Anda di halaman 1dari 9

KERUKUNAN HIDUP UMAT BERAGAMA

 Pengertian : “Hidup dalam suasana damai, tidak bertengkar, walaupun berbeda agama.”
Merupakan program pemerintah meliputi semua agama, semua warga negara RI
Pemerintah tidak akan menghalangi penyebaran suatu agama, dengan syarat penyebaran
tersebut ditujukan bagi mereka yang belum beragama di Indonesia
QS Al-Baqarah : 256

“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas
(perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa ingkar kepada
tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali
yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar , Maha Mengetahui.”

 Tujuan Kerukunan Umat Beragama


Untuk memotivasi dan mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut
serta dalam pembangunan bangsa
 Prinsip dalam Kerukunan Antar Umat Bergama
1. Tidak mencampuradukan aqidah dengan bukan aqidah,
2. Pertumbuhan dan kesemarakan tidak menimbulkan pembenturan,
3. Yang dirukunkan adalah warga negara yang berbeda agama, bukan aqidah dan ajaran
agama,
4. Pemerintah bersikap preventif agar terbina stabilitas dan ketahanan nasional serta
terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa.
 Agama sebagai Sumber Nilai Pembangunan
1. Pembangunan untuk mencapai kebahagiaan hidup
2. Hakikat pembangunan adalah manusia seutuhnya (totalitas ; peradaban, kebudayaan,
agama),
3. Apabila pembangunan manusia tidak total akan terjadi penyimpangan
4. Pembangunan perlu nilai agama
5. Agama memberi motivasi dan tujuan pembangunan.
 Agama dan Ketahanan Nasional
Ketahanan Nasional berarti menyatukan kekuatan rakyat bersama aparat
pemerintah dan alat keagamaan pemerintah
Agama besar di dunia mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan
berbangsa dalam wujud tradisi dan adat istiadat serta corak kebudayaan Indonesia
Usaha bangsa Indonesia memerdekakan bangsa dan negara tidak terlepas dari
pengaruh dan motivasi agama
Ketahanan Nasional adalah dari, oleh dan untuk seluruh bangsa Indonesia yang
beragama, maka ketahanan nasional harus terangkat dengan dukungan umat beragama
 Perlunya Kerukunan Hidup Beragama
1. Manusia Indonesia satu bangsa, hidup dalam satu negara, satu ideologi. Hal ini
merupakan titik tolak pembangunan
2. Berbeda suku, adat, dan agama saling memperkokoh persatuan
3. Kerukunan menjamin stabilitas nasional, sebagai syarat mutlak pembangunan
4. Kerukunan dapat dimanfaatkan untuk kelancaran pembangunan
5. Ketidakrukunan menimbulkan bentrok dan perang agama, mengancam kelangsungan
hidup bangsa dan negara
6. Kebebasan beragama merupakan beban dan tanggung jawab untuk memelihara
ketentraman masyarakat
 Pedoman Pensyiaran Agama
1. Pupuk rasa hormat menghormati dan percaya mempercayai,
2. Hindarkan perbuatan menyinggung perasaan golongan lain,
3. Pensyiaran jangan kepada orang yang sudah beragama, dengan bujukan dan tekanan,
4. Jangan mempengaruhi orang yang telah menganut agama lain,
5. Pensyiaran jangan dengan pamflet, majalah, obat, buku, di daerah atau rumah orang
yang beragama lain.
 Pembangunan Tempat Ibadah
1. Pembangunan tempat ibadah perlu ijin Kepala Daerah,
2. Kepala Daerah mengizinkan pendirian sarana ibadah setelah mempertimbangkan
pendapat Kanwil Depag setempat, planologi, dan kondisi setempat,
3. Surat permohonan ditujukan kepada Gubernur, dilampiri keterngan tertulis dari lurah
setempat, jumlah umat yang akan menggunakan dan domisili, surat keterangan status
tanah oleh kantor agraria, peta situasi dari Tata Kota, rencana gambar, dan daftar
susunan pengurus/panitia
 Kepala Daerah membimbing dan mengawasi agar penyebaran agama :
1. Tidak menimbulkan perpecahan,
2. Tidak disertai intimidasi, bujukan, paksaan, dan ancaman,
3. Tidak melanggar hukum, keamanan, dan ketertiban umum
 Pengertian Kerukunan Menurut Islam
Kerukunan dalam Islam berarti “Tasamuh” atau toleransi Toleransi adalah
kerukunan sosial kemasyarakatan bukan dalam bidang aqidah Islamiyah (keimanan),
Keimanan seorang muslim hendaknya meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya
agama dan keyakinan yang dianutnya sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Al-
Kafirun (109) : 6
Sikap sinkritisme dalam agama yang menyatakan bahwa semua agama adalah
benar, tidak sesuai dan tidak relevan dengan pemikiran yang logis, Meskipun demikian
dalam pergaulan sosial dan kemasyarakatan, Islam sangat menekankan sikap toleransi
atau kerukunan antar umat beragama, Apabila terjadi perbedaan pendapat antara anggota
masyarakat (muslim), tidak perlu menimbulkan perpecahan umat, tetapi hendaklah
kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits
Islam bukanlah suatu agama baru. Semua agama-agama yang dibawa oleh para
Nabi-Nabi sebelum Nabi Muhammad SAW juga adalah agama yang pada prinsipnya
mengajarkan untuk meng-Esakan Allah SWT, beriman kepada zat dan sifat-sifatNya,
beriman kepada kitab-kitabNya, beriman kepada rasul-rasul dan hari akhirat, serta
mentaati seluruh perintah Nya dan larangan Nya. QS asy Syura (42) ayat 13
Jika kemudian timbulnya agama-agama di luar Islam, hal itu disebabkan para
ahli-ahli kitab mereka berselisih tentang kebenaran al Qur’an, yang berakibat timbulnya
perpecahan dikalangan mereka, sebagian dari mereka yang yakin, masuk kedalam Islam,
sebagian yang lain menentang keras, bahkan memusuhi dan memerangi umat Islam.
Islam adalah agama rahmatal lil’alamin, yaitu suatu agama yang memberikan
kesejukan, kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan tidak hanya kepada pemeluknya,
tetapi juga kepada umat lain, bahkan kepada seluruh makhluk dan alam semesta. Sebagai
agama rahmatal lil’alamin, ia mengajarkan kepada umat manusia bagaimana menghadapi
dan melaksanakan kehidupan yang bersifat pluralistik.
 Dalam kehidupan yang plural, Islam mengajarkan empat hal pokok, yaitu :
1. Pertama, sebagai agama tauhid, Islam mengajarkan adanya kesatuan penciptaan yaitu
Allah SWT,
2. Kedua, sebagai agama tauhid, Islam mengajarkan kesatuan kemanusiaan,
3. Ketiga, sebagai agama tauhid Islam mengajarkan kesatuan petunjuk, yaitu al Qur’an
dan Sunnah Nabi SAW,
4. Keempat, sebagai konsekwensi logis dari ketiga pokok tersebut, maka bagi umat
manusia hanya ada satu tujuan dan makna hidup yaitu kebahagian di dunia dan
kebahagian di akhirat.
Untuk mewujudkan kesatuan fundamental maka setiap individu muslim harus
berpegang teguh pada ajaran agamanya dengan jalan mentaati peraturan-peraturan
Allah yang dirumuskan di dalam al Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.
Kerukunan antar umat beragama akan bisa terlaksana dengan baik, bila semua
pimpinan agama dan umatnya masing-masing mau menahan diri. Tidak merasa lebih
hebat dari umat lainnya. Namun apabila pemaksaan kehendak dan merasa superior,
maka hal itulah yang membuat tidak rukunnya umat beragama
 Pandangan Islam terhadap Pemeluk Agama Lain
Islam membagi wilayah berdasarkan agama
 Darul Muslim adalah wilayah yg didiami masyarakat muslim,
 Darul Harbi adalah wilayah yang penduduknya memusuhi dan mengganggu
penduduk Islam.

