Anda di halaman 1dari 9

PERCOBAAN 3

PENETAPAN INDEKS KEPAHITAN

I. Tujuan Percobaan
 Memahami cara penetapan indeks kepahitan serta dapat
menentukan ineks kepahitan dari simplisia uji yang
dibandingkan terhadap indeks kepahitan kinin klorida.
II. Prinsip Percobaan
 Membandingkan tingkat kepahitan simplisia terhadapap kinin
Sulfat

III. Alat Dan Bahan

Alat Bahan
1. Labu takar 50 ml 1. Air mineral
2. Labu takar 100 ml 2. Simplisia
3. Labu takar 500 ml 3. Kinin sulfat
4. Pipet volume 1 ml
5. Pipet volume 5 ml
6. Pipet ukur 10 ml
7. Tabung reaksi
8. Pemanas (hot plate)
9. Corong
10. Kertas saring
11. Stopwatch
12. Erlenmeyer
13. Gelas ukur 50 ml
14. Mortir dan stamper

IV. Prodesur Percobaan


Tabung penampung dan kondensor bilas dengan air, kemudian
keringkan dengan hair dryer, gunting simplisia samapi halus kemudia
timbang seberat 25 gram, simplisia yang sudah di timbang dimasukan
kedalam labu bundar, masukan toluen ke dalam labu pemisah untuk
dijenuhkan kemudian tambahkan air sebanyak 3 ml kemudian putar
pada satu arah selama 15 menit, kemudian diamkan beberapa saat,
toluen yang sudah dijenukan dimasukan ke dalam labu bundar
kemudian didihkan perlahan pada kondensor, Setelah mendidih,
disuling dengan kecepatan 2 tetes/detik hingga sebagian besar
air tersuling, kemudian kecepatan dinaikkan menjadi 4 tetes/detik.
Setelah semua air diperkirakan telah tersuling, bagian kondensor
dibilas dengan toluen. Penyulingan dilanjutkan selama 5 menit,
kemudian pemanasan dihentikan. Tabung penerima didinginkan
sampai suhu kamar. Lalu dibaca volume air dalam tabung penerima,
dan dihitung kadar air simplisia dalam satuan %.

V. Data Pengamatan
VI. Pembahasan
Pada percobaan 3 yaitu dilakukan penetapan indeks kepahitan.
Tujuan dilakukan percobaan tersebut yaitu memahami indekss
kepahitan sertan dapat menentukan indeks kepahitan dari simplisia
ujinyang dibandingkan terhadap indeks kepahitan kinin hidroklorida.
Simplisia uji yang digunaan yaitu batang bratawali yang berasal dari
tumbuhan Tinospora crispa L. Berikut klasifikasi tumbuhan bratawali:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Ranunculales
Suku : Menispermacecae
Marga : Tinospora
Jenis : Tinospora crispa L. (Cronquist,1981).
Tanaman bratawali merupakan tanaman perdu yang biasanya hidup di
ladang, sawah atau hutan. Tinggi bisa mencapai 2,5 m. Tumbuhan
berbatang kecil, berbintil rapat, lebar batang sebesar jari tangan. Daun
tungal, bertangkai, lancip, panjang 7-14 cm, lebar 4-10 cm. Bunga
kecil berwarna hijau (Sutrisna, 2016. Hal. 62).
Batang bratawali mempunyai sensasi pahit karena mengandung
metabolit sekunder yaitu alkaloid yang merupakan zat pahit yang
terdapat pada batang bratawali tersebut. Batang bratawali tersebut
mempunyai khasiat sebagai analgesik, antipiretik, mengontrol kadar
glukosa darah, mengobati rematik, demam, tidak nafsu makan, memar
akibat terbentur, kudis dan luka (Setiawan dan felix, 2012).
Untuk pembanding yang digunakan yaitu kinin. Kinin/Kina adalah
tanaman obat yang digunakan sebagai indeks kepahitan karena
senyawa Kinin HCl dapat terdeteksi dalam ambang yang rendah
sekalipun. Kinin biasanya digunakan sebagai obat malaria dan
antipiretika dari senyawa quinin yang terkandung dalam Kinin.
Metode yang digunakan yaitu dengan menggunakan indra pengecap
yaitu dengan cara mencicipi, daerah yang sensitif terhadap pahit yaitu
berada di pangkal lidah. Pengujian tersebut termasuk pada pengujian
semikuantitatif karena menggunakan organoleptis yaitu indra pengecap
namun dibandingkan dengan zat pembanding yang telah teruji. Prinsip
percobaan ini yaitu penetapan derajat kepahitan yang dilakukan
dengan cara membandingkan nilai ambang pahit simplisia uji dengan
larutan kinin hidroklorida sebagai larutan standar.
Untuk pembuatan larutan ekstrak dari batang bratawali dan
pengenceran. Yaitu dibuat ekstrak simplisia tersebut dengan cara
memotong kecil- kecil simplisia tersebut kemudian ditimbang
sebanyak 0,2 gram simplisia. Kemudian dipanaskan di hot plate
dengan ditambah air minum di beaker glass sebanyak 45 mL selama
60 menit. pemanasan ini bertujuan agar kandungan alkaloid dalam
batang bratawali yang menimbulkan rasa pahit dapat teruarai melalu
pemanasan yang lama dan suhu yang tinggi. Kemudian setelah dingin
disaring agar menghasilkan ekstrak yang lebih murni atau yang lebih
baik. Setelah disaring kemudian digenapkan volume dalam labu takar
50 mL dengan menggunakan air minum. Kemudian dipipet 1 mL
ekstrak dandiencerkan kedalam kamu takar 100 mL (ST) setara dengan
0,04 mg/mL. Selain itu dalam pembuatan larutan digunakan air minum
bukan aquadest karena indra pengecap pada lidah akan tumpul dengan
cepat apabila digunakan aquadest sedangkan yang praktikan inginkan
indra pengecap akan sensitif terhadap sensasi pahit. Kemudian
dilakukan seri pengenceran dalam 10 tabung reaksi dimulai dari
konsentrasi rendah samapi konsentrasi tinggi. Yang bertujuan agar
pahit yang dirasakan berbeda-beda sehingga akan diperoleh angka
untuk menentukan derajat kepahitan atau dapat mengetahui pada
tabung berapa larutan tersebut lidah dapat merasakan ambang pahit.
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai penetapan
indeks kepahitan, yang bertujuan untuk memahami cara penetapan
indeks kepahitan serta dapat menentukan indeks kepahitan dari
simplisia uji yang dibandingkan terhadap indeks kepahitan larutan
kinin HCl. Prinsip dari percobaan ini yaitu membandingkan tingkat
kepahitan simplisia uji terhadap kinin HCl. Pada praktikum ini
Simplisia uji yang digunakan yaitu batang bratawali. Alasan
menggunakan batang bratawali yaitu karena menurut sumber
kandungan alkaloid dan flavonoid dalam batang bratawali
menyebebkan rasa pahit.
Simplisia dengan derajat kepahitan yang tinggi banyak digunakan
sebagai bahan jamu. Rasa pahit itu sendiri kemungkinan besar
berkonstribusi terhadap aktivitas farmakologi yang diinginkan. Dapat
mengatasi berbagai permasalahan kesehatan untuk membantu
merangsang sekresi saluran pencernaan. Sehingga bermanfaat sebagai
tonik karena berperan sebagai penambah nafsu makan (Harborne,
1996).
Pada praktikum kali ini langkah pertama yang dilakukan adalah
membuat larutan stock kinin HCl, tetapi kinin HCl di laboratorium
tidak tersedia maka diganti dengan kinin sulfat, sehingga harus
dilakukan konversi bobot molekul terhadap kinin sulfat. Pembuatan
larutan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepahitan dari kinin
sulfat. Larutan kinin sulfat pun dibuat dengan berbagai konsentrasi,
mulai dari konsentrasi yang rendah hingga konsentrasi yang tinggi. Hal
ini bertujuan agar pahit yang dirasakan berbeda-beda sehingga akan
diperoleh angka untuk menentukan derajat kepahitan.
Tidak ada pembanding yang digunakan untuk penetapan indeks
kepahitan selain kinin HCl atau kinin sulfat, karena senyawa pahit dari
kinin HCl atau kinin sulfat dapat terdeteksi walaupun dalam ambang
pahit yang sangat rendah.
Pada praktikum kali ini diuji terdapat pengujian pada indeks
kepahitan pada lidah dengan cara mencicipi ektrak dari brotowali dan
kinin sulfat. Dari praktikum kali ini terdapat sistem saraf yang
mensyarafi lidah yaitu papila sebagai reseptor pembuat rasa.
Lidah sebagian besar terdiri atas dua kelompok otot. Otot instrinsik
lidah melakukan semua gerakan halus, sementara otot ekstrinsik
mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta melaksanakan
gerakan-gerakan kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan
menelan. Pada lidah terdapat papila dimana papila tersebut adalah :
1. Papila sirkumvalata. Ada delapan hingga dua belas
buah jenis ini yang terletak pada bagian dasar lidah.
2. Papila fungiformis menyebar pada permukaan ujung
dan sisi lidah dan berbentuk jamur.
3. Papila filiformis adalah yang terbanyak dan menyebar
pada seluruh permukaan lidah. Berfungsi untuk
menerima rasa sentuh daripada rasa pengecapan yang
sebenarnya. Selaput lendir langit-langit dan faring juga
bermuatan puting-puting pengecapan.
Lidah memiliki pelayanan persyarafan yang majemuk. Otot-otot
lidah mendapat persyarafan dari urat saraf hipoglosus (saraf otak kedua
belas). Daya perasaan dibagi menjadi “perasaan umum” yang menyangkut
taktil perasa, seperti membedakan ukuran, bentuk,
susunan,kepadatan,suhu, dan sebagainya, dan “rasa pengecap khusus”.
Impuls perasaan umum bergerak mulai dari bagian anterior lidah dalam
serabut saraf lingual yang merupakan sebuah cabang urat saraf kranial
kelima, sementara impuls indra pengecap bergerak dalam korda timpani
bersama saraf lingual, lantas bersatu dengan saraf kranial ketujuh, yaitu
nervus saraf fasialis. Sehingga ektrak kinin sulfat dan ekstrak uji yaitu
ektrak brotowali dapat terasa kepahitannya karena terdapat saraf-saraf
pada lidah yang peka akan rasa pahit,manis,asin dan asam. Pada reseptor
rasa pahit yang pekat pada bagian belakang lidah dan tengah lidah.

