Dosen Pengampun :
DISUSUN OLEH :
Kelompok 3
Batch 1
FAKULTAS FARMASI
JL. Sunter Permai Raya RT.11/RW.6, Sunter Agung, Tj. Priok, Kota Jakarta Utara,
Daerah Khusus Ibukota, Jakarta 14350
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teknologi Farmasetika
Dasar Analisis Sampel Hufagripp Bp Sirup 60 Ml”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas
yang diberikan dalam mata kuliah……. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak oleh karena itu, penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya makalah ini.
Dalam kesempurnaan makalah ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang
berarti bagi pihak yang membutuhkan.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
Dokter juga sering kali memberikan resep non generik kepada pasien sebagai pilihan
untuk pengobatan, padahal harga produk merk dagang lebih mahal dari obat generik, sehingga
bagi pasien yang tidak mampu sering membeli setengah dari resep dokter. Hal ini sangat
berbahaya, terutama bila obat tersebut adalah antibiotik. Mutu dijadikan dasar acuan untuk
mendapatkan kebenaran khasiat (efikasi) dan keamanan (safety). Mutu sediaan obat dapat
ditinjau dari berbagai aspek, antara lain aspek teknologi yang meliputi stabilitas fisik dan kimia
dimana sediaan obat (tablet, kapsul, dan sediaan lainnya) harus memenuhi kriteria farmakope
(Harianto dkk, 2006).
Di Indonesia memiliki 2 iklim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Oleh karena
itu terkadang iklim di indonesia tidak menentu terkadang panas dan terkadang panas maka
banyak anak-anak dan bayi menyebabkan terkena penyakit batuk dan pilek maka para orang tua
memerlukan obat batuk pilek dengan bentuk sediaan sirup untuk mempermudahkan para orang
tua meminumkan pada anak
Menurut Farmakope Indonesia III, sirup adalah sediaan cair berupa alrutan yang
mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12H22O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari
66%.
Di Indonesia memiliki banyak segala perusahan obat yang memproduksi obat batuk pilek
salah satunya PT. Gratia Husada Farma (HUFA) yang memproduksi obat batuk Hufagripp Sirup
60 ml yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit batuk dan pilek pada anak kecil
Perlu diketahui bahwa obat merupakan suatu benda atu zat yang berguna untuk mengatasi
penyakit meredakan/menghilangkan gejala rasa sakit, yang dapat mengubah proses-proses kimia
dalam tubuh
Kualitas dan kuantitas dari obat mungkin telah banyak dirasakan oleh masyarakat karena
kemanfaatan obat bagi kesehatan dan kesehjahtraan yang telah dirasakan masyarakat sangat
memberikan kontrobusi dalam pencapaian derajat kesehatan yangingin dicapai pemerintah.
Selain kemanfaatan obat, obat juga bertujuan agar dapat menghilangkan rasa sakit, meredakan
rasa sakit, atau mencegah penyakit pada manusia ataupun hewan. Jenis jenis obat pada umumnya
dibedakan atas suatu ketentuan dimana disini dibedakan didasarkan bagaimana kriteria
penggolongan tersebut seperti dasar fisiologis, proses dalam tubuh atau biokimia, pasokan obat,
peraturan yang mengatur obat-obatan, kinerja / mekanisme obat, tutorial pemakaian obat,
manfaat serta guna obat tersebut, tetapi Jenis-jenis yang akan dibahas pada makalah ini adalah
Penggolongan obat berdasarkan jenis tertuang dalam Permenkes RI Nomor 917/Menkes/X/1993
yang sekarang sudah diperbaharui oleh Permenkes RI Nomor 949/
Menkes/Per/VI/2000.Penggolongan obat terbut bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan
ketepatan penggunaan serta keamanan distribusi.
Penggolongan obat ini terdiri atas obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajibapotek, obat
keras, dan Psikotropika narkotika
1. Obat bebas, yaitu obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter.
Obat ini tergolong obat yang paling aman, dapat dibeli tanpa resep di apotik dan bahkan
juga dijual di warung-warung. Obat bebas biasanya digunakan untuk
mengobatidan meringankan gejala penyakit. Tanda khusus untuk obat bebas adalah berup
a lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh: rivanol,
tablet paracetamol, bedak salicyl, multivitamin, dan lain-lain.
