Anda di halaman 1dari 11

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM

SEDIAAN SIRUP SECARA NITRIMETRI

TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui dan melakukan penetapan kadar Parasetamol dalam
sediaan sirup secara nitrimetri.

DASAR TEORI
Parasetamol merupakan derifat asetanilida yang berkhasiat sebagai analgetik-
antipiretik yang sampai saat ini banyak digunakan oleh masyarakat. Parasetamol dianggap
sebagai zat anti nyeri yang paling aman. Keberhasilan pengobatan tergantung pada kadar zat
aktif yang dapat mencapai tempat aksi. Kadar yang kurang dari dosis efektif akan mempersulit
penyembuhan penyakit. Hal ini bisa terjadi karena pemberian dosis yang kurang atau karena
terjadinya penurunan kualitas obat selama penyimpanan. Dengan demikian kontrol kualitas
dan penetapan waktu kadaluwarsa obat sangat diperlukan.
Umumnya obat dalam bentuk cair lebih disukai daripada bentuk padat karena
mudahnya menelan cairan dan keluwesan dalam pemberian dosis. Pemberian bentuk sediaan
cair akan lebih mudah untuk memberikan dosis yang relatif sangat besar, aman dan juga
mudah diatur penyesuaian dosis untuk anak. Sirup merupakan sediaan yang menyenangkan
untuk pemberian suatu bentuk cairan dari suatu obat yang rasanya tidak enak. Sirup-sirup
terutama efektif dalam pemberian obat untuk anak-anak, karena rasanya yang enak biasanya
menghilangkan keengganan pada sebagian anak-anak untuk meminum obat (Ansel,1989).
Sirup minimal mengandung 50% sakarosa. Penambahan bahan obat atau sari
tumbuhan dapat merupakan komponen lainnya dalam sirup. Kandungan sakarosa dari sirup
yang tercantum dalam Farmakope berkisar antara 50 sampai 65%, akan tetapi umumnya
diantara 60% - 65%. Hal ini berkaitan dengan daya tahan sediaannya. Dalam larutan gula yang
jenuh (kira-kira 66%) tidak memungkinkan pembentukan jamur, oleh karena dengan larutan
berkonsentrasi tinggi, air yang diperlukan bagi perkembangbiakan mikroorganisme akan
dihisap melalui proses osmosis. Atas dasar daya tahan itulah, sediaan berkonsentrasi tinggi
dinilai paling baik, meskipun harus pula memperhatikan, bahwa tingginya kadar gula dari
sirup dapat menyebabkan berkurangnya kelarutan bahan obat tertentu didalamnya
(Voigt,1984).
Pemerian Parasetamol
Parasetamol/ Asetaminofen/ N-asetil-4-aminofenol/4’-hidroksiasetanilida ( C8H9NO2 )

Gambar rumus struktur parasetamol (Anonim,1995)


Untuk larutan oral dan suspensi oral Parasetamol mengandung Parasetamol C8H9NO2
tidak kurang dari 90,0% dan tidak boleh lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
etikat.
Pemerian : serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
Kelarutan : 1 gramnya larut dalam 70 bagian air, dalam 70 bagian etanol (95%), dalam 13
bagian aseton,dalam 40 bagian gliserol, dalam 9 bagian propilenglikol, larut
dalam larutan alkali hidroksida.
Khasiat : analgetik dan antipiretik (Anonim, 1995)
Analisis Parasetamol dapat dilakukan baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan
berbagai metode, yaitu :
 Analisis kualitatif
1. dengan FeCl3  larutan berwarna biru
2. dengan reagen Folin Ciocalteu  berwarna biru
3. dengan Lieberman’s test  berwarna ungu
4. dengan reagen Nessler’s  timbul warna coklat perlahan