Pada prosedurnya orang tersebut mencicipi tabung pada berbagai


pengenceran hal ini dikarenakan untuk mengetahui pada pengenceran
berapa sensasi pahit itu terasa. Dan saat mencoba pada tabung satu ke yang
lain harus dijeda atau rasa pahit itu diredam dengan cara meminum air
putih. Hal ini bertujuan agar rasa pahit yang didapatkan hanya dari
pengenceran tabung yang dicoba, bukan dari tabung yang sebelumnya.
Agar mengetahui ambang rasa pahit dari seseorang tersebut pada tabung
pengenceran yang mana.

Kaitan antara indeks kepahitan dan mutu simplisia yaitu karena


sebagian besar rasa pahit pada suatu simplisia menandakan senyawa kimia
yang dikandung simplisia tersebut yang dapat menimbulkan aktivitas
farmakologi yang dimana bila rasa pahit tersebut muncul maka mutu
simplisia tersebut baik, karena semakin terasa rasa pahit itu makin banyak
pula senyawa yang ada pada simplisia sehingga mutunya semakin bagus.
Dari hasil praktikum yang didapatkan indeks kepahitannya adalah 350
unit/gram. Hal ini indeks kepahitan yang didapat termasuk rendah. Karena
pada konsentasi rendah dia tidak merasakan pahit. Hal ini bisa dikarenakan
sensitivitas orang tersebut sangat kecil, sehingga dia tidak dapat
merasakan sensasi pahit pada konsentrasi yang rendah. Dan orang yang
mencicipi harus yang tidak menyukai pahit dan juga teknik pencobaan
dimulai dari pengenceran ke 5 bila terasa pahit maka meminum pada
pengenceran yang dibawah bila belum terasa pahit maka meminum dengan
pengenceran diatas. Simpilisa yang dibuat percobaan merupakan simplisia
yang mengandung simplisia pahit yang merupakan senyawa alkaloid yaitu
alkaloid sejati dan flavonoid.

VII. Kesimpulan
 Pada simplisia bratawali terdapat kandungan senyawa alkaloid
dan flavonoid yang menghasilkan rasa pahit.
 Indeks kepahitan dari senyawa adalah 350 unit/gram.
DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha S, adrian F. 2012. Makanan dan Herbal Untuk Penderita


Diabetes Melitus. Jakarta: Penebar Swadaya Grup

Sutresna. 2016. Herbal Medicine: Suatu Tujuan Farmakologis. Surakarta:


Muhammadiyah University Press
Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia. Edisi 2. Bandung: ITB press.

Cronquist,A,. 1981. An integrated system of classification of flowering


plants. New York : Colombia University.

Lampiran
1. Cover : nia
2. Tujuan: siska & annisa
3. Prinsip : siska
4. Teodas : annisa & siska
5. Alat dan Bahan : siska
6. Prosedur : annisa
7. Perhitungan : siska
8. Hasil Pengamatan : siska & annisa
9. Pembahasan : siska & annisa
10. Kesimpulan : annisa
11. Daftar pustaka : annisa

Anda mungkin juga menyukai