Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT


“SEDIAAN SUSPENSI”

OLEH :
KELOMPOK IV
TRANSFER B 2022

ASISTEN : EUFRASIA IRAWATI

LABORATORIUM FARMASETIKA
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMARISAH MADANI
MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam membahas tentang hal hal yang berkaitan dengan kefarmasian,
secara tidak langsung kita membicarakan masalah obat- obatan. Farmasi
secara terapan menunjukkan cara formulasi, proses pembuatan, dan
pengemasan obat-obatan. Seiring berkembangnya zaman maka zat aktif yang
berkhasiat obat, telah dikemas sedemikian rupa sehingga memberikan
kenyamanan kepada pasien dan yang paling penting adalah menjaga
kestabilan zat aktif dalam jangka waktu lama serta memberikan efek yang
diinginkan pada tempat yang dituju (site efect). Suspensi dan emulsi
merupakan bentuk sediaan yang heterogen dimana terdiri dari dual fase yang
tidak saling bercampur, namun disatukan dengan sebuah bahan yang disebut
sebagai surfaktan. (Depkes.1995)
Suspensi merupakan salah satu contoh sediaan cair yang secara
umum dapat di artikan sebagai suatu system dispers kasar yang terdiri atas
bahan padat tidak larut tetapi terdispers merata ke dalam pembawanya. Alasan
bahan obat diformulasikan dalam bentuk sediaan suspensi yatu bahan obat
mempunyai kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam tetapi diperlukan dalam
bentuk sediaan cair, mudah diberikan pada pasien yang sukar menelan obat
dapat diberikan pada anak-anak. (Tungadi.2020)
Bentuk suspensi, memberikan pilihan kepada formulator untuk
membuat zat aktif yang sifatnya tidak larut dalam pelarut air agar bisa dibuat
dalam suatu bentuk sediaan yang memiliki penampilan yang menarik, mudah
digunakan, serta sesuai dengan penggunaan. Obat maag, calamin lotio, sirup
antibiotika, dan lain-lain merupakan contoh obat-obatan yang dibuat dalam
bentuk suspensi.(Hardani dkk 2022)
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui
komposisi sediaan suspensi dan manufaktur sediaan suspensi.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :
1. Mengetahui cara menyusun rancangan formula sediaan suspensi
2. Mengetahui cara pembuatan sediaan suspensi
3. Mengetahui serta melakukan evaluasi sediaan suspensi
1.3 Prinsip Percobaan
Adapun prinsip dari percobaan ini yaitu dibuat sediaan suspensi sesuai
dengan formulasi yang telah disetujui dan dilakukan evaluasi sediaan sesuai
dengan persyaratan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi Suspensi


