Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat,

merupakan sistem yang berupa bahan obat padat (Tungadi Robert,

2018).

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat padat

dalam bentuk halus larut terdispersi dalam cairan pembawah

(Farmakope Indonesia edisi III, 1979).

Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat

dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawah

(Wijaya dan Rifda, 2021).

Adapun keuntungan dan kerugian dari sediaan sediaan suspense

yaitu (Tungadi Robert, 2018) :

1. Keuntungan suspensi

a. Beberapa obat yang tidak larut dalam semua media pembawa,

oleh karena itu harus dibuat sebagai padatan, bentuk sediaan

bukan larutan (tablet, kapsul, dan lain-lain) atau sebagai suspensi.

b. Rasa yang tidak enak dapat ditutupi dengan penggunaan

suspensi dari obat atau derivat dari obat sebagai contoh

kloramfenikol palmitat.

c. Suspensi dibuat dari pertukaran ion damar yang mengandung

obat bentuk ion dapat digunakan tidak hanya untuk


meminimalkan rasa dari obat tetapi juga untuk menghasilkan

produksi pada penyimpaan yang lama, sebab obat-obatan

mengalami pertukaran yang lambat untuk ion-ion lain dalam

saluran pencernaan.

d. Suspensi juga secara kimia lebih stabil dibanding larutan

e. Suspensi merupakan bentuk sediaan yang ideal untuk pasien

yang sulit menelan tablet atau kapsul dimana penting dalam

pembuatan obat untuk anak-anak.

2. Kerugian suspensi

a. Keseragaman dan keakuratan dari dosis saat sediaan digunakan

untuk pengobatan tidak mungkin dibandingkan rasanya yang

diperoleh dengan menggunakan tablet atau kapsul.

b. Pengendapan atau endapan yang kompak menyebabkan

masalah dimana tidak mudah untuk dilarutkan.

c. Produknya cair dan secara relatif massanya berat. Sifat ini tidak

menguntungkan bagi farmasis dan pasien

d. Keefektifan dari formulasi dan suspensi secara farmasetik bagus

biasanya sulit untuk dicapai dari sediaan tablet/kapsul pada obat

yang sama.

Salah satu pertimbangan penting dalam formulasi suspensi

adalah ukuran partikel obat. Dimana pengendapan obat yang tidak larut,

distribusi yang tidak merata dapat terlihat. Tujuan utama formulator

adalah memperlambat atau mencegah pengendapan dari partikel obat.


Partikel pengendapan dapat menjadi “caking”, dimana lempeng yang

menyebar pada endapan. Pendispersian kembali suspensi yang telah

“cake” sulit bahkan tidak mungkin. Pasien akan menerima dosis yang

berlebih dari obat jika diberikan dari suspensi yang mengandung

partikel yang rusak tapi sebelumnya obat mengendap membentuk cake.

Seharusnya ditandai bahwa dalam beberapa saat endapan mudah

didispersikan kembali untuk menghasilkan konsentrasi obat yang

seragam. Pengendapan tidak beresiko pada pasien dan jarang

dipertimbangkan sebagai masalah dalam formulasi (Tungadi Robert,

2018).

Adapun komposisi dari sediaan sediaan suspense yaitu (Tungadi

Robert, 2018) :

1. Komponen dari sistem suspensi

a. Bahan pembasah

b. Bahan pendispersi atau deflokulasi

c. Bahan pengflokulasi

d. Bahan pengental

2. Komponen dari pembawa suspensi

a. Pengotrol pH / buffer

b. Bahan osmotik

c. Bahan pewarna, pengaroma, dan pengharum

d. Pengawet untuk mengontrol pertumbuhan mikroba

e. Cairan pembawa
Sedangkan komposisi suspensi secara umum adalah

1. Bahan pensuspensi : bahan pensuspensi digunakan untuk

memperlambat pengendapan sehingga keseragaman dosis dapat

diukur, untuk mencegah pengendapan dari massa konsentrat yang

sulit untuk tersuspensi kembali, dan untuk mencegah koagulasi dari

bahan berlemak.

2. Bahan pembasah, penambahan bahan yang mengurangi tegangan

permukaan air sangat menolong untuk meningkatkan dispersi dari

bahan yang tidak larut.

3. Tambahan suspensi: alkohol, gliserin, PEG 400 dan 4000, larutan

sorbitol, sirup, madu dan campuran polihidro lain manolong dalam

meningkatkan kualitas suspensi dan memberikan reduksi dalam

viskositas.

4. Pengawet

Suspensi yang baik meliputih sifat-sifat zat yang tersuspensi tidak

boleh cepat mengendap, bila mengendap maka bila dikocok harus

segera terdispersi (Sinala, 2016).

Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu

harus mengandung zat antimikroba yang sesuai untuk melindungi

kontaminasi bakteri, ragi dan jamur ( Farmakope Indonesia Edisi IV,

1995).

Adapun macam-macam sediaan sediaan suspensi yaitu

(Syamsuni, 2006):
1. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung par-tikel padat

dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan

pengaroma yang sesuai yang ditujukan untuk penggunaan oral.

Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma

termasuk dalam kategori ini. Beberapa sus-pensi dapat langsung

digunakan, sedangkan yang lain berupa campuran padat dalam

bentuk halus yang harus dikonstitusi-kan terlebih dahulu dengan

pembawa yang sesuai, segera sebe-lum digunakan. Sediaan ini

disebut “Untuk Suspensi Oral".

2. Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung par-tikel

padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam pemba-wa cair

yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Losion eksternal harus

mudah menyebar di daerah pemakaian, tidak mudah mengalir dari

daerah pemakaian, dan cepat kering membentuk lapisan film

pelindung. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai “Lotio”

termasuk dalam kategori ini.

3. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-

partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian

luar

4. Suspensi oftalmik adalah sediaan cair steril yang mengan-dung

partikel-partikel sangat halus yang terdispersi dalam cairan

pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensi harus

dalam bentuk termikronisasi agar tidak me-nimbulkan iritasi atau


goresan pada kornea. Suspensi obat mata tidak boleh digunakan

jika terdapat massa yang mengeras atau terjadi penggumpalan.

5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan cair steril berupa sus-pensi

serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak boleh menyumbat

jarum suntiknya (syringe ability) serta tidak disun-tikkan secara

intravena atau ke dalam larutan spinal.

6. Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat ke-ring

dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan

yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah

penambahan bahan pembawa yang sesuai.

Ada kriteria tertentu yang harus dipenuhi dalam formulasi suspensi

yang baik (Tungadi Robert, 2018) :

1. Partikel yang terdispersi harus memiliki ukuran yang sama dimana

partikel ini tidak mengendap dengan cepat dalam wadah.

2. Bagaimanapun juga, dalam peristiwa terjadinya pengendapan,

endapan harus tidak membentuk endapan yang keras. Endapan

tersebut harus dapat terdispersi kembali dengan usaha yang

minimum dari pasien.

3. Produk harus mudah untuk dituang, memiliki rasa yang

menyenangkan dan tahan terhadap serangan mikroba.

Suatu suspensi yang dapat diterima mempunyai kualitas tertentu

yang diinginkan (Tungadi Robert, 2018) :

1. Zat yang tersuspensi tidak boleh cepat mengendap


2. Partikel-partikel tersebut walaupun mengendap pada dasar wadah

tidak boleh membentuk suatu gumpalan padat tetapi harus dengan

cepat terdispersi kembali menjadi suatu campuran homogen bila

wadahnya dikocok dari botolnya atau untuk mengalir melewati

jarum injeksi.

3. Untuk cairan obat luar, produk tersebut harus cukup cair sehingga

dapat tersebar dengan mudah ke seluruh daerah yang sedang

diobati tetapi juga tidak boleh sedemikian mudah bergerak sehingga

mudah hilang dari permukaan dimana obat tersebut digunakan.

4. Cairan tersebut dapat kering dengan cepat dan membentuk suatu

lapisan pelindung yang elastis sehingga tidak akan mudah terhapus,

juga harus mempunyai warna dan bau yang enak.

Suspensi yang diinginkan harusnya memiliki (Tungadi Robert, 2018) :

1. Idealnya bahan-bahan terdispersi harus tidak mengendap dengan

cepat pada dasar wadah. Bagaimanapun juga dikatakan

termodinamika tidak stabil karena cenderung mengendap. Oleh

karena itu, seharusnya siap didispersikan kembali membentuk

campuran yang seragam dengan pengocokan sedang dan tidak

membentuk cake.

2. Sifat fisika seperti ukuran partikel dan viskositasnya tetap harus

tetap konstan selama penyimpanan produk.

3. Viskositasnya memungkinkan untuk mudah mengalir (mudah

dituang). Untuk penggunaan luar, produk harus cukup cair tersebar


secara luas melalui daerah yang diinginkan dan tidak boleh terlalu

bergerak.

4. Suspensi untuk pemakaian luar sebaiknya cepat kering dan memberi

lapisan pelindung yang elastis dan tidak cepat hilang.

5. Harus aman, efektif, stabil, elegan secara farmasetik selama

penyimpanan.

6. Suspensi kembalinya harus menghasilkan campuran yang homogen

dari partikel obat yang sama walaupun dipindahkan secara

berulangulang.

Anda mungkin juga menyukai