Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bidang industri kefarmasian, perkembangan teknologi farmasi
sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Ini dapat
di tunjukan dengan banyaknya sediaan obat-obatan. Di zaman sekarang ini sudah
banyak bentuk sediaan obat yang dapat dijumpai di pasaran. Bentuk-bentuk
sediaan farmasi yang beredar tersebut memiliki bentuk yang beragam, baik dalam
bentuk larutan, suspensi, emulsi, semisolid (krim, salep, gel, pasta) dan lain-lain.
Dimana masing-masing dari bentuk sediaan tersebut memiliki tujuan terapi yang
berbeda-beda serta rute pemberian yang berbeda-beda pula.
Farmasi merupakan suatu profesi kesehatan yang berhubungan dengan
pembuatan dan distribusi dari produk yang berkhasiat obat, ini meliputi seni dan
ilmu pengetahuan dari sumber alam atau sintetik menjadi material atau produk
yang cocok dipakai untuk mencegah, dan mendiagnosa penyakit. Farmasi juga
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik,
memformulasi, mengidentifikasi, mengombinasi, menganalisis, serta
menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian
dan penggunaannya secara aman. Beberapa cabang ilmu farmasi yaitu
farmasetika, farmakologi, farmakologi klinis, farmakognosi, biofarmasi, farmasi
fisika, farmakokinetika, farmakodinamika, farmakoterapi, kimia farmasi, biologi
farmasi, toksikologi, farmakoekonomi, dan teknologi sediaan likuida dan semi
solida.
Sediaan likuida merupakan sediaan dengan wujud cair, mengandung satu
atau lebih zat aktif yang terlarut atau terdispersi stabil dalam medium yang
homogen. Sediaan cair atau sediaan likuida lebih banyak diminati oleh kalangan
anak-anak dan usia lansia, sehingga satu keunggulan sediaan likuida dibandingkan
dengan sediaan–sediaan lain adalah dari segi rasa dan bentuk sediaan. Bentuk
sediaan likuida berupa larutan. Sediaan yang dibuat pada praktikum kali ini adalah
sediaan cair berupa suspensi.

1
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi
harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Jika dikocok perlahan-lahan
endapan harus segera terdispersi kembali. Suspensi dapat mengandung zat
tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi. Kekentalan suspensi tidak boleh
terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Suspensi yang baik harus
tetap homogen, paling tidak selama waktu yang dibutuhkan untuk penuangan dan
pemberian dosis setelah wadahnya dikocok. Dalam praktikum ini, kami
mendapatkan zat aktif cefadroxil.
Cefadroxil termasuk golongan antibiotik ß-laktam generasi pertama dari
sefalosporin. Golongan sefalosporin secara kimiawi memiliki mekanisme kerja
dan toksisitas yang serupa dengan penicillin. Sefalosporin lebih stabil daripada
penicillin terhadap banyak bacteria beta lactamase sehingga biasanya mempunyai
spectrum aktivitas yang lebih luas. Cefadroxil bersifat bakterisid dengan jalan
menghambat sintesa dinding sel bakteri. Yang dihambat ialah reaksi
transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel.
Ditinjau dari kelarutannya, cefadroxil sedikit larut dalam air, praktis tidak larut
dalam alkohol, kloroform dan eter, sehingga dibuat suspensi kering.
Suspensi kering atau suspensi rekonstitusi adalah sejumlah sediaan resmi
dan diperdagangkan yang terdiri dari campuran kering atau serbuk granula,
dimaksudkan untuk disuspensikan dalam air atau pembawa lainnya sebelum
pemberiannya. Sebagaimana telah diketahui sediaan resmi ini mencantumkan
“Untuk Suspensi Oral“ pada judul resminya untuk membedakan dari suspensi
yang sudah disuspensikan.
Mengingat pentingnya pengetahuan mengenai cara pembuatan sediaan
suspense kering yang baik dan benar serta apa saja yang harus diperhatikan saat
pembuatan suspensi kering maka dilakukan praktikum ini.

