Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN FITOKIMIA

‘’ ISOLASI SENYAWA AKTIF AKAR WANGI METODE EKSTRAKSI MENGGUNAKAN


REFLUKS’’

DISUSUN OLEH :

Nama : Trilty Windy

Tingkat/kelas : 2/A

Mata Kuliah : Fitokimia

Dosen Pembimbing : St. Ratnah S.Si.,M.,Kes

JURUSAN FARMASI

POLITEKNIK KESEHATANKEMENKES MAKASSAR

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan laporan lengkap Praktikum Fitokimia.

         Kami juga tidak lupa untuk mengucapkan banyak terimah kasih kepada Dosen dan Asisten Dosen
yang telah membimbing kami selama melakukan praktikum, serta yang telah membimbing kami dalam
menyusun laporan lengkap ini.

            Laporan ini masih sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi penyempurnaan laporan kahir ini.

Atas perhatian dari semua pihak yang membantu dalam penyusunan laporan lengkap ini, terima kasih.

                                                                                 

Makassar, 23 Maret 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG

Ekstraksi adalah metode umum untuk menarik senyawa dari tanaman. Ada berbagai metode untuk
melakukan ekstraksi salah satunya adalah metode refluks. Refluks digunakan untuk sampel yang
memiliki tekstur kasar sehingga dalam prosesnya menggunakan pemanasan.

Refluks adalah metode ekstraksi dengan kelebihan dapat mengektraksi dengan cepat sehingga refluks
merupakan salah satu metode untuk mengekstraksi

Sebagai seorang calon farmasis perlu untuk mengetahui metode ekstraksi secara reflluks beserta prinsip-
prinsipnya dan cara menggunakan alat refluks di dalam laboratorium.

B.   RUMUSAN MASALAH

1.    Bagaimana prinsip ekstraksi secara refluks ?

2.    Bagaimana prosedur kerja ekstraksi secara refluks ?

3.    Apa kelebihan dan kekurangan ekstraksi refluks ?

C.   MAKSUD DAN TUJUAN PRAKTIKUM

1.     Memahami prinsip ekstraksi secara refluks

2.     Mengetahui prosedur kerja ekstraksi secara refluks   

D. Prinsip Kerja

Prinsip dari metode refluks adalah cairan penyari yang digunakan akan menguap pada suhu
tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan
mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada
selama reaksi berlangsung
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.   Dasar Teori                                                                                       

Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak
larut dengan pelarut cair. senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai senyawa dapat digolongkan
kedalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavanoid dan lain-lain. dengan diketahui senyawa aktif yang
dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat  (Ditjen POM,
2000).

Pembagian metode ekstraksi menurut Ditjen POM (2000)yaitu:

1.   Ekstraksi secara dingin  yaitu maserasi, perkolasi

2.   Ekstraksi secara panas yaitu refluks, sokletasi, digestasi, infundasi dan dekok

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah
pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Refluks adalah teknik yang
melibatkan kondensasi uap dan kembali kondensat ini ke sistem dari mana ia berasal. Hal ini digunakan
dalam industri dan laboratorium distilasi. Hal ini juga digunakan dalam kimia untuk memasok energi
untuk reaksi-reaksi selama jangka waktu yang panjang. Campuran reaksi cair ditempatkan dalam sebuah
wadah terbuka hanya di bagian atas. Kapal ini terhubung ke kondensor Liebig, seperti bahwa setiap uap
yang dilepaskan kembali ke didinginkan cair, dan jatuh kembali ke dalam bejana reaksi. Kapal kemudian
dipanaskan keras untuk kursus reaksi.

 Pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas
bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung
secara berkesinambungan sampai  penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali
setiap 3-4  jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Akhyar,2010).  

Kelebihan dari metode refluks adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai
tekstur kasar, dan tahan pemanasan langsung.. Kekurangan dari metode refluks adalah membutuhkan
volume total pelarut yang besar,dan Sejumlah manipulasi dari operator.
BAB III

ALAT, BAHAN DAN METODE KERJA

A.   Alat

-          Rangkaian alt refluks

-          Labu alas bulat 250 ml

-          Heating Mantle

-          

B.   Bahan

-          Simplisia akar wangi 50 g

-          Etanol 96%

-          Kertas saring

C.   METODE KERJA

1. Dibilas labu destilasi yang akan digunakan dengan menggunakan ethanol lalu dimasukkan batu
didih.
2. Ditimbang sejumlah sampel yang telah diperkecil ukurannya lalu dimasukkan ke dalam labu
destilasi.
3. Setelah simplisia dan pelarut (solven ) dicampur didalam labu alas bulat, lakukan proses heating
dengan menghidupkan heating mantle sampai suhu konstan pada titik didih pelarut.
4. Ditambahkan pelarut, dibandingkan antara simplisia dengan pelarut yaitu sekitar 1 : 3.
5. Didihkan campuran menggunakan pemanas selama kurang lebih 3 jam kemudian dinginkan.
6. Disaring filtrate menggunakan kertas saring, disimpan dalam wadah penampung.
7. Diuapkan filtrat sehingga didapatkan ekstrak kental.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan ekstraksi dengan car refluks. Refluks adalah ekstraksi
dengan pelarut pada temperature titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
relative konstan dengan adanya pendingin balik.

Refluks biasa dilakukan untuk menarik zat dari bahan poko yang bersifat keras. Praktikum kali ini
menggunakan kulit batang kayu jati sebagai sampel dengan berat 50 gram. Sampel kulit batang
dimasukan ke dalam labua las bulat dengan sebelumnya kondensor diisi dengan air. Kondensor berfungsi
untuk mendinginkan pelarut yang menguap sehingga cara ekstraksi ini menjadi hemat pelarut. Labu alas
bulat yang berisi sampel ditambahkan pelarut ethanol. Penggunaan pelarut ini adalah untuk menarik
senyawa dari sampel sehingga zat yang diinginkan dapat tertarik kembali keluar. Ethanol digunakan
karena sifatnya yang semi olar sehingga dapat menarik berbagai senyawa baik polar maupun nonpolar
kemudian ditambahkan dengan batu didih ke dalam sampel. Batu didih ini berasal dari pecahan porselin,
yang berfungsi untuk meratakan panas sehingga panas menjadi homogeny di dalam alabu. Selain itu
untuk menghindari titik lewat didih dengan cara  menangkap udara pada larutan dan melepaskannya ke
permukaan larutan oleh pori-pori dalam batu didih sehingga timbul gelembung-gelembung pada batu
didih tanpa batu didih larutan fdapat mengalami super heate atau kelebihan panas yang dapat
menyebabkan ledakan. Labu alas bualat diletakkan diatas heating mantles untuk memanaskan. Pemanasan
dapat mempermudah zat untuk keluar dari bentuk pokoknya. Penarikan zat ini memiliki prinsip menarik
zat pada suhu tinggi dengan pelarut volatile yang menguap pada suhu tinggi kemudian didinginkan di
dalam kondensor, pelarut yang berbentu uap diembunkan sehingga turun ke dalam wadah yang menjaga
pelarut tetap selama reaksi berlangsung.

Setelah pemanasan berlangsung selama 3 jam proses dihentikkan. Hasil ekstrak didinginkan kemudian
disaring, menggunakan kertas saring dan disimpan dalam wadah penampung setelah itu filtrate diuapkan
samapai didapatkan ekstrak kental,. Sampel yang diapakai dlaam praktikum ini adalah kulit batang kayu
jati yang sebelumnya telah dikeringkan. Pengeringan ini dilakukan untuk menghilangkan kadar air
sehingga bobot simplisia tutrun selain itu simpisia juga tidak ditumbuhi jamur dan kemudian simplisia
ukurannya diperkecil dan meningkatkan kontak dengan pelarut yang berpengaruh terhadap jumlah filtrate
yang nantinya dihasilkan.

Sampel disaring agar zat zat pengotor seperti sisa sisa kulit kayu dapat hilang, simplisia diuapkan agar
pelarut dapat dihilangkan sehingga yang tersisa tinggal sari pekat. Proses yang telah selesai akan
menghasilkan ekstrak kental yang dapat diukur persen rendamen. Rendamen merupakan perbandingan
jumlah (kuantittas) ekstrak yang dihasilkan dari ekstrak tanaman. Adapun persamaan untuk mengukur
rendamen dari ekstrak :

FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI HASIL EKSTRAKSI METODE


REFLUKS
1. volume total pelarut yang digunakan dapat mempengaruhi hasil ekstraksi, jika terlalu banyak dapat
menyebabkan hasil ekstraksi yang kurang pekat, serta adanya penjenuhan pelarut
2. suhu dan lama pemanasan perlu diperhatikan disesuaikan dengan titik didih pelarut yang digunakan. pada
suhu yang terlalu tinggi dalam waktu yang lama bisa saja membuat labu alas bulat pecah atau retak
3. kesterilan alat yang dipakai dan praktikan yang melakukan proses ekstraksi terutama saat penyaringan perlu
memperhatikan kebersihan tangan serta memakai masker agar hasil ekstraksi tidak terhindar dari
kontaminasi saat proses penyaringan.
    

    
BAB V

PENUTUP

A.   KESIMPULAN

1.    Penarikan zat ini memiliki prinsip menarik zat pada suhu tinggi dengan pelarut volatile yang
menguap pada suhu tinggi kemudian didinginkan di dalam kondensor, pelarut yang berbentu uap
diembunkan sehingga turun ke dalam wadah yang menjaga pelarut tetap selama reaksi berlangsung.

B.   SARAN

Diharapkan dalam praktikum kedepanya dapat lebih tertib dan tepat waktu sehingga proses praktikum
tetap berjalan dengan kondusif sehingga hasil yang diinginkan dari percobaan dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan pertama Jakarta :
depkes RI.

Akhyar, 2010. Uji Daya Hambat Dan Analisis KLT Bioautografi Ekstrak Akar Dan Buah Terhadap
Vibrio Harvey YI . Skripsi. Fakultas farmasi universitas hasanuddin Makassar.

Anda mungkin juga menyukai