Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI

IDENTIFIKASI GOLONGAN FENOL

Oleh:
Eka Lubis (01174220017)

Intan Ajeng Oktafia (01175220011)

Ratu S. Ruhi (01174220021)

Yenjelhita Manihuruk (01174220025)

Yuniar Tiara Dewi (01175220006)

Pengampu:
Karnelasatri, M.Si.
Sri Wahyu Ningsih Munthe, S.Pd.
Fany Febriani, A.Md.

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM DIPLOMA TIGA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
JAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam alam semesta ini terdapat begitu banyak unsur-unsur dan senyawa-
senyawa kimia yang tidak dapat terhitung jumlahnya, ada unsur atau senyawa yang berupa
gas, cair, larutan dan padatan. Dimana unsur-unsur tersebut digolongkan berdasarkan sifat
dan struktur atom penyusunnya. Diantara senyawa-senyawa tersebut ialah senyawa
golongan fenol. Dalam bidang analisis farmasi, identifikasi bahan baku yang digunakan
sebagai bahan obat belum banyak dilakukan.

Senyawa obat yang diteliti dari praktikum ini yaitu senyawa golongan fenol. Fenol
dapat digunakan sebagai antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada antiseptic
dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai tricholophenol. Penentuan senyawa sampel
sangat penting. Hal ini dapat berfungsi sebagai control kualitas sediaan obat, apakah obat
tersebut mengandung zat aktif untuk produksi sediaan obat (Hart, 2003).

Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran mengenai [DJ1] idetifikasi golongan fenol
supaya kita dapat membedakan secara spesifik senyawa fenol, paracetamol, salisilamida
dan nipagin mulai dari perubahan warna yang terbentuk pada suatu reaksi melalui
percobaan uji oranoleptik, kelarutan, keasaman, golongan, dan uji penegasan.

1.2 Tujuan
Praktikum bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa golongan fenol. Serta
diharapkan mampu mengidentifikasi secara spesifik paracetamol, salisilamida, dan
nipagin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Gugus hidroksil yang terikat pada cincin benzena pada senyawa organik
merupakan Fenol ( C6H6OH ). Terdapat nama lain pada senyawa fenol yaitu asam
karbolik, fenat monohidroksibenzena, asam fenat, asam fenilat, fenil hidroksida,
oksibenzena, benzenol, monofenol, fenil hidrat, fenilat alcohol dan fenol alcohol (Nair
et al, 2008). Fenol memiliki rumus struktur sebagai berikut:

Gambar 2.1 Struktur Kimia Fenol

Senyawa organik yang memiliki gugus hidroksil (-OH) langsung melekat


pada karbon cincin benzena. Reaksi substitusi aromatik elektrofilik pada activator
kuat terletak pada gugus OH- nya karena ikatan karbon sp2 lebih kuat dari ikatan
oleh karbon sp3 maka ikatan C-O pada fenol tidak putus. Pembentukan suatu gugus
karbonil dikarenakan fenol tahan terhadap oksidasi yang mengakibatkan penstabilan
aromatic dikorbankan Fenol pada umumnya diberi nama berdasarkan senyawa
induknya (Schmidt, 1998).
Senyawa golongan fenol diketahui sangat berperan penting pada aktivitas
antioksidan. Semakin besar kandungan senyawa golongan fenolnya maka semakin
besar aktivitas antioksidannya. Antioksidan adalah senyawa yang memiliki fungsi
sebagai penyumbang elektron untuk melengkapi kekurangan elektron dari radikal
bebas (Shahwar et al, 2010).
Ciri-ciri fenol ialah memiliki ciri cincin aromatic dan terdapat satu atau dua
senyawa hidroksil. Senyawa fenol larut dalam air, karena senyawa fenol biasanya
berikatan dengan senyawa gula. Beberapa golongan senyawa bahan alam dicakup dari
senyawa fenol. Seperti contoh flavonoid, phenil propanoid, kuinin phenolic, lignin,
melanin dan tannin (Flach, 1996).
Memiliki sifat lebih basa dari asam karbonat fenol juga memiliki sifat lebih
asam dari pada alkohol. Fenol dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Ion
H+ lepas menjadi anion feroksida C6H5O yang dapat larut dalam air. Pengeluaran
ion ini menjadikan anion feroksida dapat dilarutkan dalam air. Kelarutan fenol
dalam air yaitu 8,3 g/100 ml. Dan fenol merupakan zat tidak berwarna yang
memiliki bau khas (Wage, 1995).
Identifikasi obat secara sederhana (konvensional) didasarkan pada sifat-sifat
bahan baik sifat fisik maupun sifat kimianya. Metode identifikasi obat secara
konvensional dapat dilakukan melalui beberapa tahap yaitu 1) Uji Pendahuluan: rasa,
kelarutan, keasaman, dan uji unsur; 2) uji golongan; dan 3) uji penegasan. Pemeriksaan
golongan senyawa fenol dilakukan dengan menguji larutan zat dalam air/etanol dengan
2 tetes larutan besi (III) klorida 1%. Larutan zat uji akan membentuk warna merah
sampai ungu. Senyawa yang termasuk dalam golongan fenol antara lain parasetamol,
asam p-aminosalisilat, asam salisilat, salisilamida, dan lain-lain (Cartika, 2016).
Parasetamol (asetaminofen) merupakan turunan senyawa sintesis dari p-
aminofenol yang memiliki efek analgesik dan antipretik. Senyawa ini mempunyai nama
kimia N-asetil- p-aminofenol atau p-asetamidofenol, bobot molekul 151,16 dengan
rumus kimia C8H9NO2. Senyawa ini dapat disintesis dari senyawa asal fenol yang
dinitrasikan menggunakan asam sulfat dan natrium nitrat. Parasetamol dapat pula
terbentuk apabila senyawa 4-aminofenol direaksikan dengan senyawa asetat anhidrat.
(Itheng, 2010).
Gambar 2.2 Struktur Kimia Parasetamol (Asetaminofen)

Salisilamid mempunyai rumus molekul C7H7NO2. Salisilamid diketahui secara


kimia sebagai 2- hidroksibenzamida. Salisilamid merupakan senyawa hasil modifikasi
gugus karboksil dari asam salisilat. Salisilamid disintesis dengan aminolisis dari etil
atau metil salisilat. (Babhair et al, 1984).

Gambar 2.3 Struktur Kimia Salisilamid

Nipagin merupakan senyawa fenolik turunan asam parahidroksibenzoat yang disebut


paraben, yang berfungsi sebagai antimikroba. Nipagin merupakan nama dagang dari
beberapa ester dari asam 4- hidroksibenzoat.

Gambar 2.4 Struktur Kimia Nipagin


BAB III
METODE

3.1 Alat dan Bahan


Alat dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, plat tetes, pipet, penjepit tabung,
bunsen atau lampu spiritus, cawam porselin, dan gelas kimia.
Bahan dalam praktikum ini adalah parasetamol, salisilamida, nipagin besi (III)
klorida, besi (II) sulfat, timbal asetat, natrium nitroprussida, perak nitrat, kalium bikromat,
kertas lamus merah dan biru, amonia, asam klorida, asam sulfat, etanol.
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Uji Pendahuluan
3.2.1.1 Organoleptik

dilakukan pengamatan terhadap bentuk, warna, bau, dan rasa terhadap masing-masing
sampel yang akan diidentifikasi pada sampel parasetamol, nipagin, dan salisilamida

Pengamatan bentuk obat pada umumnya berupa serbuk hablur halus dan berwarna putih.
Pengamatan bau dilakukan dengan indera penciuman (tidak berbau atau berbau spesifik),
pengamatan rasa dilakukan dengan indera pengecapan (tidak berasa, agak pahit atau pahit)

3.2.1.2 Uji Kelarutan


disiapkan sebanyak 2 buah tabung reaksi

Zat uji F1 sebanyak 50 mg dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi

Aquades sebanyak 1 ml diukur dan dimasukkan ke dalam tabung pertama setelah itu
dikocok dan diamati kelarutannya. Jika tidak larut, dipanaskan di atas api langsung dan
diamati kelarutannya

Etanol sebanyak 1 ml diukur dan dimasukkan ke dalam tabung kedua setelah itu dikocok
dan amati kelarutannya
dengan cara yang sama dilakukan kembali pada zat uji F2 dan F3, gunakan 6 tabung reaksi
untuk mempermudah pekerjaan

3.2.1.3 Uji Keasaman


Dimasukkan sepotong kecil kertas lakmus merah dan biru ke dalam tabung reaksi yang
berisi larutan zat uji.