 Analisis kuantitatif
1. Spektrofotometri Uv
larutan asam maks 245 nm dengan E1cm  668
1%

larutan basa maks 257 nm dengan E1cm  715


1%

2. Spektrofotometri visibel
Hidrolisis parasetamol menghasilkan gugus amina aromatik primer.
Kemudian menggunakan metode diazotasi dan dikopling dengan Naftil Etilen
Diamin membentuk senyawa berwarna dan dapat ditentukan kadarnya secara
spektrofotometri visibel.
3. Nitrimetri
Metode nitrimetri atau disebut juga dengan metode titrasi diazotasi yakni
metode penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku
natrium nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara
amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam
diazonium. Parasetamol yang telah dihidrolisis mempunyai gugus amina aromatik
primer. Lalu dengan menggunakan metode Nitrimetri dapat ditentukan kadarnya
dengan dasar pembentukan garam diazonium.
III. ALAT BAHAN
Alat yang digunakan : Bahan yang digunakan :
- Erlenmeyer - NaNO2 0,1 M
- corong gelas - KBr
- kapas - asam Sulfanilat p.a
- buret 50 ml - HCl pekat
- gelas ukur - indikaor luar kertas kanji-iodida
- statif dan klem - aquadest
- penangas air - NaHCO3
- pipet volume - kertas saring
- gelas ukur - pati (amylum)
- gelas piala - KI 0,4 % b/v
- timbangan analitik - es batu
- sendok sungu
- kertas timbang
- kompor listrik

III. CARA KERJA


A. Pembuatan Larutan Baku NaNO2 0,1 N
Timbang seksama 6,900 g NaNO2

Larutkan dalam aquadest ad 1000,0 ml

B. Pembakuan Larutan Baku NaNO2 0,1 N


Timbang seksama 400 mg asam sulfanilat p.a

Masukkan dalam gelas piala, tambahkan 0,2 g NaHCO3 dan sedikit air, aduk hingga
larut

Encerkan dengan 100 ml air, tambahkan 10 ml HCl p dan 1,5 g KBr

Titrasi perlahan dengan larutan baku NaNO2 0,1 N

Titrasi dilakukan hingga 1 tetes larutan segera memberikan warna biru pada kertas
kanji-iodida

Catat volume titran, direplikasi 3 kali

C. Pembuatan Indikator Kertas Kanji

Digerus 500 mg pati, tambah aquades 100 ml dan diaduk



Didihkan selama 30 menit, dinginkan dan saring

Diencerkan dengan larutan KI 0,4 % b/v dengan volume sama

Celupkan kertas dan biarkan mengering

D. Penetapan Kadar Parasetamol dalam sediaan sirup


Dipipet 10,0 ml sirup parasetamol

Ditambahkan 100,0 aquadest dan 10,0 ml HCl pekat

Direfluks selama 30-60 menit, lalu dinginkan pada suhu kamar

Ditambah 1,5 g KBr/ didinginkan dengan es (t = 15 oC)

Dititrasi pelan-pelan dengan larutan baku NaNO2 0,1 N

Dititrasi dilakukan hingga 1 tetes larutan segera memberikan warna biru pada kertas
kanji-iodida

Catat volume titran, direplikasi 3x

IV. DATA DAN PERHITUNGAN


Sampel : Sirup Parasetamol
Kadar Sampel : tiap 5 ml sirup mengandung 120 mg parasetamol
Tanggal Analisis : 2 April 2013
Tanggal diproduksi : Februari 2011
Tgl Kadaluwarsa : Februari 2015
Netto : 60 ml
Diproduksi oleh : Novapharin Pharmacetical Industries, Gresik-indonesia
No Batch : GBL 0334002437

 Organoleptis
Warna : merah
Rasa : manis strawberry
Bau : wangi khas strawberry

 Kontrol kualitas
Viskositas : larutan encer
Tampilan visual : merah
Homogenitas : homogen
 Pembakuan NaNO2
No Berat Asam Sulfanilat Vol.NaNO2
1 400,0 mg 10,5 ml
2 400,0 mg 11,0 ml
3 400,0 mg 11,5 ml

mg asam sulfanilat
N NaNO2 =
ml NaNO2  BM asam sulfanilat

400,0 mg
N1 = 10,5ml  173,19 = 0,2191 N

400,0 mg
N2 = 11,0 ml  173,19 = 0,2100 N

400,0 mg
N3 = 11,5ml  173,19 = 0,2008 N

0,2191N  0,2100 N  0,2008 N


Nrata-rata = = 0,2100 N
3

 Penetapan Kadar Sampel


No Volume sirup (ml) M NaNO2 Volume NaNO2 (ml) Kadar (mg/5ml)
1 10 0,2100 7,0 111,132
2 10 0,2100 7,5 119,070
3 10 0,2100 7,0 111,132

VNaNO 2  N NaNO 2  BM parasetamol


Kadar =
ml sampel

Kadar Parasetamol dalam 5 ml :


7,0 ml  0,2100 N  151,2
I. Kadar = 10,0 ml
= 222,264 mg/10 ml = 111,132 mg/5ml

7,5 ml  0,2100 N  151,2


II. Kadar = 10,0 ml
= 238,14 mg/10 ml =119,070 mg/5ml

7,0 ml  0,2100 N  151,2


III. Kadar = 10,0 ml
= 222,264 mg/10 ml = 111,132 mg/5 ml

Kadar Rata-rata = 111,132 mg  119,070 mg  111,132 mg = 113,778 mg/5 ml


3

SD = 4,583
SD
CV = x 100 %
x
4,583
= 113,778  100% = 4,028 % (CV < 5 % berarti data yang diperoleh presisi)

Recovery
111,132
I. recovery =  100% = 92,610 %
120
119,070
II. recovery =  100% = 99,225 %
120
111,132
III.recovery =  100% = 92,610 %
120
92,74%  99,37%  92,74%
Rata-rata recovery = = 94,815 %
3

V. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk menganalisis kadar Parasetamol dalam sampel obat
sediaan sirup Parasetamol untuk anak-anak. Analisis kontrol kualitas bentuk sediaan sirup
meliputi beberapa pengujian antara lain pengujian pengujian organoleptis, uji viskositas, uji
tampilan visual, uji homogenitas dan uji kuantitatif penentuan kadar dengan metode
Nitrimetri. Parasetamol untuk larutan oral dan suspensi oralnya mengandung Parasetamol
C8H9NO2 tidak kurang dari 90,0% dan tidak boleh lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera
pada etikat.
O
HN C CH3

