Anda di halaman 1dari 15

PRAKTIKUM V SUSPENSI

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat, merupakan sistem heterogen
yang terdiri dari dua fase yaitu fase internal yang berupa bahan obat padat, tidak larut dan
berukuran lebih besar dari 0,1 mikron dan terdispersi dalam fase eksternal (kontinyu) yang
berupa cairan (air atau minyak) yang dapat ditujukan untuk absorbsi fisiologis atau fungsi
penyalutan eksternal maupun internal. (Robert, 2020) Robert, Tungadi, M.Si., Apt. 2020.
TEKNOLOGI NANO SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA. CV. Sagung Seto: gorontalo

Farmakope Indonesia IV Menyatakan bahawa Suspense adalah sediaan cair yang


mengandung partikel padat yang tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. (DIPKES RI)

Adapun menurut (Hesti,dkk, 2021) Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat
padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi
tidak boleh cepat mengendap, harus halus dan apabila dikocok perlahan-lahan endapan harus
segera terdispersi kembali. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah
dikocok dan dituang Sediaan suspensi lebih disukai daripada sediaan padat karena mudah
ditelan, mudah diberikan pada anak-anak dan lanjut usia yang kesulitan dalam menelan. Suspensi
mempunyai bioavaibilitas yang lebih baik dan absorbsinya lebih cepat daripada sediaan padat
(Hesti dkk, 2021) FORMULASI DAN EVALUASI FISIK SEDIAAN SUSPENSI KOMBINASI
EKSTRAK BIJI PEPAYA DAN UMBI RUMPUT TEKI DENGAN VARIASI KONSENTRASI
SUSPENDING AGENT PGA DAN CMC-NA . Cendekia Journal of Pharmacy. Vol.5 no.2

Suspensi dibuat karena alasan utama yaitu dimana zat aktifnya tidak larut dalam pelarutnya.
Namun, diformulasi sedemikian rupa sehingga zat aktif tersebut berada dalam suatu sediaan
yang stabil. Suspensi yang tidak stabil akan menyebabkan sedimentasi, interaksi partikel-partikel
dan, pada akhirnya, caking (pemadatan). (Santi ,2016) Santi, Sinala.2016. farmasi fisik.
KEMENKES RI : jakarta

Secara umum, sediaan suspensi terdiri dari :

1. Zat aktif: sebagai fasa terdispersi, memiliki kelarutan yang relatif kecil dalam fasa
pendispersi. Sifat partikel yang harus diperhatikan adalah ukuran partikel dan sifat
permukaannya. Sifat permukaan dari partikel ini terbagi menjadi dua yaitu hidrofob dan
hidrofil. (syofyan, dkk. 2020). Praktikum Teknologi Likuid dan Semisolid. Andalas press
: padang
2. Bahan pembasah:
Bahan pembasah adalah bahan dimana ketika dilarutkan dalam air, menurunkan sudut
kontak dan membantu dalam mengganti tempat dari fase udara pada permukaan dan
menggantinya dengan fase cairan, contoh aplikasi dari pembasahan dalam farmasi dan
obat yang termasuk penggantian dari udara dari permukaan sulfur, arang dan serbuk-
serbuk lain untuk tujuan tertentu. Bahan pembahasan yang digunakan ada 2 yaitu
surfaktan dan humektan (Robert, 2020) . Mekanisme kerja surfaktan sebagai zat
pembasah adalah dengan menurunkan sudut kontak antara partikel padat dan zat cair,
sehingga menurunkan tegangan permukaan padat-cair, akibatnya partikel padat dapat
terbasahi. Mekanisme kerja dari humektan adalah dengan menghilangkan lapisan udara
di permukaan partikel zat padat yang terdispersi, sehingga zat padat mudah terbasahi.
Humektan digunakan sebagai wetting agent untuk zat aktif dengan sifat permukaan
hidrofil. (syofyan, dkk. 2020).
3. Bahan pensuspensi
Bahan pensuspensi digunakan untuk meningkatkan viskositas dan memperlambat
pengendapan. Formulator harus memilih bahan yang paling tepat, baik digunakan tunggal
maupun kombinasi dan pada konsentrasi yang tepat. Faktor pertimbangan dalam
pemilihan, meliputi kemampuan pensuspensi dalam sistem; kompabilitas kimia dengan
semua bahan, khususnya bahan obat; pengaruh pH dalam obat; lamanya waktu untuk
hidrasi; penampilan; sumber; kemampuan memproduksi kembali dari batch ke batch; dan
harga. (Robert, 2020)
4. Zat tambahan
Pemilihan zat tambahan tergantung dari karakter zat aktif dan karakter sediaan yang akan
dibuat. Macam-macam zat tambahan yang bisa dipakai yaitu : Zat pewarna, Zat
pengawet, Zat pemanis, Pengaroma Fauzi , Kasim. 2019. PENUNTUN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN SEMISOLID & LIQUID. ISTN Press: jakarta