Perubahan warna kertas lakmus diamati.

Hasil perubahan warna masing-masing kertas lakmus dicatat pada tabel pengamatan

3.2.1.4 Uji Unsur

Dimasukan aquades sebanyak 15 ml kedalam gelas kimia berukuran 100 ml

Disiapkan tabung pijar (dapat menggunakan pipet pendek yang dibakar ujungnya dengan
bunsen yang menyala hingga tertutup)

± 50 mg zat uji dimasukan kedalam tabung pijar tersebut

Sepotong kecil logam natrium dimasukan kedalam tabung pijar, letakan pada bagian tengah
tabung pijar

dipanaskan tabung pijar secara langsung diatas api dengan kemiringan tabung pijar ± 30 0C,
hingga logam natrium lebur

ditegakkan tabung leburan logam natrium hingga bercampur dengan zat uji, kemudian
panaskan secara terus-menerus hingga pijar. Masukkan tabung pijar tersebut ke dalam gelas
kimia yang telah berisi air, pecahkan tabung pijarnya menggunakan batang pengaduk

Catatan: logam Na dapat digantikan dengan campuran serbuk logam Mg dan Na2CO3 (1:2)
(Pereaksi Castellana). Proses destruksi dilakukan dengan cara campur sama banyak zat uji
dan Pereaksi Castellana dalam tabung pijar. Pijarkan di atas nyala bunsen ± 5 menit.
Kemudian masukkan tabung pijar tersebut ke dalam gelas kimia yang telah berisi aquades,
pecahkan tabung.

dipanaskan di atas api langsung hingga mendidih, dan biarkan larutan mendidih selama 5
menit. Kemudian saring

tabung reaksi disiapkan sebanyak 3 buah , kemudian g 1 ml filtrat dimasukkan kedalam


masing-masing tabung

(a) Tabung 1, tambahkan 5 tetes larutan FeSO4 segar + 1 tetes FeCl3 + 5 tetes HCl. Kalau
terbentuk endapan biru berarti ada ion sianida (CN- ) yang berarti sampel positif
mengandung unsur.

(b) Tabung 2, tambahkan 1-2 tetes larutan natrium nitroprussida, jika larutan berwarna
ungu berarti ada ion sulfida (S2-) yang berarti sampel positif mengandung unsur S.

Catatan: Uji unsur S dapat pula dilakukan dengan menggunakan pereaksi timbal asetat,
yaitu filtrat ditambah 2-3 tetes larutan timbal asetat. Jia terbentuk endapan hitam, berarti
ada ion sulfida (S2- ) yang berarti sampel positif mengandung unsur S.

(c) Tabung 3, diasamkan dengan 1 ml HNO3 2N, jika adanya ion sulfida menandakan (uji
nomor 2 positif), maka didihkan larutan sampai bebas sulfida dengan kertas timbal asetat,
larutan telah bebas sulfida jika uap sudah tidak membentuk warna hitam pada kertas timbal
asetat tersebut). Lalu tambahkan beberapa tetes larutan AgNO3, jika terjadi endapan maka
ada ion halida (endapan putih berarti ada ion klorida, endapan putih kekuningan berarti ada
ion bromida, dan endapan kuning berarti ada ion iodida)..

Catatan: kertas timbal asetat dibuat dengan mencelupkan sepotong kertas saring ke dalam
larutan timbal asetat.
Catatan: uji pengamatan uji unsur ditulis dengan pembentukan endapan biru/tidak (uji
unsur N), warna ungu/tidak (uji unsur S), dan mengendap/tidak (Uji unsur halogen).
3.2.2 Uji Golongan

Masing-masing larutan zat uji dimasukan kedalam tabung reaksi,kemudian larutkan


dengan air

Beberapa tetes larutan besi (III) klorida ditambahkan, amati perubahan yang terjadi

apabila tidak terjadi perubahan biasanya terjadi pada nipagin, dipanaskan

jika hasil uji berwarna unggu

3.2.3 Uji Penegasan


3.2.3.

