Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS FARMASI

MODUL II
TITRASI BEBAS AIR

Waktu Pelaksanaan Praktikum :


Rabu, 29 September 2021

Anggota Kelompok :
Mutiara Tsania 120260011
Shelvia Rahma 120260050
Adean Naufal Ramdhani 120260068
Vela Febriana 120260089
Tarisa Wulandari 120260121

PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN SAINS


INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2020/2021
I. Tujuan
1. Menentukan normalitas larutan HCIO4 dan Na-metoksida yang digunakan
2. Mengetahui kadar CTM menggunakan titrasi bebas air
3. Mengetahui kadar Allopurinol menggunakan titrasi bebas air
II. Metode
Sebelum dilakukannya titrasi bebas air, praktikan atau laboran harus
menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Reagen yang dibutuhkan dalam
titrasi bebas air ini meliputi HClO4, Na-metoksida. Pembuatan reagen HClO4 0,1
N dilakukan dengan disiapkannya asam perklorat 8,5 mL yang dimasukkan
kedalam 100 mL asam glasial P pada labu ukur. Kemudian ditambahkan 21 mL
anhidrida asetat P. Setelah semuanya tercampur larutan didinginkan dan
ditambahkan asam asetat glasial P hingga 100 mL. Setelah itu larutan didiamkan
selama 24 jam. Selain HClO4 0,1 N sebagai reagen, Na-metoksida juga
merupakan reagen yang dibuat dengan disiapkannya metanol sebanyak 150 mL
didinginkan dalam labu ukur. Selanjutnya ditambahkan sedikit demi sedikit
kurang lebih 2,5 g natrium dan ditambahkan toluen.
Selain pembuatan reagen terdapat pula indikator seperti Kristal Violet LP dan
larutan biru timol P. Kristal Violet merupakan salah satu pewarna yang digunakan
dalam industri tekstil. Kristal violet juga diklasifikasikan sebagai molekul yang
sulit dimetabolisme oleh mikroorganisme sehingga dapat bertahan dalam berbagai
lingkungan. Dilarutkan 100 mg Kristal Violet P dalam 100 mL asam asetat glasial
selanjutnya digunakan sebagai 0,5% b/v larutan asam dalam asetat glasial. Setelah
itu ditambahkan 2 tetes Kristal Violet dan dititrasi dengan larutan asam perklorat
sampai warna ungu berubah menjadi hijau kebiruan. Selain indikator Kristal
Violet, terdapat indikator lain yaitu larutan biru timol P. Ditambahkan larutan 3
mg per ml biru timol P dalam methanol P sebagai indikator. Digunakan secara
luas sebagai indikator untuk titrasi zat bertindak sebagai asam dalam larutan
dimetil formamida. Titrasi dengan natrium metoksida toluena 0,1 N LV hingga
berwarna biru. Sebuah solusi b/v 0,2 % dalam methanol memberikan perubahan
warna yang tajam dari kuning ke biru pada titik akhir. Hati-hati terhadap
penyerapan karbon dioksida dari udara. Lakukan penetapan blangko dan koreksi
jika perlu.
Selanjutnya prosedur yang harus dilakukan adalan pembakuan HClO4 atau
asam perklorat. Pembakuan larutan HClO4 dilakukan dengan sebanyak 8,5 mg l
asam perklorat P dimasukkan kedalam 500 ml asam asetat glasial P. Ditambahkan
asam asetat glasial hingga 1000 mL dan dibiarkan selama 24 jam. Setelah itu
sekitar 200 mg kalium biftalat P yang sebelumnya sudah dihaluskan dengan hati-
hati dan dikeringkan pada suhu 120° selama 2 jam ditimbang secara seksama.
Kemudian tahapan berikutnya adalah 50 mL asam asetat glasial P dilarutkan
dalam labu 250 mL dan ditambahkan sebanyak 2 tetes indikator kristal violet LP.
Setelah itu Kristal Violet LP di titrasi dengan larutan asam perklorat sampai warna
ungu berubah menjadi hijau biru dan dilakukan penetapan blanko. Larutan blanko
adalah larutan yang tidak berisi analit yang biasanya digunakan untuk tujuan
kalibrasi sebagai larutan pembanding dalam analisis fotometri. Selanjutnya
Normalitas larutan dihitung dengan tiap mL asam perklorat 0,1 N setara dengan
20,422 mg kalium biftalat dengan menggunakan rumus gram kalium biftalat
dibagi 0,20422 gram yang dikalikan dengan mL HClO4 yang terkoreksi.
Selain pembakuan reagen larutan HClO4 , terdapat pula pembakuan reagen
Na-metoksida melalui Na-metoksida didinginkan dalam air es. Sebanyak 150 mL
metanol P dalam labu terukur dan ditambahkan sedikit demi sedikit lebih kurang
2,5 g natrium P segar. Jika telah larut, tambahkan toluen P hingga 1000 mL,
campur. Sebaiknya simpan larutan dalam botol yang dihubungkan ke buret
pengalir otomatik, terlindung dari karbon dioksida dan kelembapan. Kemudian
asam benzoat sebanyak 120 mg ditimbang secara seksama kemudian dilarutkan
dalam 80 mL dimetilformamida P dalam labu Erlenmeyer. Dititrasi dengan
larutan natrium metoksida sampai titik akhir berwarna biru. Tiap mL natrium
metoksida 0,1 N setara dengan 12,21 mg asam benzoat  DMF memiliki berat
molekul 73,10 g/mol dengan berat jenis 0,95 dan mudah larut di dalam air serta
sangat stabil
Penetapan kadar CTM dilakukan dengan zat sampel ditimbang secara seksama
sekitar 500 mg. Setelah itu sampel dilarutkan dalam 25 mL asam asetat glasial.
Aliquot disiapkan sebanyak 10 mL. Kemudian ditambahkan 2 sampai 3 tetes
kristal violet LP dan dititrasi dengan HClO4 atau asam perklorat 0,1 N setelah itu
dilakukan penetapan blanko dan dititrasi duplo dengan tiap mL asam perklorat 0,1
N setara dengan 19,54 mg C16H19CIN2 .C4H4O4 Wadah dan penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.  Berdasarkan FI edisi V, kadar
CTM dapat ditentukan secara kromatografi gas menggunakan helium kering
sebagai gas pembawa. TM memiliki gugus kromofor berupa cincin pirimidin,
cincin benzen, dan ikatan –C=C- yang mengandung elektron pi (π) terkonjugasi
yang dapat mengasorbsi sinar pada panjang gelombang tertentu didaerah UV,
sehingga dapat memberikan nilai serapan.
Dalam titrasi bebas air juga terdapat penetapan kadar allopurinol. Dengan
disimpan dan dimasukkan larutan kesesuaian sistem, Larutan baku, Larutan uji
pada suhu 8°, menggunakan autosampler berpendingin kemudian dilakukan
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi setelah itu dilarutkan
sampel dalam 25 mL DMF. Ditambahkan 3 tetes biru timol dan dititrasi dengan
natrium metoksida 0,1 N kemudian dilakukan penetapan blanko dan dititrasi
duplo 1 mL Na-metoksida 0.1 N setara dengan 13,61 mg allupurino1 mL Na-
metoksida 0.1 N setara dengan 13,61 mg allopurinol. Alopurinol memiliki nama
kimia 1HPirazol [3,4-d] pirimidin–4–ol. Alopurinol mengandung tidak kurang
dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 % C5H4N4O, dihitung terhadap zat yang
telah dikeringkan.
III. Data dan Pengolahan Data
Pembakuan HClO4 0,1 N
Pembakuan Pembakuan HClO4 0, 1 N
Peniter HClO4
Baku K biftalat Bobot baku 200 mg
primer primer
Indikator Kristal violet LP
Volume 9,95 mL 9,85 mL V. rata-rata =
Peniter 9,9 mL
Volume 0,05 mL
blanko
Perhitungan HClO4+ KC8H4O4ClO3 → KC8H4O4ClO3 + H2O

g KHC 8 H 4 O 4
N=
0,20422× mL HCLO 4
0,2 g
N=
0,20422× 9,9 mL
N = 0,098 N

Kesimpulan Konsentrasi Peniter


HClO4 0,098 N

Pembakuan Na-metoksida 0,1 N


Pembakuan Pembakuan Na-metoksida
Peniter Na-metoksida
Baku Asam benzoat Bobot baku primer 120 mg
primer
Indikator Biru timol P
Volume 9,85 mL 10,05 mL V. rata-rata =
Peniter 9,95 mL
Perhitungan C7H6O2 + CH3ONa → C7H5NaO2 + H2O + CH3
g asambenzoat
N¿
0,12112 g /mol ×mL CH 3 ONa
0,12 g
N¿
0,12112 g / mol ×9,95 mL
N¿ 0,098 N

Kesimpulan Konsentrasi Peniter NaOH 0,098 N

Penetapan Kadar CTM


Sampel Klorfenamin 
Peniter HClO4 0,1 N
Indikator Crystal violet
Volume 1,9 mL 1,95 mL V. rata-rata =
Peniter 1,925 mL
Volume 0,1 mL
Blanko
Perhitungan HClO4 + C16H19ClN2, C4H4O4 → C16H19ClN2, HClO4 + C4H4O4
VHClO4 yang bereaksi dengan sampel = VHClO4 – Vblanko
VHClO4 yang bereaksi dengan sampel = 1,925 mL – 0,1 mL = 1,825 mL
0,099 N
mklorfenamin = ×19,54 mg=19,344 mg
0,1 N

1,825ml
massa sampel = x 19,34 mg = 35,303 mg
1ml

Jumlah sampel = mklorfenamin  × FP


V disediakan
Jumlah sampel = mklorfenamin  ×
V aliquot
25 mL
Jumlah sampel = 35,303 mg ×
10 mL
Jumlah sampel = 88,26 mg

Kadar
jumlah sampel
%Kadar = ×100%
bobot sebenarnya
88,26 mg
%Kadar = ×100%
100 mg
%Kadar = 88,26%
Galat
¿
%Galat = ¿ massa hasil percobaan−massa teoritis∨ massa teoritis ¿ × 100%

¿
%Galat = ¿ 88,26 mg−100 mg∨ 100 mg ¿ × 100% = 11,73%

Jumlah 88,26 mg Bobot sebenarnya 100 mg


sampel
Kadar 88,26% Galat 11,73%

Penetapan Kadar Allopurinol


Sampel Allopurinol
Peniter Na-metoksida 0,1 N
Indikator Biru timol
Volume 8,5 mL 8,55 mL V. rata-rata =
Peniter 8,525 mL
Volume 0,05
Blanko
Perhitungan Reaksi : CH3NaO + C5H4N4O CH4NaO +¿+¿¿ C5H3N4O−¿ ¿
VCH3ONa yang bereaksi dengan sampel = VCH3NaO – Vblanko
VCH3ONa yang bereaksi dengan sampel = 8,525 mL – 0,05 mL = 8,475 mL
N ek CH3ONa = n ek C5H4N4O
mC 5 H 4 N 4 O
NCH3ONa × VC5H4N4O ¿
BM
mC 5 H 4 N 4 O
0,098 N × 8,475 mL = g
136
mol
mallopurinol = 112,95 mg

Jumlah sampel = mallopurinol × FP


V disediakan
Jumlah sampel = mallopurinol ×
V aliquot
25 mL
Jumlah sampel = 112,95 mg ×
10 mL
Jumlah sampel = 282,375 mg
Kadar
jumlah sampel
%Kadar = ×100%
bobot sebenarnya
282,375 mg
%Kadar = ×100%
300 mg
%Kadar = 94 %
Galat
|massa hasil percobaan−massateoritis|
%Galat = × 100%
massateoritis
¿
%Galat = ¿ 282,375 mg−300 mg∨ 300 ¿ × 100% = 5,875%

Jumlah 282,375 mg Bobot sebenarnya 300 mg


sampel
Kadar 94 % Galat 5,875%

IV. Pembahasan
Pada praktikum modul “Titrasi Bebas Air” dengan tujuan untuk menentukan
normalitas asam perklorat HClO4 , untuk mengetahui kadar CTM, serta
mengetahui kadar Allopurinol. Titrasi bebas air merupakan proses titrasi yang
tidak menggunakan air sebagai pelarut, melainkan menggunakan pelarut organik
yang dilakukan pada senyawa yang sukar larut dalam air seperti zat-zat yang
bersifat asam lemah dan basa lemah sama seperti asam organik atau alkaloida.
Dengan menggunakan metode titrasi ini terdapat dua keuntungan yakni metode ini
cocok untuk titrasi asam atau basa yang sangat lemah dank arena pelarut yang
digunakan adalah pelarut organik maka mampu melarutkan analit-analit
organik[ CITATION Ira18 \l 1033 ]. Berdasarkan pengertian di atas dapat kita
simpulkan bahwa semua proses kerja titrasi harus terbebas dari air baik dari alat,
bahan, maupun lingkungan kerja. Apabila pereaksi masih mengandung air atau
tercemar dengan air maka mengakibatkan peningkatan kebebasan senyawa dan
saat menentukan kadar senyawa tidak dapat berjalan dengan baik.
Pada proses titrasi bebas air, penentuan normalitas asam perklorat HClO4
dilakukan dengan menitrasi K biftalat yang sudah dilarutkan dalam asetat glasial
pekat dan ditambahkan indikator Kristal violet LP dengan asam perklorat dan
didapatkan normalitasnya yaitu 0,098 N, hasil oembakuan ini sudah mendekati 0,1
N sehingga dapat digunakan sebagai larutan standar baku. Namun sebelum itu
asam perklorat dilarutkan terlebih dahulu dengan asetat anhidrat pekat. Asetat
anhidrat disini bertindak sebagai penyerap air pada sampel dan juga air yang
mungkin terbentuk dari hasil reaksi [ CITATION Rho19 \l 1033 ] . Kalium biftalat
digunakan sebagai larutan baku primer hal ini dikarenakan sangat bagus untuk
basa dengan tingkat kemurnian 99,95%, stabil dalam pemanasan, dan tidak
hidroskopik. Selain itu kalium biftalat adalah garam asam dari asam bivalen.
Sehingga pada reaksi pembakuan, kailium biftalat berfungsi sebagai asam
monovalen. Sedangkan asetat glasial sebagai pelarut kalium biftalat [ CITATION
Ano16 \l 1033 ]. Penggunaan indikator Kristal violet karena memiliki warna violet
dalam keadaan basa dan warna dengan variasi biru hingga kuning pada keadaan
asam tergantung basa yang dititrasi.
Selanjutnya dilakukan pembakuan Natrium metoksida yang nantinya akan
digunakan untuk menentukan kadar Allopurinol. Pembakuan ini dilakukan dengan
menitrasi dimetilformamida P yang sudah ditambahkan indikator biru timol
dengan natrium metoksida. Natrium metoksida merupakan senyawa yang mudah
beraksi dengan CO2 dari udara sehingga perlu dilakukan titrasi balngko atau
dialirkan gas nitrogen. Kesalahan yang disebabkan oleh dimetilformamida sudah
bersifat basa terhadap natrium metoksida, jika tidak dilakukan blangko maka
volumenya akan besar dan normalitasnya kecil [ CITATION Har14 \l 1033 ]. Titrasi
dilakukan sampai terjadi perubahan warna menjadi biru. Indikator timol biru
merupakan indikator basa. Perlu diperhatikan selama titrasi bebas air indikator
yang digunakan berupa senyawa organic yang bersifat asam atau basa lemah,
dimana warna molekulnya berbeda dengan warna bentuk ionnya. Perubahan
warna indikator dalam pelarut organik berbeda dengan perubahannya dalam
pelarut air. Hal ini disebabkan karena pelarut organik mempunyai tetapan
dielektrik yang lebih kecil daripada air.
Pada percobaan keempat melakukan praktikum penetapan kadar CTM
(klorfeniramin maleat). Klorfeniramin maleat atau yang sering disebut CTM
memiliki rumus kima yaitu C16H19C1N2.C4H4O4. CTM merupakan obat basa
lemah yang terdapat antihistamin serta indeks terapetik cukup besar dengan efek
samping dan toksisitas yang relatif rendah. Penetapan kadar CTM menggunakan
perlarut asam asetat glasial sebagai pelarut organic yang dapat menyetingkatkan
kebasaan CTM. Asam peklorat merupakan asam yang paling kuat dibandingkan
asam lainnya yang digunakan untuk titrasi basa lemah didalam medium bebas air.
Percobaan ini dilakukan dengan cara melarutkan sampel yang sudah ditimbang
kedalam 25ml asam asetat glasial, kemudian dilakukan penetapan balngko dengan
aliquot 10ml dan ditambahkan 2-3 tetes indicator kristal violet LP. Selanjutnya
titrasi sampel dengan piniter asam plekorat yang sudah dibakukan. Proses titrasi
dilakukan dengan diteteskan secara perlahan melalui kran buret dan elemeyer
digoyangkan hingga mengalami perubahan warna. Titik akhir titrasi dihentikan
setelah mengalami perubahan warna. Warna yang dihasilkan berdasarkan video
praktikum yaitu dari berwarna violet menjadi seperti biru toska. Dari hasil
perhitungan worksheet didapatkan volume rata-rata peniter= 1,925 ml, jumlah
sampel 173,377mg dengan kadar 174% dan galat 74,377%. Galat yang didapatkan
pada percobaan penetapan kadar CTM pada praktikum ini cukup tinggi. Hal ini
dapat disebabkan karena kurang telitinya saat melakukan percobaan atau
pehitungan dan dapat juga dikarenakan terdapat sedikit air saat titrasi bebas air.
Percobaan selanjutnya yaitu penetapan kadar allopurinol. Allopurinol
merupakan obat yang bersifat basa lemah yang akan dilarutkan didalam Na-
metoksida 0,1N. Allopurinol juga salah satu obat yang biasanya digunakan untuk
menurunkan kadar asam urat didalam tubuh. Peniter yang digunakan pada
penetapan kadar allopurinol adalah Na-metoksida. Penetapan kadar allopurinol
dilakukan dengan cara sampel dilarutkan kedalam 25ml DMF. Kemudian aliquot
10ml dan ditambahkan 2 tetes indicator biru timol. Indicator biru timol rentang
perubahan warna berada 1,2-1,8 dengan suasana asam berwarna merah sedangkan
suasan basa berwarna kuning. Lalu titrasi dengan Na-metoksida 0,1N dan lakukan
penetapan blanko serta titrasi duplo. Dilaukan titrasi duplo ini bertujuan agar
mendapatkan data yang lebih spesifik. Dari hasil perhitungan didapatkan volume
rata-rata piniter= 8525ml, jumlah sampel 282,375mg. sedangkan kadar yang
didapatkan adalah 94% dan galat 5,875%. Menurut farmakope Indonesia edisi
keVI, alopurinol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih 102,0%.
Dapat dilihat bawah kadar yang didapatkan dari hasil perhitungan tidak memenuhi
syarat dari farmakope Indonesia. Hal ini dapat disebabkan ketidaktelitian dalam
melakukan percobaan dan perhitungan serta dapat juga disebabkan karena
terdapat alat yang masih ada air sehingga hasil kurang akurat.

V. Kesimpulan

VI. Daftar Pustaka


1. Anonim. (2016). Penentuan Kadar Kafein dengan TBA. Retrieved Oktober 2, 2021,
from https://id.scribd.com/pdf/112415967/Penentuan Kadar Kafein dengan TBA.html

2. Hardi, K. (2014). Raangkuman Kimia Analisa Titrasi Bebas Air. Farmasi Industri, 5-
10.

3. Irawati, D., Styawan, A. A., & Nurhaini, R. (2018). Penetapan Kadar Kafein Pada
Teh Oolong (Camellia Sinensis) dengan Metode Titrasi Bebas Air. The 7th
Univerversity Research Colloqium, 464-468.

4. Rhomadhoni, A. N., & Arrosyid, M. (2019). Penetapan Kadar Kafein Pada Teh
Oolong (Caamellia Sinensis) Menggunakan Ekstraksi Refluk dengan Metode Titrasi
Bebas Air. CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, 48-56.

Anda mungkin juga menyukai