2
1.2 Maksud dan tujuan
1.2.1 Maksud percobaan
Adapun maksud dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa mampu
mengetahui dan memahami cara memformula sediaan suspense dengan zat aktif
cefadroxil.
1.2.2 Tujuan percobaan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami sediaan suspensi
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami cara preformulasi dari
sediaan suspensi dengan zat aktif cefadroxil
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami cara memfacturing dari
sediaan suspensi dengan zat aktif cefadroxil
4. Untuk mengetahui dan memahami evaluasi sediaan suspensi dengan zat
aktif cefadroxil

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Menurut Dirjen POM (2014), suspensi adalah sediaan cair yang mengandung
partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
Menurut Bambang (2007), suspensi adalah suatu bentuk sediaan yang
mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi
dalam cairan pembawa.
Menurut Ansel (1989), suspensi adalah sediaan obat yang terbagi dengan
halus yang ditahan dalam suspensi dengan menggunakan pembawa yang sesuai.
Menurut Syamsuni (2006), suspensi adalah sediaan cair yang mengandung
partikel tidak larut dalam bentuk halus yang terdispersi ke dalam fase cair.
Adapun menurut Syamsuni (2006), jenis-jenis suspensi yaitu :
1. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam
bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang
sesuai yang ditujukan untuk pemakaian oral.
2. Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam
bentuk halus yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk
penggunaan pada kulit.
3. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus
yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
4. Suspensi oftalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-
partikel sangat halus yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk
pemakaian pada mata.
5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan cair steril berupa suspensi serbuk
dalam medium cair yang sesuai dan tidak boleh menyumbat jarum suntiknya
(syringe ability) serta tidak disuntikkan secara intravena atau ke dalam larutan
spinal.
6. Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan
pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua

4
persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang
sesuai.
Adapun menurut Syamsuni (2006), faktor-faktor yang berpengaruh dalam
proses pembuatan sediaan suspensi menurut yaitu :
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut
serta daya tekan ke atas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel
merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara
luas penampang dengan daya tekan ke atas terdapat hubungan linier. Artinya
semakin kecil ukuran partikel semakin besar luas penampangnya (dalam volume
yang sama). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel, daya tekan ke
atas cairan akan semakin besar, akibatnya memperlambat gerakan partikel untuk
mengendap. Sehingga, untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan
dengan memperkecil ukuran partikel.
2. Kekentalan (Viskositas)
Kekentalan suatu cairan memengaruhi pula kecepatan aliran cairan tersebut,
semakin kental suatu cairan, kecepatan alirannya semakin turun atau semakin
kecil. Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan memengaruhi pula gerakan turun
partikel yang terdapat di dalamnya. Dengan demikian, dengan menambah
kekentalan atau viskositas cairan, gerakan turun partikel yang dikandungnya akan
diperlambat. Perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi
agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
3. Jumlah partikel (Konsentrasi)
Jika di dalam suatu ruangan terdapat partikel dalam jumlah besar, maka
partikel akan sulit melakukan gerakan bebas karena sering terjadi benturan antara
partikel tersebut. Oleh benturan ini akan menyebabkan terbentuknya endapan zat
tersebut, oleh karena itu semakin besar konsentrasi partikel, makin besar
kemungkinannya terjadi endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4. Sifat atau muatan partikel
Suatu suspensi kemungkinan besar terdiri atas beberapa macam campuran
bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi

5
interaksi antar bahan yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan
tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, kita tidak dapat
memengaruhinya.
Suspending agent adalah bahan pengental untuk menaikkan viskositas dari
suspensi, umumnya bersifat mudah mengembang di dalam air (hidrokoloid)
(Syamsuni, 2006).
Menurut Syamsuni (2006), bahan pensuspensi atau suspending agent dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Bahan pensuspensi dari alam
Bahan alam dari jenis gom sering disebut “gom atau hidrokoloid”. Gom dapat
larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk
musilago atau lendir. Bahan pensuspensi ini terbagi menjadi dua, yaitu :
a) Gom arab meliputi akasia, chondrus, tragakan, dan algin.
b) Bahan pensuspensi alam bukan gom adalah tanah liat.
2. Bahan pensuspensi sintesis
3. Bahan ini terbagi menjadi dua, yaitu :
a) Derivat selulosa, contohnya metil selulosa (methosol, tylose),
karboksimetilselulosa (CMC), dan hidroksimetil selulosa.
b) Golongan organik polimer, contohnya adalah carbophol 934.
Menurut Bambang (2007), terdapat beberapa metode dalam proses
pembuatan sediaan suspensi, yaitu:
1. Metode flokulasi
Dalam sistem flokulasi, partikel obat terflokulasi merupakan agregat yang
bebas dalam ikatan lemah. Sistem ini peristiwa sedimentasi cepat terjadi dan
partikel mengandap sebagai flok (kumpulan partikel). Sedimen terbentuk dalam
keadaan “terbungkus” dan bebas, tidak membentuk “cake” yang keras dan padat
serta mudah terdispersi kembali ke bentuk semula. Sistem ini kurang disukai
karena sedimentasi cepat terjadi dan terbentuk lapisan yang jernih dan nyata di
atasnya.