OH
Parasetamol berupa serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit. Kelarutannya sedikit
larut dalam air dingin, lebih larut dalam air panas, larut dalam metanol, etanol,
dimetilformamida, etilendiklorida, aseton, etilasetat dan NaOH 1N. Sedikit larut dalam eter,
tidak larut dalam petroleum eter, pentana dan benzena. Parasetamol merupakan analgetik dan
antipiretik (Anonim, 1979)
Hasil uji organoleptis memperlihatkan sirup parasetamol berwarna merah, berasa
manis strawberry dan berbau khas strawberry. Dari uji kontrol kualitas didapat sifat viskositas
yang berupa larutan encer, dengan tampilan visual berwarna merah serta homogen. Pengujian
dilakukan pada tanggal 2 April 2013 di Laboratorium Analisis Obat, Kosmetik dan Makanan
(AOKM) Fakultas Farmasi UGM. Sirup parasetamol yang akan dianalisis merupakan salah
satu produk dari Novapharin Pharmacetical Industries, sebuah industri Farmasi di Gresik,
Indonesia dengan nomor batch GBL 0334002437. Dalam etiket, tertulis bahwa tiap 5 ml
sendok sirup mengandung parasetamol sebesar 120 mg. Dengan demikian, secara teoritis,
kadar parasetamol dalam sediaan sirup parasetamol tersebut yaitu 120mg / 5ml atau 24 mg /
ml sirup.
Parasetamol dapat ditetapkan kadarnya secara spektrofotometri UV dengan panjang
gelombang maksimum yang sama pada 257 nm. Serta dapat juga dengan spektrofotometri
visibel seperti disebutkan dalam Farmakope Indonesia III yang didasarkan pada
pembentukan parasetamol menjadi senyawa berwarna. Parasetamol mempunyai gugus amin
aromatik sekunder yang bisa diubah menjadi amin aromatik primer dengan cara dihidrolisis
dalam suasana asam. Dengan adanya gugus amin aromatik primer ini dapat direaksikan
dengan HNO2 membentuk garam diazonium yang kemudian dikopling dengan N-(1 naftil)-
etilendiamin membentuk senyawa azo yang berwarna dan dapat ditetapkan kadarnya secara
spektrofotometri. Namun, pada percobaan ini dianalisis parasetamol dalam sediaan sirup
yang mengandung banyak bahan tambahan terutama bahan pewarna, maka akan sulit
dilakukan analisis karena dapat mengganggu pembacaan absorbansi. Bahan pewarna ini
dapat dihilangkan dengan adsorben, namun bahan tambahan tersebut tidak sempurna hilang.
Sehingga kedua metode ini tidak dipilih karena tidak selektif.
Pada percobaan ini digunakan metode nitrimetri yaitu metode penetapan kadar secara
kuantitatif dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit. Metode ini didasarkan pada
reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana
asam membentuk garam diazonium. Karena asam nitrit tidak stabil maka digunakan bentuk
garamnya yaitu natrium nitrit. Reaksi ini dilakukan dalam suasana asam. Untuk membuat
suasana asam digunakan asam klorida pekat.
Tahap awal percobaan ini dengan membuat larutan baku NaNO 2 1 N dengan cara
menimbang 6,900 g NaNO2 kemudian di tambah aquadest ad 1000 ml. Langkah selanjutnya
adalah pembakuan larutan baku NaNO2 1 N dengan asam sulfanilat dengan cara menimbang
400 mg asam sulfanilat kemudian ditambahkan dengan 0,2 g NaHCO3 dan sedikit air.
NaHCO3 ini akan membantu kelarutan asam sulfanilat dalam air karena membentuk
garamnya yaitu natrium sulfanilat yang lebih larut dalam air. Kemudian air di ad kan sampai
100 ml air selanjutnya ditambahkan 10 ml HCl p dan 1,5 g KBr. Campuran ini kemudian di
titrasi perlahan dengan larutan baku NaNO2 0,1 N. Titrasi dilakukan hingga 1 tetes larutan
segera memberikan warna biru pada kertas kanji-iodida. Dari percobaan volume NaNO2
yang dibutuhkan untuk menitrasi sebesar 10,5 ml; 11,0 ml dan 11,5 ml sehingga rata-rata
normalitas larutan baku NaNO2 yang diperoleh sebesar 0,2100 N.
Percobaan selanjutnya adalah penetapan Parasetamol dalm sirup dengan mengambil 10
ml sirup parasetamol kemudian ditambahkan HCl pekat sebanyak 10 ml, dan 100 ml
aquadest. Kemudian direfluks dengan menggunakan erlenmeyer yang ditutup corong yang
diberi kapas pada lubangnya selama 30 menit diatas penangas air. Refluks dilakukan untuk
menghidrolisis parasetamol menjadi p-hidroksi anilin yang merupakan senyawa amina
aromatis primer. Reaksinya sebagai berikut :
O
H2N
HN C CH3
H+, H2O

Refluks ±30 menit

OH OH

Parasetamol p- aminofenol
Larutan sampel kemudian didinginkan sampai suhu ruangan. Kemudian dititrasi
dengan larutan NaNO2 secara perlahan-lahan, dimana jumlah NaNO2 yang diperlukan setara
dengan jumlah parasetamol dalam sampel. Reaksi diazotasi dapat dituliskan sebagai berikut :
NaNO2 + HCl NaCl + HNO 2

H2N + _
N2 Cl

+ HNO2 +HCl + H 2O

OH OH
p- aminofenol garam diazonium

Reaksi diazotasi ini dapat bersifat kuantitatif jika memenuhi persyaratan tertentu.
Persyaratan tersebut antara lain suhu reaksi harus rendah. Secara teoritis suhu harus dibawah
15oC, sebab pada suhu yang lebih tinggi senyawa diazonium yang terbentuk tidak stabil dan
akan terhidrolisis menjadi fenol dan gas nitrogen. Selain itu pada suhu yang tinggi asam nitrit
akan lebih cepat terurai sehingga reaksinya tidak stokhiometrik. Pengatasannya dengan
penambahan KBr yang berfungsi sebagai penyerap energi (endotermis) dari lingkungan yang
diberikan pada sistem. Titrasi dilakukan dengan perlahan-lahan, karena reaksi diazotasi
bersifat reaksi molekuler, bukan reaksi ionik . Agar reaksi berlangsung lebih cepat maka
ditambahkan katalis KBr.
Pada penetapan kadar parasetamol tidak digunakan indikator dalam karena sirup
parasetamol yang dianalisis berwarna merah, maka perubahan warna yang terjadi sulit
diamati. Maka digunakan indikator luar yaitu dengan menggunakan kertas kanji-iodida atau
dapat pula menggunakan pasta kanji-iodida. Pembuatan kertas kanji-iodida ini dengan
mencampurkan 500 mg pati dengan 100 ml aquadest kemudian dipanaskan, didinginkan, dan
disaring. Filtrat diencerkan dengan larutan KI 0,4 % b/v dengan perbandingan volume sama.
KI 0,4 % b/v dapat dibuat dengan menimbang 0,4 gram KI kemudian melarutkannya dengan
100 ml aquadest. Sejumlah kertas saring lalu dicelupkan dalam larutan dan dibiarkan
mengering.
Ketika larutan digoreskan pada kertas, adanya kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi
iodida menjadi iodium dan dengan adanya kanji atau amilum akan menghasilkan warna biru
segera. Indikator kanji-iodida ini peka terhadap kelebihan 0,05 – 0,10 ml natrium nitrit dalam
200 ml larutan. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut :
NaNO2 + HCl  HNO2 + NaCl
KI + HCl  KCl + HI
2HI + 2HONO  I2 + 2NO + 2H2O
I2 + kanji  kanji yod (biru)
Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan larutan yang dititrasi pada kertas
kanji-iodida akan terbentuk warna biru segera sebab warna biru juga terbentuk beberapa saat
setelah dibiarkan terbuka karena oksidasi iodida oleh udara (O2) menurut reaksi :
4KI + 4HCl + O2  2H2O + 2I2 + 4 KCl
I2 + kanji  kanji yod (biru)
Untuk meyakinkan apakah benar – benar sudah terjadi titik akhir titrasi maka pengujian
seperti diatas dilakukan lagi setelah dua menit. Akan tetapi penggunaan indikator luar ini
mempunyai kelemahan, antara lain membutuhkan perkiraan volume titran yang diperlukan
bila tidak maka akan sering dilakukan pengujian untuk menentukan titik akhir titrasi. Apabila
sering dilakukan pengujian dikhawatirkan banyak larutan sampel yang hilang. Sehingga akan
mempengaruhi penetapan kadar parasetamol. Oleh karena itu dalam percobaan dilakukan
orientasi terlebih dahulu.
Pada etiket sirup Parasetamol tertulis kadar parasetamol 120 mg dalam 5 ml sirup.
Namun, pada percobaan ini diperoleh kadar rata-rata parasetamol 113,778 mg/5 ml sirup dan
recovery yang diperoleh sebesar 94,95 %. CV merupakan parameter ketepatan (precision)
yaitu pada pengukuran yang berulang perbedaan hasil yang diperoleh tidak berbeda signifikan
(reprodusibilitas data). Dari hasil perhitungan menunjukkan nilai CV < 5% yaitu 4,028 %
maka data yang diperoleh dari percobaan sudah presisi. Menurut persyaratan larutan oral dan
suspensi oral Parasetamol yang tercantum dalam Farmakope IV disebutkan bahwa
Parasetamol harus mengandung Parasetamol C8H9NO2 tidak kurang dari 90 % dan tidak boleh
lebih dari 110 % dari jumlah yang tertera di etikat. Suatu metode dikatakan akurat apabila nilai
recoverynya berada pada rentang 90-110%. Karena recovery yang diperoleh sebesar 94,95 %
berarti metode yang digunakan akurat.