Logo obat bebas
1. Obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri
ataumikroba. Contoh: antibiotik.
2. Obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit. Contoh:
vaksin,dan serum.
3. Obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, seperti meredakan nyeri.
Contoh:analgesik.
4. Obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi-fungsi zat yang
kurang.Contoh: vitamin dan hormon.
5. Pemberian placebo adalah pemberian obat yang tidak mengandung zat
aktif,khususnya pada pasien normal yang menganggap dirinya dalam keadaan
sakit.Contoh: aqua pro injeksi dan tablet placebo.
Dalam pemakaian obat kita sering mengonsumsi obat lewat oral (melalui mulut)
Contoh: tablet antibiotik, parasetamol, selain itu juga kadang memakai obat lewat luar
tubuh seperti obat-obatan yang dipakai secara topikal/tubuh bagian luar. Contoh:sulfur
salep, caladine, dan lain-lain. Efek yang sering kita rasakan setelahmengonsumsi obat leat
oral maupun luar yaitu terdapat efek Sistemik yaitu efek padaobat atau zat aktif yang
masuk ke dalam peredaran darah dan efek Lokal seperti obat atau zat aktif yang hanya
berefek/menyebar/mempengaruhi bagian tertentu tempat obat tersebut berada, seperti
pada hidung, mata, kulit, dan lain-lain.
Penggolongan obat berdasarkan asal obat yang kita konsumsi sehari-hari biasanya
berasal dari bahan-bahan obat yang berasal dari alam (tumbuhan, hewan dan mineral)
seperti, jamur (antibiotik), kina (kinin), digitalis (glikosida jantung). Dari hewan:
plasenta, otak menghasilkan serum rabies, kolagen. Selain itu juga kita juga
mengonsumsi obat-obat yang berasal dari sintetik seperti pembuatan obat dengan
melakukan reaksi-reaksi kimia, contohnya minyak gandapura dihasilkan dengan
mereaksikan metanol dan asam salisilat.
C. Klasifikasi Obat
D. Obat Standar
Standarisasi obat bukan dilakukan oleh Badan POM, tetapi oleh Farmakope
Indonesia (FI). Farmakope akan menmbantu menjamin konsumen menerima obat dengan
kualitas yang tinggi dengan menentukan standar sehingga pabrikan wajib memenuhi
standar tersebut untuk memasarkan produk mereka di Indonesia. Standar yang diatur
dalam Farmakope Indonesia meliputi kemurnian, dan kadar zat aktif, kapan dan seberapa
cepat bentuk sediaan oral dari obat bioavai label (terlarut dan terabsorpsi) dalam
tubuh,dan pelabelan dan penggunaan yang aman dari obat. Farmakope bersifat
independen,tetapi bekerja sangat erat dengan badan POM dan perusahaan obat.
Obat standar bisa kita lihat di buku farmakope, karena farmakope adalah
bukuresmi yang dikeluarkan oleh sebuah negara yang berisi standarisasi, panduan dan
pengujian sediaan obat. Sekarang Farmakope dijadikan referensi standar kemurnian
1. Pulvis (serbuk)
Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan
untuk pemakaian luar.
2. Pulveres
Merupakan serbuk yang dibagi bobot yang kurang lebih sama, dibungkus
menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.Contohnya adalah puyer.
3. Tablet (compressi)
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung
pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau
lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.
a. Tablet kempa
Paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta penandaannya tergantung
desain cetakan.
b. Tablet cetak
Dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab dalam lubang cetakan
c. Tablet trikurat
Tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris. sudah jarang ditemukan
d. Tablet hipodermik
Dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air. Dulu untuk
membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan secara oral.
e. Tablet sublingual
Dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan meletakan tablet di bawah
lidah.
f. Tablet bukal
Digunakan dengan meletakan diantara pipi dan gusi
g. Tablet Effervescent
Tablet larut dalam air. harus dikemas dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan
lembab.
