg
CP = = = 0,001 L = 1000 ppm
25 mL 1 mL

 Pengenceran Pembanding

V1 × N1 = V2 × N2

0,5 × 1000 = 500 × N2


0,5 × 1000
N2 = = 1 ppm konsentrasi abs
500

AS
 CS = AP × CP ; (AP = 0,698)

0,298
= 0,698 × 1 ppm = 0,4269

 Kadar piperin dalam larutan pengenceran terakhir

0,4269 × 1000 = 426,9 mg/L

 Kadar piperin dalam sampel


x 426,9 ppm
× 100% = 40.000 ppm × 100% = 1,0673%
kadar simplisia

VI. PEMBAHASAN

Piperin merupakan kandungan utama yang terdapat dalam simplisia

Piperin mempunyai daya hambat enzim prostaglandin sintase sehingga

bersifat antiflogistik. Piperin juga berkhasiat sebagai antioksidan, antidiare,

insektisida. Sebagai antiinflamasi. Piperin banyak ditemukan pada simplisia

yang termasuk dalam keluarga piperaceae, yaitu pada Piperis nigrii fructus,

Piperis albi fructus, Piperis retrofracti fructus, dll. Tanaman yang termasuk

dalam keluarga piperaceae sangat banyak ditemukan hampir seluruh dataran

rendah di Indonesia, karena tanaman ini tidak tahan dengan genangan air.
Pada praktikum kali ini menggunakan sampel buah cabe jawa (Piper

retrofractum) sangatlah mudah ditemukan di seluruh daerah di Indonesia.

Klasifikasi dari buah cabe jawa adalah : (Septiatin, 2008)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Magnoliidae

Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae (suku sirih-sirihan)

Genus : Piper

Spesies : Piper retrofractum Vahl.

Pada umumnya kandungan piperin dalam Piper retrofractum (buah

cabe jawa) sebanyak 2-5%. Secara kimia piperin termasuk golongan

alkaloid yang memiliki kerangka piperidina. Alkaloid adalah senyawa basa

nitrogen, berasal dari tanaman, yang memiliki aktivitas farmakologi atau

senyawa organik siklik yang mengandung nitrogen pada kondisi oksidasi

negatif, yang ditribusinya terbatas pada makhluk hidup. Senyawa amida


(piperin) berupa kristal berbentuk jarum, berwarna kuning, tidak berbau,

tidak berasa, lama-kelamaan pedas. Larut dalam etanol, asam cuka, benzen,

dan kloroform. Senyawa ini termasuk senyawa alkaloid golongan piridin.

Biosintesis alkaloid melibatkan asam amino sebagai precursor diantaranya

Fenil alanin, Triptofan, Lysin, Tirosin, Histidin dan Ornitin.

Sifat Fisiko-Kimia Alkaloid : (Anwar, 1996).

 Umumnya, tidak larut/sedikit larut dalam air, kecuali bentuk garam

yang terbentuk dengan asam.

 Alkaloid bebas, larut dalam eter, kloroform, pelarut yang relatif non-

polar, membentuk garam alkaloid tidak larut, yang berguna pada

proses pemurnian dan isolasi.

 Berasa pahit

 Umumnya, berbentuk kristal padat (diidentifikasi secara

mikroskopis)

 Berbentuk cair: coniin, nikotin, spartein

 Seperti halnya amina, membentuk garam ganda jika direaksikan

dengan logam berat; Hg, Pt, emas, membentuk endapan yg dapat

diidentifikasi secara mikroskopis.

Piperin juga memiliki gugus kromofor yang cukup panjang sehingga

dapat memberikan serapan maksimum pada spektrofotometri uv pada

panjang gelombang maksimum 345 nm. Sehingga penentuan kandungan

piperin dalam ekstrak dapat diperkirakan dengan mengukur serapan pada


panjang gelombang maksimum piperin. Spektrofotometri serapan (meliputi

spektro UV-VIS, IR, dan serapan atom) merupakan pengukuran suatu

interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan molekul atau atom dari

suatu zat kimia. Molekul selalu mengabsorbsi radiasi elektromagnetik jika

frekuensi radiasi ini sama dengan frekuensi getaran molekul tersebut.

Elektron yang terikat maupun tidak terikat akan tereksitasi pada suatu

daerah frekuensi, yang sesuai dengan radiasi UV/VIS. (Gembong

Tjitrosoepomo, 2000).

Bagian molekul yang mengabsorbsi dalam daerah UV-VIS

dinyatakan sebagai kromofor. Suatu molekul dapat mempunyai beberapa

kromofor. Untuk berbagai bahan farmasi, pengukuran spektrum dalam

daerah UV dan visible dapat dilakukan dengan ketelitian dan kepekaan yang

lebih baik daripada dalam daerah IR-dekat dan IR. Panjang gelombang

daerah spektrum UV adalah 190-380 nm, sedangkan spektrum visible adalh

380-780 nm. Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah

spektrum UV-VIS terdiri dari suatu sistem optik dengan kemampuan

menghasilkan cahaya monokromatik dalam jangkauan 200-800 nm dan

suatu alat yang sesuai untuk menetapkan serapan. (Harborne, 1996).