6
2. Metode deflokulasi
Dalam metode deflokulasi, partikel terdeflokulasi mengendap perlahan dan
akhirnya membentuk “cake” yang keras dan sukar terdispersi kembali. Pada
metode ini partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain, dan
masing-masing partikel mengendap secara terpisah. Jika kecepatan pengendapan
dapat ditahan dalam jangka waktu yang lama, metode ini lebih disukai karena
tidak terjadi lapisan yang bening (berkabut) dan terbentuk endapan secara
perlahan.
3. Metode kombinasi
Kecepatan (laju) sedimentasi harus sekecil mungkin sehingga partikel tetap
dalam bentuk dispersi merata dan apabila terbentuk endapan (cake) maka dengan
mudah terdispersi kembali dengan penggojokan ringan, sehingga stabilitas
suspensi menjadi optimal. Kondisi ideal ini dapat dicapai dengan penggabungan
kedua metode di atas.
Adapun menurut Syamsuni (2006), keuntungan dan kekurangan suspensi
yaitu :
1. Keuntungan :
a) Ukuran partikel lebih kecil sehingga lebih mudah diabsorbsi.
b) Suspensi injeksi mudah disuntikkan dan tidak menyumbat jarum suntik.
c) Dapat menutupi bau dan rasa dari obat karena menggunakan sirup
simplex.
2. Kekurangan :
a) Masalah dalam proses pembuatan suspensi (cara memperlambat
penimbunan partikel serta menjaga homogenitasnya).
b) Terjadinya agregasi yang membuatnya tidak terdistribusi merata.
2.2 Studi Preformulasi Zat Aktif
Zat aktif : Cefadroxil
Kekuatan Sediaan : 250 mg / 5 ml
Kelarutan : Sedikit larut dalam air, praktis tidak larut dalam
alkohol, kloroform dan dalam eter. (Sweetman,
2009)

7
Pka : 7,22
PH : 4,0 – 6,0 (Buck, 2012)
Inkompatibilitas : Zat pengoksidasi kuat
Stabilitas : Memiliki stabilitas yang tinggi terhadap Beta
Laktam baik penisilin maupun sefalosforin yang
dihasilkan bakteri gram positif dan garam negatif.
(Sweetman, 2009)
Dosis : 250 mg / 5 ml tiap 3 kali sehari
Efek Farmakologi : Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan
berikatan dengan satu atau lebih ikatan protein-
penisilin yang selanjutnya akan menghambat
biosintesis dinding sel. Bakteri akan mengalami
lisis karena aktivitas enzim autolitik (autolysin
dan nurein hidrolase) saat dinding sel bakteri
terhambat (Setiabudy, 2007)
2.3 Analisis Permasalahan
1. Menurut Dirjen POM (1995), suspensi adalah sediaan cair yang
mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi tersebut diatas, dan tidak
termasuk kelompok suspensi yang lebih spesifik, seperti suspensi oral,
suspensi topikal dan lain-lain.
2. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa
campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa
yang sesuai segera sebelum digunakan. Sediaan seperti ini disebut Untuk
suspensi oral.
3. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan
ditujukan untuk penggunaan oral.
4. Alasan pembuatan suspensi oral yaitu karena obat-obat tertentu yang tidak
stabil secara kimia bila ada dalam larutan tetapi stabil bila disuspensi.
Suspensi oral menjamin stabilitas kimia dan memungkinkan terapi dengan

8
cairan. Umumnya bentuk cairan lebih disukai daripada bentuk padat (tablet
atau kapsul) karena mudah saat meminumnya. Lebih mudah memberikan
dosis yang relatif besar dan mudah untuk anak-anak (Ansel, 1995).
5. Untuk obat yang tidak enak rasanya telah dikembangkan bentuk-bentuk kimia
khusus menjadi bentuk yang tidak larut dalam pemberian yang diinginkan
sehingga didapatkan sediaan cair yang rasanya enak. Pembuatan bentuk yang
tidak larut untuk digunakan dalam suspensi mengurangi kesulitan ahli famasi
untuk menutupi rasa obat yang tidak enak dari suatu obat (Ansel, 1995).
6. Ditinjau dari kelarutannya, menurut Sweetman (2009), cefadroxil sedikit larut
dalam air, praktis tidak larut dalam alkohol, kloroform dan eter sehingga
dibuat suspensi oral yaitu suspensi kering.
7. Cefadroxil dibuat suspensi kering karena merupakan golongan antibiotik
dimana bekerja sebagai antimikroba yang tidak stabil dalam larutan.

9
BAB III
PENDEKATAN FORMULA
a. Bahan Pensuspensi / Suspending Agent
1. Na cmc ( Rowe, 2009; Dirjen POM 1979)
Alasan penambahan : Untuk meningkatkan viskositas dan memperlambat
proses pengendapan sehingga menghasilkan
suspensi yang stabil.
Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air, membentuk suspense
koloida, tidak larut dalam etanol 95% p. dalam eter
p dan dalam pelarut organic lain.
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan
garam larutan besi dan beberapa logam lainnya
seperti almunium, merkuri, seng, Na cmc juga
inkom dengan gum xarthan.
Stabilitas : Dalam kondisi kelembapan tinggi, dapat mengerap
sejumlah air (> 50o% ) larutan stabil pada ph 2-10.
Pada ph di atas visikositas larutan menurun dengan
cepat. Umumnya larutan menunjukan visikositas
dan stabilitas maksimum pada ph 7-9. Proses
pemanasan dapat menurunkan visikositas.
Konsentrasi : 0,1- 1%
2. Pulvis gummi arabici (Rowe, 2009)
Alasan penambahan : Karena PGA larut dalam air dan tidak inkom
dengan zat aktif.
Kelarutan : Mudah laru dalam air, menghasilkan larutan yang
kristal dan bening, praktis tidak larut dalam etanol
(90%) dan dalam gliserol.
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan amydopyrin, apomonolapin,
aerosol, etanol 95%, garam fem, morfin, tanin,
timol, banyak kandungan garam menurunnya
visikositas.

10
Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya udara dari
luar, mudah terurai oleh bakteri dan reaksi eumatik
dan mudah teroksidasi.
Konsentrasi : 1%, 3% - 5%
b. Bahan pembasah/ wetting agent
1. Sorbitol (Rowe, 2009)
Alasan penambahan : Sorbitol secara kimiawi relative inert dan
kompetibel dengan sebagian besar eksperimen
lainnya. Stabil di udara dengan tidak adanya katalis
dan pada keadaan dingin, larutan asam dan basah.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam
etanol, methanol, dan dalam asam asetat.
Inkompatibilitas : Sorbitol akan membentuk kuat yang larut dalam air
dengan banyak ion logan divalen dan trivalen
dalam kondisi sangat asam dan basa.
Stabilitas : Stabil di udara dengan tidak adanya katalis dan
pada keadaan dingin larutan asam dan basa.
Konsentrasi : 3-15%
2. Gliserin ( Rowe, 2009)
Alasan penambahan : Karena gliserin mudah larut dalam air jadi baik
digunaan sebagai wetting agent
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam benzyl dan kloroform
serta minyak dan agak mudah larut dalam aseton,
dalam etanol (95 % ) dan air.
Inkompatibilitas : Gliserin dapatmeledak jika di campur dengan agent
pengoksida kuat seperti kromium trioksida, kalium
florat dan kalium pemanganat.
Stabilitas : Bersifat higroskopis, gliserin mulai tidak rentan
terhadap oksidasi dibawah kondisi penyimpanan
biasa.
Konsentrasi : < 30%

11
3. Propilen glikol (Rowe, 2009)
Alasan penambahan : Untuk menurunkan tegangan permukaan bahan
dengan air dan meningkatkan dispersi bahan yang
tidak larut.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol 95%
dengan kloroform p. Larut dalam 6 bagian eter,
tidak dapat bercampur dengan eter, minyak tanah p
dan minyak lemak.
Inkompatibilitas : Propilenglikol inkompatibel dengan reagent
oksidasi.
Stablitas : Pada suhu dingin, propilenglikol stabil, dengan
baik pada tempat tertentu baik pada tempat tertentu
dalam wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya
dan kering, hal ini karena apatnya yang
higroskopis.
Konsentrasi : 10-25%
c. Bahan pemanis
1. Sorbitol (Rowe, 2009)
Alasan penambahan : Sebagai formulasi gula dan sebagai penstabil obat
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam
etanol dalam methanol dan dalam asam asetal
Inkompatibilitas : Sorbitol akan membentuk kelat yang larut dalam
air dengan banyak ion logam divalent dan trivalent
dalam kondisi sangat asam dan basa.
Stabilitas : Stabil di udara dengan tidak adanya katalis dan
pada keadaan dingin larutan asam dan basa.
Konsentrasi : 3-15 %
2. Aspartam (Rowe, 2009)
Alasan penambahan : Karena aspartam dapat meningkatkan system rasa
dan bisa digunakan untuk menutupi beberapa
karakteristik rasa yang tidak menyenangkan.

12
Kelarutan : Sedikit larut dalam etanol (95%) hemat dalam air.
Pada 208o C kelarutannya adalah 1 % b/v pada titik
isoelektrik (pH 5,2)
Inkompatibilitas : Inkom dengan kalsium fosfat dibasic dan juga
pelanatas magnesium stearat.
Stabilitas : Stabilitas dalam larutan berair telah ditingkatkan
dengan penambahan siklodekstrin, dan dengan
penambahan polietilen glikol 400 pada pH 2.
Namun pada pH 3,5-4,5 stabilitas tidak
ditingkatkan dengan pengantian air dengan pelarut
organik.
Konsentrasi : 0,1-0,5%
3. Sukrosa (Rowe, 2009)
Alasan penambahan : Karena dilihat dari kelarutannya sukrosa sangat
mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut
dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak
larut dalam kloroform, dan eter.
Inkompatibilitas : Sukrosa dapat terkontaminasi oleh logam berat
yang dapat menyebabkan inkompatibilitas dengan
zat aktif tertentu, misalnya asam askorbat, dengan
adanya asam encer atau pekat, sukrosa terhidrolisis
atau diubah menjadi dextrosa dan fluktosa. Sukrosa
inkompatibel dengan aliminium.
Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar.
Konsentrasi : 50-67%
d. Bahan pengawet
1. Natrium Benzoat (Rowe, 2009)
Alasan penambahan : Natrium benzoat digunakan terutama sebagai
pengawet antimikroba dalam kosmetik, makanan
dan obat-obatan.

13
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agar sukar larut dalam
etanol dan lebih mudah larut dalam etanol 90%
Inkompatibilitas : Dengan senyawa kortoner, gelatin, garam besi,
garam kalsium dan logam garam berat, termasuk
perak, timah dan merukuri.
Stabilitas : Natrium benzoat stabil dalam udara dan kelarutan
dalam air, mudah larut. Natrium benzoat dapat
disimpan dalam wadah yang berbahan logam dan
kaca, tidak boleh disimpan dalam wadah plastik.
Konsentrasi : 0,02-0,3%
2. Metil Paraben (Rowe 2009)
Alasan penambahan : Termetabolisme sempurna sebelum kesistem
peredaran darah
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, 20 bagian air mendidih
dalam 3,5 bagian etanol (90%) p dan dalamtiga
bagian asetosip, mudah larut dalam eter p.
Inkompatibilitas : Surfaktan ionik seperti polisorbal 80, bentonit,
antrisiklat, talk, tragakan dan sodium algiant.
Stabilitas : mudah terurai dalam cahaya.
Kosentrasi : 0,02-0,3%
3. Propil Paraben (Rowe, 2009)
Alasan penambahan : Membantu mencegah timbulnya jamur dan bakteri
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah dalam etanol
dan eter, sukar larut dalam air mendidih.
Inkompatibilitas : Dengan senyawa magnesium terisiklor, magnesium
silikat.
Stabilitas : Kelarutan dalam air pada pH 3-6 bisa disterilkan
dengan autoclaving tanpa mengalamai pengurasan
pada pH 3-6 kelarutan dalam air stabil.
Konsentrasi : 0,01-06%