Menurut farmakope indonesia edisi V, Suspensi adalah sedian cair
mengandung partikel padat tidakarut yang terdispersikan dalam fasa cair
(Ditjen POM, 2014).
Menurut Chasanah (2019) suspensi adalah suatu bentuk sediaan yang
mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi
dalam cairan pembawa dan merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua
fase. Fase kontinu atau fase luar umumnya merupakan cairan atau semipadat,
dan fase terdispers atau fase dalam terbuat dari partikel-partikel kecil yang
pada dasarnya tidak larut, tetapi terdispersi seluruhnya dalam fase kontinu.
II.2 Kelebihan dan kekurangan sediaan suspensi
II.2.1 Kelebihan Suspensi
Adapun kelebihan dari sediaan suspensi menurut Tungadi (2020):
1. Beberapa obat yang tidak larut dalam semua media pembawa, oleh karena
itu harus dibuat sebagai padatan, bentuk sediaan bukan larutan (tablet,
kapsul, dan lain-lain) atau sebagai suspensi.
2. Rasa yang tidak enak dapat ditutupi dengan penggunaan suspensi dari obat
atau derivat dari obat sebagai contoh kloramfenikol palmitat.
3. Suspensi dibuat dari pertukaran ion damar yang mengandung obat bentuk
ion dapat digunakan tidak hanya untuk meminimalkan rasa dari obat tetapi
juga untuk menghasilkan produksi pada penyimpaan yang lama, sebab
obat-obatan mengalami pertukaran yang lambat untuk ion-ion lain dalam
saluran pencernaan.
4. Suspensi juga secara kimia lebih stabil dibanding larutan
5. Suspensi merupakan bentuk sediaan yang ideal untuk pasien yang sulit
menelan tablet atau kapsul dimana penting dalam pembuatan obat untuk
anak-anak.
II.2.2 Kerugian sediaan suspensi
Adapun kerugian dari sediaan suspensi menurut Tungadi (2020) :
1. Keseragaman dan keakuratan dari dosis saat sediaan digunakan untuk
pengobatan tidak mungkin dibandingkan rasanya yang diperoleh dengan
menggunakan tablet atau kapsul.
2. Pengendapan atau endapan yang kompak menyebabkan masalah dimana
tidak mudah untuk dilarutkan.
3. Produknya cair dan secara relatif massanya berat. Sifat ini tidak
menguntungkan bagi farmasis dan pasien
4. Keefektifan dari formulasi dan suspensi secara farmasetik bagus biasanya
sulit untuk dicapai dari sediaan tablet/kapsul pada obat yang sama.
II.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Sediaan Suspensi
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah (Rustam,
2017):
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel
tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara
ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya.
Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan
hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas
penampangnya (dalam volume yang sama). Sedangkan semakin besar,
penampang partikel daya tekan keatas cairan akan semakin memperlambat
gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan
tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
2. Kekentalan (viskositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan
tersebut. makin kental suatu cairan kecepatan aliranya makin turun (kecil).
Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan
turunnva partikel yang terdapat didalamnya. dengan demilkian dengan
penambahan viskositas cairan, gerakan turun dari partikel yang dikandungnya
akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh
terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang
3. Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka
partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang, bebas karena sering
terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan
terhentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar
konsentrasi partikel. makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel
dalam waktu yang singkat.
II.4 Syarat-Syarat Sediaan Suspensi
Syarat-syarat suspensi menurut Farmakope Edisi III (1979) :
1. Suspensi terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap.
2. Jika dikocok harus segera terdispersi kembali.
3. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas.
4. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar mudah
5. dikocok dan di tuang.
Syarat-syarat suspensi menurut Farmakope Edisi IV (1995) :
1. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intra vena dan intrarektal
2. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus
mengandung zat anti mikroba.
3. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan.
4. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.
II.5 Sistem Pembentukan Sediaan Suspensi
II.4.1 Deflokulasi
1. Partikel berada dalam suspense dalam wujud yang memisah
2. Laju pengendapan lambat karena partikel mengendap terpisah dan ukuran
partikel minimum
3. Endapan yang terbentuk lambat
4. Endapan biasanya menjadi sangat padat karena berat dari lapisan atas dari
bahan endapan yang mengalami gaya tolak menolak antara partikel dan
cake yang keras terbentuk dimana merupakan kesulitan jika mungkin
didispersi Kembali.
5. Suspensi penampilan menarik karena tersuspensi untuk waktu yang lama
supernatannya juga keruh bahkan Ketika pengendapan terjadi (Tungadi,
2020)
II.4.2 Flokulasi
1. Partikel membentuk agregat bebas
2. Laju pengendapan tinggi karena partikel mengendap sehingga flokulasi
yang merupakan komposisi partikel
3. Endapan yang terbentuk cepat
4. Partikel tidak mengikat kuat dan keras satu sama lain tidak terbentuk
lempeng. Endapan mudah untuk didispersikan Kembali dalam bentuk
suspensinya
5. Suspense menjadi keruh karena pengemasannya yang optimal dan
supernatannya jernih. Hal ini dapat dikurangi jika volume endapan dibuat
besar, idealnya volume endapan harus meliputi volume suspensi (Tungadi,
2020)
II.6 Macam-macam Sediaan Suspensi
Berikut ini adalah beberapa bentuk dosis yang tersedia untuk suspensi
(Ilmi, 2023):
a. Suspensi injeksi intramuskuler (misal: suspensi penisilin)
b. Suspensi subkutan
c. Suspensi tetes mata (misal: suspensi hidrokortisonasetat)
d. Per oral (misal: suspensi amoksisilin)
e. Rektal (misal: suspensi para nitrosulfatiazol)
f. Sebagai reservoir obat
g. Patchtransdermal
h. Formulasi topikalkonvensional
II.7 Komposisi Sediaan Suspensi :
Komposisi suspensi secara umum terdiri dari bahan pensuspensi, bahan
pembasah, bahan tambahan dan pengawet (Tungadi, 2020):
1. Bahan pensuspensi
Bahan pensuspensi digunakan untuk memperlambat pengendapan
sehingga keseragaman dosis dapat diukur, untuk mencegah pengendapan
dari massa konsentrat yang sulit untuk terdispersi Kembali dan untuk
mencegah koagulasi dari bahan berlemak.
2. Bahan pembasah
Bahan pembasah merupakan surfaktan yang menurunkan tegangan
antar muka dan sudut kontak antara partikel padat dan cairan pembawa.
3. Bahan tambahan
Bahan tambahan suspensi seperti alkohol, gliserin, PEG 400 dan 4000,
larutan sorbitol, sirup, madu dan campuran polihidro lain dapat menolong
dalam meningkatkan kualitas suspensi dan memberikan reduksi dalam
viskositas.
4. Pengawet
Suatu bahan yang dapat ditambahkan untuk menghambat
pertumbuhan mikroba pada sediaan suspensi.
II.8 Evaluasi Sediaan Suspensi
1. Organoleptis
Pemeriksaan organoleptik yang dilakukan meliputi bau,warna, dan rasa
(Wijaya dkk, 2021)
2. Massa Jenis
Piknometer kosong yang bersih dan kering ditimbang (a). Kemudian
aquadest dimasukkan ke dalam piknometer dan ditimbang beratnya (b).
Piknometer dibersihkan dan dikeringkan. Suspensi ibuprofen dimasukkan ke
dalam piknometer, kemudian ditimbang beratnya (c). Massa jenis suspensi
ibuprofen ditentukan menggunakan persamaan 1 (Wijaya dkk, 2021)
c−a
ρ = b − a x ρ………………………. (1)

