Anda di halaman 1dari 3

BAHASA GAUL : WUJUD KREATIVITAS DI ERA MILENIAL?

“Mereka bertengkar ramai dalam bahasa yang bagiku sama asingnya dengan bahasa nasib

manusia “

“ pramoedya Ananta Toer”

Bahasa prokem atau Bahasa gaul adalah ragam bahasa Indonesia nonstandar yang

lazim digunakan di Jakarta pada tahun 1970-an yang kemudian digantikan oleh ragam yang

disebut sebagai bahasa gaul. Bahasa prokem ditandai oleh kata-kata bahasa Indonesia atau

kata dialek Betawi yang dipotong dua fonemnya yang paling akhir kemudian disisipi bentuk -

ok- di depan fonem terakhir yang tersisa. Misalnya, kata bapak dipotong menjadi bap,

kemudian disisipi -ok- menjadi bokap. Diperkirakan ragam ini berasal dari bahasa khusus

yang digunakan oleh para narapidana. Seperti bahasa gaul, sintaksis dan morfologi ragam ini

memanfaatkan sintaksis dan morfologi bahasa Indonesia dan dialek Betawi. (Wikipedia)

Saat ini bahasa gaul sering digunakan oleh para remaja atau kaum milenial untuk

menambah keakraban saat berkomunikasi dan menunjukan eksistensinya dalam pergaulan.

Mereka sering menggunakan bahasa tersebut baik secara lisan maupun tertulis. Seperti

bahasa yang mereka gunakan di media sosial ataupun saat chattingan dengan teman remaja

mereka, itu merupakan penggunaan bahasa gaul secara tidak langsung. Banyak para remaja

menggunakan bahasa gaul dengan update-an mereka di media sosial. Tetapi ada saja mereka

yang tidak mau disebut menggunakan bahasa gaul padahal tanpa mereka sadari, mereka

menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Banyak yang mengatakan penggunaan bahasa

indonesia yang diajarkan di sekolah atau lingkungan pendidikan terkesan kaku dan formal,

maka sebab itu para remaja mencoba keluar dari kekauan bahasa ini, yaitu dengan

menggunakan bahasa gaul. Karena bahasa gaul sangat mudah diterima dan dipahami oleh

para generasi muda.


Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi telah menjadi media utama

dalam proses penyebaran bahasa gaul. Jejaring sosial yang semakin berkembang saat ini

seperti whatsapp(WA), Facebook (FB), Instagram (IG), twitter dan lain-lain telah mengiringi

penyebaran dan perkembangan bahasa gaul. Padahal pada awalnya jejaring sosial digunakan

untuk menyampaikan informasi antar teman, dan menjadi ajang promosi. Bukan sebagai

media mencari eksistensi dengan menggunakan bahasa gaul tanpa mempedulikan efek yang

ditimbulkannya. Ini disebabkan karena mereka ingin terlihat keren, mereka akan sangat

bangga bila kata-kata mereka dapat simpati dari teman maya-nya, atau ditiru untuk mereka

jadikan status.

Keberadaan bahasa gaul tidak perlu diperangi karena sifatnya hanya sementara

(temporal). Jika remaja terus dikekang dalam menggunakan bahasa gaul yang menurut

mereka merupakan salah satu cara menunjukan eksistensinya, tidak mustahil akan berakibat

fatal, terlebih lagi pada masa tuanya. Sebagai kaum milenial kita tidak bisa menilai bahasa

gaul dengan sebelah mata. Tidak bisa dipungkiri selain sering terlihat memberikan kerugian

dan efek negatif seperti eksistensi bahasa indonesia dipinggirkan serta dianggap prilaku yang

tidak sopan, kita harus mengetahui pula dan banyak orang mengatakan bahwa bahasa gaul

juga memberikan manfaat dan efek positif yakni remaja menjadi kreatif dalam inovasi

bahasa, sebagai sarana penuangan kreativitas dalam penulisan-penulisan yang non formal

agar terlihat menarik dan unik serta sebagai bukti perkembangan jaman.

Jadi apakah bahasa gaul akan mempengaruhi eksistensi Bahasa Indonesia ?

pertanyaan yang sering dilontarkan di masyarakat. Bahasa Indonesia yang baik dan benar

adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku. Bahasa gaul secara langsung maupun

tidak telah mengubah masyarakat indonesia untuk tidak menggunakan Bahasa Indonesia

dengan baik dan benar. Sebaiknya bahasa gaul dipergunakan untuk situasi yang tidak formal

seperti ketika kita berbicara dengan teman sebaya. Atau dengan komunitas yang mengerti
sandi kata gaul tersebut. Kita boleh menggunakannya, akan tetapi jangan sampai

menghilangkan budaya berbahasa indonesia. Namun dengan demikian keberadaan Bahasa

Indonesia juga bisa teruji dengan hal-hal yang baru sehingga bisa lebih menguatkan bahasa

indonesia itu sendiri.

Kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negeri sendiri berdampak pada

tergilasnya atau lunturnya bahasa indonesia dalam pemakaian di masyarakat. Salah satu

kebijakan untuk melestarikan bahasa nasional adalah selain menetapkan Bahasa Indonesia

sebagai pelajaran wajib di tingkat sekolah, kita juga harus memakai Bahasa Indonesia pada

saat situasi-situasi formal khususnya saat berada di lingkungan sekolah dan acara-acara

resmi. Selain itu pemerintah bersama segenap lapisan masyarakat juga harus menjungjung

tinggi Bahasa Indonesia agar tetap menjadi bahasa yang dapat dibanggakan dan sejajar

dengan bahasa-bahasa di seluruh dunia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara

kita dan juga menjadi identitas bangsa. Untuk itulah, kita sebagai generasi muda, harus

cermat dalam memilih serta mengikuti trend yang ada. Jangan sampai merusak budaya

bahasa kita sendiri.

“KAMI PUTRA PUTRI INDONESIA MENGAKU BERBAHASA SATU, BAHASA

INDONESIA” melalui butir ketiga Sumpah Pemuda,kami bisa memaknai bahwa Bahasa

Indonesia dipergunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa. “CINTAILAH BAHASA

INDONESIA”

Anda mungkin juga menyukai