14
e. Bahan pelarut
1. Aquadesiliata (Rowe, 2009)
Alasan penambahan : Sebagai pelarut untuk melarutkan senyawa dan
sebagai pelarut yang universal. Serbuk larut dalam
aquades sehingga sangat cocok untuk ditambahkan
Kelarutan : Larut dalam semua jenis larutan (Dirjen Pom,
1995)
Inkompatibilitas : Air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan
penerima lainnya rantan terhadap hidrolisi (dalam
keadaan uap air) pada suhu sekitar dan suhu tinggi.
2. Etanol (Dirjen pom, 1995) (Rowe, 2009)
Alasan penambahan : Karena ditinjau dari kelarutannya etanol mudah
larut dalam air.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform
dan dalam eter.
Inkompatibilitas : Aluminium, materi oksidasi, alkali, garam organik.
Stabilitas : Meningkatnya suhu dapat mempercepat degradasi
Konsentrasi : 6,5-10,5%

15
BAB IV
FORMULASI DAN PERHITUNGAN
4.1 Formulasi
Rancangan Formula
R/
Ceadroxil 250 mg/ 5 ml
Na CMC 0,1%
Sorbitol 5%
Sukrosa 20%
Natrium benzoat 0,1%
Aquades ad 60 ml
4.2 Perhitungan
a. Perhitungan Dosis
250 mg
= 3 kali sehari tiap 8 jam
5 ml
250 mg
= 750 mg
3
Dosis maksimum : 4 gr/hari
b. Perhitungan Bahan
10
Formula : 60 + ( x 60) = 66 ml
100
1. Cefadroxil : 250 mg : 0,25 g
0,25 mg
x 66 = 3,30 gr
5 ml
1
2. Na CMC : x 66 = 0,66 gr
100
5
3. Sorbitol : x 66 = 3,30 ml
100
20
4. Sukrosa : x 66 = 13,2 gr
100
0,1
5. Natrium benzoat : x 66 = 0,066 gr
100
6. Aquades : 60 – (3,30 + 0,66 + 3,0 + 13,2 + 0,066)

16
: 60 – 20,526
: 39,474 ml

BAB V
CARA KERJA DAN EVALUASI
5.1 Cara Kerja
1. Membersihkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Menimbang masing-masing bahan yang akan digunakan
3. Mengkalibrasi botol sampai 60 ml
4. Memasukkan cefadroxil ke dalam lumpang, kemudian ditambahkan
sorbitol digerus hingga homogen
5. Menambahkan sukrosa, Na CMC dan natrium benzoat kemudian gerus
sampai homogen
6. Campuran homogen dimasukkan ke dalam wadah
5.2 Tabel Evaluasi
Jenis
Prinsip Evaluasi Syarat Evaluasi Hasil
Evaluasi
Uji evaluasi Penentuan kualitas Pengamatan secara Warna : Putih
bahan, dilakukan visual (warna, bau, Bau : Menimbulkan
dengan indera untuk rasa) bau yang khas.
mengukur tingkat
penerimaan sediaan
yaitu penilaian rasa,
bau dan warna.
Uji sifat alir Pengukuran sudut >10 g/detik : sangat Campuran serbuk
yang terbentuk dari baik yang didapat
lereng tumbuhan 4-10 g/detik : baik sangat sukar
granul yang 1,6-4g/detik : sukar
mengalir bebas dari <1,6g/detik : sangat
corong terhadap sukar
suatu bidang datar.

