PERCOBAAN 4
PENETAPAN INDEKS PEMBUSAAN DAN ANGKA IKAN
Disusun oleh:
Kelompok/Shift : 2/B
I. Tujuan Percobaan
No Alat Bahan
4 Pemanas
5 Penggaris
7 Stopwatch
8 Tabung reaksi
9 Timbangan analitis
III. Prosedur Percobaan
diatas 200oC . Kemudian bahan simplisia dihaluskan menjadi ukuran lebih kecil
dan mengeluarkan cairan lengket, lalu ditimbang dengan tepat sebanyak 1gr.
Setelah aquadest sudah mendidih, suhu diturunkan kurang dari 200oC lalu
Kemudian bahan simplisia yang telah mendidih tersebut didinginkan dan filtrat
disaring dan ditampung ke dalam labu takar 100 ml, dan digenapkan volume
hingga 100 ml dengan penambahan aquadest melalui kain kasa. Dibuat seri
No. Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Aquadest (ml) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 -
15 detik dengan frekuensi 2 kocokan per detik dan dibiarkan selama 15 menit dan
a. Jika tinggi busa pada setiap tabung kurang dari 1 cm, maka indeks busanya
b. Jika tinggi busa 1 cm terdapat pada salah satu tabung, maka volume dekokta
parameter “a” yang nantinya akan digunakan untuk menentukan indeks busa.
c. Jika tabung terpilih merupakan tabung nomor 1 atau nomor 2 dari seri
tersebut, maka harus dilakukan pengenceran kembali yang lebih rinci untuk
d. Jika tinggi busa pada setiap tabung lebih dari 1 cm, maka indeks busanya
lebih dari 1000. Dalam hal ini ulangi pengujian dengan menggunakan
rangkaian seri baru dari dekokta untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
bahan simplisia dengan dididihkan dengan aquadest dalam 120 ml air dalam gelas
kimia 250 ml pada suhu diatas 200oC. Setelah aquadest sudah mendidih, suhu
diturunkan kurang dari 200oC lalu simplisia dimasukkan ke dalam gelas kimia dan
waktu dihitung 30 menit. Kemudian ampas dari filtrat disaring sehingga diperoleh
ekstrak uji, kemudian dibuat 3 buah larutan dengan konsentrasi yang berbeda-
Tabel 4.1.1 Data pengamatan pembuatan indeks busa larutan ekstrak buah lerak serta
pengencerannya
Ditimbang dengan
tepat sebanyak 1gr
Dimasukkan ke Terjadi perubahan warna
dalam gelas kimia menjadi berwarna kecoklatan
250 ml yang berisi dengan terdapatnya busa
120 ml aquadest, disekitar dinding dalam gelas
dibiarkan mendidih
selama 30 menit
Tabel 4.1.2 Data pengamatan pengujian indeks pembusaan terdapat larutan buah lerak
No Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Aquadest (ml) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 -
Tinggi Busa (cm) 3 4,4 4,5 4,3 5,9 4,6 5,3 5,4 5,2 5,6
4.2 Data Pengamatan Indeks Ikan
Tabel 4.2.1 Data pengamatan pembuatan indeks ikan dan konsentrasi larutan uji
Ditimbang dengan
tepat sebanyak 2gr
Dimasukkan ke Terjadi perubahan warna
dalam gelas kimia menjadi berwarna kecoklatan
250 ml yang berisi dengan terdapatnya busa
120 ml aquadest, disekitar dinding dalam gelas
dibiarkan mendidih kimia
selama 30 menit
Tabel 4.2.2 Data pengamatan pengujian indeks angka ikan terdapat larutan buah lerak
Waktu Kematian Ikan konsentrasi
4,03 0,5
12,35 0,1
20,31 0,04
Keterangan:
X = ikan mati
V. Perhitungan
Seperti gambar yang tercantum pada tabel 4.1.2 semua tabung memiliki
tinggi busa lebih dari 10 mm (1 cm) dengan tinggi busa minimum 30 mm (3 cm).
1
Indeks Ikan =
𝑎
1
=
0,04 %
1
= 0,04
100
100
=
0,04
= 2500
Keterangan:
angka ikan dengan metode dekokta. Dekokta adalah sediaan cair yang dibuat
dengan mengekstraksi sediaan herbal dengan air pada suhu 90˚C selama 30 menit.
Dekokta merupakan proses ekstraksi yang mirip dengan proses infundasi, hanya
saja infuns yang dibuat membutuhkan waktu lebih lama dan suhu pelarut sama
dengan titik didih air (Depkes RI. 1995). Praktikum ini berprinsip pada mengukur
tinggi busa yang dihasilkan filtrat sampel dan pengamatan kematian ikan pada
konsentrasi larutan uji yang berbeda-beda. Nilai indeks pembusaan tersebut dapat
(Foerster, 2006 : 31). Simplisia yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah
dan memenuhi standar minimal maka harus ada penetapan standar dari hulu ke
hilir. Syarat utama suatu obat dikatakan baik yaitu harus aman (safety), bermutu
yang mencakup parameter mutu simplisia dan ekstrak yang digunakan sebagai
bahan baku obat bahan alam. Parameter strandar terbagi atas parameter spesifik
untuk semua jenis simplisia, tidak khusus untuk jenis simplisia dari tanaman
tertentu ataupun jenis proses yang telah dilalui. Adapun beberapa parameter
nonspesifik yang ditetapkan untuk simplisia dalam penelitian ini antara lain
penetapan kadar abu, penetapan kadar abu yang larut dalam asam, penetapan
kadar abu yang larut dalam air, penetapan kadar air dan penetapan susut
Parameter spesifik yang akan ditetapkan pada penelitian ini adalah indentitas
yang larut dalam air, penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan
kandungan minyak atsiri, dan penetapan kadar bahan aktif simplisia (Depkes RI,
2000). Percobaan ini termasuk ke dalam parameter spesifik karena termasuk pada
mengidentifikasi bioaktif yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan
yang dapat dengan cepat memisahkan antara bahan alam yang memiliki
kandungan fitokimia tertentu dengan bahan alam yang tidak memiliki kandungan
golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode
skrining fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna dengan
menggunakan suatu pereaksi warna. Hal penting yang berperan penting dalam
skrining fitokimia adalah pemilihan pelarut dan metode ekstraksi (Harborne, J.B.