3. Pengukuran pH
Sediaan suspensi dituangkan ke dalam wadah khusus pada pH meter
secukupnya. Tunggu hingga pH meter menunjukkan posisi tetap, pH yang
ditampilkkan pada layar digital pH meter dicatat (Wijaya dkk, 2021)
4. Volume Sedimentasi
Sediaan suspensi dimasukkan ke dalam gelas ukur 10 mL dan disimpan
pada suhu kamar serta terlindung dari cahaya secara langsung. Volume
suspensi yang diisikan merupakan volume awal (Vo). Perubahan volume
diukur dan dicatat setiap selama 30 hari tanpa pengadukan hingga tinggi
sedimentasi konstan. Volume tersebut merupakan volume akhir (Vu).
Volume sedimentasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 4
(Wijaya dkk, 2021)
𝑉𝑢
F= 𝑉𝑜 ........................... (4)

5. Uji Redispersi
Uji Redispersi dilakukan setelah evaluasi volume sedimentasi selesai
dilakukan. Tabung reaksi berisi suspensi yang telah dievaluasi volume
sedimentasinya diputar 180 derajat dan dibalikan ke posisi semula.
Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna dan
diberi nilai 100%. Setiap pengulangan uji redispersi pada sampel yang sama,
maka akan menurunkan nilai redispersi sebesar 5% (Wijaya dkk, 2021)
6. Uji Viskositas
Dilakukan uji viskositas untuk melihat kekentalan suatu sediaan
suspensi. Uji viskositas dilakukan menggunakan alat viskometer Brookfield
dengan rotasi perputaran 30 rpm (Wijaya dkk, 2021)
II.9 Uraian Bahan
II.9.1 Informasi Bahan Aktif
II.9.1.1 Uraian Farmakologi
Nama :Alumminium Hidroksida

Kelas Farmakologi
:untuk mengobati tukak peptik, netralisasi sulfat.

Indikasi :Antasida

Mekanisme Kerja :Menetralkan asam lambung serta meningkatkan PH


lambung dan duodenum menghambat kontak otot
polos.
Kontraindikasi
:anak gangguan fungsi ginjal

Efek Samping :sembelit, meningkatkan plasma alumminium


dengan

fungsi ginjal.

Toksisitas :Toksik terhadap pasien di sebabkan oleh proses

pencernaan

Konsentrasi :200mg
Pemberian
:dosis peroral:480-1080mg 4 kali sehari

Interaksi Obat :Besi, ketokonazole, Penicillin, tetrasiklin.

II.9.1.2 Uraian Sifat Fisika-Kimia Bahan Aktif


1. Aluminium Hydroxide ( FI III : 640 )

Nama Resmi :Aluminium Chlorida

Nama Lain :Aluminium Hidroksida

Kelas fungsional :-

Konsentrasi :-

Rumus bangun

Rm :Al (Oh)3
Bm
:78,0

Pemeriaan :Serbuk; Putih; Tidak Berbau; Hampir Tidak Berasa

Kelarutan :Praktis Tidak Larut Dalam Air Dan Garam Etanol (95%)

P.

Ph larutan :5,5 - 8,0

Titik lebur :-

Khasiat :Antasida

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik Panas Suhu Tidak Lebih Dari

25oc

2. Magnesium Hydroxide ( FI IV : 513 )


Nama Resmi :Magnesii Hydroxidum

Nama lain :Magnesium Hidroksida


kelas fungsional :-

Konsentrasi :-

Rumus bangun

Rm :H2MgO2

Bm :58.83

Pemeriaan :Serbuk; Putih; Ruah

Kelarutan :Praktis Tidak Larut Dalam Air Dan Garam Etanol, Larut

Dalam Asam Encer

Ph larutan :-

Titik lebur :350◦ C

Stabilitas :-

Dosis :1-4 Dd 500-750 Mg

Penyimpanan :Dalam Wadah Tertutup Rapat

3. Simetikon (Raymond, C.Rowe, 2009)


Nama resmi :Simetikon

Nama lain :Simetikon

Kelas fungsional :-
Konsentrasi :-

Rumus bangun

Rumus molekul :C6H18O4S13

Berat molekul :238,46

Pemeriaan :Cairan kental, berwarna abu-abu tidak berbau.