Pada etiket tertulis "tidak untuk langsung ditelan"
h. Tablet kunyah
Cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak dirongga mulut, mudah
ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak.
4. Pil (pilulae)
Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan
dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tergusur
tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.
5. Kapsul (capsule)
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut. keuntungan/tujuan sediaan kapsul adalah :
a. Menutupi bau dan rasa yang tidak enak
b. Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
c. Lebih enak dipandang (memperbaiki penampilan)
d. Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan
pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian
dimasukan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar.
e. Mudah ditelan
6. Kaplet (kapsul tablet)
Merupakan sedian padat kompak dibuat secara kempa cetak, bentuknya oval seperti
kapsul.
7. Larutan (solutiones)
Merupakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut,
biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya,cara peracikan, atau
penggunaannya,tidak dimasukan dalam golongan produk lainnya. Dapat juga dikatakan
sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya terdispersi
secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling
bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan larutan topikal (kulit).
8. Suspensi (suspensiones)
Merupakan sedian cair mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase
cair. macam suspensi antara lain : suspensi oral (juga termasuk susu/magma),suspensi
topikal (penggunaan pada kulit) suspensi tetes telinga (telinga bagian luar),suspensi
optalmik,suspensi sirup kering.
9. Emulsi (elmusiones)
Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase dalam sistem dispersi, fase cairan
yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya
distabilkan oleh zat pengemulsi.
10. Galenik
Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau
tumbuhan yang disari.
11. Ekstrak (extractum)
Merupakan sediaan yang pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat dari
simplisisa nabati atau simplisia hewani menggunakan zat pelarut yang sesuai.kemudian
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang ditetapkan.
12. Infusa
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan
air pada suhu 90 derajat celcius selama 15 menit.
13. Imunoserum (immunosera)
Merupakan sediaan yang mengandung imunoglobulin khas yang diperoleh dari serum
hewan dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin kuman (bisa ular0 dan
mengikut kuman/virus/antigen.
14. Salep (unguenta)
Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau
selaput lendir. Salep dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan
dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam
dasar salep yang cocok.
15. Suppositoria
Merupakan sedian padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui
rektal, vagina atau uretra,umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Tujuan pengobatan adalah :
a. Penggunaan lokal -> memudahkan defekasi serta mengobati gatal,iritasi, dan
inflamasi karena hemoroid.
b. Penggunaan sistematik -> aminofilin dan teofilin untuk asma,klorpromazin untuk
anti muntah,kloral hidrat untuk sedatif dan hipnitif,aspirin untuk analgesik
antipiretik.
16. Obat tetes (guttae)
Merupakan sediaan cair berupa larutan,emulsi atau suspensi, dimaksudkan untuk obat
dalam atau obat luar. Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang
menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang
disebutkan farmakope indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain : guttae
(obat dalam), guttae oris (tetes mulut), guttae auriculares (tetes telinga), guttae nasales
(tetes hidung), guttae opthalmicae (tetes mata).
Dalam makalah yang kami buat ini kami akan menggunakan sediaan obat minum yaitu
sirup dengan sampel “Hufagrip Batuk Pilek Sirup 60 ml”
Menurut Formularium Nasional (FORNAS) Edisi II Tahun 1978 sirup adalah larutan
pekat gula atau gula lain yang cocok di dalamnya ditambahkan obatatau zat pewangi, merupakan
larutan jernih berasa manis. Dapat ditambahkan Gliserol, Sorbitol atau polialkohol yang lain
dalam jumlah sedikit, dengan maksud selain untuk menghalangi pembentukan hablur sakarosa,
juga dapat meningkatkan kelarutan obat. Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa C 12H22OH,
tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%. Sirup simpleks, sirup gula adalah larutan gula
yang dibua dengan melarutkan 65 bagian gula dalam larutan gula yang dibuat dengan melarutkan
65 bagian gula dama bagian larutan Metil Parraben 0,25% b/v secukupnya sehingga diperoleh
100 bagian sirup.
Menurut Farmakope Indonesia III, sirup adalah sediaan cair berupa alrutan yang
mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12H22O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari
66%.