Terhadap penduduk Darul Harbi yang demikian, umat Islam berkewajiban Jihad
(berperang) melawanya, sesuai QS Al-Mumtahanah (60) : 9

 Kufur Zimmy : Kufur Zimmy adalah kelompok masyarakat bukan Islam, tetapi tidak
membenci Islam, harus dihormati dan diperlakukan adil, dalam pemerintahan berhak
diangkat sebagai tentara dalam melindungi Darul Muslim, umat Islam tidak boleh
mengganggu keyakinan mereka. Diatur sebagaimana dalam QS Al-Mumtahanah (60)
ayat 8
 Kufur Musta’man : Adalah pemeluk yang meminta perlindungan keselamatan, dan
keamanan terhadap diri dan hartanya. Kepada mereka pemerintah Islam tidak
memberlakukan hak dan hukum negara. Selama dalam lindungan perintah Islam, diri dan
harta mereka harus dilindungi dari segala kerusakan dan kebinasaan, serta bahaya lainnya
 Kufur Mu’ahadah : Adalah negara bukan negara Islam yang membuat perjanjian damai
dengan pemerintah Islam, baik disertai dengan perjanjian tolong-menolong, dan bela
membela atau tidak
 Kerukunan Intern Umat Islam
1. Harus berdasarkan semangat ukhuwah Islamiyyah (persaudaraan sesama muslim)
sesuai dengan QS Al-Hujurat (49) ayat 10,
2. Kesatuan dan persatuan intern umat Islam diikat oleh kesamaan aqidah (keimanan),
akhlak dan sikap beragamanya didasarkan atas Al-Qur’an dan al-Hadits
3. Adanya perbedaan pendapat diantara umat Islam adalah rahmat, asalkan perbedaan
pendapat tsb tidak membawa kepada perpecahan dan peperangan

MENGGAPAI KELUARGA SAMARA

 Teladan Rasul sebagai Suami


1. Penuh humor dan bermain-main dengan istri
2. Selalu menghibur dan mengabulkan keinginan sang istri
3. Memanggil istri dengan panggilan nama yang cantik dan paling disukai
4. Berpenampilan rapih dan berdandan untuk istri, selalu bersih dan wangi
 Teladan Rasul Sebagai Ayah & Kakek
1. Menjaga penampilan anak
2. Mengajarkan pendidikan sejak dini
3. Mengajak bermain & selalu mendoakan anak & cucunya
 Interaksi Suami dan Istri
Hubungan suami-istri adalah persahabatan (qimah insaniyah) bukan perseroan/
syarikah (qimah madiyah) sehingga menghasilkan ketenteraman (sakinah), mawaddah
(cinta), dan rahmah (kasih sayang)

• ‫ وأنا خيركم ألهلي‬,‫خيركم خيركم ألهله‬

“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut
cara yang makruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada
isterinya.” (TQS al-Baqarah: 228)

“Jika mereka melakukan tindakan tersebut (yakni nusyuz), maka pukullah mereka
dengan pukulan yang tidak membahayakan (menyakitkan).” (HR. Muslim)