Ph :5,60-6.54

Kelarutan :sangat mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol

(95%)P; dalam metanol P; dan dalam asam asetat P

imkompatibilitas :Tidak cocok dengan agent pengoksidasi

Stabilitas :stabil di udara dengan tidak adanya katalis

Informasi lain :Jauhkan dari panas dan api

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik

II.9.2 Informasi Bahan Tambahan

1. Propilen Glikol (Rowe et al., 2009 ; Depkes RI, 1995)

Nama Resmi :PROPILEN GLYCOLUM

Nama Lain :Propilenglikol


Kelas Fungsional :Humektan

Konsentrasi :10%

Rumus Bangun

RM :C3H8O2

BM
:76,09 g/mol
Pemerian
:Warna : Tidak berwarna

Rasa:Khas
Bau: Khas

Bentuk : Cairan kental, jernih


Kelarutan
:Dalam Air : Cepat bercampur dengan air Dalam Pelarut
Lain : Dengan aseton dan kloroform, larut dalam eter,
beberapa minyak esensial, tetapi tidak dapat bercampur
dengan minyak lemah.
pH Larutan :3-6
Titik Lebut :69 – 70 oC
Informasi Lain :-
Stabilitas :Pada suhu dingin stabil pada wadah yang tertutup
rapat tetapi pada suhu tinggi ditempat terbuka
Inkompatibilitas :Tidak cocok dengan pengoksidasi kalium gernonat
Penanganan :Menggunakan handscoon dan masker
Toksisitas :Pada kulit dengan dosis 500 mg selama 7 hari
menimbulkan iritasi
Saran Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik

2. Na CMC (Dirjen POM, 1979)


Nama resmi :Sodium carboksimetilselulosa

Nama lain :Na CMC

Kelas fungsional :-

Konsentrasi :-

Rumus bangun

RM :-

BM :-

Pemeriaan :Serbuk atau butiran putih atau kering

gading tidak berbau atau hampir tidak

berbau hidrofobik

Kelarutan :Mudah terdispersi dalam air

membentuk seperti koloidal, tidak

larut dalam etanol 95% p dalam eter p

dan dalam organik lain


pH larutan :2 – 10

Titik lebur :227◦ C

Stabilitas :Pada kondisi dengan kelembapan

yang tinggi Na CMC dapat menyerap

air lebih dari 50 %

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat

3. Sorbitol (Raymond, C.Rowe, 2009)


Nama resmi :Sorbitolum

Nama lain :Sorbitol

Kelas fungsional :-

Konsentrasi :-

Rumus bangun

Berat molekul :182,17

Pemeriaan :serbuk; butiran atau kepingan; rasa

manis; higroskopik

Kelarutan :sangat mudah larut dalam air; sukar

larut dalam etanol (95%)P; dalam


metanol P; dan dalam asam asetat P

Stabilitas :stabil di udara dengan tidak adany

katalis

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik

4. Gliserin (Raymond, C.Rowe, 2009)


Nama resmi :Gliserin

Nama lain :Gliserin

Kelas fungsional :Pengawet antimikroba, emulient,

humektan

Konsentrasi :-

Rumus bangun

Rumus molekul :C3H8O3

Berat molekul :43,69 g/mol

Pemeriaan :Cairan jernih seperti sirup, tidak

berbau.

Ph :-

Kelarutan :Dapat bercampur dengan air dan


etanol

imkompatibilitas :Tidak cocok dengan agent

pengoksidasi

Stabilitas :Bersifat hidroskopis terurai pada

pemanasan

Informasi lain :pengawet

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik dan sejuk

5. Aquadest (Rowe et al, 2009)


Nama Resmi :AQUA DESTILLATA
Nama Lain :Air Suling
Kelas Fungsional :Pelarut
Konsentrasi
:Ad100%
Rumus Bangun

RM/ BM
:H2O/18,02 g/mol

Pemerian
:Warna : Tidak berwarna, Rasa Tidak berasa. Bau:

Tidak berbau, Bentuk : Cairan jernih


Kelarutan :Dalam Air : Praktis larut dalam airDalam Pelarut Lain :
Larut dalam segala jenislarutan
pH Larutan :7
Titik Lebur :-
Informasi Lain
:Aquadest yaitu air yang dihasilkan dari satu kali

proses destilasi/penyulingan, sering disebut airmurni


Saran penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik
6. Papermint oil (Rowe, 2009)
Nama resmi :Papermint oil