zat uji ± 100 mg dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 2 ml asam klorida 2 N.
dan didihkan selama beberapa saat (± 3 menit), dinginkan. larutan kalium bikromat 0,1 N
ditambahkan sebanyak beberapa tetes, jika terbentunya warna ungu menunjukkan zat uji
positif parasetamol

zat uji ± 100 mg dimasukan ke dalam tabung reaksi, 2 ml larutan natrium hidroksida 2N
ditambahkan. secara perlahan-lahan panaskan di atas api langsung, terbentuk amoniak yang
dapat diuji dengan kertas lakmus merah yang telah dibasahi dengan air.

Pengujian dilakukan dengan menyentuhkan kertas lakmus merah pada uap yang keluar
dimulut tabung reaksi. Adanya amoniak akan mengubah lakmus merah jadi biru. Uji ini
menunjukkan zat uji positif salisilamida.

zat uji ± 100mg dimasukan ke dalam tabung reaksi, 2 ml etanol 95% ditambahkan,
didihkan di atas penangas air, beberapa tetes larutan raksa (II) nitrat ditambahkan, apabila
terbentuknya endapan dan cairan berwarna merah diatasnya menunjukkan nipagin
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil percobaan
4.1.1 Uji Pendahuluan Fenol Bagian 1
a. Uji Organoleptik
No Sampel Tekstur Warna Bau Rasa
1 Paracetamol Putih Tidak berbau Pahit
Serbuk
2 Salisilamida Serbuk kasar Hijau Tidak berbau Pahit
tosca menyengat
3 Nipagin Serbuk halus putih Tidak berbau Agak pedas
menyengat

b. Uji Kelarutan Fenol

Pemanasan
No Sampel Aquadest 1 ml Etanol 96% 1
Aquades Etanol
ml
1 Paracetamol Tidak larut, Larut dan Larut, kelarutan Larut
warna keruh warna meningkat saat
dan ada sedikit bening terjadi
endapan pemanasan

2 Salisilamida Larut hanya Larut, cairan Larut namun Larut


sebagian bening tidak sempurna
warna biru sehingga masih
muda ada sedikit saja
butiran serbuk
3 Nipagin Tidak larut, Larut, cairan Larut sebagian Larut
adanya endapan bening tidak dan warna
putih berwarna menjadi putih

c. Uji Keasaman ( Menggunakan Indikator Universal )

Nama zat uji Kertas lakmus merah Kertas lakmus biru Basa/asam
Parasetamol + aquades merah Biru netral
Nipagin + aquades merah Merah asam
Salisilamida + aquades merah Merah asam
Tabung ke-2
Parasetamol + etanol merah Merah asam
Nipagin + etanol merah Merah asam
salisilamida+ etanol Biru Biru basa
4.1.2 Uji Pendahuluan Fenol Bagian 2
a. Uji Unsur
No Sampel Perlakuan Hasil
1 Paracetamol + Pereaksi Dibakar diatas bunsen, Warna sampel menjadi
Castelana dan tabung di celupkan hitam, uap putih,
pada air
2 Salisilamida + Pereaksi Warna sampel menjadi
Castelana hitam, Uap coklat dan
tabung menjadi pecah
saat di celup ke air
3 Nipagin + Pereaksi Warna sampel menjadi
Castelana hitam, uap putih,
4 Hasil uji (Paracetamol + Dicampur aquadest 15 Filtrat warna hitam
Pereaksi Castelana) ml, dipanaskan di atas
bunsen hingga
5 Hasil uji (Salisilamida + mendidih, disaring Filtrat bening
Pereaksi Castelana)
6 Hasil uji (Nipagin + Filtrat bening
Pereaksi Castelana)

No Sampel Perlakuan Hasil


1 1 ml zat uji filtrat + 5 tetes Besi 2 Warna coklat agak
Paracetamol sulfat + 1 tetes bening
2 1 ml zat uji filtrat FeCl3 + 5 tetes Warna kuning pudar
Salisilamida HCl agak bening
3 1 ml zat uji filtrat nipagin Warna kuning pudar
agak keruh
4 1 ml zat uji filtrat + Natrium Warna hitam keabuan
Paracetamol nitroprosida
5 1 ml zat uji filtrat Warna bening
Salisilamida
6 1 ml zat uji filtrat nipagin Warna bening
7 1 ml zat uji filtrat + timbal asetat Warna coklat keruh,
Paracetamol endapan coklat
8 1 ml zat uji filtrat Warna putih keruh,
Salisilamida endapan putih
9 1 ml zat uji filtrat nipagin Warna Putih keruh,
endapan putih
10 1 ml zat uji filtrat + timbal asetat + Warna coklat bening,
Paracetamol 5 tetes perak
11 1 ml zat uji filtrat nitrat + 1 ml asam Warna putih bening,
Salisilamida nitrat 2 N agak keruh
12 1 ml zat uji filtrat nipagin Warna putih bening,
agak keruh
b. Uji Golongan

No Sampel Pereaksi Perlakuan Hasil


1 Paracetamol Warna putih bening dan
adanya endapan
2 Salisilamida Tanpa Warna ungu yang tidak
pengocokan merata, ada endapan
3 Nipagin Warna putih keruh
Paracetamol
4 Warna sedikit ungu keabuan
dan keruh
5 Salisilamida
Dengan Warna ungu gelap keabuan
+ 2 ml pengocokan dan keruh
6 Nipagin aquadest +
beberapa tetes Warna putih keruh
FeCl3
7 Paracetamol
Warna ungu kurang terlihat
lalu menghilang dan
menjadi bening
8 Salisilamida
Dikocok lalu Warna ungu tua sama
dipanaskan seperti perlakuan
sebelumnya
9 Nipagin
Warna ungu berubah
menjadi kuning orange

4.1.3 Uji Penegasan

No Sampel Pereaksi Perlakuan Hasil

1 Paracetamol + 2 ml HCl 2N + Dipanaskan diatas Larutan


Kalium dikromat bunsen berwarna ungu
kebiruan
2 Salisilamida + 2 ml NaOH Dipanaskan diatas Berbuih, uap
2N bunsen, dan di uji putih, kertas
dengan kertas lakmus menjadi
Lakmus biru
3 Nipagin + 2ml Etanol + Dipanaskan dengan Tidak ada
HgCl3 bunsen perubahan,
warna bening
4.2 Pembahasan

Uji organoleptik disebut juga dengan uji indera, dimana cara pengujian dilakukan
dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya
penerimaan terhadap sampel (Saleh, 2004). Tujuan spesifik dari uji organoleptik golongan
fenol yaitu mencakup terhadap penilaian rasa, penilaian bau, penilaian warna, penilaian
bentuk atau tekstur dari senyawa fenol tersebut. Pada percobaan ini dilakukan pengamatan
terhadap zat uji. Pengamatan berupa bentuk, warna, bau, dan rasa. Pada zat uji
parasetamol yang memiliki bentuk serbuk berwarna putih dengan rasa yang pahit, tidak
memiliki bau. Pada zat uji nipagin setelah dilakukan uji pengamatan organoleptik
memiliki bentuk serbuk putih yang sedikit halus, tidak memiliki bau, dan rasanya sangat
pedas. Hasil pengamatan pada zat uji organoleptik dari salisilamida memiliki bentuk
hablur dengan warna hijau toska, tidak menghasilkan bau atau aroma apapun dan memiliki
rasa pahit.
Pada percobaan uji kelarutan, zat uji direaksikan dengan menggunakan pelarut
aquades dan etanol, hal ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik kelarutannya baik pada
aquades ataupun pada etanol.
Dari hasil tabel diatas menunjukan hasil pengamatan yang berbeda-beda, dimana
zat uji parasetamol saat menggunakan pelarut etanol, memberikan hasil warna yang lebih
bening dibandingkan dengan aquades, dan saat proses pemanasan keduanya sama-sama
larut, selanjutnya pada zat uji nipagin saat dilarutkan menggunakan pelarut etanol warna
menjadi tampak lebih bening kekuningan, berbeda saat direaksikan dengan pelarut
aquades yang menghasilkan warna putih susu, keduanya juga sama-sama larut ketika
dipanaskan. Pada zat uji salisilamida ketika dilarutkan menggunakan pelarut aquades
memberikan hasil warna hijau toska, namun saat direaksikan dengan larutan etanol
memberikan hasil warna biru toska, keduanya juga sama-sama larut Ketika dipanaskan.
perbedaan hasil ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya bisa terjadi karena
tidak samanya bobot timbangan zat uji sehingga memperoleh hasil yang berbeda,
perbedaan pelarut, suhu pada saat proses pemanasan, dan teknik pengocokan. (Lachman,
1986) mengatakan proses uji kelarutan bergantung pada tiga faktor yaitu, pelarut yang
diguanakan, suhu, dan pengocokan (Pramudhita, W. Y. P. A., & Hendriani, R. 2016).
Pada uji keasaman ini bertujuan untuk mengukur tingkat keasaman atau kebasaan dari
suatu larutan. (Melati, R. R. 2019) mengatakan Suatu larutan dapat dikatakan asam
apabila mengubah lakmus biru menjadi merah atau pada kertas lakmus merah tetap
mempertahankan warna aslinya, Sedangkan suatu larutan dapat dikatakan basa apabila
mengubah lakmus merah menjadi biru atau mempertahankan warna lakmus biru.
Keasaman dan kebasaan larutan juga dinilai dalam skala pH 1-14 dimana senyawa dengan
sifat netral memiliki pH 7, senyawa asam memiliki pH dibawah 7, dan senyawa basa
memiliki pH di atas 7. (Wibowo, R. S. 2019) juga mendukung teori tersebut. Pada uji
keasaman ini masing-masing dimasukkan kertas lakmus merah/biru. Pada percoban ini zat
uji dapat dikatakan asam jika uji menggunakan 14 kertas lakmus menghasilkan perubahan
warna menjadi merah, kertas lakmus merupakan indicator alami yang berubah warna
tergantung pada tingkat keasaman larutan. ketika kertas lakmus biru (lakmus yang belum
berekasi) dicelupkan kedalam larutan asam kertas lakmus tersebut menjadi warna merah
perubahan warna ini disebabkan oleh rekasi antara kertas lakmus dengan ion hidrogen (
H+) yang dilepaskan oleh asam sehingga hasil dari uji keasaman ini menunjukan bahwa
semua larutan uji merupakan larutan yang asam.