17
BAB VI
PEMBAHASAN
Menurut Dirjen POM (2014), suspensi adalah sediaan cair yang
mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Pada
praktikum kali ini, dilakukan pembuatan sediaan suspensi yaitu suspensi kering
dengan zat aktif cefadroxil karena cefadroxil merupakan antibiotik yang
mempunyai stabilitas terbatasa di dalam pelarut air (Lieberman, 1989) Bahan-
bahan yang digunakan, antara lain cefadroxil, Na CMC, sorbitol, sukrosa, natrium
benzoat, dan aquades.
Dalam percobaan ini dilakukan pembuatan sediaan suspensi kering dengan
cara dimasukkan cefadroxil sebanyak 3,30 gr ke dalam lumpang, dan
ditambahkan sorbitol sebanyak 3,30 ml dengan cara meneteskan secara merata
pada cefadroxil hingga tidak ada udara lagi pada cefadroxil, diaduk sampai
homogen. Menurut Anief (1994), penambahan sorbitol ini sebagai humektan atau
zat pembasah untuk menggantikan lapisan udara yang ada di permukaan partikel
sehingga zat mudah tebasahi. Setelah itu, dimasukkan suspending agent yang
telah disiapkan, dan diaduk sampai homogen. Menurut Aulton (1988), suspending
agent digunakan untuk meningkatkan viskositas dari suspensi sehingga dapat
memperlambat pengendapan. Kemudian dimasukkan sukrosa dan natrium benzoat
ke dalam lumpang diaduk sampai homogen. Setelah itu, campuran serbuk
dimasukkan kedalam botol yang sudah terkalibrasi dan diberi etiket.
Sediaan suspensi kering dibuat sesuai dengan formula, kemudian sediaan
tersebut dilakukan evaluasi. Adapun evaluasi yang dilakukan meliputi uji
organoleptik dan uji sifat alir.
Menurut Waysima dan Adawiyah (2010), uji organoleptik atau
uji indra atau uji sensori merupakan cara pengujian dengan menggunakan
indra manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan
terhadap produk. Pada pengujian organoleptik, yaitu menguji sediaan dari warna,
bau dan rasanya. Dipantau dari warna, sediaan tersebut berwarna putih yakni

18
warna khas dari zat aktif kami yaitu cefadroxil dan baunya memiliki bau yang
khas dari cefadroxil.
Pada uji sifat alir ini menggunakan corong dengan cara serbuk dimasukkan
ke dalam corong uji waktu alir. Penutup corong dibuka sehingga serbuk keluar
dan ditampung pada bidang datar (Liebermann & Lachman, 1986). Hasil yang
didapat pada pengujian yaitu serbuk tersebut sangat sukar. Hal tersebut terjadi
karena ada kesalahan dalam pembuatan.

19
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
1. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair.
2. Ditinjau dari kelarutannya, menurut Sweetman (2009), cefadroxil sedikit
larut dalam air, praktis tidak larut dalam alkohol, kloroform dan dalam eter
sehingga dapat dibuat sediaan suspensi yaitu suspensi kering.
3. Cara memfacturing sediaan suspensi yang pertama memasukkan
cefadroxil ke dalam lumpang dan ditambahkan sorbitol dan digerus hingga
homogen, dan ditambahkan sukrosa, Na CMC, dan natrium benzoat,
digerus hingga homogen. Setelah itu, campuran serbuk di maskkan ke
dalam wadah dan dieri etiket.
4. Evaluasi sediaan suspensi meliputi uji organoleptik dan uji sifat alir.
7.2 Saran
7.2.1 Untuk Jurusan
Diharapkan agar dapat melengkapi fasilitasnya berupa alat-alat dan
bahan-bahan yang menunjang dalam proses praktikum, agar praktikum yang
dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar.
7.2.2 Untuk Asisten
Diharapkan agar kerja sama antara asisten dengan praktikan lebih
ditingkatkan dengan banyak memberi wawasan tentang eliksir.
7.2.3 Untuk Praktikan
Praktikan diharapkan dipraktikum selanjutnya bisa melaksanakan
praktikum lebih baik lagi dan tidak membuatkan kesalahan pada saat
melarutkan bahan obat yang akan digunakan.

20

Anda mungkin juga menyukai