Nama lain :Papermint oil

Kelas fungsional :Pengaroma

Konsentrasi :q.s

RM :-

BM :-

Pemeriaan :Tidak berwarna , kuning bau khas kuat menusuk

Kelarutan :dapat bercampur dengan air etanol (95)% tidak larut

dalam kloroform k

Titik lebur :20 ◦ c

Stabilitas :Stabil dibawah temperatur dibawah tekanan normal

Penyimpanan :dalam wadah tertutup baik


BAB III
METODE KERJA
III.1 Rancangan Formula
Tiap 60 ml mengandung :
Aluminium hidroksida 200 mg/5ml
Magnesium hidroksida 200 mg/5ml
Simetikon 20 mg
Na-CMC 0,2%
Propilenglikol 10%
Na-Sakarin 20 mg/ml
Gliserin q.s
Aquadest ad 100%
III.2 Rekaman Produksi
Tanggal Pembuatan : 02 Oktober 2023

Nama Produk : LANFOUR Nomor Reg :DBL234442224AI

Nomor Batch :3021024

III.3 Tabel Formula


Nomor Reg :DBL234442224AI
Nama produk : LANFOUR
Nomor Batch :3021024

Produksi : PT. UNIVERAL Isi bersih : 60 ml


MAKASSAR

Kode Bahan Nama Bahan Fungsi Jumlah/ Jumlah/


Dosis Batch
AH-001 Aluminium Zat aktif 200 mg/5ml 200 mg/5ml
hidroksida

MH-002 Magnesium Zat aktif 200 mg/5ml 200 mg/5ml


hidroksida

NC-003 Na-CMC Suspending 0,12 gram 120 gram


agent

PG-004 Propilenglikol Wetting 6 ml 6.000 ml


agent

GL-005 Gliserin Pengawet 15 ml 15.000 ml

SB-006 Sorbitol Pemanis 42 gram 42.000 gram

OP-007 Oleum Pengaroma q.s q.s


peppermint

AQ-008 Aquadest Pelarut Ad 100 % Ad 100%

III.4 Alat dan Bahan


III.4.1 Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu batang pengaduk, cawan porselin,
gelas beker, gelas ukur, kaca arloji, lumpang dan alu, object glass, rak tabung,
pipet tetes, pH meter, tabungan reaksi, timbangan, viscometer, dan wadah.
III.4.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu aluminium hidroksida, aquadest,
gliserin, magnesium hidroksida, Na-CMC, oleum peppermint, propilenglikol,
dan sorbitol.
III.5 Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Ditimbang bahan sesuai yang dibutukan
3. Dibasahi aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida dengan
propilenglikol (Campuran 1)
4. Dikembangkan Na CMC dengan aquadest panas (1:20) (Campuran 2)
5. Dimasukkan campuran 1 ke campuran 2, dihomogenkan
6. Dimasukkan sorbitol dan gliserin ke dalam campuran tadi
7. Dimasukkan peppermint oil ke dalam campuran
8. Diaduk sampai homogen
9. Dimasukkan kedalam botol, kemudian dicukupkan hingga 60 ml
10. Dilakukan evaluasi
III.6 Evaluasi
1. Uji Organoleptik
Pemeriksaan uji organoleptik produk jadi dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui warna, bau, dan rasa dari sediaan.
2. Uji Homogenitas
Pemeriksaan uji homogenitas untuk mengetahui apakah sediaan telah
homogen
3. Uji Volume Terpindahkan
Dilakukan untuk menguji apakah volume yang dipindahkan dari wadah
uji telah sesuai dengan volume etiket
4. Uji Sedimentasi
Tujuan dilakukan Uji volume sedimentasi untuk mengetahui rasio
pengendapan yang terjadi selama penyimpanann dalam waktu tertentu.
Uji ini merupakan salah satu pengujian yang sangat penting karena baik
tidaknya suspensi dapat dilihat dari volume pengendapan yang dihasilkan.
Pengujian volume sedimentasi suspensi yang baik memilki harga < 1 atau
>1
5. Uji pH
Pengujian ini penting dilakukan untuk mengetahui berapa besar
derajat keasaman suatu sediaan, apakah sudah sesuai dengan ketentuan
atau tidak.
6. Uji Viskositas
Pengujian viskositas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
konsistensi sediaan dan menunjukkan kekentalan dari suatu sedian.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Tabel Hasil Evaluasi


