1441H/20
19M
Modul I
KELARUTAN
I PRINSIP PERCOBAAN
Metode yang digunakan pada percobaan kali ini adalah netralisasi dengan prinsip
like dissolves like dimana pelarut polar hanya akan melarutkan solut yang polar dan
pelarut non polar akan melarutkan solut yang non polar (Shriner, 1980).
II TUJUAN PERCOBAAN
2.2 Menentukan usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat.
pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang berlainan.
Untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan padat dalam cairan.
3.1 Kelarutan
Kelarutan atau solubility adalah kebanyakan senyawa dalam satuan garam yang
dapat membuat jenuh larutan. Jika volume larutan dm3 maka kelarutan itu mempunya
satuan molar (Martin, 1990).
Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi
maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut. Bila suatu pelarut
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 1 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M
pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya melarutkannya,
larutan ini disebut larutan jenuh. Agar supaya diperhatikan berbagai akan kemungkinan
kelarutan diantara dua macam bahan kimia yang menentukan jumlah masing-masing
yang diperlukan untuk m embuat larutan jenuh, disebutkan dua contoh bahan sediaan
resmi larutan jenuh dalam air, yaitu larutan Tropikal Kalsium Hidroksida, USP
(Calcium Hydroxide Tropical Solution, USP), dan larutan Oral Kalium Iodida, USP
(Potasium Iodide Solution, USP) (Howard, 1990).
Menurut metode kelarutan, sejumlah besar obat ditempatkan dalam wadah yang
tertutup baik, bersama-sama dengan larutan zat pengompleks dalam berbagai
konsentrasi dan botol dikocok dalam bak pada temperatur konstan sampai tercapai
kesetimbangan. Cairan supernatan dalam porsi yang cukup diambil dan dianalisis
(Martin S, 2011).
3.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan Suatu Zat
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah:
a. Intensitas Pengadukan
Pada pengadukan yang rendah aliran bersifat pasif. Zat padat tidak bergerak dan
kecepatan pelarutan bergantung pada bagaimana karakter zat padat tersebut menghambur dari
dasar wadah. Zat padat dan larutannya tidak berpindah ke atas sistem sehingga mempunyai
perbedaan konsentrasi. Pada pengadukan yang tinggi sistem menjadi turbulent. Gaya sentrifugal
dari putaran cairan mendorong partikel ke arah luar dan atas.
Perubahan kelarutan suatu zat terlarut karena pengaruh suhu erat hubungannya
dengan panas pelarutan dari zat tersebut. Panas pelarutan didefinisikan sebagai
banyaknya panas yang dibebaskan atau diperlukan apabila satu mol zat terlarut
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 2 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M
dilarutkan dalam dalam suatu pelarut untuk menghasilkan satu larutan jenuh. Kenaikan
temperatur menaikkan kelarutan zat padat yang mengabsorpsi panas (proses
endotermik) apabila dilarutkan. Pengaruh ini sesuai dengan asas Le Chatelier, yang
mengatakan bahwa sistem cenderung menyesuaikan diri sendiri dengan cara yang
sedemikian rupa sehingga akan melawan suatu tantangan misalnya kenaikan temperatur.
Sebaliknya jika proses pelarutan eksoterm yaitu jika panas dilepaskan, temperatur
larutan dan wadah terasa hangat bila disentuh. Kelarutan dalam hal ini akan turun
dengan naiknya temperatur. Zat padat umumnya termasuk dalam kelompok senyawa
yang menyerap panas apabila dilarutkan.
d. Komposisi cairan pelarut
Seringkali zat pelarut lebih larut dalam campuran pelarut daripada dalam satu
pelarut saja. Gejala ini dikenal dengan melarut bersama (kosolvensi) dan kombinasi
pelarut menaikkan kelarutan dari zat terlarut disebut kosolven.
e. Ukuran partikel
Ukuran dan bentuk partikel juga berpengaruh terhadap ukuran partikel. Semakin
kecil ukuran partikel semakin besar kelarutan suatu bahan obat.
f. Pengaruh surfaktan
Obat yang bersifat asam lemah dan basa lemah yang sukar larut, dapat
dilarutkan dengan bantuan kerja dari zat aktif permukaan dengan menurunkan tegangan
permukaan antara zat terlarut dengan mediumnya.
g. Pembentukan kompleks
Gaya antar molekuler yang terlibat dalam pembentukan kompleks adalah gaya
van der walls dari dispersi, dipolar dan tipe dipolar diinduksi. Ikatan hidrogen
memberikan gaya yang bermakna dalam beberapa kompleks molekuler dan kovalen
koordinat penting dalam beberapa kompleks logam. Salah satu faktor yang penting
dalam pembentukan kompleks molekular adalah persyaratan ruang. Jika pendekatan dan
asosiasi yang dekat dari molekul donor dan molekul akseptor dihalangi oleh faktor
ruang, kompleks akan atau mungkin berbentuk ikatan hidrogen dan berpengaruh lain
harus dipertimbangkan (Martin, A. 1990).
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 3 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M
3.2 Larutan
Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan, maka
zat padat tadi terbagi secara molekular dalam cairan tersebut. Kelarutan suatu zat
tergantung atas dua faktor, yaitu luasnya permukaan dan kecepatan difusi. Umumnya
zat dengan molekul besar, kecepatan kecil disbanding dengan zat yang molekulnya.
dengan pemanasan tidak hanya kelarutanya bertambah tetapi juga menaikkan kecepatan
Jika suatu larutan ditempatkan terpisah dari suatu contoh pelarut murni yang
digunakan dalam larutan itu hanya oleh suatu dinding berpori yang dapat dilewati oleh
molekul pelarut tetapi tidak oleh molekul zat terlarut, maka molekul-molekul pelarut
akan berpindah kedalam larutan kearah menyamakan konsentrasi larutan pada kedua
sisi dinding pemisah. Dinding pemisah yang bersifat seperti itu disebut membran
b. Larutan pekat: larutan yang mengandung banyak zat terlarut dalam larutan
Untuk zat terlarut yang sukar larut (zat yang non polar)
a. Larutan jenuh: larutan dimana ada keseimbangan antara zat terlarut padat dan
zat terlarut dalam larutan
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 4 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M
b. Larutan tak jenuh: larutan yang mengandung jumlah zat terlarut yang kurang
dari larutan jenuh (Marzuki dkk. 2010).
IV PROSEDUR KERJA
1 100 0 0
2 60 10 30
3 60 20 20
4 60 30 10
5 60 40 0
6 60 0 40
Larutan disaring
Dibuat kurva
Larutan disaring
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 6 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M
Dibuat kurva
4.3 Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat
Larutan disaring
Dibuat kurva
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 7 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M
1 5 14.2 0.071
2 6 14 0.07
3 7 13.1 0.0655
4 8 9.8 0.049
5 9 12.9 0.0645
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 8 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M
0 3.1 0.0155
0.2 3.6 0.018
0.4 4 0.02
0.6 4.3 0.0215
0.8 5.2 0.026
1 5.6 0.028
2 7.4 0.037
4 11.6 0.058
6 10 0.05
8 10.2 0.051
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 9 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M
1 5 14.2 0.071
2 6 14 0.07
3 7 13.1 0.0655
4 8 9.8 0.049
5 9 12.9 0.0645
5.2 Perhitungan
N =
0,1 =
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 10 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M
Gr =
Gr = 2 gr
B. Perhitungan KD
+ (%Pel C × KD Pel C)
KD Etanol = 24,3
KD Propoilen glikol = 50
= 80,4
=65,67
= 63, 1
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 11 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M
= 60,53
= 57,96
= 68,24
1) V1 × N1 =V2 × N2
N2 =1,45 X 10-2 N
2) V1 × N1 = V2 × N2
10,4 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 5,2 x 10 -2 N
3) V1 × N1 = V2 × N2
11,1 × 0,1 = 20 × N2
N2 = 5,55 x 10-2 N
4) V1 × N1 = V2 × N2
12,9 x 0,1 = 20 x N2
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 12 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M
N2 = 6,45 x 10 -2 N
5) V1 × N1 = V2 × N2
15,4 x 0,1 = 20 x N2
N2 =7,7 x 10 -2 N
6) V1 × N1 = V2 × N2
10 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 5 x 10 -2 N
1) Tween 0 gram
V1 x N1 = V2 x N2
3,1 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 1,55 x 10-2 N
V1 x N1 = V2 x N2
3,6 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 1,8 x 10-2 N
V1 x N1 = V2 x N2
4 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 2 x 10-2 N
V1 x N1 = V2 x N2
4,3 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 2,15 x 10-2 N
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 13 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M
V1 x N1 = V2 x N2
5,2 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 2,6 x 10-2 N
6) Tween 1 gram
V1 x N1 = V2 x N2
5,6 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 2,8 x 10-2 N
7) Tween 2 gram
V1 x N1 = V2 x N2
7,4 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 3,7 x 10-2 N
8) Tween 4 gram
V1 x N1 = V2 x N2
11,6 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 5,8 x 10-2 N
9) Tween 6 gram
V1 x N1 = V2 x N2
10 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 5 x 10-2 N
V1 x N1 = V2 x N2
10,2 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 5,1 x 10-2 N
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 14 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M
1) pH 5
V1 × N1 = V2 × N2
14,2× 0,1 = 20 × N2
N2 = 7,1 x 10-2 N
2) pH 6
V1 × N1 = V2 × N2
14 × 0,1 = 20 × N2
N2 = 7 x 10-2 N
3) pH 7
V1 × N1 = V2 × N2
13,1 x 0,1 = 20 . N2
N2 = 6,55 x 10-2 N
4) pH 8
V1 × N1 = V2 × N2
9,8 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 4,9 x 10-2 N
5) pH 9
V1 × N1 = V2 × N2
12,9 x 0,1 = 20 x × N2
N2 = 6,45 x 10-2
VI PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini membahas tentang kelarutan. Tujuan dari percobaan
pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan suatu zat yaitu untuk menentukan konstanta
dielektrik yang mempengaruhi asam salisilat yang akan larut lebih baik. Pada percobaan
pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat bertujuan untuk melihat
pengaruh surfaktan terhadap tegangan permukaan, penambahan surfaktan dalam larutan
akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan larutan. Setelah mencapai konsentrasi
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 15 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M
Larutan adalah campuran dua atau lebih komponen yang mengandung zat
pelarut dan zat terlarut yang membentuk suatu dispersi molekul yang homogen.
Menurut Goldberg, Larutan adalah campuran, dan karenanya tidak memiliki komposisi
tetap. Misalnya, dalam segelas air kita dapat melarutkan sendok teh gula atau lebih.
Namun demikian, untuk kebanyakan larutan terdapat batas banyaknya zat terlarut
(solute) yang dapat larut dalam sejumlah pelarut (solvent) pada suhu tertentu.
Konsentrasi maksimum zat terlarut yang dapat larut dalam pelarut kuantitas tertentu
disebut kelarutan (solubillity) zat terlarut tersebut. Kelarutan bergantung pada suhu.
Kebanyakan padatan lebih larut dalam suatu cairan dingin dibandingkan dalam cairan
panas (Goldberg, 2007:174).
Larutan dibagi menjadi 3 jenis. Pertama, larutan jenuh yang merupakan
larutan yang zat terlarutnya (solut) dalam jumlah tepat atau sama dengan kemampuan
maksimal yang dapat dilarutkan dalam pelarutnya (solven). Kedua, larutan hampir
jenuh/tidak jenuh yang merupakan larutan yang mengandung zat terlarut (solut) dalam
jumlah di bawah kemampuan maksimal yang dapat dilarutkan oleh pelarut (solven).
Ketiga, larutan lewat jenuh merupakan larutan yang mengandung zat terlarut (solut)
dalam jumlah melebihi kemampuan maksimal yang dapat dilarutkan oleh pelarut
(solven), tandanya dengan terbentuk endapan.
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 16 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M
5.2 Kelarutan
Kelarutan yaitu didefinisikan sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan
jenuh pada suhu tertentu. Kelarutan juga merupakan jumlah dalam mililiter (mL) zat
pelarut yang dapat melarutkan 1 gram zat terlarut. Prinsip kelarutan adalah like dissolve
like, yaitu zat terlarut akan larut dalam pelarut yang memiliki sifat sama. Menurut
Ensiklopedia Kimia, Proses terjadinya pelarutan dimulai dari tahap ekspansi
antarpartikel zat terlarut maupun pelarut, selanjutnya partikel-partikel tersebut akan
berinteraksi. Partikel zat terlarut akan dikelilingi oleh partikel pelarut. Pada tahap ini
disebut solusi yang menghasilkan larutan.
5.3 Proses Kelarutan
Pada praktikum ini, dilakukan beberapa percobaan yaitu menguji pengaruh
pelarut campur (kosolven) terhadap kelarutan suatu zat dan pengaruh pH terhadap
kelarutan suatu zat. Pertama, pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan suatu zat. Hal
yang dilakukan yaitu, membuat pelarut campur dengan komposisi yang sudah
ditentukan berupa (solvent) dan (cosolvent) sebanyak 50 mL. Kemudian dilarutkan
dengan 1 gram asam salisilat pada masing-masing pelarut campur. Setelah itu dikocok
dengan pengocok orbital selama 1 jam dan dilakukan penyaringan dengan kertas saring.
Setelah disaring, kemudian dilakukan titrasi asam basa setiap larutan disaring sebanyak
20 mL. Percobaan ini menggunakan titrasi asam basa karena untuk melihat perubahan
warna yang terjadi dan pada pH berapakah hasil yang sudah di filtrat.
Menurut Surdjadi, suatu indikator merupakan asam atau basa lemah yang
berubah warna diantara bentuk indikator adalah 1 unit pH disekitar nilai pKa nya.
Sebagai contoh indikator fenoftalein (PP), mempunyai pKa 9,4 (perubahan warna
antara pH 8,4 – 10,4). Struktur fenoftalein akan mengalami penataan ulang pada
kisaran pH ini karena proton dipindahkan dari struktur fenol dari PP sehingga pH nya
meningkat akibatnya akan terjadi perubahan warna (Surdjadi, 2007). Alasan
penggunaan indikator adalah pada saat dilakukan proses penitrasian pH yang ada
menunjukan warna larutan seperti pada trayek pH. Alasan digunakan etanol adalah
karena jika untuk menetralisi larutan (Utiya, 2004).
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 17 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M
Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor menurut (Utiya, 2004) yaitu untuk
menghitung kadar seharusnya dilihat faktor koreksinya berdasarkan berat sampel,
adanya partikel lain yang menempel pada alat-alat praktikum dan kecepatan mengocok
larutan yang partikel zat nya belum terurai menjadi homogen.
VII KESIMPULAN
7.1 Faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat aktif adalah pH, suhu, jenis pelarut
& konstanta dielektrik, dan bentuk partikel, serta adanya zat lain.
7.2 Semakin tinggi pH suatu zat, maka semakin cepat pula kelarutan suatu zat.
7.3 Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan meningkat jika proses kelarutannya
endotermik.
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 18 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M
7.4 Semakin tinggi konstanta dielektrik suatu zat, maka semakin tinggi pula kelarutan
suatu zat dan kenaikan konstanta dielektrik dipengaruhi oleh penambahan pelarut
lain.
7.5 Semakin lama pengocokan yang dilakukan, maka kelarutan suatu akan zat
semakin besar.
7.6 Semakin besar konsentrasi surfaktan yang ditambahkan, maka semakin tinggi pula
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 19 dari 19