Suspensi berdasarkan partikel, dibagi menjadi dua jenis yaitu

a. Suspensi Flokulasi.
Ciri- cirinya adalah : Partikel berada dalam suspensi dalam wujud yang memisah, Laju
pengendapan lambat karena partikel mengendap terpisah dan ukuran partikel minimum,
penampilan menarik karena tersuspensi untuk waktu yang lama supernatannya juga keruh
bahkan ketika pengendapan terjadi (Robert, 2020)
b. Suspensi Deflokulasi :
Cirinya adalah : . Partikel membentuk agregat bebas (ukurannya besar), Partikel tidak
mengikat kuat dan keras satu sama lain tidak terbentuk lempeng. Endapan mudah untuk
didispersikan kembali dalam bentuk suspensi aslinya, dan Endapan yang terbentuk cepat
(Fauzi,2019)

Salah satu aspek dari kestabilan fisika dalam suspensi di bidang Farmasi adalah menjaga partikel
agar tetap terdistribusi secara merata ke seluruh dispersi. Kecepatan pengendapan tergantung dari
ukuran partikel dan viskositas ketika ukuran partikel yang kecil maka partikel lambat untuk
mengendap dan cenderung untuk membentuk agregat dan flokulasi dan jika mengendap dapat
menyebabkan caking dan bila viskositas besar sulit keluar mengalir dari dalam mulut botol
(Santi ,2016)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan suspensi adalah :

 Suspensi harus tetap homogen pada suatu periode, paling tidak pada periode antara
pengocokan dan penuangan sesuai dosis yang dikehendaki
 Pengendapan yang terjadi pada saat penyimpanan harus mudah didispersikan kembali
pada saat pengocokan
 Suspensi harus cukup kental untuk mengurangi kecepatan pengendapan partikel yang
terdispersi. Viskositas tidak boleh terlalu kental sehingga tidak menyulitkan pada saat
penuangan dari wadah
 Partikel suspensi harus kecil dan seragam sehingga memberikan penampilan hasil jadi
yang baik dan tidak kasar
 Pada pembuatan suspensi, untuk mencegah pertumbuhan cendawan, ragi dan jasad renik
lainnya, dapat ditambahkan zat pengawet yang cocok terutama untuk suspensi yang akan
diwadahkan dalam wadah satuan ganda atau wadah dosis ganda. (syofyan, dkk. 2020).
Suspensi memiliki kekurangan dan keuntungan dalam aspek penerimaan oleh pasien, adapun
keuntungannya adalah sebagai berikut :

 Suspensi oral merupakan bentuk sediaan yang menguntungkan untuk penggunaan


pada anak-anak atau orang dewasa yang mengalami kesulitan dalam menelan tablet
atau kapsul
 Rasa yang tidak enak dapat ditutupi dengan penggunaan suspensi
 Suspensi juga secara kimia lebih stabil dibanding larutan.
 Cairan yang mengandung bahan tidak larut memberikan keuntungan baik untuk
pemakaian dalam maupun untuk pemakaian luar untuk aksi perlindungan dan juga
aksi diperpanjang. Kedua efek ini dapat dicapai secara relatif dari obat yang tidak
larut. Dalam kasus suspensi untuk injeksi intramuskular bahan pensuspensi
diinginkan sebagai cadangan untuk menyakinkan aksi diperpenjang dari obat.
(Santi ,2016)

Sedangkan krugiannya adalah :

 Keseragaman dan keakuratan dari dosis saat sediaan digunakan untuk pengobatan tidak
mungkin dibandingkan rasanya yang diperoleh dengan menggunakan tablet atau kapsul.
 Pengendapan atau endapan yang kompak menyebabkan masalah dimana tidak mudah
untuk dilarutkan.
Keefektifan dari formulasi dan suspensi secara farmasetik biasanya sulit untuk dicapai
dari sediaan tablet/kapsul pada obat yang sama. (Robert, 2020)