No Kelompok Jenis Spesifikasi Hasil Kesimpulan
Evaluasi
Warna,Bau, Warna : Hijau tua sesuai
1. Kelompok Organolep Rasa,Bentuk Bau : Papermint oil
1 tik Rasa : Manis
Bentuk : Agak
kental
Vol. >95%-100% 58 sesuai
𝑥 100% = 97%
Terpindah 60

kan
pH 5-6 10,53 Tidak sesuai
Homogeni homogen homogen sesuai
tas
Warna,Bau, Warna : Putih sesuai
2. Kelompok Organolep Rasa,Bentuk Bau : Mentol Mint
2 tik Rasa : Manis
Bentuk : Agak
Kental
Vol. >95%-100% 58 sesuai
𝑥 100% = 97%
Terpindah 60

kan
pH 5-6 9,9 Tidak sesuai
Homogeni homogen homogen sesuai
tas
Warna,Bau, Warna : Putih susu sesuai
3. Kelompok Organolep Rasa,Bentuk Bau : Papermint oil
3 tik Rasa : Manis
Bentuk : Agak
kental
Vol. >95%-100% 59 sesuai
𝑥 100% = 98%
Terpindah 60

kan
pH 5-6 10,24 Tidak sesuai
Homogeni homogen homogen sesuai
tas
Warna,Bau, Warna : Putih susu sesuai
4. Kelompok Organolep Rasa,Bentuk Bau : Mint
4 tik Rasa : Agak,
manis,sensasi
dingin
Bentuk : Agak
kental
Vol. >95%-100% 59 sesuai
𝑥 100% = 98%
Terpindah 60

kan
pH 5-6 8,9 Tidak sesuai
Homogeni homogen homogen sesuai
tas

IV.2. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan suspensi, dan dilakukan


beberapa pengujian evaluasi seperti : uji organoleptik, uji volume terpindahkan,
uji pH dan uji homogrnitas. Pengujian ini dilakukan untuk melihat mutu dari
suatu sediaan yang dibuat.

Pada pengujian pertama dilakukan uji organoleptik dilakukan dengan


menilai warna, bau, rasa dan bentuk dari sediaan (Sana et al, 2012). Hasil
evaluasi kelompok 1, 2, 3 dan 4 telah memenuhi standar dan syarat, dimana
pada bentuk yang didapat yaitu cairan kental, bebau mentol atau papermint oil,
mempunyai rasa yang manis, serta warna dari putih, putih susu sampai warna
agak hijau tua.

Uji volume terpindahkan dilakukan sebagai jaminan bahwa sediaan


suspensi dengan volume yang ditentukan sama seperti yang tertera pada
kemasan, dengan syarat tidak ada satu wadah pun volumenya kurang dari
95% dari volume yang tertera pada etiket (Depkes RI, 2014). Dimana pada
kelompok 1, 2, 3 dan 4, hasil yang didapat yaitu pada kelompok 1 : 97%,
kelompok 2 : 97%, kelompok 3 : 98% dan kelompok 4 : 98%. Hal tersebut tealh
seusai dengan persyaratan yaitu volumenya tidak kurang dari 95% (Depkes
RI, 2014).

Uji pH dilakukan dengan cara mencelupkan kertas indikator (pH


universal) yang berwarna ke dalam sediaan, lalu dilihat warnanya dengan
membandingkan pada kotak pH, dimana pada kelompok 1, 2, 3 dan 4 didapati
hasil, kelompok 1 : 10,53, kelompok 2 : 9,9, kelompok 3 : 10,24 dan kelompok
4 : 8,9. Hal tersebut tidak sesuai dengan persyaratan rentang pH suspensi,
dimana kadar pH yang baik bagi sediaan suspensi yaitu rentang 5-7 (Nurlisani,
2019).

Dan pada evaluasi terakhir dilalukan uji homogenitas, pengujian inii


dilakukan untuk melihat apakah sediaan terdistribusi dan melihat apakah ada
bagian yang masih menggumpal atau tidak terdispersi dengan baik, dimana
hasil pengujian pada kelompok 1 ,2, 3 dan 4 didapat hasil yaitu homogen dan
telah memenuhi persyarata. Hal tersebut telah sesuai menurut UNSRAT Vol 2.
No. 02 (2014), dimana suatu sediaan suspensi dikatakan homogen apabila
bahannya tercampur merata dalam sediaan.

Adupun faktor kesalahan dari pengujian pH yang dilakukan yaitu, pada


saat pengujian perubahan pada nilai pH bisa saja dipengaruhi oleh media yang
terdekomposisi oleh suhu tinggi saat pembuatan atau penyimpanan, dan juga
perubahan nilai pH dapat disebabkan faktor lingkungan seperti, suhu,
penyimpanan yang kurang baik, serta kesalahan formulator pada saat
pembuatan sediaan sehingga mempengaruhi pH (Young et al, 2002).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari percobaan ini adalah pembuatan
suspensi dengan formulasi Zat aktif Aluminium Hidroksida, Magnesium
Hidroksida dengan beberapa bahan tambahan lainya seperti Simethicone,
Sorbitol, Propilenglikol, Gliserin, Na-cmc, Pepermin, Aquadest. Dimana pada
percobaan ini dilakukan evaluasi yang meliputi uji organoleptic, pH, uji
viskositas, uji sedimentasi, uji volume terpindahkan. Adapun hasil yang di
dapat dari evaluasi tersebut telah memenuhi spesifikasi Suspensi.
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Dosen
Adapun saran untuk dosen, sebaiknya selama praktikum sedang
berlangsungdosen pembimbing selalu mengontrol dan membimbing para
praktikan yang sedang melakukan praktikum dan juga mengontrol para tim
asisten agar jika terjadi kesalahan pada saat praktikum dapat di atasi dengan
cepat.
V.2.2 Saran Untuk Asisten
Diharapkan kepada seluruh asisten agar dapat membimbing saat
praktikum dengan maksimal dan komunikasi dengan praktikan tetap terjaga.
V.2.3 Saran Untuk Laboratorium
Diharapkan sarana dan prasarana dalam laboratorium dilengkapi,
diperbaiki dan dirawat lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Chasanah Nur, dkk. 2019. Formulasi Suspensi Dosisiklin Menggunakan


Suspending Agent Pulvin Gummi Arabici: Uji stabilitas fisik dan
Daya antibakteri. Jurnal Of pharmacy

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia: jakarta

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia: jakarta

Ditjen POM. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia: jakarta

Goodman and Gilman’s The Pharmalogical Basis Of Therapeutics, 13th


ed.2018

Ilmi, Nurul. 2023.Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Suspensi Serbuk Daging Buah
Kadara (Caesalpinia Bonduce) Dengan Kombinasi Xanthan Gum
Dan Pulvis Gum Arabic (PGA) Sebagai Bahan Pensuspensi.
Universitas Muhammadiyah Mataram : Mataram

Ni Made Dharma Shantini Suena.2015.Evaluasi Fisik Sediaan Suspensi


Dengan Kombinasi Suspending agent PGA (Pulvis Gummi
Arabici) Dan CMC-Na (Carboxymethylcellulosum Natrium).
Jurnal Ilmiah Medicamerro 1(1);33-38. Denpasar Bali

Nuryati.2017.Farmakologi, Bahan Ajar Rekam medis dan Informasi Kesehatan


(RMIK), Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan,
Badan Pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, Edisi 2017
Rustam. 2017. Buku Ajar Farmasi Sediaan Liquid dan Semisolid dalam
Uraian Umum. Stikes Muhammadiyah Sidrap: Sidrap.

Tungadi, Robert. 2020. Teknologi Nano sediaan liquid dan Semi solid. Cv
sagung seto : jakarta

Wijaya, Hasty, dkk,. 2021. Formulasi dan Evaluasi Fisik Sediaan Suspensi
Kombinasi Ekstrak Biji Pepaya dan Umbi Rumput teki dengan
Variasi Konsentrasi Suspending Agent PGA dan Na-CMC. Jurnal
of pharmacy, Vol.5, No. 2
LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan
1. Perhitungan Bahan
a. Aluminium hidroksida 200 mg
= 200 mg : 100
= 0,2 gram
b. Magnesium hidroksida 200 mg
= 200 mg : 100
= 0,2 gram
c. Na-CMC 0,2%
= 0,2% x 60 ml
= 0,002 x 60 ml
= 0,12 gram
d. Propilenglikol 10%
= 10% x 60 ml
= 0,1 x 60 ml
= 6 ml
e. Gliserin 25%
= 25% x 60 ml
= 0,25 x 60 ml
= 15 ml
f. Sorbitol 70%
= 70% x 60 ml
= 0,7 x 60 ml
= 42 ml
g. Peppermint oil q.s
h. Aquadest ad 100%
2. Perhitungan Batch
- Dosis efektif = 200 mg untuk 5 ml, 2-3 kali sehari selama 6 hari
- Maka : (5 ml x 2kali sehari) x 6 hari = 10 ml x 6 hari = 60 ml
Lampiran 2. Dokumentasi

Gambar Keterangan

Aluminium Hidroksida + Magnesium Hidroksida


dibasahi dengan propilenglikol
(Campuran 1)

Na-cmc dikembangkan dengan aquadest panas


(1 : 20)
(Campuran 2)