1987 : 354).
sampelnya. Menurut Cronquist dalam Dasuki (1991 : 13-28) klasifikasi dari lerak
Ordo : Sapindales
Famili : Sapindaceae
Genus : Sapindus
sekunder yang banyak terdapat di alam, terdiri dari gugus gula yang berikatan
disebabkan oleh bergabungnya sapogenin nonpolar dan sisi rantai yang larut
dalam air. Sapogenin ini berasal dari saponin pada hidrolisis yang menghasilkan
saat dikocok dalam air, karakteristik inilah yang menjadi dasar dalam penetapan
pada air, maka indeks pembusaan ini menunjukan bahwa saponin yang
terkandung dapat menurunkan tegangan permukaan antara air dan udara sehingga
terbentuk busa. Saponin yang bersifat polar akan menarik udara ke dalam air
sehingga udara terdispersi ke dalam air dalam bentuk busa. Jadi semakin besar
luas permukaan simplisia sehingga simplisia mudah terbasahi oleh pelarut dan
dalam gelas kimia yang berisi 120 ml aquadest, dibiarkan mendidih selama 30
yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa
komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada
pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organic akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat
akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi
keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel (Sudjadi,
1986).
saponin. Perebusan simplisia ini disebut dekok dan hasilnya disebut dekokta
pelarut dari buah lerak. Buah lerak yang mengandung saponin memiliki sifat polar
yang dapat larut dalam pelarut polar yaitu aquadest. Sesuai dengan prinsip “like
dissolve like” perolehan senyawa kimia didasarkan pada kesamaan sifat kepolaran
menggunakan kain kasa, terlebih dahulu dibilas menggunakan air. Hal ini
bertujuan agar ekstrak dari buah lerak tidak akan menempel pada kain kasa
sehingga ekstrak Sapindus Fructus (buah lerak) yang diperoleh akan semakin
banyak. Pada proses ekstraksi ini ekstrak Sapindus Fructus (buah lerak) yang
diperoleh ditampung dalam labu ukur 100 ml dan digenapkan hingga volume
ini bertujuan agar dapat dipilih volume (ml) dekokta yang memiliki tinggi busa 1
kocokan per detik. Pengocokan ini berfungsi agar terbentuk busa yang
diakibatkan kontak air dengan saponin. Dari hasil pengamatan pada simplisia
Sapindus Fructus (buah lerak) tinggi busa pada tabung reaksi 1 sampai dengan 10
lebih dari 1 cm, maka harus dilakukan pengenceran, yang berarti bahwa simplisia
Sapindus Fructus (buah lerak) mengandung banyak saponin. Hal ini sesuai dengan
literatur yang ada, buah lerak megandung senyawa saponin. Zat inilah yang
menghasilkan busa dari buah lerak, saponin adalah kelas senyawa kimia yang
mengandung bahn aktif sebesar 12%, 1%, 0,036% dan 0,029% (Fatmawati. 2014 :
24-31).
saponin yang terkandung dalam tanaman (buah lerak) sebagai racun bagi hewan
Saponin juga bersifat bias menghancurkan butir darah merah lewat reaksi
hemolisis, bersifat racun bagi hewan berdarah dingin, dan banyak diantaranya
berisi 120 mL air mendidih dan dibiarkan mendidih selama 30 menit. Hasil
200 ml) yaitu 0,5% (50 ml filtrat dan 150 ml aquadest), 0,1% (10 ml filtrat dan
Dilihat dari hasil pengamatan pada ikan yang telah diberikan larutan uji
buah lerak dengan berbagai konsentrasi, semakin tinggi angka ikan, semakin kecil
konsentrasi ikan dan sebaliknya semakin tinggi konsentrasi maka angka ikan
semakin rendah, terbukti pada percobaan ini ikan yang disimpan pada larutan uji
dengan konsentrasi 0,5% ; 0,1% dan 0,04% semua ikan mati. Pada konsentrasi
yang paling tinggi ikan lebih cepat mati karena semakin tinggi konsentrasi maka
semakin tinggi kandungan saponinnya. Hal ini disebabkan karena pada buah lerak
mengandung banyak saponin yang bersifat toksik bagi hewan berdarah dingin,
contohnya ikan.
VII. Kesimpulan
Dasuki, U.A. 1991. Sistematika Tumbuhan Tinggi. ITB : Bandung. Hlm. 13-28
Fatmawati, I., 2014, Efektivitas Buah Lerak (Sapindus Rarak De Cadole) sebagai
bahan pembersih logam Perak, Perunggu, dan Besi, Jurnal Konservasi Cagar
Budaya Borobudur, 8(2) hlm. 24-31
Teyler, V.E., Lynn, R.B and Robbers, J.E. 1988. Pharmacognosy Lea and
Febiger: Philadelphia. Hlm. 193-210