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi
(Anonim, 1995). Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau
zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Sirup adalah sediaan cair kental yang
minimal mengandung 50% sakarosa (Ansel et al., 2005)
Sirup-sirup selalu mengandung gula 60-64%, karena jika kurang akan tumbuh lapuk-lapuk.
Mengenal sirup sirup lainnya dapat kita perhatikan hal-hal sebagai berikut :
2. Pada pembuatan sirup dari bahan-bahan bakal yang mengandung zat-zat atsiri, maka gula
harus dilarutkan dalam cairan yang diperoleh itu, dalam sebuah bejana yang tertutup pada
Sirupus Aurantiorum kita boleh memanaskan sedangkan Sirupus Cinnamomi tak boleh,
karena sinamaldehida muda terokaid perlu diajurkan, supaya sirupus Sennegae dibuat
dengan cara yang sama seperti Sirupus Cinnamomi
3. Farmakope memberikan pentunjuk, bahwa sirup-sirup baru boleh dimasukkan ke dalam
botol-botol yang kering setelah didinginkan jika kita memasukkanya panas-panas ke
dalam botol-botol itu maka lapisan teratas sirup itu akan dienecerkan oleh air yang
mengembun dibagian atas di dalam botol, yang karenanya melancarkan pertumbuhan
lapuk. Pengocokan setelah dingin mempunyai keberatan, karena dengan demikian sirup
akan kena dengan gabus, sedangkan umunyapertumbuhan lapuk justru berasal dari bagus
ini. Maka suatu cara yang baik ialah, memasukkan sirup sepanas mungkin kedalam botol
dan menempatkanya sedemikian rupa, sehingga dengan itu dikenal seluruhnya oleh sirop
hangat, sehingga dengan degan demikian diperoleh penyeterilkan dari sebagian gabus itu.
Dengan cara apapun kita bekerja pada penyimpanan lama suatu sirup seringkali
pertumbuhan lapuk tak dapat dicegah, sehingga dalam hal ini perlu untuk menyeterilkan
sirup itu
4. Suatu cara pembuatan sirup yang istimewa, ialah dari suatu tingtur dan Sirupus Simplex :
Farmakope memakai cara ini pada :
Sirupus Ipecacuanhae dengan 10% Tintura Ipecacuanhae
SirupusOpiatus dengan 5% Tintura Opli
Sirupus Opii dilutus (Sirupus Diacodit) dengan 1% Tintura Opii
5. Sirup lain yag dibuat dengan pertolongan Sirupus Simplex ialah :
Sirupus Codeini, dimana Hydrochloras Codein dilarutkn dalam ai sedikit,
kemudian ditambah Sirupus Simplex sampai bobot tertentu sirup ini mengandung
0,2% kodeina
Sirupus Anisi, sirupus Foniculi dan Sirupus Menthae piperitae (C.M.N) dimana
larutan bagian minyak atsiri dalam 9 bagian etanol 90% atau 96% dicampur
dengan 490 bagian sirupus simpleks
1) Pemanis
Pemanis berfungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari
kalori yang dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis
berkalori rendah. Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya sorbital, sakarin dan
sukrosa sedangkan yang berkalori rendah seperti laktosa.
2) Pengawet antimikroba
Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat
bertahan lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur
3) Perasa dan Pengaroma
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-
bahan yang berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai rasa yang enak.
karena sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan
dalam air yang cukup. Pengaroma ditambahkan ke dalam sirup untuk memberikan
aroma yang enak dan wangi. Pemberian pengaroma ini harus sesuai dengan rasa
sediaan sirup, misalkan sirup dengan rasa jeruk diberi aroma citrus
4) Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi
dengan komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama
penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada
warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat konsisen dengan rasa.