Terdapat kriteria tertentu yang harus dipenuhi dalam formulasi suspensi yang baik yaitu :

1. Partikel yang terdispersi harus memiliki ukuran yang sama dimana partikel ini tidak
mengendap dengan cepat dalam wadah.
2. Bagaimanapun juga, dalam peristiwa terjadinya pengendapan, endapan harus tidak
membentuk endapan yang keras. Endapan tersebut harus dapat terdispersi kembali
dengan usaha yang minimum dari pasien.
3. Produk harus mudah untuk dituang, memiliki rasa yang menyenangkan dan tahan
terhadap serangan mikroba. (Robert, 2020)
Adapun Menurut Farmakope Indonesia Edisi III (1979), persyaratan suspensi adalah:

- Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap


- Jika dikocok perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali
- Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi
- Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sedimen mudak dikocok dan dituang
(DIRJEN POM, 1979)

EVALUASI SEDIAAN

1. UJI ORGANOLEPTIS
Uji organoleptis suspensi dilakukan dengan menilai perubahan warna, bau dan rasa.
(Hesti dkk, 2021)Pengamatan warna biasanya dilakukan secara manual dengan
pencahayaan masing-masing formula dalam gelas ukur dengan senter dari hari pertama
sampai hari ke tujuh, sedangkan pengamatan bau dan rasa dilakukan di awal dan di akhir
pengujian (SHANTINI 2015) SHANTINI, SUENA. 2015. EVALUASI FISIK
SEDIAAN SUSPENSI DENGAN KOMBINASI SUSPENDING AGENT PGA DAN
CMC-Na . Jurnal Ilmiah Medicamento 1(1)
2. UJI PH
Uji pH dilakukan dengan cara mencelupkan kertas indikator yang bagian berwarna ke
dalam sediaan, lalu dilihat perubahan warnanya dengan membandingkan pada kotak pH
stik. Pengujian ini penting dilakukan untuk mengetahui berapa besar derajat keasaman
suatu sediaan, apakah sudah sesuai dengan ketentuan atau tidak. pH suspensi optimum
yaitu 5-6 (wirasti dkk,2020) sedangkan pesyaratan suspensi menurut Farmakope
Indonesia yakni antara 4 – 7. (DIRJEN POM 1979)
3. UJI BOBOT JENIS
Uji ini dilakukan dengan Piknometer yang kosong, bersih dan kering
ditimbang.Kemudian aquadest dimasukkan dan ditimbang beratnya kemudian ditimbang
beratnya (c). Massa jenis suspensi ditentukan menggunakan persamaan Syarat Bobot
jenis untuk sediaan suspensi dengan pembawa air harus > 1,00 g/mL (Emilia DKK, 2020.
FORMULASI DAN EVALUASI STABILITAS FISIK SUSPENSI IBUPROFEN
DENGAN MENGGUNAKAN NATROSOL HBr SEBAGAI BAHAN PENSUSPENSI
Media Farmasi Indonesia Vol 8 No 2
4. UJI VISKOSITAS
Uji viskositas dilakukan menggunakan alat viskometer Brookfield dengan rotasi
perputaran 30 rpm. Nilai viskositas suspensi menurut SNI adalah 37cP-396 cP. (Hesti
dkk, 2021)
5. UJI SEDIMENTASI
Uji ini merupakan salah satu pengujian yang sangat penting karena baik tidaknya
suspensi dapat dilihat dari volume pengendapan yang dihasilkan. Pengujian volume
sedimentasi suspensi yang baik memilki harga < 1 atau > 1 (Hesti dkk, 2021)
MANFAAT UJI
1. UJI ORGANOLEPTIK
Uji organoleptis berguna untuk mengetahui bentuk,warna, bau dari sediaan suspensi.
Uji organoleptis yang dilakukan setelah penyimpanan bertujuan untuk melihat
apakah selama penyimpanan terjadi perubahan warna dan bau dari sediaa suspensi
(wirasti dkk,2020)
2. UJI PH
Pengujian pH bertujuan untuk mengetahui kesesuaian pH suspensi dengan pH saluran
cerna sehingga dapat di adsorbsi oleh lambung. Apabila sediaan emulsi memiliki pH
yang terlalu rendah atau asam maka sediaan emulsi dapat menyebabkan iritasi.
(SHANTINI 2015)
3. UJI BOBOT JENIS
Tujuan uji bobot jenis pada sediaan suspensi yaitu untuk menghitung nilai viskositas
dari sediaan, karena bobot jenis merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
viskositas. (wirasti dkk,2020)
4. UJI VISKOSITAS
Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar konsistensi sediaan dan
menunjukkan kekentalan dari suatu sediaan. Viskositas yang terlalu tinggi tidak
diharapkan karena dapat menyebabkan masalah penuangan suspensi dari wadah dan
sulitnya sediaan untuk terdispersi kembali sedangkan Viskositas yang terlalu rendah
dapat mengganggu homogenitas campuran tida stabil sehingga hal itu akan
mengganggu jumlah dosis yang digunakan (wirasti dkk,2020) KARAKTERISASI
SEDIAAN SUSPENSI NANOPARTIKEL EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA.
Cendekia Journal of Pharmacy.vol.2 no.4
5. UJI SEDIMENTASI
Tujuan dilakukan Uji volume sedimentasi untuk mengetahui rasio pengendapan yang
terjadi selama penyimpanann dalam waktu tertentu Volume sedimentasi dipengaruhi
viskositas suspensi, semakin besar viskositas suspensi maka semakin lambat proses
pengendapannya dikarenakan semakin besar daya tahan yang diberikan bahan
pensuspensi. (Hesti dkk, 2021)
DIRJEN POM. 1979. Farmakope indonesia edisi III. DIPKES RI : jakarta

DIRJEN POM. 1995. Farmakope indonesia edisi IV. DIPKES RI : jakarta

Emilia DKK, 2020. FORMULASI DAN EVALUASI STABILITAS FISIK SUSPENSI


IBUPROFEN DENGAN MENGGUNAKAN NATROSOL HBr SEBAGAI BAHAN
PENSUSPENSI Media Farmasi Indonesia Vol 8 No 2

Fauzi , Kasim. 2019. PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SEMISOLID &


LIQUID. ISTN Press: jakarta

Hesti dkk, 2021) FORMULASI DAN EVALUASI FISIK SEDIAAN SUSPENSI


KOMBINASI EKSTRAK BIJI PEPAYA DAN UMBI RUMPUT TEKI DENGAN VARIASI
KONSENTRASI SUSPENDING AGENT PGA DAN CMC-NA . Cendekia Journal of
Pharmacy. Vol.5 no.2

Robert, Tungadi, M.Si., Apt. 2020. TEKNOLOGI NANO SEDIAAN LIQUIDA DAN
SEMISOLIDA. CV. Sagung Seto: gorontalo

Santi, Sinala.2016. farmasi fisik. KEMENKES RI : jakarta

SHANTINI, SUENA. 2015. EVALUASI FISIK SEDIAAN SUSPENSI DENGAN


KOMBINASI SUSPENDING AGENT PGA DAN CMC-Na . Jurnal Ilmiah Medicamento 1(1)

syofyan, dkk. 2020). Praktikum Teknologi Likuid dan Semisolid. Andalas press : padang

wirasti dkk,2020 KARAKTERISASI SEDIAAN SUSPENSI NANOPARTIKEL


EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA. Cendekia Journal of Pharmacy.vol.2 no.4
PEMBAHASAN CARA KERJA

Praktikum yang telah dilakukan adalah pembuatan suspensi, Sebelum melakukan percobaan
siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. alat yang digunakan meliputi botol cokelat 60 ml ,
gelas kimia 250 ml, gelas ukur, kertas perkamen, lumpang dan alu, penangas air,
sudip,timbangan analitik. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu parasetamol 0,125 gr, CMC na
0,05 gr, polisarbatum 0,025 gr, propilen glikol 1 gr, sirupus simplex 1,5 gr, nipagin 0,06 gr dan
aquades ad 60 ml.