 Komunikasi: Jembatan Keluarga Harmonis


 Komunikasi Efektif: cara agar orang lain mengikuti yang kita inginkan
 Praktek komunikasi à membantu pemecahan masalah
 Komunikasi mengharuskan kita memahami kelebihan dan kekurangan para pihak
(suami dan istri)
 Peran Suami-Istri dalam Dakwah
1. Saling Mendukung
2. Saling Mengingatkan
3. Teman Diskusi
 3 Prinsip Keluarga
1. Islam memandang pernikahan sebagai “perjanjian yang berat, setiap orang memiliki
hak dan kewajiban (Lihat QS. An Nisâ[4]:21)
2. Islam memandang setiap anggota keluarga sebagai pemimpin dalam kedudukan
masing-masing (Lihat HR. Bukhari dan Muslim)
3. Islam mengajarkan prinsip adil dalam membina keluarga. Adil dalam arti
meletakkan fungsi-fungsi keluarga secara memadai dengan fungsi keagamaan
sebagai dasarnya.
 Fungsi Keluarga
1. Fungsi reproduksi: dari keluarga dihasilkan anak keturunan secara sah
2. Fungsi ekonomi: kesatuan ekonomimandiri, anggota keluarga mendapatkan
danmembelanjakan harta untuk memenuhi keperluan
3. Fungsi sosial: memberikan status,kadang prestise kepada anggota keluarga
4. Fungsi protektif: keluarga melindungi anggotanya dari ancaman fisik,ekonomis dan
psiko sosial
5. Fungsi rekreatif: keluarga merupakan pusat rekreasi bagi para anggotanya
6. Fungsi afektif: keluarga memberikan kasih sayang
7. Fungsi edukatif: memberikan pendidikan
8. Fungsi relijius: keluarga memberikan pengalaman keagamaan kepada para anggota
 Tujuan Berkeluarga
1. Mewujudkan mawaddah wa rahmah, yakni terjalinnya cinta kasih dan tergapainya
ketentraman hati (Lihat surat Ar Rûm[30]:21).
2. Melanjutkan keturunan dan menghindari dosa (Lihat hadits riwayat Ahmad dan Ibnu
Hibban)
3. Mempererat silaturahim
4. Sebagai sarana dakwah (Lihat surat At Tahrîm[66]:6)
5. Menggapai mardhatillâh (ridha Allah)
 Pernikahan : Pernikahan adalah akad atau ikatan antara seorang laki-laki dan perempuan
untuk membangun rumah tangga sebagai suami istri sesuai dengan ketentuan syariat
Islam
 Pemenuhan kebutuhan Fitrah insane, Ibadah, Diberi kurnia, Berhak ditolong Allah SWT
 Suami Shalih
1. Memberi Nafkah : Pakaian, Tempat tinggal, Makanan Minuman, Pembantu, Alat
kecantikan, Kesehatan, dll.
2. Menggauli dengan baik (al-’usyroh hasanah)
3. Memenej, membimbing, mengarahkan
4. Bermalam
 Bila isterinya satu, wajib bermalam di rumah minimal sehari semalam dalam
empat hari
 Bila isterinya lebih dari satu, maka wajib giliran dibagi rata
5. Memberikan hak isteri dengan ma’ruf
Ma’ruf:
a. menunaikan hak isteri dengan jiwa yang baik
b. tidak menunggu dituntut
c. Saat menunaikannya tidak menunjukkan ketidaksukaan
6. Melindungi isteri sebagai kehormatannya : Sejak menikah, isteri menjadi kehormatan
suami, Wajib menjaga kehormatannya itu sekalipun harus mati
7. Tidak menyebarkan rahasia isteri
8. Tidak menghukum kecuali secara syar’iy (an Nisa:34)
Bila terjadi nusyuz:
a. Nasihat à akan adzab Allah
b. Hijr à hanya di rumah, pisah ranjang, tidak bicara maksimal 3 hari
c. Bila maksiat, perbuatan keji à memukul yang tidak melukai
Tidak boleh menjelek-jelekkan/memburukkan
9. Tidak membencinya
10. Mendidik dan mengajari : Surat At Tahrim ayat 6
 Istri Shalihah
1. Taat pada allah dan suami
2. Berhias untuk suami
3. Mengurus rumah , menjaga dirinya dan harta suaminya
4. Membantu suami menggapai akhirat
5. Kuat agamanya
6. Setia pada suami
7. Tidak melukai suami dengan perkataan
8. Tidak mengadukan suami
9. Tidak banyak keluar dari rumah : Mengurus anak, dapur, rumah, dll lebih utama
daripada ‘berkeliaran’ di tempat umum untuk mejeng, shopping, cari angin, dll

Anda mungkin juga menyukai