VI. Kesimpulan
1. Parasetamol dapat ditetapkan kadarnya dengan metode Nitrimetri.
2. Prinsip metode nitrimetri didasarkan pada reaksi diazotasi yaitu reaksi antara gugus
amina aromatik primer yang direaksikan dengan HNO2 membentuk garam diazonium.
3. Indikator yang digunakan pada penetapan kadar parasetamol dalam sirup adalah
indikator luar yaitu kertas kanji-iodida.
4. Analisis kontrol kualitas yang dilakukan meliputi pengujian organoleptis, uji
viskositas, uji tampilan visual dan uji homogenitas.
5. Hasil uji organoleptis memperlihatkan sirup parasetamol berwarna merah, berasa
manis dan berbau khas strawberry. Dari uji kontrol kualitas didapat sifat viskositas
berupa larutan encer dan homogen.
6. Kadar rata-rata yang didapat adalah 113,778 mg/5 ml sirup dengan recovery sebesar
94,95 %.
7. Metode nitrimetri ini memberikan hasil dengan presisi dan akurasi yang baik.

VII. Daftar Pustaka


Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Ansel, H.C., Nicholas G.P., Loyd V.A., 1995, Pharmaceutical Dosage Forms and Drug
Delivery systems Sixth edition, A Lea and Febiger Book, Philadelphia, 120-133, 231,
253-255.
Auterhoff, Harry, 1987, Identifikasi Obat, Penerbit ITB, Bandung.
Chattan, Leslie g., 1966, Pharmaceutical Chemistry Volume 1 Theory and Application,
Marcel Dekker, Inc., New York.
Gandjar, I.G., dan Abdul R., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Klaus, Florey, 1973, Analytical Profiles of Drugs Substances, Vol. 2, pp 469-486, Academic
Press, New York.
Sudjadi, dan Abdul, R., 2004, Analisis Obat dan Makanan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Voigt. R., 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soewandhi, S. N.,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 391,445- 447, 607.

Yogyakarta, 28 April 2013


Praktikan,
1. Jeany C Mairuma (08665)
2. Lilia Nur Aini (08668)
3. Nindi Wulandari (08671)
4. Hanum Pramuji (08674)

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM ANALISIS OBAT, KOSMETIK, DAN MAKANAN
PENETAPAN KADAR PARASETAMOL
DENGAN METODE NITRIMETRI

DISUSUN OLEH :

Nama : Kelompok 1
1. Jeany C Mairuma (08665)
2. Lilia Nur Aini (08668)
3. Nindi Wulandari (08671)
4. Hanum Pramuji A (08674)

Golongan/Kelas : I/C
Tanggal Praktikum : 02 April 2013
Asisten Jaga : Marceila
Dosen Pembimbing : Abdul Rohman, S.F., M.Si., Apt.

LABORATORIUM ANALISIS FARMASI


FAKULTAS FARMASI UGM
YOGYAKARTA
2013

Anda mungkin juga menyukai