Dimasukkan campuran 1 ke campuran 2,


dihomogenkan

Dimasukkan sorbitol+gliserin ke dalam


campuran tadi
Dimasukkan peppermint oil ke dalam campuran

Dimasukkan kedalam botol, kemudian


dicukupkan hingga 60 ml

Dihomogenkan

Uji Vol. Terpindahkan


Syarat: 95% - 100%
59
x 100% = 98%
60

Uji pH
Syarat: 7,3 – 8,5
pH sediaan: 8,9
Uji volume sedimentasi
Syarat : F mendekati 1 atau F=1
9,1
= 0,91
10
Lampiran 3. Skema Kerja

Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

Ditimbang bahan sesuai yang dibutukan

Dibasahi aluminium hidroksida dan


magnesium hidroksida dengan propilenglikol
(Campuran 1)

Dikembangkan Na CMC dengan aquadest


panas (1:20) (Campuran 2)

Dimasukkan campuran 1 ke campuran 2,


dihomogenkan

Dimasukkan sorbitol dan gliserin ke dalam


campuran tadi

Dimasukkan peppermint oil ke dalam


campuran

Diaduk sampai homogen

Dimasukkan kedalam botol, kemudian


dicukupkan hingga 60 ml

Dilakukan evaluasi
Etiket

Wadah
>24o C
LANFOUR
Indikasi:

kembung

Alumium Hidroksida 200 mg


Komposisi:

Magnesium Hidroksida 200 mg


Penyimpanan :
Simetikon 20 mg
Tiap 5 ml mengandung

Pengunaan dan Dosis :


Zat tambahan...................... q.s

Netto: 60 mL Komposisi: Netto: 60 mL


Simetikon ........................... 20 mg
Magnesium hidroksida…….200 mg

Ingredients:
Diminum 3x sehari 1 sendok takar
Aluminium hidroksida………200 mg

Tiap 5 ml mengandung
Each 5 ml contains
Aluminium hidroksida………200 mg
Tukak lambung, tukak duodenum, mual,

Aluminum hydroxide........... 200 mg


Simpan di tempat dingin, tidak pada suhu

Magnesium hidroksida…….200 mg
Lampiran 4. Etiket, Wadah, dan Brosur

Simetikon................................. 20 mg Magnesium hydroxide ....... 200 mg


Zat tambahan .............q.s Simethicone.............................20 mg
Excipients ................................q.s
Indikasi: Indication
Tukak lambung, tukak Gastric ulcer, duodenal ulcer,
duodenum, mual, kembung
Netto: 60 mL

nausea, bloating
LANFOUR

LANFOUR LANFOUR
Alumium Hidroksida 200 mg Alumium Hidroksida 200 mg Usage and Dosage:
Simetikon 20 mg

PT. UNIVERAL

Pengunaan dan Dosis :


Diproduksi oleh

Magnesium Hidroksida 200 mg Diminum 3x sehari 1 sendok Magnesium Hidroksida 200 mg Taken 3x a day 1 measuring
MAKASSAR-IND ONESIA

Simetikon 20 mg takar Simetikon 20 mg spoon


Alumium Hidroksida 200 mg
Magnesium Hidroksida 200 mg

Storage :
Store in a cool place, not at a
Penyimpanan : temperature of >24 oC
Simpan di tempat dingin, tidak
bloating

pada suhu >24 oC


Storage :
Indication
Ingredients:
Each 5 ml contains

Usage and Dosage:

temperature of >24 o C

Diproduksi oleh Produced by


PT. UNIVERAL PT. UNIVERAL
Store in a cool place, not at a
Excipients ............................. q.s

MAKASSAR-INDONESIA MAKASSAR-INDONESIA
Simethicone.........................20 mg
Magnesium hydroxide ......200 mg
Aluminum hydroxide......... 200 mg

Taken 3x a day 1 measuring spoon


Gastric ulcer, duodenal ulcer, nausea,

No.Batch: 3021024
Exp.Date : 10.2028
Brosur LANFOUR
Komposisi:
Tiap 5 ml mengandung
Aluminium hidroksida………200 mg
Magnesium hidroksida…….200 mg
Simetikon ............................. 20 mg
Zat tambahan ................ q.s

Indikasi:
Tukak lambung, tukak duodenum, mual,
kembung
Pengunaan dan Dosis :
Diminum 3x sehari 1 sendok takar
Mekanisme kerja:
Menetralkan asam lambung sehingga
meningkatkanpH lambung dan duodenum.
Kontraindikasi :
Anak-anak, gangguan fungsi ginjal
Efek samping :
Sembelit, meningkatkan plasma-
aluminium dengan fungsi ginjal
Penyimpanan :
Simpan di tempat dingin, tidak pada
suhu >24oC

No.Batch: 3021024
Exp.Date : 100.2028

Diproduksi oleh
PT. UNIVERAL
MAKASSAR-INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai