Anda di halaman 1dari 6

PERCOBAAN II

ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF OBAT ANTIBIOTIK


TETRASIKLIN HCL

I. TujuanPercobaan
- Menentukan analisis kualitatif obat anibiotik tetrasiklin HCL
- Menentukan analisis kuantitatif obat anibiotik tetrasiklin HCL

II. DasarTeori

Antibiotik ditemukan pertama kali oleh Alexander Fleming yaitu penicillin-G. Kata
antibiotik berasal dari bahasa Yunani yaitu anti (melawan) dan biotikos (cocok untuk
kehidupan). Dapat disimpulkan antibiotik merupakan semua senyawa kimia yang
diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme
lain. Salah satu antibiotik yang mempunyai berspektrum luas yaitu tetrasiklin, antibiotik
ini bekerja dengan menekan reproduksi banyak bakteri gram positif dan gram negatif,
seperti klamidia, mikroplasma, riketsia dan parasit protozoa.
Tetrasiklin berwarna kuning dan bersifat amfoter, dalam bentuk garamnya, seperti
tetrasiklin HCl mudah larut dalam air, larut dalam larutan alkali hidroksida dan dalam
larutan karbonat, larut dalam metanol, etanol, praktis tidak larut dalam kloroform dan
dalam eter. Bersifat stabil di udara tetapi pada pemaparan terhadap cahaya matahari yang
kuat dalam udara lembab menjadi gelap. Tetrasiklin merupakan kelompok antibiotika yang
dihasilkan oleh jamur Streptomyces aureofaciens atau S. rimosus. Tetrasiklin merupakan
antibiotika berspektrum luas yang aktif terhadap bakteri gram-positif maupun gram-negatif
yang bekerja merintangi sintesa protein (Tan dan Rahardja, 2008).
Tetrasiklin HCl memiliki rumus molekul C22H24N2O8.HCl dengan berat molekul
480,90 dan nama kimia 4-(Dimetilamino)-1,4,4a,5,5a,6,11,12a-oktahidro -3,6,10,12,12a–
pentahidroksi–6-metil-1,11-diokso - 2 - naftasenakarboksamida monohidroklorida.
Pemeriannya berupa serbuk hablur, kuning; tidak berbau; agak higroskopis, mudah larut
dalam air, larut dalam larutan alkali hidroksida dan dalam larutan karbonat; larut dalam
methanol, etanol; praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter; bersifat stabil di
udara tetapi pada pemaparan terhadap cahaya matahari yang kuat dalam udara lembab
menjadi gelap. Dalam larutan dengan pH lebih kecil 2, potensi berkurang dan cepat rusak
dalam larutan alkali hidroksida serta memiliki suhu lebur 2140 . Rumus struktur dari
Tetrasiklin HCL dapat dilihat pada Gambar dibawah
Spektrofotometri UV-VIS (ultraviolet) adalah suatu teknik pengukuran serapan
radiasi elektromagnetik yang diserap oleh zat pada daerah ultraviolet (panjang gelombang
190 nm - 380 nm) (Ditjen POM, 1979). Radiasi ultraviolet diabsorpsi oleh molekul
organik aromatik, molekul yang mengandung elektron-π terkonjugasi dan/ atau atom yang
mengadung elektron-n, menyebabkan transisi elektron di orbit terluarnya dari tingkat
energi elektron dasar ke tingkat energi elektron tereksitasi lebih tinggi (Satiadarma, 2004).
Gugus atau atom dalam molekul organik yang mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar
tampak disebut kromofor (misalnya C=C, C=O, dan NO2). Sedangkan auksokrom
(misalnya –OH, –NH2 dan –OCH3) merupakan gugus fungsional yang mempunyai
elektron bebas sehingga mampu memberikan transisi n→π*. Terikatnya gugus ini pada
gugus kromofor akan mengakibatkan pergeseran pita absorpsi menuju ke panjang
gelombang yang lebih besar (pergeseran merah atau pergeseran batokromik) disertai
dengan peningkatan intensitas (efek hiperkromik) (Gandjar dan Rohman, 2007). Untuk
mengukur banyaknya radiasi yang diserap oleh suatu molekul dapat dibuat suatu grafik
(spektrum absorpsi) yang menghubungkan banyaknya sinar yang diserap dengan frekuensi
(atau panjang gelombang) sinar. Transisi yang dibolehkan untuk suatu molekul dengan
struktur kimia yang berbeda adalah tidak sama sehingga spektrum absorpsinya juga
berbeda. Dengan demikian, spektrum absorpsi dapat digunakan sebagai bahan informasi
yang bermanfaat untuk analisis kualitatif. Banyaknya sinar yang diabsorpsi pada panjang
gelombang tertentu sebanding dengan banyaknya molekul yang menyerap radiasi. Dengan
demikian spektrum absorpsi juga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif (Gandjar dan
Rohman, 2007). Pada penentuan analit yang terdapat dalam suatu matriks diperlukan
pengukuran dari blanko matriks untuk meralat kesalahan yang disebabkan oleh matriks.
Bila komponen matriks untuk blanko tidak dapat diperoleh, maka dapat digunakan metode
adisi standar, yaitu dengan menambahkan standar ke dalam larutan sampel yang diukur
dengan konsentrasi yang meningkat secara teratur (Satiadarma, 2004).
Penggunaan utama spektroskopi ultraviolet-sinar tampak adalah dalam analisis
kuantitatif. Apabila terdapat senyawa yang mengabsorpsi radiasi, maka akan terjadi
pengurangan kekuatan radiasi yang mencapai detektor. Parameter kekuatan energi radiasi
khas yang diabsorpsi oleh molekul adalah absorbansi (A) yang nilainya sebanding dengan
banyaknya molekul yang mengabsorpsi radiasi dan merupakan dasar analisis kuantitatif.
Senyawa yang tidak mengabsorpsi radiasi ultraviolet-sinar tampak dapat juga ditentukan
dengan spektroskopi ultraviolet-sinar tampak, apabila ada reaksi kimia yang dapat
mengubahnya menjadi kromofor atau dapat disambungkan dengan suatu pereaksi
kromofor (Satiadarma, 2004).

III. Alat&Bahan
 Alat :  Bahan
- Gelas ukur - Reagen benedict
- Pipet volume - Formaldehid
- Timbangan - H2SO4p
- Labu ukur - Reagen Lieberman
- Gelas beaker - Marquis test
- Erlemeyer - Aquadest
- Tetrasiklin HCL

IV. Cara Kerja

1. Analisis kualitatif (Clarke’s 4th ed)

a. Sampel + reagen Benedict → Merah

b. Sampel + Formaldehid + H2SO4 p → Hijau Kuning-Kuning Coklat

c. Sampel + reagen Liebermann → Hitam

d. Sampel + Marquis test → Oranye

e. Sampel + H2SO4 p → Ungu


2. Analisis Kuantitatif (Analisis Farmasi, 2013)

Pembuatan Larutan Standar Tetrasiklin HCl

a. Dipipet sebanyak 4,1 mL HCl pekat, kemudian larutkan dengan akuadest dalam
labu 500 mL, untuk membuat larutan HCl 0,1 N.

b. Ditimbang tetrasiklinHCl sebanyak 25 mg, dilarutkan dengan HCl 0,1 N dan


diencerkan sampai tanda batas pada labu 250 mL. (larutan induk 100 ppm)

c. Buat deret konsentrasi tetrasiklinHCl 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm, 30 ppm,


dan 40 ppm dalam labu ukur 10 mL, dengan mengencerkan larutan induk 100 ppm
dengan HCl 0,1 N.
Penetapan Kadar Sampel

a. Tentukan terlebih dahulu panjang gelombang maksimum tetrasiklinHCl,


dengan mengukur absorbansi larutan tetrasiklinHCl 20 ppm dari panjang
gelombang 200-400 nm.

b. Selanjutnya diukur absorbansi ke enam larutan standar tetrasiklin HCl


dan larutan sampel (disediakan oleh laboran) pada panjang gelombang
maksimum.

c. Pengukuran sampel dilakukan sebanyak 3x pengulangan.

d. Buat plot grafik antara konsentrasi larutan standar dan absorbansi,


kemudian tentukan persamaan regresi linear dari grafik tersebut y= bx +
c.

e. Untuk menentukan konsentrasi larutan sampel, dapat dilakukan dengan


memasukan nilai absorbasi sebagai y ke persamaan regresi linear, dan
didapatkan nilai x sebagai konsentrasi sampel. Nanti akan diperoleh
konsentrasi rata-rata tetrasiklin dalam sampel dan dihitung standar
deviasinya

V. Daftar Pustaka

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI.

Gandjar, I. G. dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka


Pelajar, Yogyakarta.

Satiadarma, Muhammad, dkk. 2004. Asas Pengembangan Prosedur Analisis.


Airlangga University Press : Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai