Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASETIKA DASAR

ANALISIS SAMPEL HUFAGRIPP BP SIRUP 60 ML

Dosen Pengampun :

DISUSUN OLEH :

Kelompok 3

Batch 1

1. Saiful Anwar 2143050014


2. Syifa Alifia Indriani 2143050005
3. Risty Setyati Ashari 2143050010

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

JL. Sunter Permai Raya RT.11/RW.6, Sunter Agung, Tj. Priok, Kota Jakarta Utara,
Daerah Khusus Ibukota, Jakarta 14350

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teknologi Farmasetika
Dasar Analisis Sampel Hufagripp Bp Sirup 60 Ml”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas
yang diberikan dalam mata kuliah……. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak oleh karena itu, penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya makalah ini.

Dalam kesempurnaan makalah ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang
berarti bagi pihak yang membutuhkan.
DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan kesehatan.
Sebagian besar intervensi medik menggunakan obat, oleh karena itu diperlukan obat tersedia
pada saat diperlukan dalam jenis dan jumlah yang cukup, berkhasiat nyata dan berkualitas baik
(Sambara, 2007). Saat ini banyak sekali beredar berbagai macam jenis obat baik itu produk
generik maupun produk dagang, pada umumnya konsumen atau masyarakat lebih tertarik untuk
mengkonsumsi produk obat bermerk/produk dagang dibandingkan produk generik, hal itu
disebabkan adanya anggapan bahwa obat generik mutunya lebih rendah dari pada produk yang
bermerk dagang (Rahayu dkk, 2006).

Dokter juga sering kali memberikan resep non generik kepada pasien sebagai pilihan
untuk pengobatan, padahal harga produk merk dagang lebih mahal dari obat generik, sehingga
bagi pasien yang tidak mampu sering membeli setengah dari resep dokter. Hal ini sangat
berbahaya, terutama bila obat tersebut adalah antibiotik. Mutu dijadikan dasar acuan untuk
mendapatkan kebenaran khasiat (efikasi) dan keamanan (safety). Mutu sediaan obat dapat
ditinjau dari berbagai aspek, antara lain aspek teknologi yang meliputi stabilitas fisik dan kimia
dimana sediaan obat (tablet, kapsul, dan sediaan lainnya) harus memenuhi kriteria farmakope
(Harianto dkk, 2006).

Di Indonesia memiliki 2 iklim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Oleh karena
itu terkadang iklim di indonesia tidak menentu terkadang panas dan terkadang panas maka
banyak anak-anak dan bayi menyebabkan terkena penyakit batuk dan pilek maka para orang tua
memerlukan obat batuk pilek dengan bentuk sediaan sirup untuk mempermudahkan para orang
tua meminumkan pada anak

Menurut Farmakope Indonesia III, sirup adalah sediaan cair berupa alrutan yang
mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12H22O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari
66%.
Di Indonesia memiliki banyak segala perusahan obat yang memproduksi obat batuk pilek
salah satunya PT. Gratia Husada Farma (HUFA) yang memproduksi obat batuk Hufagripp Sirup
60 ml yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit batuk dan pilek pada anak kecil

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian sirup menurut buku Formularium Nasional dan Farmakope Indonesia ?
2. Komponen apa aja yang terdapat pada sirup ?
3. Apa Komposisi yang terdapat dalam Hufagripp BP sirup 60 ml ?
4. Dosis apa saja yang terdapat dalam Hufagripp BP sirup 60 ml ?
5. Kontra Indikasi apa saja yang terdapat dalam Hufagripp BP sirup 60 ml ?
6. Apa monografi apa saja yang terdapat pada Hufagripp BP sirup 60 ml ?
7. Apa saja alat yang digunakan yang digunakan untuk membuat Hufagripp BP sirup 60
ml ?
8. Bagaimana cara pembuatan Hufagripp BP sirup 60 ml ?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui pengertian dari sirup menurut buku Formularium Nasional dan
Farmakope Indonesia.
2. Dapat menyebutkan komponen yang terdapat dalam sirup.
3. Untuk mengetahui apa saja komposisi dalam Hufagripp BP sirup 60 ml
4. Untuk mengetahui dosis dalam Hufagripp BP sirup 60 ml
5. Untuk mengetahui kontra indikasi dalam Hufagripp BP sirup 60 ml
6. Untuk mengetahui monografi dalam Hufagripp BP sirup 60 ml
7. Untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan Hufagripp BP sirup 60 ml
1.4 Hipotesa
Hipotesis berfungsi sebagai jawaban sementara atas permasalahan penelitian.
Sebagai jawaban, hipotesis dirumuskan dalam kalimat pernyataan. Disebut sebagai jawaban
sementara karena kebenarannya masih harus diuji secara empiris, yaitu dengan
pengumpulan data empiris mengenai tiap variasi yang tercakup pada permasalahan mapupun
hipotesis penelitian.
Berdasarkan kajian teori, maka hipotesis yang diajukan sebagai jawaban sementara
terhadap permasalahan dalam penelitian ini adalah :
H1 : Variasi harga berpengaruh terhadap minat konsumen
H2 : Jenis bentuk kemasan obat berpengaruh terhadap minat konsumen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Obat
Menurut Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, obat adalah bahan atau
paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhiatau menyelidiki
sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapandiagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsiuntuk manusia. Obat
merupakan salah satu unsur penting dalam pelayanan kesehatan. Diawalidari pencegahan,
diagnosa, pengobatan dan pemulihan, obat menjadi salah satukomponen pokok yang harus selalu
tersedia dan tidak tergantikan pada pelayanankesehatan. Namun di sisi lain, obat dapat
merugikan kesehatan bila tidak memenuhi persyaratan, bila digunakan secara tidak tepat atau
bila disalahgunakan.Pengertian Obat menurut Anief (1997), obat suatu bahan atau campuran
bahanyang di maksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah,mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka ataukelainan badaniah atau
rohaniah pada manusia atau hewan termasuk memperelok tubuhatau bagian tubuh
manusia.Meskipun obat tujuan utamanya yaitu menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak
juga orang yang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu, dapatdikatakan bahwa obat
dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun.Obat akan bersifat sebagai obat
ketika kita tepat memanfaatkan obat dalam pengobatansuatu penyakit dengan dosis dan waktu
yang tepat. Jadi, apabila kita menyalahgunakanobat dalam pengobatan atau dengan dosis yang
berlebih maka akan menimbulkan efek-efek yang merugikan atau biasanya kita sebut dengan
keracunan

A. Jenis Penggolongan Obat

Perlu diketahui bahwa obat merupakan suatu benda atu zat yang berguna untuk mengatasi
penyakit meredakan/menghilangkan gejala rasa sakit, yang dapat mengubah proses-proses kimia
dalam tubuh
Kualitas dan kuantitas dari obat mungkin telah banyak dirasakan oleh masyarakat karena
kemanfaatan obat bagi kesehatan dan kesehjahtraan yang telah dirasakan masyarakat sangat
memberikan kontrobusi dalam pencapaian derajat kesehatan yangingin dicapai pemerintah.
Selain kemanfaatan obat, obat juga bertujuan agar dapat menghilangkan rasa sakit, meredakan
rasa sakit, atau mencegah penyakit pada manusia ataupun hewan. Jenis jenis obat pada umumnya
dibedakan atas suatu ketentuan dimana disini dibedakan didasarkan bagaimana kriteria
penggolongan tersebut seperti dasar fisiologis, proses dalam tubuh atau biokimia, pasokan obat,
peraturan yang mengatur obat-obatan, kinerja / mekanisme obat, tutorial pemakaian obat,
manfaat serta guna obat tersebut, tetapi Jenis-jenis yang akan dibahas pada makalah ini adalah
Penggolongan obat berdasarkan jenis tertuang dalam Permenkes RI Nomor 917/Menkes/X/1993
yang sekarang sudah diperbaharui oleh Permenkes RI Nomor 949/
Menkes/Per/VI/2000.Penggolongan obat terbut bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan
ketepatan penggunaan serta keamanan distribusi.

Penggolongan obat ini terdiri atas obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajibapotek, obat
keras, dan Psikotropika narkotika

1. Obat bebas, yaitu obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter.
Obat ini tergolong obat yang paling aman, dapat dibeli tanpa resep di apotik dan bahkan
juga dijual di warung-warung. Obat bebas biasanya digunakan untuk
mengobatidan meringankan gejala penyakit. Tanda khusus untuk obat bebas adalah berup
a lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh: rivanol,
tablet paracetamol, bedak salicyl, multivitamin, dan lain-lain.
Logo obat bebas

2.1 Logo Obat Bebas


2. Obat bebas terbatas, adalah segolongan obat yang dalam jumlah tertentu amandikonsumsi
namun jika terlalu banyak akan menimbulkan efek yang berbahaya. Obat ini dulunya
digolongkan kedalam daftar obat W. Tidak diperlukan resep dokter untuk membeli obat
bebas terbatas. Disimbolkan dengan lingkaran biru tepi hitam. Biasanya obat bebas
terbatas memiliki peringatan pada kemasannya sebagai berikut:
a. P No. 1: Awas! Obat Keras. Bacalah aturan, memakainya ditelan
b. P No. 2: Awas! Obat Keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan
c. P No. 3: Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar dari badan
d. P No. 5: Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan
e. P No. 6: Awas! Obat Keras. Obat Wasir, jangan ditelan Contoh: obat antimabuk
sepertiantimo, obat anti flu seperti noza, decolgen, dan lain-lain
Logo obat bebas terbatas

2.2 Logo Obat Bebas Terbatas


3. Obat wajib apotek, adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker
pengelolaapotek tanpa resep dokter. Obat wajib apotek dibuat bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sehingga tercipta budaya
pengobatan sendiri yang tepat, aman, dan rasional
4. Obat keras, adalah obat yang berbahaya sehingga pemakaiannya harus di bawah
pengawasan dokter dan obat hanya dapat diperoleh dari apotek, puskesmas dan fasilitas
pelayanan kesehatan lain seperti balai pengobatan dan klinik dengan menggunakan resep
dokter. Obat ini memiliki efek yang keras sehingga jika digunakan sembarangan dapat
memperparah penyakit hingga menyebabkan kematian. Obat keras dulunya disebut
sebagai obat daftar G. Obat keras ditandai dengan lingkaran merah tepi hitamyang
ditengahnya terdapat huruf “K” berwarna hitam. Contoh: antibiotik sepertiamoxicylin,
obat jantung, obat hipertensi dan lain-lain
Logo obat keras

2.3 Logo Obat Keras


5. Psikotropika dan narkotika. Psikotropika merupakan zat atau obat yang secara alamiah
ataupun buatan yang berkhasiat untuk memberikan pengaruh secara selektif padasistem
syaraf pusat dan menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku.Obat
golongan psikotropika masih digolongkan obat keras sehingga disimbolkan dengan
lingkaran merah bertuliskan huruf “K” ditengahnya. Sedangkan narkotika merupakan
obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis
yang dapat menyebabkan perubahan kesadaran dari mulai penurunan sampai hilangnya
kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Narkotika disimbolkan dengan lingkaran merah yang ditengahnya
terdapat simbol palang (+)
Logo obat Psikotropika dan Narkotika

2.4 Logo Obat Psikotropika dan Narkotika


B. Mekanisme Interaksi Obat

Selain penggolongan berdasarkan jenisnya, akan membahas penggolongan obat


berdasarkan mekanisme kerja obat. Mekanisme terjadinya interaksi-obat dapat melalui
beberapa cara, yakni interaksi secara farmasetik(inkompatibilitas), interaksi secara
farmakokinetik dan interaksi secara farmakodinamik.

1. Interaksi farmasetik: Interaksi farmasetik atau disebut juga inkompatibilitas


farmasetik bersifat langsung dan dapat secara fisik atau kimiawi, misalnya
terjadinya presipitasi, perubahan warna, tidak terdeteksi (invisible), yang
selanjutnya menyebabkan obat menjadi tidak aktif. Interaksi ini merupakan tahap
pertama yang dilalui denganmerubah sejenis obat ke dalam fase cair / larutan
yang bertujuan agar bisa melalui membrane biologis Contoh: interaksi
karbcnisilin dengan gentamisin terjadi inaktivasi;fenitoin dengan larutan dextrosa
5%terjadi presipitasi; amfoterisin B dengan larutan NaCl fisiologik, terjadi
presipitasi
2. Interaksi farmasetik: Interaksi farmasetik atau disebut juga inkompatibilitas
farmasetik bersifat langsung dan dapat secara fisik atau kimiawi, misalnya
terjadinya presipitasi, perubahan warna, tidak terdeteksi (invisible), yang
selanjutnya menyebabkan obat menjadi tidak aktif. Interaksi ini merupakan tahap
pertama yang dilalui dengan merubah sejenis obat ke dalam fase cair / larutan
yang bertujuan agar bisa melalui membrane biologis Contoh: interaksi
karbcnisilin dengan gentamisin terjadi inaktivasi;fenitoin dengan larutan dextrosa
5%terjadi presipitasi; amfoterisin B dengan larutan NaCl fisiologik, terjadi
presipitas
3. Inter aksi farmakodinamik: Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat
yang bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama
sehingga terjadi efek yang aditif, sinergistik, atau antagonistik, tanpa ada
perubahan kadar plasma ataupun profil farmakokinetik lainnya. Interaksi
farmakodinamik umumnya dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan
dengan obat yang berinteraksi,karena klasifikasi obat adalah berdasarkan efek
farmakodinamiknya. Interaksi ini merupakan tahap terakhir yang di lalui setelah
tahap kedua, dimana pada tahap akhir ini akan menunjukkan hasil kinerja obat
yang tercerna seperti efek setelah mengkonsumsi obat bergantung pada
konsentrasi. Selain itu, umumnya kejadian interaksi farmakodinamik dapat
diramalkan sehingga dapat dihindari sebelumnya jika diketahui mekanisme kerja
obat

Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat yaitu

1. Obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri
ataumikroba. Contoh: antibiotik.
2. Obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit. Contoh:
vaksin,dan serum.
3. Obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, seperti meredakan nyeri.
Contoh:analgesik.
4. Obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi-fungsi zat yang
kurang.Contoh: vitamin dan hormon.
5. Pemberian placebo adalah pemberian obat yang tidak mengandung zat
aktif,khususnya pada pasien normal yang menganggap dirinya dalam keadaan
sakit.Contoh: aqua pro injeksi dan tablet placebo.

Dalam pemakaian obat kita sering mengonsumsi obat lewat oral (melalui mulut)
Contoh: tablet antibiotik, parasetamol, selain itu juga kadang memakai obat lewat luar
tubuh seperti obat-obatan yang dipakai secara topikal/tubuh bagian luar. Contoh:sulfur
salep, caladine, dan lain-lain. Efek yang sering kita rasakan setelahmengonsumsi obat leat
oral maupun luar yaitu terdapat efek Sistemik yaitu efek padaobat atau zat aktif yang
masuk ke dalam peredaran darah dan efek Lokal seperti obat atau zat aktif yang hanya
berefek/menyebar/mempengaruhi bagian tertentu tempat obat tersebut berada, seperti
pada hidung, mata, kulit, dan lain-lain.

Penggolongan obat berdasarkan asal obat yang kita konsumsi sehari-hari biasanya
berasal dari bahan-bahan obat yang berasal dari alam (tumbuhan, hewan dan mineral)
seperti, jamur (antibiotik), kina (kinin), digitalis (glikosida jantung). Dari hewan:
plasenta, otak menghasilkan serum rabies, kolagen. Selain itu juga kita juga
mengonsumsi obat-obat yang berasal dari sintetik seperti pembuatan obat dengan
melakukan reaksi-reaksi kimia, contohnya minyak gandapura dihasilkan dengan
mereaksikan metanol dan asam salisilat.

C. Klasifikasi Obat

Klasifikasi obat biasanya terdiri dari macam-macam seperti Klasifikasi atau


penggolongan obat berdasarkan jenis seperti obat OTC (over the counter), obat
generik,obat generik berlogo, obat nama dagang, obat paten, obat mitu (obat me-too),
obat tradisional, obat jadi, obat baru, obat esensial, dan obat wajib apotek, tetapi pada
makalahini akan menjelaskan obat paten, obat generic dan obat nama dagang saja.
Dilansir dari situs resmi Kementeri Kesehatan Republik Indonesia, pada
dasarnyatidak ada perbedaan mengenai pembuatan dan registrasi obat generik dan obat
paten.Bahkan, kualitas, manfaat, dan standar keamanan obat generik maupun obat paten
sama.Perbedaan hanya terletak dari obat bermerek yang dipromosikan oleh produsen
obat, dimana obat tersebut dipatenkan. Hal tersebut membuat obat paten memiliki harga
lebih mahal. Sementara obat generik adalah obat yng telah habis masa patennya, sehingga
dapat diproduksi secara umum (farmasi) ataupun pemerintah tanpa perlu membayar
royalti. Obat generik merupakan obat yang memiliki zat aktif yang sama dengan obat
paten atau obat bermerk lainnya. Harga obat generik bisa lebih murah karena perusahaan
farmasi yang memproduksi obat ini tidak perlu membayar royalti atas hak paten.sehingga
biaya yang dibebankan murni biaya produksi dari obat generik. Untuk obat paten adalah
jenis obat baru yang baru mulai diproduksi dan dipasarkan perusahaan farmasi. Melewati
berbagai riset, pengembangan, dan uji klinis. Bahkan kemasannya juga terlihat menarik.
Ini yang membuat harganya cukup mahal. Biasanya izin hak paten suatu obat adalah 20
tahun. Selisih harga memang cukup jauh, antara obat paten dan obat generik. Bisa
mencapai 50 hingga 200 persen.Hal inilah yang membuat masyrakat memiliki anggapan
masing-masing. Sebagian besar menganggap bahwa obat generik bukan obat bermerek,
sehingga tidak begitu manjur dalam menangani penyakit.
Sedangkan Obat Nama dagang (branded drugs) adalah obat dengan nama
sediaanyang ditetapkan pabrik pembuat dan terdaftar di departemen kesehatan negara
yang bersangkutan, obat nama dagang disebut juga obat merek terdaftar. Contoh:
amoksan,diafac, pehamoxil, dan lain-lain.Biasanya Obat merk dagang terdaftar atas nama
si pembuat atau yang dikuasakandan dijual dalam bungkus asli yang dikeluarkan dari
pabrik yang memproduksi.Berdasarkan UU No. 14 tahun 2001, masa berlaku paten di
Indonesia adalah 20 tahun.

D. Obat Standar

Obat merupakan salah satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan


karenaintervensi obat diperlukan dalam sebagian besar upaya penanganan penyakit.
Dengan pengetahuan yang benar, kita akan memperoleh manfaat maksimal dari obat dan
dapatmeminimalkan segala hal yang tidak diinginkan yang dapat terjadi akibat
pemakaianyang kurang tepat dari suatu obat.

Untuk memenuhi kualifikasi obat yang berstandar sesuai ketentuan yang


berlaku,sebelum disetujui beredar di Indonesia, produk-produk obat harus melalui
penilaian khasiat, keamanan dan mutu, sehingga obat yang siap beredar telah memenuhi
3 kriteria tersebut.

Standarisasi obat bukan dilakukan oleh Badan POM, tetapi oleh Farmakope
Indonesia (FI). Farmakope akan menmbantu menjamin konsumen menerima obat dengan
kualitas yang tinggi dengan menentukan standar sehingga pabrikan wajib memenuhi
standar tersebut untuk memasarkan produk mereka di Indonesia. Standar yang diatur
dalam Farmakope Indonesia meliputi kemurnian, dan kadar zat aktif, kapan dan seberapa
cepat bentuk sediaan oral dari obat bioavai label (terlarut dan terabsorpsi) dalam
tubuh,dan pelabelan dan penggunaan yang aman dari obat. Farmakope bersifat
independen,tetapi bekerja sangat erat dengan badan POM dan perusahaan obat.

Obat standar bisa kita lihat di buku farmakope, karena farmakope adalah
bukuresmi yang dikeluarkan oleh sebuah negara yang berisi standarisasi, panduan dan
pengujian sediaan obat. Sekarang Farmakope dijadikan referensi standar kemurnian

E. Macam-macam Jenis Obat

1. Pulvis (serbuk)
Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan
untuk pemakaian luar.
2. Pulveres
Merupakan serbuk yang dibagi bobot yang kurang lebih sama, dibungkus
menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.Contohnya adalah puyer.
3. Tablet (compressi)
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung
pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau
lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.
a. Tablet kempa
Paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta penandaannya tergantung
desain cetakan.
b. Tablet cetak
Dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab dalam lubang cetakan
c. Tablet trikurat
Tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris. sudah jarang ditemukan
d. Tablet hipodermik
Dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air. Dulu untuk
membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan secara oral.
e. Tablet sublingual
Dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan meletakan tablet di bawah
lidah.
f. Tablet bukal
Digunakan dengan meletakan diantara pipi dan gusi
g. Tablet Effervescent
Tablet larut dalam air. harus dikemas dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan
lembab.
Pada etiket tertulis "tidak untuk langsung ditelan"
h. Tablet kunyah
Cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak dirongga mulut, mudah
ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak.
4. Pil (pilulae)
Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan
dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tergusur
tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.
5. Kapsul (capsule)
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut. keuntungan/tujuan sediaan kapsul adalah :
a. Menutupi bau dan rasa yang tidak enak
b. Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
c. Lebih enak dipandang (memperbaiki penampilan)
d. Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan
pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian
dimasukan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar.
e. Mudah ditelan
6. Kaplet (kapsul tablet)
Merupakan sedian padat kompak dibuat secara kempa cetak, bentuknya oval seperti
kapsul.
7. Larutan (solutiones)
Merupakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut,
biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya,cara peracikan, atau
penggunaannya,tidak dimasukan dalam golongan produk lainnya. Dapat juga dikatakan
sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya terdispersi
secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling
bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan larutan topikal (kulit).
8. Suspensi (suspensiones)
Merupakan sedian cair mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase
cair. macam suspensi antara lain : suspensi oral (juga termasuk susu/magma),suspensi
topikal (penggunaan pada kulit) suspensi tetes telinga (telinga bagian luar),suspensi
optalmik,suspensi sirup kering.
9. Emulsi (elmusiones)
Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase dalam sistem dispersi, fase cairan
yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya
distabilkan oleh zat pengemulsi.
10. Galenik
Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau
tumbuhan yang disari.
11. Ekstrak (extractum)
Merupakan sediaan yang pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat dari
simplisisa nabati atau simplisia hewani menggunakan zat pelarut yang sesuai.kemudian
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang ditetapkan.
12. Infusa
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan
air pada suhu 90 derajat celcius selama 15 menit.
13. Imunoserum (immunosera)
Merupakan sediaan yang mengandung imunoglobulin khas yang diperoleh dari serum
hewan dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin kuman (bisa ular0 dan
mengikut kuman/virus/antigen.
14. Salep (unguenta)
Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau
selaput lendir. Salep dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan
dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam
dasar salep yang cocok.
15. Suppositoria
Merupakan sedian padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui
rektal, vagina atau uretra,umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Tujuan pengobatan adalah :
a. Penggunaan lokal -> memudahkan defekasi serta mengobati gatal,iritasi, dan
inflamasi karena hemoroid.
b. Penggunaan sistematik -> aminofilin dan teofilin untuk asma,klorpromazin untuk
anti muntah,kloral hidrat untuk sedatif dan hipnitif,aspirin untuk analgesik
antipiretik.
16. Obat tetes (guttae)
Merupakan sediaan cair berupa larutan,emulsi atau suspensi, dimaksudkan untuk obat
dalam atau obat luar. Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang
menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang
disebutkan farmakope indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain : guttae
(obat dalam), guttae oris (tetes mulut), guttae auriculares (tetes telinga), guttae nasales
(tetes hidung), guttae opthalmicae (tetes mata).

17. Injeksi (injectiones)


Merupakan sediaan steril berupa larutan,emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Tujuannya agar kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat
menerima pengobatan melalui mulut.

Dalam makalah yang kami buat ini kami akan menggunakan sediaan obat minum yaitu
sirup dengan sampel “Hufagrip Batuk Pilek Sirup 60 ml”

2.2 Pengertian Sirup


Ada beberapa pengertian mengenai sirup baik secara umum dan melalui buku referensi lain-nya

Menurut Formularium Nasional (FORNAS) Edisi II Tahun 1978 sirup adalah larutan
pekat gula atau gula lain yang cocok di dalamnya ditambahkan obatatau zat pewangi, merupakan
larutan jernih berasa manis. Dapat ditambahkan Gliserol, Sorbitol atau polialkohol yang lain
dalam jumlah sedikit, dengan maksud selain untuk menghalangi pembentukan hablur sakarosa,
juga dapat meningkatkan kelarutan obat. Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa C 12H22OH,
tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%. Sirup simpleks, sirup gula adalah larutan gula
yang dibua dengan melarutkan 65 bagian gula dalam larutan gula yang dibuat dengan melarutkan
65 bagian gula dama bagian larutan Metil Parraben 0,25% b/v secukupnya sehingga diperoleh
100 bagian sirup.
Menurut Farmakope Indonesia III, sirup adalah sediaan cair berupa alrutan yang
mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12H22O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari
66%.

Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi
(Anonim, 1995). Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau
zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Sirup adalah sediaan cair kental yang
minimal mengandung 50% sakarosa (Ansel et al., 2005)

Dalam pengembangannya, banyak sekali pengertian mengenai sirup. Sirup adalah


sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakrosa (Anonim, 1979). Sirup adalah sediaan
cairan kental untuk pemakaian dalam yang minimal mengandung 90% sakarosa (Voigt, 1984)

Menurut DR. C.F. VAN DUIN peraturan-peraturan untuk pembuatan sirup-sirup


diberikan oleh Farmakope:

Sirup-sirup selalu mengandung gula 60-64%, karena jika kurang akan tumbuh lapuk-lapuk.
Mengenal sirup sirup lainnya dapat kita perhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Cairan, yang harus dipakai untuk melarutkan gulanya, dapat dibuat :


a. Dengan perkolasi
 Sirupus Aurantiorium
 Sirupus Thymi
 Sirupus Cinnamomi, yang mula-mula diperkolasi dengan aqua cinnamomi dan
kemudian dengan air
 Sirupus Papaveris
 Sirupus Senegae yang diperkolasi dengan campuran dari 1 bagian etanol 90% dan
9 bagian air
b. Dengan maserasi
 Sirupus Althaaeae, segara setelah diserkai, sirupnya harus dimasak
 Sirupus Liquiritae
 Sirupus Rhei, yang di meserasi dengan larutan soda
c. Dengan menghangatkan pada 90%
 Sirupus Sennae (1/4 jam)
 Sirupus Rhoeados (1/2 jam)
 Sirupus Rhamni Frangulae (1 jam)
 Sirupus Rhei compositus (1/4 jam)

2. Pada pembuatan sirup dari bahan-bahan bakal yang mengandung zat-zat atsiri, maka gula
harus dilarutkan dalam cairan yang diperoleh itu, dalam sebuah bejana yang tertutup pada
Sirupus Aurantiorum kita boleh memanaskan sedangkan Sirupus Cinnamomi tak boleh,
karena sinamaldehida muda terokaid perlu diajurkan, supaya sirupus Sennegae dibuat
dengan cara yang sama seperti Sirupus Cinnamomi
3. Farmakope memberikan pentunjuk, bahwa sirup-sirup baru boleh dimasukkan ke dalam
botol-botol yang kering setelah didinginkan jika kita memasukkanya panas-panas ke
dalam botol-botol itu maka lapisan teratas sirup itu akan dienecerkan oleh air yang
mengembun dibagian atas di dalam botol, yang karenanya melancarkan pertumbuhan
lapuk. Pengocokan setelah dingin mempunyai keberatan, karena dengan demikian sirup
akan kena dengan gabus, sedangkan umunyapertumbuhan lapuk justru berasal dari bagus
ini. Maka suatu cara yang baik ialah, memasukkan sirup sepanas mungkin kedalam botol
dan menempatkanya sedemikian rupa, sehingga dengan itu dikenal seluruhnya oleh sirop
hangat, sehingga dengan degan demikian diperoleh penyeterilkan dari sebagian gabus itu.
Dengan cara apapun kita bekerja pada penyimpanan lama suatu sirup seringkali
pertumbuhan lapuk tak dapat dicegah, sehingga dalam hal ini perlu untuk menyeterilkan
sirup itu
4. Suatu cara pembuatan sirup yang istimewa, ialah dari suatu tingtur dan Sirupus Simplex :
Farmakope memakai cara ini pada :
 Sirupus Ipecacuanhae dengan 10% Tintura Ipecacuanhae
 SirupusOpiatus dengan 5% Tintura Opli
 Sirupus Opii dilutus (Sirupus Diacodit) dengan 1% Tintura Opii
5. Sirup lain yag dibuat dengan pertolongan Sirupus Simplex ialah :
 Sirupus Codeini, dimana Hydrochloras Codein dilarutkn dalam ai sedikit,
kemudian ditambah Sirupus Simplex sampai bobot tertentu sirup ini mengandung
0,2% kodeina
 Sirupus Anisi, sirupus Foniculi dan Sirupus Menthae piperitae (C.M.N) dimana
larutan bagian minyak atsiri dalam 9 bagian etanol 90% atau 96% dicampur
dengan 490 bagian sirupus simpleks

A. Komponen Pada Sirup

1) Pemanis
Pemanis berfungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari
kalori yang dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis
berkalori rendah. Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya sorbital, sakarin dan
sukrosa sedangkan yang berkalori rendah seperti laktosa.
2) Pengawet antimikroba
Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat
bertahan lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur
3) Perasa dan Pengaroma
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-
bahan yang berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai rasa yang enak.
karena sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan
dalam air yang cukup. Pengaroma ditambahkan ke dalam sirup untuk memberikan
aroma yang enak dan wangi. Pemberian pengaroma ini harus sesuai dengan rasa
sediaan sirup, misalkan sirup dengan rasa jeruk diberi aroma citrus
4) Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi
dengan komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama
penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada
warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat konsisen dengan rasa.
Juga banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan mengandung
pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator

B. Kelebihan dan Kekurangan Sirup

a) Kelebihan Sirup
 Merupakan campuran dan homogen
 Sesuai untuk pasien yang susah menelan seperti pasienlanjut usia, penderita
parkinson dan anak-anak
 Sesuai untuk obat yang bersifat sangat higroskopis
 Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan
 Obat lebih mudah diabsorbsi
 Mempunyai rasa manis, cocok untuk anak-anak
 Mudah diberi bau-bauan dan warna sehingga menimbulkan daya tarik untuk
anak
 Membantu pasien yang mendapat kesulitan dalam menelan obat tablet

b) Kekurangan Sirup
 Sediaan sirup jarang yang isinya zat tunggal, pada umunya campuran atau
kombinasi beberapa zat berkhasiat yang kadang-kadang sebetulnya tidak di
butuhkan oleh pasien tersebut
 Stabilitasnya lebih rendah tergantung formulasi dan suspending agen
digunakan
 Tidak bisa untuk sediaan yang sukar larut dalam air (biasanya dibuat suspensi
atau eliksir) eliksir kurang disukai oleh dokter anak karena mengandung
alkohol, suspensi
 Tidak bisa untuk bahan obat yang berbentuk minyak (minyak/oil biasanya
dbentuk emulsi ang mana stabilitas emulsi juga lebih rendah)
 Tidak semua obat bentuk sediaan sirup ada dipasaran
 Tidak sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil
 Harga relatif mahal dan memerlukan kemasan yang khusus pula
 Volume dan bentuk larutan lebih besar
 Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam sirup

C. Evaluasi Sediaan Sirup

• Pengukuran organoleptik
• Pengukuran pH
• Pengukuran viskositas
• Uji intensitas warna
• Uji reponden

Dalam obat Hufagripp BP terdapat bahan Chlorpheniramin Maleate o,5 mg,


Pseudoephedrine HCI 15 mg, Dextromenthorphan HBr 7,5 mg

2.3 Sampel Produk Hufagripp BP Sirup 60 ml


Perusahaan farmasi atau perusahaan obat-obatan adalah perusahaan bisnis
komersial yang fokus dalam meneliti, mengembangkan dan mendistribusikan obat,
terutama dalam hal kesehatan. Mereka dapat membuat obat generik atau obat bermerek.
Salah satunya perusahaan PT. Gratia Husada Farma (HUFA)

Gambar 2.5

PT. Gratia Husada Farma

PT. Gratia Husada Farma atau yang lebih dikenal dengan HUFA, didirikan pada
tanggal 30 Maret 1974, berlokasi di Semarang 50134, Jawa Tengah, oleh para pemegang
saham (Pendiri) yang terdiri dari: Lisawati Darma Setiawan, Mariani Kusuma, Drs.
Harada Kusuma, Drs. Hartanto Tedja Kusuma, Andreas Sastradinata Kusuma, Leontine
Kosasih, dan FX. Budi Hartono Kusuma.

Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan dari Perusahaan sehingga


memerlukan fasilitas yang lengkap dan memadai, maka tahun 1993, PT. Gratia Husada
Farma membangun pabrik baru  yang berlokasi di Jl. Dharmawangsa 28, Desa Ngempon,
Bergas, Karangjati, Kabupaten Semarang 50552.
Pada 8 April 1994 , PT Gratia Husada Farma memperoleh sertifikasi CPOB (cara
Pembuatan Obat yang Baik), yang menandakan bahwa bangunan/gedung, fasilitas
produksi dan produksinya telah memenuhi cGMP (current Good Manufacturing
Practices) dan hal ini terus dipertahankan hingga saat ini. Contoh produk yang diproduksi
oleh PT. Gratia Husada Farma (HUFA) yaitu,

 H-Booster Multivitamin dan Mineral


 HUFAGRIPP Flu & Batuk Anti Influensa
 HUFAGRIPP BP Syrup Anti Influensa
 HUFAGRIPP TMP SuspensiAnalgesik Antipiretik & Anti Inflamasi
 HUFAGRIPP Pilek Syrup Anti Influensa
 HUFADEXTA-M Kaplet Kortikosteroid
 Dan masih banyak lagi

A. Pengertian Hufagripp BP Sirup 60 ml

HUFAGRIP BP SIRUP mengandung Chlorpeniramin Maleat,


Pseudoefedrin dan Dextromethorphan HBr, digunakan untuk mengatasi gejala
pilek seperti hidung tersumbat, bersin-bersin dan batuk kering/tidak berdahak.
 Kenapa Hufagripp BP sirup 60 ml termasuk golongan obat bebas terbatas?
karena dapat dibeli secara bebas tanpa menggunakan resep dokter, namun
mempunyai peringatan khusus saat menggunakannya

B. Komposisi Hufagripp BP Sirup 60 ml

1. Dextromethorphan HBr 7.5 mg


a) Pengertian :

Dextromethorphan adalah obat untuk meredakan batuk kering. Obat


ini tersedia dalam bentuk tablet, sirop, dan permen pelega tenggorokan
(lozenges).

Dextromethorphan merupakan obat penekan respon batuk. Obat ini


bekerja dengan cara menghambat respon atau refleks batuk di otak. Perlu
diketahui bahwa obat ini tidak efektif untuk meredakan batuk berdahak atau
batuk yang disebabkan oleh bronkitis kronis, asma, emfisema, atau kebiasaan
merokok.

b) Merk Dagang :

Actifed Plus Cough Supressant, Alpara, Antiza, Brochifar Plus,


Decolsin, Konidin, Komix, Lacoldin, Mixagrip Flu & Batuk, OB Combi
Batuk Pilek, Panadol Cold & Flu, Sanaflu Plus Batuk, Ultraflu Extra, Vicks
Formula 44, Woods Peppermint Antitussive

c) Rumus Kimia :
C18H25NO, HBr, H2O
d) Pemerian :
Serubk hablur putih, tidak berbau,rasa pahit
e) Golongan obat : Obat bebas terbatas
f) Kelarutan :
Larut dalam 60 bagian air dan, dalam 10 bagian etanol (95%), mudah larut
dalam kloroform disertai pemisahan air, praktis tidak larut dalam ester
g) Khasiat :
Antiusivum
h) Dosis Maksimum :-
i) Dosis Lazim :
Sekali : -
Sehari : 1 mg/kg

2. Pseudoephedrine HCl 15 mg
a) Pengertian :
Pseudoephedrine adalah obat yang dapat digunakan untuk mengatasi
gejala hidung tersumbat akibat flu, batuk pilek, alergi, sinusitis, atau bronkitis.
Obat ini tersedia dalam bentuk tablet, sirop, dan tetes.
Pseudoephedrine merupakan dekongestan. Obat ini bekerja dengan
cara mengurangi pembengkakan pembuluh darah di rongga hidung. Dengan
begitu, penderita hidung tersumbat dapat bernapas lebih lega.
Pseudoephedrine dapat ditemukan dalam bentuk obat tunggal atau
dikombinasikan dengan obat lain.

b) Merk Dagang :
Alco, Alco Plus, Alco Plus DMP, Devosix, Edorisan, Hufagripp ,
Hufahed, Hustadin, Lanos, Lanos Plus, Mertisal, Neo Protifed, OBH Combi
Batuk + Flu Rasa Madu, Pimacolin Plus, Rhinos Neo, Rhinos Junior, Rycox,
Siladex Flu, Trifedrin, Tremenza, Telfast Plus

c) Rumus Kimia :

C10H15NO, HCI

d) Pemerian :
Hablur putih atauserbuk putih halus, tidak berbau, rasa pahit
e) Kelarutan :
Larut dalam lebih kurang 4 bagian air, dalam lebih kurang 14 bagian
etanol (95%), prktis tidak larut dalam ester
f) Khasiat :
Simpatomimetikum
g) Dosis Maksimum :
Sekali : 50 mg
Sehari : 150 mg
h) Dosis Lazim :
Dosis lazim untuk anak dn bayi
Sekali : -
Sehari : 0,8 mg/kg-16 m/kg
i) Golongan Obat : Obat bebas terbatas

3. Chlorpheniramine Maleate 0.5 mg


a) Pengertian :
Chlorpheniramine Maleate adalah obat antihistamin untuk meredakan
gejala alergi, batuk, pilek, flu biasa, dan demam dengan lebih cepat dan
efektif.

Bahan aktif Chlorpheniramine Maleate bekerja dengan cara


mengurangi efek histamin kimia alami yang diproduksi dalam tubuh saat
tubuh terpapar alergen atau zat pemicu alergi. Histamin menyebabkan gejala
alergi seperti mata berair, kulit ruam, pilek, bersin, dan gatal pada hidung,
mata, atau tenggorokan. 

b) Merk Dagang :

Brontusin, Ceteem, Chlorpheniramine, Chlorpheniramine Maleate, Cough


En Plus, Etaflusin, Molexflu, Nalgestan, Omecough, Samcodin, Zacoldine

c) Rumus Kimia :
C16H19CIN2,C4H4O4
d) Pemerian :
Serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit
e) Golongan obat : Obat keras
f) Kelarutan :
Larut dalam 4 bagian air, dalam 10 bagian etanol (95%) dan dalam 10
bagian kloroform, sukar larut dalam ester
g) Khasiat :
Antihisaminikum
h) Dosis Maksimum :
Sekali : -
Sehari : 40 mg
i) Dosis Lazim :
Sekali : -
Sehari : 0,35 mg

C. Dosis

Dewasa Dan Anak > 12 Tahun : 3 X Per Hari, 2 Sendok Takar (@ 10 Ml).
Anak (6-12 Tahun) : 3 X Per Hari, 1 Sendok Takar (@ 5 Ml).
Anak (2-6 Tahun) : 3 X Per Hari, 0.5 Sendok Takar(@ 2.5 Ml).

D. Aturan Pakai

Dikonsumsi sesudah makan

E. Kontra Indikasi

Jangan diberikan untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif


terhadap salah satu komponen obat ini.Pasien yang memiliki kepekaan terhadap
obat simpatomimetik lain seperti efedrin, pseudoefedrin, fenilefrin juga
dikontraindikasikan menggunakan obat ini.Pasien penderita hipertensi parah,
penyakit jantng, diabetes mellitus, dan gangguan fungsi hati yang parah tidak
boleh menggunakan obat ini.

F. Pentunjuk Penyimpanan

Simpan dalam wadah kering yang tertutup pada suhu ruangan dan
terhindar dari sinar matahari langsung

1. Pengertian Wadah Tertutup Baik

Wadah tertutup baik harus melindungi isi terhadap masuknya bahan padat
dan mencegah kehilangan bahan slam penanganan, pengangkutan,
penyimpanan, dan distribusi

2. Pengertian Wadah Tidak Tembus Cahaya (Botol Berwana Coklat)

 Wadah tidak tembus cahaya harus dapat melindungi isi dari


pengaruh cahaya, dibuat dari bahan khusus yang mempunyai sifat
menahan cahaya atau dengan melapisi wadah tersebut
 Wadah yang bening dan tidak berwarna atau wadah yang tembus
cahaya dapat dibuat tidak tembus cahaya dengan cara memberi
pembungkus yang buram. Dalam hal ini pada etiket harus
disebutkan bahwa pembungkusan buram diperlukan sampai isi dari
wadah habis karena diminum atau digunakan untuk keperluan lain
 Jika dalam monografi dinyatakan “Terlindung dari cahaya”
dimaksudkan agar penyimpanan dilakukan dalam wadah tidak
tembus cahaya

3. Pengertian Wadah Tertutup Rapat

Harus melindungi isi terhadap masuknya bahan cair, bahan padat atau uap
dan mencegah kehilangan, merekat, mencair, atau menguapnya bahan
selama penanganan, pengangkutan dan distribusi dan harus dapat ditutup
rampat kembali. Wadah tertutup rapat dapat diganti dengan wadah tertutup
kedap untuk bahan dosis tunggal

G. Pengertian Kemasan

Kemasan pada produk obat menjadi faktor cukup krusial dalam industri
farmasi. Pasalnya, obat merupakan produk yang wajib terjamin keamanannya saat
konsumen makan atau minum. Pengemasan yang buruk jelas akan menurunkan
kualitas obat, bahkan dapat membahayakan konsumen. Dengan adanya banyak
risiko dan potensi yang mudah merusak obat, perusahaan farmasi senantiasa
berusaha menyediakan packaging obat yang aman. Apalagi sifat dan karakteristik
obat berbeda-beda. Tidak semua obat cocok menggunakan satu jenis pengemas.

1. Karakteristik Kemasan Obat

Secara umum, karakteristik pengemasan obat yang baik dapat kita lihat
sebagai berikut:

 Mampu memberikan proteksi maksimal terhadap obat dari faktor


lingkungan seperti suhu dan kelembapan
 Punya fungsi sebagai barrier dari penetrasi gas
 Mencegah terjadinya oksidasi dan reduksi
 Menjaga dari kebocoran saat distribusi
 Pencetakan bahan kemas yang mudah dan stabil
2. Tujuan Kemasan Obat

Sementara, pengemasan obat juga tentu memiliki tujuan atau kegunaan


tertentu. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

 Media penyimpanan yang berfungsi memproteksi stabilitas obat


serta efikasinya
 Melindungi produk dari degradasi
 Media identifikasi obat
 Tempat mencantumkan berbagai informasi penting bagi konsumen

3. Tipe Kemasan Obat

a. Kemasan Sekunder
Berbeda dengan bahan kemas primer, bahan kemas
selanjutnya ini jelas tidak bersentuhan langsung dengan produk
obat. Bahan kemas sekunder memiliki fungsi menjaga kemasan
primer. Jadi, dapat kita katakan juga sebagai proteksi ganda.
Misalnya, kotak dari obat batuk berbentuk botol atau box
dari obat berkemasan blister. Adanya bahan kemas sekunder
sangat membantu meningkatkan perlindungan obat agar tetap
aman selama distribusi. Syarat utama dari bahan kemas sekunder
adalah cukup kuat untuk membungkus obat dalam pengemasan
primer.
b. Kemasan Primer
Bahan kemas ini tentu saja langsung bersentuhan dengan
produk obat. Maka, kualitas dari jenis bahan kemas primer harus
sangat baik dan aman. Jangan sampai jenis bahannya justru dapat
bereaksi atau mencemari produk obat.
Terdapat dua jenis bahan kemas primer, yakni pemakaian
untuk dosis tunggal dan dosis multi. Dosis tunggal maksudnya
hanya konsumen makan sekali saja, contohnya sachet. Sementara,
dosis multi bisa lebih dari sekali makan atau konsumsi, contohnya
botol dan blister.
Bahan kemas primer yang paling banyak perusahaan
farmasi pakai adalah blister. Kemasan ini terbuat dari plastik yang
terlapisi aluminium agar mudah terbuka atau sobek oleh tangan.
Terdapat juga film transparan untuk mempermudah konsumen
melihat visual obat. Blister cocok untuk obat berbentuk padat
seperti tablet. Untuk obat berbentuk cair, pengemasan yang umum
kita temui adalah berupa botol dan sachet. Khusus botol,
kemasannya mesti sanggup menjaga produk dari sinar UV agar
obat tidak mudah rusak
c. Kemasan Tersier
Bentuk umum dari bahan kemas tersier adalah berupa
karton atau box besar yang isinya berupa kemasan sekunder dalam
jumlah tertentu. Fungsi utamanya adalah untuk menjaga proses
distribusi obat tetap terjaga rapi sekaligus aman.Selain itu, adanya
bahan kemas tersier amat mempermudah petugas gudang dalam
handling produk obat.

H. Expired Date

a. Pengertian expired

Kadaluarsa obat adalah batas penyimpanan obat yang ditetapkan berdasarkan


uji stabilitas yang dilakukan pada suhu dan kondisi sesuai dengan kondisi ideal
penyimpanan obat. Lamanya kadaluarsa obat dihitung sejak tanggal obat diproduksi
hingga waktu uji terakhir dimana obat tersebut dinyatakan masih memenuhi
persyaratan mutu atau lamanya uji stabilitas obat yang datanya tersedia dengan hasil
obat memenuhi syarat. Masyarakat saat ini sudah mulai sadar dan aktif bertanya
terkait tanggal kadaluarsa obat. Oleh karena itu, sebagai Apoteker perlu disadari
bahwa tanggal kadaluarsa harus menjadi perhatian penting ketika melakukan praktik
kefarmasian sehingga pasien tidak menerima bahkan mengkonsumsi obat ED.
Tanggal kadaluarsa suatu obat ketika sudah dibuka segelnya tentu akan
berbeda ketika obat tersebut belum pernah digunakan. Tanggal kadaluarsa obat
setelah dibuka kemasan primernya disebut dengan beyond use date (BUD). Banyak
masyarakat sudah mengetahui terkait istilah ED, namun jarang yang mengetahui
terkait istilah BUD. BUD tidak tercantum pada kemasan obat. BUD setiap sediaan
obat akan berbeda dengan sediaan yang lain karena komponen air di dalamnya. BUD
akan lebih singkat dibandingkan dengan ED. BUD umumnya digunakan untuk obat-
obat obat racikan, sediaan obat yang sudah dibuka kemasan primernya seperti sirup
dan salep/krim, dan obat-obatan yang mengalami perubahan bentuk sediaan seperti
pelarutan sediaan sirup kering. Tabel penetapan BUD obat secara umum sesuai
dengan kandungan air di dalamnya yaitu sebagai berikut : (Hendriyadi, 2022)
Jenis Informasi Informasi BUD
Formulasi Oral yang mengandung air 14 hari
(Sirup Kering)
Sirup Non-Rekonstitusi 3 bulan
Formulasi cair atau semipadat 3 bulan
topikal/dermal/mukosal yang
mengandung air (lotion, racikan
salep/krim)
Obat Tetes 3 bulan
Bentuk sediaan padat (racikan puyer, 14-180 hari
kapsul)
Tabel 2.1
Informasi Ex. Date

BUD sebaiknya dicantumkan pada etiket wadah obat untuk memberikan


batasan waktu kepada masyarakat sebagai pasien kapan obat tersebut masih layak
untuk digunakan. Informasi BUD ini dapat ditentukan berdasarkan informasi dari
pabrik obat, ataupun dari pedoman umum dalam USP. Hal ini menjadi tanggung
jawab profesional seorang Apoteker untuk memberikan informasi BUD kepada
masyarakat awam dan tenaga kesehatan lainnya. Informasi ini penting disampaikan
karena beberapa obat tidak boleh digunakan kembali setelah kemasan primernya di
buka akibat ketidakstabilan obat tersebut. (apt. Penina Kurnia Uly, 2022)

b. Expired Date Hufagripp BP Sirup 60 ml

Gambar 2.6

Expired Date Hufagripp

Berdasarkan gambar tersebut. Dapat kita lihat bahwa Exp. Date tertulis bahwa
sirup ini diproduksi pada Februari 2018 dan bisa bertahan hingga Februari 2021.
Berdasarkan Hal tersebut maka dapat kita simpulkan bahwa masa expired Date pada
sirup jenis ini yaitu tiga tahun. Namun, sesuai dengan penjelasan diatas, apabila sirup
ini telah dibuka maka status nya akan berubah menjadi Beyond Use Date (BUD).
Untuk jenis Sirup Non-Rekonsititusi masa BUD nya ialah tiga bulan sejak tanggal
kemasan dibuka ataupun terbuka pertama kalinya.

I. Pengertian BPOM

Badan Pengawas Obat dan Makanan atau disingkat Badan POM adalah
sebuah lembaga di Indonesia yang bertugas mengawasi peredaran obat-obatan
dan makanan di Indonesia. Fungsi dan tugas badan ini menyerupai fungsi dan
tugas Food and Drug Administration di Amerika Serikat dan European Medicines
Agency di Uni Eropa.
a. Nomor Registrasi Pada Obat

Nomor Izin Edar (NIE) atau Nomor Registrasi Obat penting untuk
diperhatikan untuk memastikan obat telah terdaftar di Badan POM sehingga
obat dijamin aman, berkhasiat dan bermutu.

Obat adalah obat jadi yang merupakan sediaan atau paduan bahan-
bahan termasuk produk biologi dan kontrasepsi, yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan
peningkatan kesehatan.

lzin edar adalah bentuk persetujuan registrasi obat untuk dapat


diedarkan di wilayah Indonesia. Registrasi adalah prosedur pendaftaran dan
evaluasi obat untuk mendapatkan izin edar

Nomor Izin Edar (NIE) atau Nomor Registrasi Obat terdiri dari 15 digit,
contoh :
DKL1234567891A1
Digit Pertama
D = Nama Dagang G = Generik

Digit Kedua
B = Obat Bebas
T = Obat Bebas Terbatas
K = Obat Keras
P = Psikotropika
N = Narkotika

Digit ketiga
L = Lokal
I = Impor
Digit ke-4 dan 5
Digit ke-4 dan 5 menunjukkan tahun registrasi atau persetujuan obat
tersebut oleh BPOM. Contohnya:
09 berarti obat tersebut telah disetujui pada periode tahun 2009

Digit ke-6, 7, dan 8


Digit ke-6, 7, dan 8 menunjukkan nomor urut pabrik, dengan persyaratan
nomor urut pabrik harus lebih besar dari 100 dan lebih kecil dari 1000.

Digit ke-9, 10, dan 11


Digit ke-9, 10, dan 11 menunjukkan nomor urut obat yang disetujui untuk
masing-masing pabrik, dengan persyaratan nomor urut obat harus lebih
besar dari 100 dan lebih kecil dari 1000.

Digit ke-12 dan 13


Digit ke-12 dan 13 menunjukkan bentuk sediaan obat. Beberapa contoh
sediaan obat antara lain:
01 = Kapsul
23 = Powder/Serbuk Oral
43 = Injeksi
02 = Kapsul Lunak
24 = Bedak/Talk
44 = Injeksi Suspensi Kering
04 = Kaplet
28 = Gel
09 = Kaplet Salut Film
29 = Krim, Krim Steril
46 = Tetes Mata
10 = Tablet
30 = Salep
47 = Tetes Hidung
11 = Tablet Effervescent
31 = Salep Mata
48 = Tetes Telinga
12 = Tablet Hisap
32 = Emulsi
49 = Infus
14 = Tablet Lepas Terkontrol
33 = Suspensi
53 = Supositoria, Ovula
34 = Elixir
56 = Nasal Spray
15 = Tablet Salut Enterik
36 = Drops
58 = Rectal Tube
16 = Pil
37 = Sirup/Larutan
62 = Inhalasi
17 = Tablet Salut Selaput
38 = Suspensi Kering
63 = Tablet Kunyah
22 = Granul
41 = Lotion/Solutio
81 = Tablet Dispersi

Digit ke-14
Digit ke-14 menunjukkan kekuatan sediaan obat, misalnya:
A menunjukkan kekuatan obat jadi yang pertama di setujui
B menunjukkan kekuatan obat jadi yang kedua di setujui
C menunjukkan kekuatan obat jadi yang ketiga di setujui, dst.

Digit ke-15
Digit ke-15 menunjukkan kemasan berbeda untuk tiap nama, kekuatan,
dan bentuk sediaan obat (untuk satu nama, kekuatan, dan bentuk sediaan
obat diperkirakan tidak lebih dari 10 kemasan), misalnya:
1 menunjukkan kemasan utama
2 menunjukkan beda kemasan yang pertama
3 menunjukkan beda kemasan yang kedua, dst.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Resep Asli


3.2 Resep Standar
3.3 Monografi
Ditabelin ditulis keteranganya dibawah tabel kaya contoh diatas di bab II

3.4 Alat dan Bahan


Pake tabel

3.5 Metode Kerja


3.6 Penyerahan
3.7 Signa
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Pengamatan terhadap warna sampel

Karena kenapa warnanya seperti itu

Pengamatan ada atau tidaknya gumpalan

Kalo ada gumpalan karena kenapa

Pengamatan bau pada sampel

Baunya kenapa alasannya

Pengamatan rasa pada sampel

Rasanya kenapa alasannya

4.2 Pembahasan

Menurut Farmakope Indonesia III, Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang
mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12H22 O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari
66%.Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi
(Anonim, 1995).

Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau zat
pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Sirup adalah sediaan cair kental yang
minimal mengandung 50% sakarosa (Ansel et al., 2005). Dalam perkembangannya, banyak
sekali pengertian mengenai sirup. Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung
sakarosa (Anonim, 1979). Sirup adalah sediaan cairan kental untuk pemakaian dalam, yang
minimal mengandung 90% sakarosa (Voigt, 1984).

Komponen Yang Terdapat Pada Sirup


a. Pemanis

Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari kalori yang
dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis berkalori rendah. Adapun
pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol, sakarin dan sukrosa sdangkan yang berkalori rendah
seperti laktosa.

b. Pengawet antimikroba

Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat bertahan lebih
lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur.

c. Perasa dan Pengaroma

Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahanbahan yang
berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai rasa yang enak. Karena sirup adalah sediaan
cair, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup. Pengaroma
ditambahkan ke dalam sirup untuk memberikan aroma yang enak dan wangi. Pemberian
pengaroma ini harus sesuai dengan rasa sediaan sirup, misalkan sirup dengan rasa jeruk diberi
aroma citrus.

d. Pewarna

Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan komponen
lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama penyimpanan. Penampilan
keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna
biasanya dibuat konsisen dengan rasa. Juga banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat dalam
perdagangan mengandung pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan
stabilisator.
BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
- Sirup mempunyai keunggulan dalam hal kemudahan pemberian obat terkait sifat
kemudahan mengalir dari sirup ini.Selain itu, dosis yang diberikan relative lebih
akurat dan pengaturan dosis lebih mudah di variasi dengan penggunaan sendok
takar.Meskipun demikian, sirup ini juga memiliki kekurangan dan kelebihan.

- Dalam pembuatan sirup harus diperhatikan berbagai aspek yang dapat


mempengaruhi hasil akhir dari sediaan yang dihasilkan. Berbagai aspek itu antara
lain pemahaman dasar mengenai sediaan sirup, komponen dalam sirup, sifat kimia
fisika, dan prinsip-prinsip dalam pengerjaan mulai dari pemilihan metode kerja yang
sesuai dengan bahan yang digunakan sampai pada uji mutu dan kestabilan obat
dalam penyimpanan.

- Sirup adalah cairan berkadar gula tinggi. Untuk rasa dan Flavor, gula sirup
dilarutkan dengan sari buah, atau larutan gula ditambah dengan sari buah. Peralatan
dalam pembuatan sirup &aitu Pisau stainless steel, Ember plastik atau baskom, Panci
stainless steel, Blender, Kompor, Dandang , kain saring, corong, dan botol steril,
sedangkan Bahan dalam proses pembuatan sirup yaitu Buah yang matang dan sehat,
gula pasir, Asam sitrat dll.

4.2 Saran
1.Agar diharapkan mengembangkan lebih lanjut makalah tentang teknologi
farmasetika dasar

yang lebih sempurna dari sebelumnya.

2.Agar pembaca makalah selanjutnya tidak terpacu pada makalah ini saja melainkan
mencari referensi lain untuk menambah kesempurnaan pembuatan makalah
selanjutnya.

3.Kritikan dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan
makalah dikemudian hari.
4.Pembaca dapat memanfaatkan semaksimal mungkin materi ini sehingga dapat
mengerti dan memahami tentang sediaan kapsul dengan jelas.
DAFTAR PUSTAKA

apt. Penina Kurnia Uly, S. (2022, Febriari 24). Pahami Masa Kadaluarsa Obat . Retrieved from Pahami
Masa Kadaluarsa Obat : http://hisfarsidiy.org/pahami-masa-kadaluarsa-obat/

D-MedikaAnief, M. (1997). Ilmu meracik obat. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

EGCWidodo, H. (2012). Ilmu meracik obat untuk apoteker. Jember.

Hendriyadi, N. (2022, Maret 9). Pengertian Beyond Use Date. Retrieved from Pengertian Beyond Use
Date: https://rkzsurabaya.com/2022/03/09/mengenal-beyond-use-date-obat/

PressSeotopo, S. (2014). Ilmu resep teori jilid 1. Jakarta: Demenekes RI.

Putri. (2022, Juli 16). Makalah Ilmu Resep Sirup. Retrieved from Makalah Ilmu Resep Sirup.:
http://thyiephoethry.blogspot.com/2012/05/makalah-ilmu-resep-sirup-aurantii-sirup.html

Saptaning, A. (2014). Ilmu resep. Jakarta.

Gitawati, R. (2008). Interaksi Obat Dan Beberapa Implikasinya. Jurnal Media Litbang Kesehatan, 10.

Haeria. (2017). Pengantar Ilmu Farmasi. Makassar:UIN Alaudin Makassar

Nuryati. (2017). Farmakologi. Jakarta Selatan: Rekam Medis Informasi Kesehatan (RMIK)

Depkes RI. 1979 Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Dapartemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta

DR. C. F. VAN DUIN Ilmu Resep Guru Besar pada RIJKUNIVERSITEIT di Utrecht

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Edisi Kedua. (1978). Formularium Nasional : Jakarta

Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan. (2015). ISO Indonesias Vol.49. Jakarta, Halaman : 494

PT. Gratia Husada Farma (HUFA). (2022) Sejarah PT. Gratia Husada Farma (HUFA): https://hufa.co.id/

Lachman, L.(1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI Press, Halaman : 462-464

Permenkes RI Nomor 1010/Menkes/Per/XI/2008 Tentang Registrasi Obat: Jakarta:


https://krakataumedika.com/info-media/artikel/nomor-izin-edar-nie-atau-nomor-registrasi-obat
LAMPIRAN KEMASAN I
LAMPIRAN KEMASAN II

Anda mungkin juga menyukai