(Spektrum UV-VIS dari suatu zat umumnya tidak mempunyai

derajat spesifikasi yang tinggi. Walaupun demikian, spektrum tersebut

sesuai untuk pemeriksaan kuantitatif dan untuk berbagai zat spektrum

tersebut bermanfaat sebagai tambahan pada identifikasi. Penggunaan

kualitatif sangat terbatas karena rentang daerah radiasi yang relatif sempit
(500 nm) hanya dapat mengakomodasi sedikit sekali puncak absorpsi

maksimum dan minimum, karena itu identifikasi senyawa yang tidak

diketahui tidak memungkinkan. Suatu senyawa dapat dianalisis dengan

spektrofotometer UV-Vis jika mempunyai kromofor pada strukturnya,

seperti : (Harborne, 1996)

1. Ikatan rangkap terkonjugasi : dua ikatan rangkap terkonjugasi memberikan

suatu kromofor, seperti dalam butadien akan mengabsorbsi pada 217 nm.

Panjang gelombang serapan maksimum (λmaks) dan koefisien ekstingsi

molar (e) akan bertambah dengan bertambahnya jumlah ikatan rangkap

terkonjugasi.

2. Senyawa aromatik : cincin aromatik mengabsorbsi dalam daerah radiasi

UV. Misal : benzen menunjukkan serapan pada panjang gelombang sekitar

255 nm, begitu juga asam asetil salisilat.

3. Gugus karbonil

4. Auksokrom : gugus auksokrom mempunyai pasangan elektron bebas, yang

disebabkan oleh terjadinya mesomeri kromofor. Yang termasuk dalam

gugus auksokrom ini adalah subtituen seperti –OH, -NH2, -NHR, dan –

NR2. Gugus ini akan memperlebar sistem kromofor dan menggeser

absorbsi maksimum

5. Gugus aromatic

Percobaan pertama dilakukan ekstraksi 2 g buah cabe jawa (Piper

retrofractum) dilarutkan dalam 50 mL etanol. Memakai etanol sebagai

pelarut bertujuan untuk memperoleh senyawa yang polar maupun non polar.
Kemudian setelah itu dilakukan pemanasan untuk mempercepat reaksi dan

wadah tempat dilakukan pemanasannya ditutup agar etanol tidak mudah

menguap. Kemudian disaring dan filtratnya diambil 10 mL kemudian

diencerkan dalam 100 mL etanol. Kemudian diukur absorbansinya dan

ternyata absorbansinya > 0,8. Maka dilakukan pengenceran kembali dengan

cara diambil 0,5 mL sampel dari pengenceran pertama kemudian diencerkan

lagi dalam 50 mL. Kemudian diukur kembali absorbansinya terdapat 3 nilai

absorbansi didapatkan absorbansi yang mendekati panjang gelombang

maksimum sebesar 0,298 karena panjang gelombangnya 340,5 nm sehingga

mendekati anjang gelombang maksimum yaitu 345 nm. Pengocokan sangat

mempengaruhi terhadap hasil absorbansi yang didapatkan, karena pada labu

ukur interaksi antara simplisia dan pelarut lebih banyak dibandingkan pada

beacker glass, jadi absorbansinya lebih besar. Hal lain yang mempengaruhi

nilai absorbansi adalah alat, suhu, orang yang melakukan prosedur

(keakuratan). Hal tersebut sangat berpengaruh, oleh karena itu nilai

absorbansinya berbeda. (Wiryowidagdo, 2007).

Didapatkan kadar piperin dalam larutan pengenceran terakhir adalah

426,9 mg/mL. Maka dengan demikian kadar piperin dalam sampel adalah

1,0673 % pada literatur kadar piperin seharusnya 2-5% pada kelompok kami

hasil kadar piperin dibawah 2% hal ini dapat disebabkan pada saat

pengocokan labu ukur, suhu, alat dan orang yang melakukan prosedur

(keakuratan) . Percobaan selanjutnya membuat larutan standar dengan cara

melarutkan 25 mg piperin dalam 25 mL etanol. Kemudian pipet 1 mL


diencerkan dengan 25 mL etanol. Kemudian diukur absorbansinya

didapatkan absorbansinya sebesar 0,4269 (Ap) dan hasil dari pengenceran

pembanding adalah 1 ppm (konsentrasi abs).

VII. KESIMPULAN

Setelah melakukan percobaan yang berjudul identifikasi senyawa

marker aktif serta penetapan kadar senyawa marker (piperin) dalam

simplisia, praktikan dapat mengenal dan memahami prinsip penetapan

kadar senyawa dalam simplisia sebagai salah satu parameter standar mutu

yaitu penetapan kadar senyawa piperin menggunakan metode

spektrofotometri UV-sinar tampak. Sedangkan prinsip dari alat

spektrofotometer adalah interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan

senyawa atau molekul yang terdapat dalam sampel.

Dari hasil yang didapat pada praktikum ini, kadar piperin pada

simplisia buah cabe jawa adalah 1,0673%.


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil. Dkk. (1996). Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta:

Depdikbud.

Gandjar, Ibnu Gholib. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Gembong Tjitrosoepomo. (2000). Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta).

Yogyakarta: UGM Press

Harborne, J. B. 1996. “Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa

Tumbuhan. Bandung: ITB.

Septiatin, Eatin. (2008). Apotek Hidup dari Rempah-Rempah, Tanaman Hias, dan

Tanaman Liar. Bandung: Yrama Widya.

Wiryowidagdo, Suma Ali. (2007). Kimia dan Farmakologi Bahan Alam. Jakarta:

EGC.
LAMPIRAN

Kontribusi anggota dalam menyusun laporan:

1. Selyfia P : Judul, Tujuan dan Prinsip

2. Mita Y : Pembahasan dan Daftar Pustaka

3. Predi M : Pembahasan dan Daftar Pustaka

4. Nisa Fida : Data pengamatan dan Editor

5. Risna N : Cover, Alat dan bahan, Prosedur, dan Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai