Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum Farmasi Fisika

1441H/20
19M

Modul I

KELARUTAN

I PRINSIP PERCOBAAN

 Metode yang digunakan pada percobaan kali ini adalah netralisasi dengan prinsip

like dissolves like dimana pelarut polar hanya akan melarutkan solut yang polar dan

pelarut non polar akan melarutkan solut yang non polar (Shriner, 1980).

II TUJUAN PERCOBAAN

2.1 Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat aktif.

2.2 Menentukan usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat.

III LANDASAN TEORI

Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatularutan jenuh

pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang berlainan.

Untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan padat dalam cairan.

Disamping itu terdapat larutan dalam keadaan padat(misalnya gelas, pembentukan

kristal campuran) (Voight, 1994).

3.1 Kelarutan

3.1.1 Pengertian Kelarutan

Kelarutan atau solubility adalah kebanyakan senyawa dalam satuan garam yang
dapat membuat jenuh larutan. Jika volume larutan dm3 maka kelarutan itu mempunya
satuan molar (Martin, 1990).
Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi
maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut. Bila suatu pelarut

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 1 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M

pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya melarutkannya,
larutan ini disebut larutan jenuh. Agar supaya diperhatikan berbagai akan kemungkinan
kelarutan diantara dua macam bahan kimia yang menentukan jumlah masing-masing
yang diperlukan untuk m embuat larutan jenuh, disebutkan dua contoh bahan sediaan
resmi larutan jenuh dalam air, yaitu larutan Tropikal Kalsium Hidroksida, USP
(Calcium Hydroxide Tropical Solution, USP), dan larutan Oral Kalium Iodida, USP
(Potasium Iodide Solution, USP) (Howard, 1990).
Menurut metode kelarutan, sejumlah besar obat ditempatkan dalam wadah yang
tertutup baik, bersama-sama dengan larutan zat pengompleks dalam berbagai
konsentrasi dan botol dikocok dalam bak pada temperatur konstan sampai tercapai
kesetimbangan. Cairan supernatan dalam porsi yang cukup diambil dan dianalisis
(Martin S, 2011).
3.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan Suatu Zat
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah:
a. Intensitas Pengadukan

Pada pengadukan yang rendah aliran bersifat pasif. Zat padat tidak bergerak dan
kecepatan pelarutan bergantung pada bagaimana karakter zat padat tersebut menghambur dari
dasar wadah. Zat padat dan larutannya tidak berpindah ke atas sistem sehingga mempunyai
perbedaan konsentrasi. Pada pengadukan yang tinggi sistem menjadi turbulent. Gaya sentrifugal
dari putaran cairan mendorong partikel ke arah luar dan atas.

b. pH (keasaman atau kebasaan)

Kebanyakan obat adalah elektrolit lemah. Obat-obat ini bereaksi dengan


kelompok asam dan basa kuat serta dalam jarak pH tertentu berada pada bentuk ion
yang biasanya larut dalam air, sehingga jelaslah bahwa kelarutan elektrolit lemah sangat
dipengaruhi oleh pH larutan.
c. Suhu

Perubahan kelarutan suatu zat terlarut karena pengaruh suhu erat hubungannya
dengan panas pelarutan dari zat tersebut. Panas pelarutan didefinisikan sebagai
banyaknya panas yang dibebaskan atau diperlukan apabila satu mol zat terlarut

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 2 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M

dilarutkan dalam dalam suatu pelarut untuk menghasilkan satu larutan jenuh. Kenaikan
temperatur menaikkan kelarutan zat padat yang mengabsorpsi panas (proses
endotermik) apabila dilarutkan. Pengaruh ini sesuai dengan asas Le Chatelier, yang
mengatakan bahwa sistem cenderung menyesuaikan diri sendiri dengan cara yang
sedemikian rupa sehingga akan melawan suatu tantangan misalnya kenaikan temperatur.
Sebaliknya jika proses pelarutan eksoterm yaitu jika panas dilepaskan, temperatur
larutan dan wadah terasa hangat bila disentuh. Kelarutan dalam hal ini akan turun
dengan naiknya temperatur. Zat padat umumnya termasuk dalam kelompok senyawa
yang menyerap panas apabila dilarutkan.
d. Komposisi cairan pelarut

Seringkali zat pelarut lebih larut dalam campuran pelarut daripada dalam satu
pelarut saja. Gejala ini dikenal dengan melarut bersama (kosolvensi) dan kombinasi
pelarut menaikkan kelarutan dari zat terlarut disebut kosolven.
e. Ukuran partikel

Ukuran dan bentuk partikel juga berpengaruh terhadap ukuran partikel. Semakin
kecil ukuran partikel semakin besar kelarutan suatu bahan obat.
f. Pengaruh surfaktan

Obat yang bersifat asam lemah dan basa lemah yang sukar larut, dapat
dilarutkan dengan bantuan kerja dari zat aktif permukaan dengan menurunkan tegangan
permukaan antara zat terlarut dengan mediumnya.

g. Pembentukan kompleks

Gaya antar molekuler yang terlibat dalam pembentukan kompleks adalah gaya
van der walls dari dispersi, dipolar dan tipe dipolar diinduksi. Ikatan hidrogen
memberikan gaya yang bermakna dalam beberapa kompleks molekuler dan kovalen
koordinat penting dalam beberapa kompleks logam. Salah satu faktor yang penting
dalam pembentukan kompleks molekular adalah persyaratan ruang. Jika pendekatan dan
asosiasi yang dekat dari molekul donor dan molekul akseptor dihalangi oleh faktor
ruang, kompleks akan atau mungkin berbentuk ikatan hidrogen dan berpengaruh lain
harus dipertimbangkan (Martin, A. 1990).

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 3 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M

3.2 Larutan

3.2.1 Pengertian Larutan

Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan, maka

zat padat tadi terbagi secara molekular dalam cairan tersebut. Kelarutan suatu zat

tergantung atas dua faktor, yaitu luasnya permukaan dan kecepatan difusi. Umumnya

zat dengan molekul besar, kecepatan kecil disbanding dengan zat yang molekulnya.

Dengan penggerusan kristal sampai halus, akan memperluas permukaan sedangkan

dengan pemanasan tidak hanya kelarutanya bertambah tetapi juga menaikkan kecepatan

difusi (Sumardjo, D. 2009).

Jika suatu larutan ditempatkan terpisah dari suatu contoh pelarut murni yang

digunakan dalam larutan itu hanya oleh suatu dinding berpori yang dapat dilewati oleh

molekul pelarut tetapi tidak oleh molekul zat terlarut, maka molekul-molekul pelarut

akan berpindah kedalam larutan kearah menyamakan konsentrasi larutan pada kedua

sisi dinding pemisah. Dinding pemisah yang bersifat seperti itu disebut membran

semipermeabel (semipermeable membrane) (Estien, 2005).

3.2.2 Macam-macam Jenis Larutan

Macam-macam Jenis Larutan:


Untuk zat yang mudah larut (zat yang polar)
a. Larutan encer: larutan yang mengandung relative sedikit zat terlarut dalam larutan

b. Larutan pekat: larutan yang mengandung banyak zat terlarut dalam larutan

Untuk zat terlarut yang sukar larut (zat yang non polar)
a. Larutan jenuh: larutan dimana ada keseimbangan antara zat terlarut padat dan
zat terlarut dalam larutan

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 4 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M

b. Larutan tak jenuh: larutan yang mengandung jumlah zat terlarut yang kurang
dari larutan jenuh (Marzuki dkk. 2010).

IV PROSEDUR KERJA

4.1 Pengaruh pelarut campur (kosolven) terhadap kelarutan suatu zat

Dibuat 50ml pelarut campur dengan komposisi :

Solvent (%v/v) Cosolvent (%v/v)


No.
Air Etanol Propilen glikol

1 100 0 0
2 60 10 30
3 60 20 20
4 60 30 10
5 60 40 0
6 60 0 40

Dilarutkan 1 gram asam salisilat kedalam masing-masing


campuran pelarut

Dikocok larutan dengan pengocok orbital selama 1 jam. Jika


terdapat endapan pada saat pengocokkan, ditambahkan sejumlah
tersentu asam salisilat sampai kondisi kembali jenuh

Larutan disaring

20 ml filtrat ditentukan kadar asam salisilat terlarutnya dengan


titrasi asam basa menggunakan indikator fenolftalein dengan
peniter NaOH 0,1 N
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 5 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M

Dibuat kurva

4.2 pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat

Dibuat larutan seri yang mengandung Tween 80 dengan


konsentrasi

( 0 | 0,2 | 0,4 | 0,6 | 0,8 |1,0 | 2,0 | 4,0 | 6,0 | 8,0 )

Ad. 100mL Air

Dilarutkan 1 gram asam salsilat kedalam setiap komposisi pelarut

Dikocok larutan dengan pengocok orbital selama 1 jam. Jika


terdapat endapan pada saat pengocokkan, ditambahkan sejumlah
tersentu asam salisilat sampai kondisi kembali jenuh

Larutan disaring

20 ml filtrat ditentukan kadar asam salisilat terlarutnya dengan


titrasi asam basa menggunakan indikator fenolftalein dengan
peniter NaOH 0,1 N

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 6 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M

Dibuat kurva
4.3 Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat

Dibuat 100 ml larutan dapar fosfat dengan pH 5, 6, 7, 8, dan 9

Diambil 25ml dari setiap larutan, kemudian ditambahkan 0,5


gram kedalam setiap erlenmeyer

Dikocok larutan dengan pengocok orbital selama 1 jam. Jika


terdapat endapan pada saat pengocokkan, ditambahkan sejumlah
tersentu asam salisilat sampai kondisi kembali jenuh

Larutan disaring

20 ml filtrat ditentukan kadar asam salisilat terlarutnya dengan


titrasi asam basa menggunakan indikator fenolftalein dengan
peniter NaOH 0,1 N

Dibuat kurva

V DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 7 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M

5.1 Tabel Pengamatan

5.1.1 Pengaruh Pelarut Campur (Kosolven) Terhadap Kelarutan Suatu Zat

No. pH NaOH (mL) Konsentrasi (N)

1 5 14.2 0.071
2 6 14 0.07
3 7 13.1 0.0655
4 8 9.8 0.049
5 9 12.9 0.0645

No. NaOH (mL) Konsentrasi (N) KD

1 2.9 0.0145 80.4


2 10.4 0.052 65.67
3 11.1 0.0555 63.1
4 12.9 0.0645 60.53
5 15.4 0.077 57.96
6 10 0.05 68.24

5.1.2 Pengaruh Penambahan Surfaktan Terhadap Kelarutan Suatu Zat

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 8 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M

Bobot (gram) NaOH (mL) Konsentrasi (N)

0 3.1 0.0155
0.2 3.6 0.018
0.4 4 0.02
0.6 4.3 0.0215
0.8 5.2 0.026
1 5.6 0.028
2 7.4 0.037
4 11.6 0.058
6 10 0.05
8 10.2 0.051

5.1.3 Pengaruh pH Terhadap Kelarutan Suatu Zat

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 9 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M

No. pH NaOH (mL) Konsentrasi (N)

1 5 14.2 0.071
2 6 14 0.07
3 7 13.1 0.0655
4 8 9.8 0.049
5 9 12.9 0.0645

5.2 Perhitungan

5.2.1 Pengaruh Pelarut Campur (Kosolven) Terhadap Kelarutan Suatu Zat

A. Perhitungan Massa NaOH 0,1 N 500 mL

N =

0,1 =

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 10 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M

Gr =

Gr = 2 gr

B. Perhitungan KD

Rumus KD Total = (%Pel A × KD Pel A) + (%Pel B × KD Pel B)

+ (%Pel C × KD Pel C)

Diketahui: KD Air = 80,4

KD Etanol = 24,3

KD Propoilen glikol = 50

1) KD Campuran = (100% × 80,4) + (0%×24,3) + (0%×50)

= 80,4

2) KD Campuran = (60% × 80,4) + (10%×24,3) + (30%×50)

= 4.824 + 243 + 1500

=65,67

3) KD Campuran = (60% × 80,4) + (20%×24,3) + (20%×50)

= 63, 1

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 11 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M

4) KD Campuran = (60% × 80,4) + (30%×24,3) + (10%×50)

= 60,53

5) KD Campuran = (60% × 80,4) + (40%×24,3) + (0%×50)

= 57,96

6) KD Campuran = (60% × 80,4) + (0%×24,3) + (40%×50)

= 68,24

C. Perhitungan Konsentrasi asam salisilat terhadap cosolvent

1) V1 × N1 =V2 × N2

2,9 × 0,1 =20 × N2

N2 =1,45 X 10-2 N

2) V1 × N1 = V2 × N2

10,4 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 5,2 x 10 -2 N

3) V1 × N1 = V2 × N2
11,1 × 0,1 = 20 × N2

N2 = 5,55 x 10-2 N

4) V1 × N1 = V2 × N2
12,9 x 0,1 = 20 x N2

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 12 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M

N2 = 6,45 x 10 -2 N

5) V1 × N1 = V2 × N2
15,4 x 0,1 = 20 x N2

N2 =7,7 x 10 -2 N

6) V1 × N1 = V2 × N2
10 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 5 x 10 -2 N

5.2.2 Pengaruh Penambahan Surfaktan Terhadap Kelarutan Suatu Zat

1) Tween 0 gram

V1 x N1 = V2 x N2

3,1 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 1,55 x 10-2 N

2) Tween 0,2 gram

V1 x N1 = V2 x N2

3,6 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 1,8 x 10-2 N

3) Tween 0,4 gram

V1 x N1 = V2 x N2

4 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 2 x 10-2 N

4) Tween 0,6 gram

V1 x N1 = V2 x N2

4,3 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 2,15 x 10-2 N

5) Tween 0,8 gram

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 13 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M

V1 x N1 = V2 x N2

5,2 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 2,6 x 10-2 N

6) Tween 1 gram

V1 x N1 = V2 x N2

5,6 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 2,8 x 10-2 N

7) Tween 2 gram

V1 x N1 = V2 x N2

7,4 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 3,7 x 10-2 N

8) Tween 4 gram

V1 x N1 = V2 x N2

11,6 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 5,8 x 10-2 N

9) Tween 6 gram

V1 x N1 = V2 x N2

10 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 5 x 10-2 N

10) Tween 8 gram

V1 x N1 = V2 x N2

10,2 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 5,1 x 10-2 N

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 14 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M

5.2.3 Pengaruh pH Terhadap Kelarutan Suatu Zat

1) pH 5
V1 × N1 = V2 × N2
14,2× 0,1 = 20 × N2

N2 = 7,1 x 10-2 N

2) pH 6
V1 × N1 = V2 × N2
14 × 0,1 = 20 × N2

N2 = 7 x 10-2 N

3) pH 7
V1 × N1 = V2 × N2
13,1 x 0,1 = 20 . N2
N2 = 6,55 x 10-2 N

4) pH 8
V1 × N1 = V2 × N2
9,8 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 4,9 x 10-2 N

5) pH 9
V1 × N1 = V2 × N2
12,9 x 0,1 = 20 x × N2
N2 = 6,45 x 10-2

VI PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini membahas tentang kelarutan. Tujuan dari percobaan
pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan suatu zat yaitu untuk menentukan konstanta
dielektrik yang mempengaruhi asam salisilat yang akan larut lebih baik. Pada percobaan
pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat bertujuan untuk melihat
pengaruh surfaktan terhadap tegangan permukaan, penambahan surfaktan dalam larutan
akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan larutan. Setelah mencapai konsentrasi

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 15 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M

tertentu, tegangan permukaan akan konstan walaupun konsentrasi surfaktan


ditingkatkan. Pada percobaan pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat bertujuan untuk
menentukan konsentrasi asam salisilat terhadap pengaruh pH.
A. Pengaruh pelarut campur (kosolven) terhadap kelarutan suatu zat
Pembuatan 50 mL kosolven dengan 6 tabung erlenmeyer yang berkomposisi
sesuai dengan prosedur menghasilkan warna yang tidak berwarna. Ketika ditambah 1
gram asam salisilat ke dalam masing-masing erlenmeyer, asam salisilat tidak langsung
larut karena terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi. Asam salisilat yang digunakan
dalam tiap-tiap tabung berbeda-beda karena dalam bentuk asam salisilat tidak semuanya
bubuk, teatapi ada yang membentuk padatan sehingga membuat asam salisilat sukar
larut dalam pelarut campur.
5.1 Larutan

Larutan adalah campuran dua atau lebih komponen yang mengandung zat
pelarut dan zat terlarut yang membentuk suatu dispersi molekul yang homogen.
Menurut Goldberg, Larutan adalah campuran, dan karenanya tidak memiliki komposisi
tetap. Misalnya, dalam segelas air kita dapat melarutkan sendok teh gula atau lebih.
Namun demikian, untuk kebanyakan larutan terdapat batas banyaknya zat terlarut
(solute) yang dapat larut dalam sejumlah pelarut (solvent) pada suhu tertentu.
Konsentrasi maksimum zat terlarut yang dapat larut dalam pelarut kuantitas tertentu
disebut kelarutan (solubillity) zat terlarut tersebut. Kelarutan bergantung pada suhu.
Kebanyakan padatan lebih larut dalam suatu cairan dingin dibandingkan dalam cairan
panas (Goldberg, 2007:174).
Larutan dibagi menjadi 3 jenis. Pertama, larutan jenuh yang merupakan
larutan yang zat terlarutnya (solut) dalam jumlah tepat atau sama dengan kemampuan
maksimal yang dapat dilarutkan dalam pelarutnya (solven). Kedua, larutan hampir
jenuh/tidak jenuh yang merupakan larutan yang mengandung zat terlarut (solut) dalam
jumlah di bawah kemampuan maksimal yang dapat dilarutkan oleh pelarut (solven).
Ketiga, larutan lewat jenuh merupakan larutan yang mengandung zat terlarut (solut)
dalam jumlah melebihi kemampuan maksimal yang dapat dilarutkan oleh pelarut
(solven), tandanya dengan terbentuk endapan.

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 16 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M

5.2 Kelarutan
Kelarutan yaitu didefinisikan sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan
jenuh pada suhu tertentu. Kelarutan juga merupakan jumlah dalam mililiter (mL) zat
pelarut yang dapat melarutkan 1 gram zat terlarut. Prinsip kelarutan adalah like dissolve
like, yaitu zat terlarut akan larut dalam pelarut yang memiliki sifat sama. Menurut
Ensiklopedia Kimia, Proses terjadinya pelarutan dimulai dari tahap ekspansi
antarpartikel zat terlarut maupun pelarut, selanjutnya partikel-partikel tersebut akan
berinteraksi. Partikel zat terlarut akan dikelilingi oleh partikel pelarut. Pada tahap ini
disebut solusi yang menghasilkan larutan.
5.3 Proses Kelarutan
Pada praktikum ini, dilakukan beberapa percobaan yaitu menguji pengaruh
pelarut campur (kosolven) terhadap kelarutan suatu zat dan pengaruh pH terhadap
kelarutan suatu zat. Pertama, pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan suatu zat. Hal
yang dilakukan yaitu, membuat pelarut campur dengan komposisi yang sudah
ditentukan berupa (solvent) dan (cosolvent) sebanyak 50 mL. Kemudian dilarutkan
dengan 1 gram asam salisilat pada masing-masing pelarut campur. Setelah itu dikocok
dengan pengocok orbital selama 1 jam dan dilakukan penyaringan dengan kertas saring.
Setelah disaring, kemudian dilakukan titrasi asam basa setiap larutan disaring sebanyak
20 mL. Percobaan ini menggunakan titrasi asam basa karena untuk melihat perubahan
warna yang terjadi dan pada pH berapakah hasil yang sudah di filtrat.
Menurut Surdjadi, suatu indikator merupakan asam atau basa lemah yang
berubah warna diantara bentuk indikator adalah 1 unit pH disekitar nilai pKa nya.
Sebagai contoh indikator fenoftalein (PP), mempunyai pKa 9,4 (perubahan warna
antara pH 8,4 – 10,4). Struktur fenoftalein akan mengalami penataan ulang pada
kisaran pH ini karena proton dipindahkan dari struktur fenol dari PP sehingga pH nya
meningkat akibatnya akan terjadi perubahan warna (Surdjadi, 2007). Alasan
penggunaan indikator adalah pada saat dilakukan proses penitrasian pH yang ada
menunjukan warna larutan seperti pada trayek pH. Alasan digunakan etanol adalah
karena jika untuk menetralisi larutan (Utiya, 2004).

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 17 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M

Kemudian pada percobaan pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat


dilakukan cara buat 100 mL larutan dapar fosfat dengan pH (4, 5, 6, 7, 8, 9), di ambil
25 mL dari tiap larutan dan ditambah 0,5 gram asam salisilat. Dilakukan filtrat 20 mL
dan titrasi asam basa sesuai dengan prinsip nya yaitu netralisasi menggunakan
NaOH0,1 N. Seharusnya hasil yang di dapat yaitu sesuai prinsipnya bahwa semakin
tinggi pH maka konsentrasinya semakin rendah. Namun terjadi ketidak sesuaian yang
terdapat di literatur dan hasil praktikum ini. Salah satunya pada pH 8 terjadi penurunan
konsentrasi drastis dan pada pH 9 konsentrasi naik kembali.

No Tabung pH NaOH Konsentrasi


1 5 14,2 7,1 x 10-2 N
2 6 14 7 x 10-2 N
3 7 13,1 6,55 x 10-2 N
4 8 9,8 4,9 x 102 N
5 9 12,9 6,45 x 10-2 N

Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor menurut (Utiya, 2004) yaitu untuk
menghitung kadar seharusnya dilihat faktor koreksinya berdasarkan berat sampel,
adanya partikel lain yang menempel pada alat-alat praktikum dan kecepatan mengocok
larutan yang partikel zat nya belum terurai menjadi homogen.

VII KESIMPULAN

7.1 Faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat aktif adalah pH, suhu, jenis pelarut

& konstanta dielektrik, dan bentuk partikel, serta adanya zat lain.

7.2 Semakin tinggi pH suatu zat, maka semakin cepat pula kelarutan suatu zat.

7.3 Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan meningkat jika proses kelarutannya

endotermik.

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 18 dari 19
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1441H/20
19M

7.4 Semakin tinggi konstanta dielektrik suatu zat, maka semakin tinggi pula kelarutan

suatu zat dan kenaikan konstanta dielektrik dipengaruhi oleh penambahan pelarut

lain.

7.5 Semakin lama pengocokan yang dilakukan, maka kelarutan suatu akan zat

semakin besar.

7.6 Semakin besar konsentrasi surfaktan yang ditambahkan, maka semakin tinggi pula

kelarutan suatu zat.

VIII DAFTAR PUSTAKA

Ansel, C Howard. (1990). Kalkulasi Farmasetik. Penerbit Buku EGC: Jakarta.


Azizah , Utiya. 2004, Larutan Asam dan Basa, Kemendikbud : Jakarta.
Estien, Y. (2005). “Kimia Fisika Untuk Paramedis”. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Goldberg, David. 2007, Kimia Untuk Pemula 3. Jakarta: Penerbit.
Erlangga.
Martin, Alfred. 1990. Farmasi Fisika Edisi I. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Martin, Sinko J. Patrick. (2011). Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika Edisi 5. Penerbit
Buku Kedokteran ECG.
Marzuki S, dkk. H.M. (2010). Pendidikan Nonformal Dimensi dalam Keaksaraan
Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi. Penerbit Rosda: Bandung.
Sudjadi. 2007, Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Sumardjo, D. (2009). Pengatur Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran
dan Program Strata 1. Fakultas Bioksata. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba
Halaman 19 dari 19

Anda mungkin juga menyukai