Juga banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan mengandung
pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator
a) Kelebihan Sirup
Merupakan campuran dan homogen
Sesuai untuk pasien yang susah menelan seperti pasienlanjut usia, penderita
parkinson dan anak-anak
Sesuai untuk obat yang bersifat sangat higroskopis
Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan
Obat lebih mudah diabsorbsi
Mempunyai rasa manis, cocok untuk anak-anak
Mudah diberi bau-bauan dan warna sehingga menimbulkan daya tarik untuk
anak
Membantu pasien yang mendapat kesulitan dalam menelan obat tablet
b) Kekurangan Sirup
Sediaan sirup jarang yang isinya zat tunggal, pada umunya campuran atau
kombinasi beberapa zat berkhasiat yang kadang-kadang sebetulnya tidak di
butuhkan oleh pasien tersebut
Stabilitasnya lebih rendah tergantung formulasi dan suspending agen
digunakan
Tidak bisa untuk sediaan yang sukar larut dalam air (biasanya dibuat suspensi
atau eliksir) eliksir kurang disukai oleh dokter anak karena mengandung
alkohol, suspensi
Tidak bisa untuk bahan obat yang berbentuk minyak (minyak/oil biasanya
dbentuk emulsi ang mana stabilitas emulsi juga lebih rendah)
Tidak semua obat bentuk sediaan sirup ada dipasaran
Tidak sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil
Harga relatif mahal dan memerlukan kemasan yang khusus pula
Volume dan bentuk larutan lebih besar
Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam sirup
• Pengukuran organoleptik
• Pengukuran pH
• Pengukuran viskositas
• Uji intensitas warna
• Uji reponden
Gambar 2.5
PT. Gratia Husada Farma atau yang lebih dikenal dengan HUFA, didirikan pada
tanggal 30 Maret 1974, berlokasi di Semarang 50134, Jawa Tengah, oleh para pemegang
saham (Pendiri) yang terdiri dari: Lisawati Darma Setiawan, Mariani Kusuma, Drs.
Harada Kusuma, Drs. Hartanto Tedja Kusuma, Andreas Sastradinata Kusuma, Leontine
Kosasih, dan FX. Budi Hartono Kusuma.
b) Merk Dagang :
c) Rumus Kimia :
C18H25NO, HBr, H2O
d) Pemerian :
Serubk hablur putih, tidak berbau,rasa pahit
e) Golongan obat : Obat bebas terbatas
f) Kelarutan :
Larut dalam 60 bagian air dan, dalam 10 bagian etanol (95%), mudah larut
dalam kloroform disertai pemisahan air, praktis tidak larut dalam ester
g) Khasiat :
Antiusivum
h) Dosis Maksimum :-
i) Dosis Lazim :
Sekali : -
Sehari : 1 mg/kg
2. Pseudoephedrine HCl 15 mg
a) Pengertian :
Pseudoephedrine adalah obat yang dapat digunakan untuk mengatasi
gejala hidung tersumbat akibat flu, batuk pilek, alergi, sinusitis, atau bronkitis.
Obat ini tersedia dalam bentuk tablet, sirop, dan tetes.
Pseudoephedrine merupakan dekongestan. Obat ini bekerja dengan
cara mengurangi pembengkakan pembuluh darah di rongga hidung. Dengan
begitu, penderita hidung tersumbat dapat bernapas lebih lega.
Pseudoephedrine dapat ditemukan dalam bentuk obat tunggal atau
dikombinasikan dengan obat lain.
b) Merk Dagang :
Alco, Alco Plus, Alco Plus DMP, Devosix, Edorisan, Hufagripp ,
Hufahed, Hustadin, Lanos, Lanos Plus, Mertisal, Neo Protifed, OBH Combi
Batuk + Flu Rasa Madu, Pimacolin Plus, Rhinos Neo, Rhinos Junior, Rycox,
Siladex Flu, Trifedrin, Tremenza, Telfast Plus
c) Rumus Kimia :
C10H15NO, HCI
d) Pemerian :
Hablur putih atauserbuk putih halus, tidak berbau, rasa pahit
e) Kelarutan :
Larut dalam lebih kurang 4 bagian air, dalam lebih kurang 14 bagian
etanol (95%), prktis tidak larut dalam ester
f) Khasiat :
Simpatomimetikum
g) Dosis Maksimum :
Sekali : 50 mg
Sehari : 150 mg
h) Dosis Lazim :
Dosis lazim untuk anak dn bayi
Sekali : -
Sehari : 0,8 mg/kg-16 m/kg
i) Golongan Obat : Obat bebas terbatas
b) Merk Dagang :
c) Rumus Kimia :
C16H19CIN2,C4H4O4
d) Pemerian :
Serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit
e) Golongan obat : Obat keras
f) Kelarutan :
Larut dalam 4 bagian air, dalam 10 bagian etanol (95%) dan dalam 10
bagian kloroform, sukar larut dalam ester
g) Khasiat :
Antihisaminikum
h) Dosis Maksimum :
Sekali : -
Sehari : 40 mg
i) Dosis Lazim :
Sekali : -
Sehari : 0,35 mg
C. Dosis
Dewasa Dan Anak > 12 Tahun : 3 X Per Hari, 2 Sendok Takar (@ 10 Ml).
Anak (6-12 Tahun) : 3 X Per Hari, 1 Sendok Takar (@ 5 Ml).
Anak (2-6 Tahun) : 3 X Per Hari, 0.5 Sendok Takar(@ 2.5 Ml).
D. Aturan Pakai
E. Kontra Indikasi
F. Pentunjuk Penyimpanan
Simpan dalam wadah kering yang tertutup pada suhu ruangan dan
terhindar dari sinar matahari langsung
Wadah tertutup baik harus melindungi isi terhadap masuknya bahan padat
dan mencegah kehilangan bahan slam penanganan, pengangkutan,
penyimpanan, dan distribusi
Harus melindungi isi terhadap masuknya bahan cair, bahan padat atau uap
dan mencegah kehilangan, merekat, mencair, atau menguapnya bahan
selama penanganan, pengangkutan dan distribusi dan harus dapat ditutup
rampat kembali. Wadah tertutup rapat dapat diganti dengan wadah tertutup
kedap untuk bahan dosis tunggal
G. Pengertian Kemasan
Kemasan pada produk obat menjadi faktor cukup krusial dalam industri
farmasi. Pasalnya, obat merupakan produk yang wajib terjamin keamanannya saat
konsumen makan atau minum. Pengemasan yang buruk jelas akan menurunkan
kualitas obat, bahkan dapat membahayakan konsumen. Dengan adanya banyak
risiko dan potensi yang mudah merusak obat, perusahaan farmasi senantiasa
berusaha menyediakan packaging obat yang aman. Apalagi sifat dan karakteristik
obat berbeda-beda. Tidak semua obat cocok menggunakan satu jenis pengemas.
Secara umum, karakteristik pengemasan obat yang baik dapat kita lihat
sebagai berikut:
a. Kemasan Sekunder
Berbeda dengan bahan kemas primer, bahan kemas
selanjutnya ini jelas tidak bersentuhan langsung dengan produk
obat. Bahan kemas sekunder memiliki fungsi menjaga kemasan
primer. Jadi, dapat kita katakan juga sebagai proteksi ganda.
Misalnya, kotak dari obat batuk berbentuk botol atau box
dari obat berkemasan blister. Adanya bahan kemas sekunder
sangat membantu meningkatkan perlindungan obat agar tetap
aman selama distribusi. Syarat utama dari bahan kemas sekunder
adalah cukup kuat untuk membungkus obat dalam pengemasan
primer.
b. Kemasan Primer
Bahan kemas ini tentu saja langsung bersentuhan dengan
produk obat. Maka, kualitas dari jenis bahan kemas primer harus
sangat baik dan aman. Jangan sampai jenis bahannya justru dapat
bereaksi atau mencemari produk obat.
Terdapat dua jenis bahan kemas primer, yakni pemakaian
untuk dosis tunggal dan dosis multi. Dosis tunggal maksudnya
hanya konsumen makan sekali saja, contohnya sachet. Sementara,
dosis multi bisa lebih dari sekali makan atau konsumsi, contohnya
botol dan blister.
Bahan kemas primer yang paling banyak perusahaan
farmasi pakai adalah blister. Kemasan ini terbuat dari plastik yang
terlapisi aluminium agar mudah terbuka atau sobek oleh tangan.
Terdapat juga film transparan untuk mempermudah konsumen
melihat visual obat. Blister cocok untuk obat berbentuk padat
seperti tablet. Untuk obat berbentuk cair, pengemasan yang umum
kita temui adalah berupa botol dan sachet. Khusus botol,
kemasannya mesti sanggup menjaga produk dari sinar UV agar
obat tidak mudah rusak
c. Kemasan Tersier
Bentuk umum dari bahan kemas tersier adalah berupa
karton atau box besar yang isinya berupa kemasan sekunder dalam
jumlah tertentu. Fungsi utamanya adalah untuk menjaga proses
distribusi obat tetap terjaga rapi sekaligus aman.Selain itu, adanya
bahan kemas tersier amat mempermudah petugas gudang dalam
handling produk obat.
H. Expired Date
a. Pengertian expired
Gambar 2.6
Berdasarkan gambar tersebut. Dapat kita lihat bahwa Exp. Date tertulis bahwa
sirup ini diproduksi pada Februari 2018 dan bisa bertahan hingga Februari 2021.
Berdasarkan Hal tersebut maka dapat kita simpulkan bahwa masa expired Date pada
sirup jenis ini yaitu tiga tahun. Namun, sesuai dengan penjelasan diatas, apabila sirup
ini telah dibuka maka status nya akan berubah menjadi Beyond Use Date (BUD).
Untuk jenis Sirup Non-Rekonsititusi masa BUD nya ialah tiga bulan sejak tanggal
kemasan dibuka ataupun terbuka pertama kalinya.
I. Pengertian BPOM
Badan Pengawas Obat dan Makanan atau disingkat Badan POM adalah
sebuah lembaga di Indonesia yang bertugas mengawasi peredaran obat-obatan
dan makanan di Indonesia. Fungsi dan tugas badan ini menyerupai fungsi dan
tugas Food and Drug Administration di Amerika Serikat dan European Medicines
Agency di Uni Eropa.
a. Nomor Registrasi Pada Obat
Nomor Izin Edar (NIE) atau Nomor Registrasi Obat penting untuk
diperhatikan untuk memastikan obat telah terdaftar di Badan POM sehingga
obat dijamin aman, berkhasiat dan bermutu.
Obat adalah obat jadi yang merupakan sediaan atau paduan bahan-
bahan termasuk produk biologi dan kontrasepsi, yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan
peningkatan kesehatan.
Nomor Izin Edar (NIE) atau Nomor Registrasi Obat terdiri dari 15 digit,
contoh :
DKL1234567891A1
Digit Pertama
D = Nama Dagang G = Generik
Digit Kedua
B = Obat Bebas
T = Obat Bebas Terbatas
K = Obat Keras
P = Psikotropika
N = Narkotika
Digit ketiga
L = Lokal
I = Impor
Digit ke-4 dan 5
Digit ke-4 dan 5 menunjukkan tahun registrasi atau persetujuan obat
tersebut oleh BPOM. Contohnya:
09 berarti obat tersebut telah disetujui pada periode tahun 2009
Digit ke-14
Digit ke-14 menunjukkan kekuatan sediaan obat, misalnya:
A menunjukkan kekuatan obat jadi yang pertama di setujui
B menunjukkan kekuatan obat jadi yang kedua di setujui
C menunjukkan kekuatan obat jadi yang ketiga di setujui, dst.
Digit ke-15
Digit ke-15 menunjukkan kemasan berbeda untuk tiap nama, kekuatan,
dan bentuk sediaan obat (untuk satu nama, kekuatan, dan bentuk sediaan
obat diperkirakan tidak lebih dari 10 kemasan), misalnya:
1 menunjukkan kemasan utama
2 menunjukkan beda kemasan yang pertama
3 menunjukkan beda kemasan yang kedua, dst.
BAB III
METODE PENELITIAN
4.2 Pembahasan
Menurut Farmakope Indonesia III, Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang
mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12H22 O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari
66%.Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi
(Anonim, 1995).
Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau zat
pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Sirup adalah sediaan cair kental yang
minimal mengandung 50% sakarosa (Ansel et al., 2005). Dalam perkembangannya, banyak
sekali pengertian mengenai sirup. Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung
sakarosa (Anonim, 1979). Sirup adalah sediaan cairan kental untuk pemakaian dalam, yang
minimal mengandung 90% sakarosa (Voigt, 1984).
Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari kalori yang
dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis berkalori rendah. Adapun
pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol, sakarin dan sukrosa sdangkan yang berkalori rendah
seperti laktosa.
b. Pengawet antimikroba
Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat bertahan lebih
lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur.
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahanbahan yang
berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai rasa yang enak. Karena sirup adalah sediaan
cair, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup. Pengaroma
ditambahkan ke dalam sirup untuk memberikan aroma yang enak dan wangi. Pemberian
pengaroma ini harus sesuai dengan rasa sediaan sirup, misalkan sirup dengan rasa jeruk diberi
aroma citrus.
d. Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan komponen
lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama penyimpanan. Penampilan
keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna
biasanya dibuat konsisen dengan rasa. Juga banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat dalam
perdagangan mengandung pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan
stabilisator.
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
- Sirup mempunyai keunggulan dalam hal kemudahan pemberian obat terkait sifat
kemudahan mengalir dari sirup ini.Selain itu, dosis yang diberikan relative lebih
akurat dan pengaturan dosis lebih mudah di variasi dengan penggunaan sendok
takar.Meskipun demikian, sirup ini juga memiliki kekurangan dan kelebihan.
- Sirup adalah cairan berkadar gula tinggi. Untuk rasa dan Flavor, gula sirup
dilarutkan dengan sari buah, atau larutan gula ditambah dengan sari buah. Peralatan
dalam pembuatan sirup &aitu Pisau stainless steel, Ember plastik atau baskom, Panci
stainless steel, Blender, Kompor, Dandang , kain saring, corong, dan botol steril,
sedangkan Bahan dalam proses pembuatan sirup yaitu Buah yang matang dan sehat,
gula pasir, Asam sitrat dll.
4.2 Saran
1.Agar diharapkan mengembangkan lebih lanjut makalah tentang teknologi
farmasetika dasar
2.Agar pembaca makalah selanjutnya tidak terpacu pada makalah ini saja melainkan
mencari referensi lain untuk menambah kesempurnaan pembuatan makalah
selanjutnya.
3.Kritikan dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan
makalah dikemudian hari.
4.Pembaca dapat memanfaatkan semaksimal mungkin materi ini sehingga dapat
mengerti dan memahami tentang sediaan kapsul dengan jelas.
DAFTAR PUSTAKA
apt. Penina Kurnia Uly, S. (2022, Febriari 24). Pahami Masa Kadaluarsa Obat . Retrieved from Pahami
Masa Kadaluarsa Obat : http://hisfarsidiy.org/pahami-masa-kadaluarsa-obat/
Hendriyadi, N. (2022, Maret 9). Pengertian Beyond Use Date. Retrieved from Pengertian Beyond Use
Date: https://rkzsurabaya.com/2022/03/09/mengenal-beyond-use-date-obat/
Putri. (2022, Juli 16). Makalah Ilmu Resep Sirup. Retrieved from Makalah Ilmu Resep Sirup.:
http://thyiephoethry.blogspot.com/2012/05/makalah-ilmu-resep-sirup-aurantii-sirup.html
Gitawati, R. (2008). Interaksi Obat Dan Beberapa Implikasinya. Jurnal Media Litbang Kesehatan, 10.
Nuryati. (2017). Farmakologi. Jakarta Selatan: Rekam Medis Informasi Kesehatan (RMIK)
Depkes RI. 1979 Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Dapartemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta
DR. C. F. VAN DUIN Ilmu Resep Guru Besar pada RIJKUNIVERSITEIT di Utrecht
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Edisi Kedua. (1978). Formularium Nasional : Jakarta
Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan. (2015). ISO Indonesias Vol.49. Jakarta, Halaman : 494
PT. Gratia Husada Farma (HUFA). (2022) Sejarah PT. Gratia Husada Farma (HUFA): https://hufa.co.id/
Lachman, L.(1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI Press, Halaman : 462-464