Hal pertama yang dilakukan adalah mengkalibrasi botol 60 ml, Kalibrasi diperlukan untuk
memastikan bahwa pengukuran yang akan dilakukan akurat dan tepat. Selanjutnya cmc na yang
telah ditimbang sebanyak 0,05 gr dimasukan kedalam mortir dan dilarutkan dengan air panas,
penggunaan air panas bertujuan agar cmc na mudah larut dan mengembang. Dalam hal ini cmc
na berperan sebagai suspending agent yang berfungsi untuk memperlambat pengendapan,
mencegah penurunan partikel, dan mencegah caking di bagian bawah wadah. Cmc na digerus
hingga larut tidak terdapat gumpalan dan homogen

Cmc yang telah homogen kemudian ditambahkan dengan parasetamol sebanyak 0,125 gr,
dalam hal ini parasetamol merupakan zat aktif yang memiliki fungsi sebagai pereda rasa nyeri
dan menurunkan demam, zat aktif ditambahkan sedikit demi sedikit diiringi dengan pengadukan
atau penggerusan yang konsisten. Penggerusan konsisten dimaksudkan agar tidak terjadi
pemisahan selama penggerusan. kemudian campuran tersebut ditambahkan dengan propilin
glikol sebanyak 1 gr dan polisorbatum 0,025 gr. Propilin glikol dan polisorbatum merupakan
bahan wetting agent yang berfungsi untuk menurunkan tegangan antar muka partikel padat dan
cairan pembawa. Kedua bahan ini juga ditambahkan secara perlahan lahan dan diiringi dengan
pengadukan yang konstan seperti pada penambahan zat aktif. Campuran yang telah homogen ,
ditambahkan dengan suripus simplex sebanyak 1,5 gr. Sirupus adalah larutan oral yang
mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi, dalam hal ini tentunya sirupus
memiliki fungsi sebagai pemanis sediaan. Penambahan pemanis ini bertujuan untuk menutupi
rasa tidak enak dari zat aktif. Sirupus ditambahkan sedikit demi sedikit dan diaduk hingga
homogen.
Diwadah lain nipagin atau metil paraben sebanyak 0,06 gr dilarutkan dengan 40 ml aquadest,
dalam formula ini nipagin digunakan sebagai bahan pengawet yang berfungsi untuk menghambat
aktivitas mikroba pada sediaan, larutan nipagin dimasukan kedalam mortir yang berisi campuran,
kemudian campuran tersebut diaduk kembali hingga homogen. Suspensi yang telah jadi
dimasukan kedalam botol yang telah dikalibrasi sebelumnya, tambahkan aquadest hingga tanda
batas, tutup dan kocok botol agar larutan didalamnya homogen.

Sediaan suspensi yang telah dibuat selanjutnya dievaluasi untuk mengetahui stabilitas dan
sifat fisikokimianya, evaluasi meliputi uji organoleptik, uji ph , uji bobot jenis, uji viskositas dan
uji sedimentasi. Adapun cara kerja evaluasi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

Uji organoleptis suspensi dilakukan dengan menilai warna, bau, rasa dan bentuk
menggunakan panca indra, hasilnya dilihat dab dicatat apakah sifar fisikokimia dari sediaan
tersebut stbil.

Uji ph dilakukan dengan melarutkan 1 ml sediaan suspensi dengan aquadest sebanyak 10 ml,
hal ini bertujuan untuk mengencerkan sediaan sehingga nantinya dapat mudah terserap oleh
kertas ph, selanjutnya ph meter kertas dicelupkan kedalam larutan dan dicatat hasil nya

Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer ostwold. Tahap awal suspensi
sebanyak 10 ml dimasukan kedalam viskometer melalui pipa besar, sediaan disedot dari lubang
yang kecil hingga air naik sampai batas tanda atas, selanjutnya tabung kecil ditutup
menggunakan jari, buka jari bersamaan dengan menyalakan stopwatch, diukur t1 yaitu cairan
mencapai tanda batas bawah, dan t2 cairan mencapai dasar viskometer.

Uji bobot jenis dulakukan dengan menimbang piknometer kosong, pikno meter berisi air dan
pikno meter berisi sedian, kemudian dihitung besar bobot jenis pada sediaan tersebut

Uji sedimentasi dilakukan dengan mengambil 10 ml sedian suspensi dimasukan kedalam


gelas ukur diamati endapan yang terbentuk dalam waktu 5 menit, 10 menit dan 30 menit. Hasil
dari evaluasi uji dari suspensi akan dibahas pada pembahasan selanjutnya.
PEMBAHASAN HASIL