Uji unsur pada praktikum ini dilihat dari hasil fitrat yang telah di peroleh. Hasil filtrat
akan dibuat kesimpulan sehingga dapat diketahui bahwa masing sampel termasuk unsur
golongan apa. Apabila zat mengandung unsur N maka hasil larutan berwarna biru serta
terbentuk endapan biru dimana zat uji ini positif mengandung unsur N (ion sianida).
Namun pada uji ini tidak dibuktikan dengan warna biru sehingga zat tidak mengandung
unsur ion sianida. Untuk mengetahui unsur S (ion sulfida) yang terkandung dalam zat
dapat dilihat pada hasil uji nya.
Dari hasil uji yang ada tidak menunjukan bahwa zat mengandung unsur S karena saat
bereaksi dengan nitroprussida tidak ditemukan warna keunguan dan pada saat bereaksi
dengan timbal asetat tidak adanya endapan berwarna hitam. Sehingga zat bukanlah termasuk
unsur S atau ion sulfida. Uji selanjutnya dengan penambahan asam nitrat dan perak nitrat,
tidak perlu dilakukan pemanasan dikarenakan pada uji unsur S negatif. Hasil yang didapat
terdapat endapan putih pada salisilamida dan nipagin sehingga hasil positif dan termasuk
kedalam unsur ion klorida (halogen).
Pada hasil uji golongan didapatkan bahwa apabila adanya warna keunguan
menunjukan zat positif fenol. Pada saat perlakuan tanpa pengocokan, salisilamida
mengandung warna keunguan namun tidak merata (positif fenol). Setelah dilakukan
pengocokan, zat yang positif fenol adalah salisilamida dan paracetamol. Karan warna ungu
yang dihasilkan tetap dan tidak berubah. Namun saat dilakukan pemanasan perlahan semua
warna ungu dalam zat hilang karena fenol akan menurun apabila terjadi pemanasan
(Jaharingi et all, 2011).
Uji penegasan dilakukan untuk meyakinkan hasil yang didapat sesuai dengan dugaan
yang diinginkan. Pada hasil uji penegasan paracetamol menunjukan adanya warna biru
keunguan dimana zat uji ini positif paracetamol. Pada salisilamida menunjukan adanya
perubahan warna pada kertas lakmus dari merah menjadi biru sehingga zat uji positif adanya
ammoniak atau positif salisilamida. Pada nipagin menunjukan hasil yang negatif atau tidak
sesuai dugaan karena hasil praktikum larutan tidak mengalami perubahan warna, hanya tetap
dan berwarna bening. Apabila positif harusnya warna yang terbentuk adalah merah dan ada
endapan.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum diatas, dapat disimpulkan bahwa tidak semua sampel yang
digunakan merupakan golongan fenol. Hal ini dapat disimpulkan berdasarkan pengujian yang
dilakukan. Metode pengujian yang dilakukan yaitu, uji organoleptik, uji kelarutan, uji
keasaman, uji unsur, uji golongan dan uji penegasan. Pada uji organoleptik didapatkan
tekstur, warna, bau, dan rasa sampel yang digunakan pada pengujian. Uji kelarutan dilakukan
untuk melihat kelarutan dari sampel yang digunakan, pada sampel yang digunakan kelarutan
setiap sampel tidak sama. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pelarut, teknik
pengocokan, dan suhu saat pemanasan. Hasil yang didapatkan pada uji keasaman dengan
pelarut aquades sampel paracetamol bersifat netral sedangkan lainnya asam. Pada pelarut
etanol salisilamida bersifat basa sedangkan sampel lainnya asam. Uji unsur dilakukan untuk
mengetahui unsur yang terdapat pada sampel, hasil yang didapatkan pada sampel tidak
terdapat unsur N dan S yang menunjukkan tidak adanya ion sianida dan ion sulfida. Namun
sampel termasuk kedalam unsur klorida. Pada uji golongan pengocokan dan pemanasan dapat
menjadi faktor perubahan warna, pada sampel salisilamida termasuk ke dalam golongan fenol
karena berwarna ungu, pada sampel lain tidak berwarna ungu. Pada uji penegasan hasil yang
didapatkan zat uji pertama positif paracetamol dan zat uji kedua positif salisilamida.
Sedangkan pada zat uji ketiga menunjukkan hasilnegatif karena tidak terjadi perubahan
warna sesuai yang dinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Babhair, S.A, Al-Badr, A-Adan Aboul-Eneim, H.Y., 1984. Salicylamide.


Analitical profiles of Drug Substances.Vol 13. Arab Saudi: American Pharmacetical
Association, pp. 521-551.
Cartika, Harpolia. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Kimia Farmasi. Jakarta:
Kemenkes RI.
Cemani, Itheng. (2010). ,Parasetamol dan Toksisitasnya, Bumi Persada,
Jakarta.
Flech, M dan F. Rumawas, eds. 1996. Plant Resourcer of South- East Asia
No 9: Plants Yielding Non-Seed Carbohydrates. Leyden, Blackhuys.

Hart, H., L.E.,Craine, ddan D.J., Hart, 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat
edisi kesebelas. Jakarta: Erlangga.
Nair, I. C. et al.2008. Biodegradation of phenol. African Journal Of
Biotechnology. Vol 7 (25), 4951-4958.

PRAMUDHITA, W. Y. P. A., & Hendriani, R. (2016). Teknik Peningkatan


Kelarutan Obat. Farmaka, 14(2), 288-297.
Schmidt, Lanny D. 1998. The Engineering of Chemical Reaction. New York:
Oxford University Press Inc.
Shahwar D. Shafiq-ur-Rehman., Ahmad N., Ullah S., and Raza M.A., 2010.
Antioxidant Activities of the Selected Plants from the Family Euphorbiaceae,
lauraceae, Malvaceae and Balsaminaceae, African Journal of Biotechnology, 9(7):
1086- 1096.

Wage, JR, L. G. 1995. Organic Chemistry Third Edition. New Jersey:


Prentice Hall Inc.

Anda mungkin juga menyukai