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat, merupakan sistem heterogen
yang terdiri dari dua fase yaitu fase internal yang berupa bahan obat padat, tidak larut dan
berukuran lebih besar dari 0,1 mikron dan terdispersi dalam fase eksternal (kontinyu) yang
berupa cairan (air atau minyak) yang dapat ditujukan untuk absorbsi fisiologis atau fungsi
penyalutan eksternal maupun internal. (Robert, 2020)

komponen - komponen dari suspensi yang dibuat yaitu terdiri dari bahan aktif, suspending
agent, wetting agent, perasa, dan pengawet. Bahan aktif yang digunakan adalah parasetamol.
Seperti yang kita ketahui Parasetamol merupakan obat penurun panas dan pereda nyeri yang
telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Metabolit obat ini diklaim sebagai zat antinyeri
yang paling aman sebagai swamedikasi. Sebagai zat aktif dari suspensi, parasematol tentunya
memiliki kelarutan yang agak sukar larut dalam air, sehingga tidak dikhawatirkan zat akan
melarut pada formulasi suspensi.

Selanjutnya, Bahan yang digunakan sebagai suspending agent adalah cmc na, Suspending
agent merupakan salah satu bahan tambahan dalam formulasi suspensi yang dapat
meningkatkan kekentalan sehingga dapat memperlambat penurunan partikel dalam
suspensi dan dan mencegah pembentukan caking. Mekanisme kerja dari suspending agent
adalah dengan meningkatkan viskositas dengan cara mengikat molekul air pada rantai
intertwined macromolecular yang menyebabkan penghambatan pergerakan air. Akibat viskositas
yang meningkat menyebabkan laju sedimentasi menjadi lambat pada sediaan suspensi dan
meningkatkan stabilitas fisik sediaan. Hesti dkk, 2021.

Selain suspending agent, dalam formulasi suspensi juga digunakan wetting agent, wetting agent
atau Agen pembasah didefinisikan sebagai senyawa yang mempunyai aktifitas permukaan
(surface active agent) sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan (surface tension) antara
udara – cairan dan padatan– cairan yang terdapat dalam suatu sistem. Wetting agent yang
digunakan adalah propilin glikol dan polisarbatum. Untuk perasa adan pengawet dalam formulasi
digunakan sirupus simplex dan metil paraben. Perasa dalam suspensi berfungsi sebagai zat yang
dapat menutupi rasa tidak enak pada bahan aktif, sedangkan pengawet berfungsi untuk
menghambat aktivitas mikroba sehingga sediaan tidak mudah membusuk.
Dalam pembuatan suspensi, praktikan mengharapkan hasil dari suspensi yang di buat
merupakan suspensi yang masuk dalam kategori ideal atau stabil. Suspensi yang ideal
merupakan suspensi yang memiliki kriteria yakni, partikel yang terdispersi harus mempunyai
ukuran yang sama dan tidak mengendap cepat dalam wadah, endapan yang terbentuk tidak boleh
keras, harus terdispersi dengan cepat dengan sedikit pengocokan, harus mudah dituang, memiliki
rasa enak dan tahan terhadap serangan mikroba, Untuk mengetahui parameter tersebut maka
dilakukan lah evaluasi pada sediaan suspensi yang meliputi : uji organoleptik uji ph uji viskositas
uji bj dan uji sedimentasi adapun hasil dari masing-masing uji adalah sebagai berikut:

Uji organoleptik, didapatkan hasil bahwa suspensi memiliki karakteristik rasa manis,
tidak memiliki bau bentuk cair dan warna keruh. Rasa manis pada suspensi disebabkan oleh
penambahan pemanis pada formulasi, bentuk cair dan warna keruh tentunya sudah menjadi ciri
umum sediaan suspensi, sehingga dapat diasumsikan bahwa pada uji organoleptik sediaan
suspensi yang dibuat lolos menjadi suspensi yang baik dikarenakan tidak ada hal yang
menyimpang.

Uji ph dilakukan untuk mengetahui kesesuaian pH suspensi dengan pH saluran cerna


sehingga dapat di adsorbsi oleh lambung. Apabila sediaan emulsi memiliki pH yang terlalu
rendah atau asam maka sediaan emulsi dapat menyebabkan iritasi. Menurut (wirasti dkk,2020)
pH suspensi optimum yaitu 5-6. sedangkan pesyaratan suspensi menurut Farmakope Indonesia
yakni antara 4 – 7. (DIRJEN POM 1979). Ph yang didapatkan dari sediaan suspensi yang dibuat
adalah 5 asam,dengan demikian berarti suspensi memiliki ph yang baik dan lolos persyaratan
sehingga apabila suspensi ini di konsumsi tidak akan menimbulkan iritasi pada lambung.

Uji selanjutnya yaitu uji bobot jenis, Uji ini dilakukan untuk mengetahui berat jenis
sediaan akhir apakah sudah sesuai dengan berat jenis berdasarkan dengan teoritis atau literature.
Menurut (Ditjen POM, 1979).bobot jenis dari sediaan suspensi harus lebih besar dari bobot jenis
aquadest, Pada formulasi sediaan suspensi diharapkan memiliki nilai berat jenis >1 g/ml .
berdasarkan hasil pengujian Bobot jenis suspensi yang dihasilkan adalah 1,067, hal ini dapat
disimpulkan bahwa suspensi yang dibuat telah memenuhi persyaratan >1

Pengujian dilanjutkan dengan menguji viskositas suspensi, uji ini dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar konsistensi sediaan dan menunjukkan kekentalan dari suatu sediaan.
Viskositas yang terlalu tinggi tidak diharapkan karena dapat menyebabkan masalah penuangan
suspensi dari wadah dan sulitnya sediaan untuk terdispersi kembali sedangkan Viskositas yang
terlalu rendah dapat mengganggu homogenitas campuran tida stabil sehingga hal itu akan
mengganggu jumlah dosis yang digunakan (wirasti dkk,2020) hasil yang didapatkan yaitu t1
(pengukuran dari batas atas hingga batas bawah) memerlukan waktu salama 18,20 detik
sedangkan t2 (pengukuran dari batas bawah hingga dasar viskometer) memerlukan waktu 13,50
detik.

Uji terakhir yang dilakukan adalah uji sedimentasi, uji ini bertujuan untuk mengetahui
rasio pengendapan yang terjadi selama beberapa waktu tertentu, Volume sedimentasi
dipengaruhi viskositas suspensi, semakin besar viskositas suspensi maka semakin lambat proses
pengendapannya dikarenakan semakin besar daya tahan yang diberikan bahan pensuspensi (Hesti
dkk, 2021). Pada uji sedimentasi didapatkan hasil bahwa menit ke 5 suspensi tidak menimnulkan
endapan, hal ini juga terjadi pada menit ke 10 dan 30 dimana tidak membentuk endapan
sedikitpun. Sedangkan parameter suspensi yang baik yaitu harus mengendap dalam waktu yang
lama, hal ini dapat diartikan bahwa suspensi yang dibuat oleh kelompok 3 belum memenuhi
persyaratan. Faktor yang dapat menyebabkan peristiwa ini adalah waktu uji yang kemungkinan
kurang lama sehingga partikel belum dapat mengendap, dan ukuran partikel yang sangat kecil
sehingga partikel sangat lambat untuk mengendap.

Dari semua uji yang dilakukan, terdapat beberapa uji yang lolos, akan tetapi tetap ada
juga beberapa uji yang tidak lolos, hal ini dapat diasumsikan bahwa formulasi sediaan suspensi
yang dibuat belum sepenuhnya stabil dan ideal, masih banyak kekurangan dan kesalahan yang
membuat suspensi tidak lolos persyaratan, hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya ketelitian
dalam pembuatan dan kurangnya konsentrasi zat witting agent sehingga tegangan antarmuka
tidak dapat dikendalikan
KESIMPULAN

- Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa
- Pembuatan suspensi yang dilakukan dalam praktikum ini mengandung beberapa
komponen yaitu bahan aktif, suspending agent, wetting agent, perasa, dan pengawet.
Komponen-komponen ini sangat berperan penting untuk kestabilan suspensi.
- Dari uji evaluasi dihasilkan bahwa sediaan suspensi lolos pada uji organoleptik, uji ph
dan uji bj, sedangkan pada uji viskositas dan sedimentasi sediaan tidak memenuhi
persyaratan yang berarti tidak lolos
- Faktor yang dapat mempengaruhu viskositas adalah konsentrasi zat suspending agent,
jika viskositas tidak sesuai maka kemungkinan konsentrasi zat suspending agent yang
digunakan kurang.Sedangkan faktor yang dapat mempengaruhi sedimentasi adalah
ukuran partikel yang sangat kecil sehingga partikel sangat lambat untuk mengendap.
- Dari hal-hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan suspensi yang dibuat belum
optimal dan ideal, sehingga belum layak untuk dikonsumsi.

Anda mungkin juga menyukai