TEKNOLOGI CAIR-SEMIPADAT
JUDUL :
PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN SUSPENSI
Kelompok/Kelas : 4/B
Disusun Oleh :
I. TUJUAN
Mahasiswa diharapkan dapat membuat dan mengevaluasi sediaan
suspensi untuk penggunaan obat dalam sesuai dengan formula.
Selain kriteria di atas, sediaan suspensi yang baik (ideal) juga harus
memenuhi persyaratan berikut:
a) Ukuran Partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang
partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu.
Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik
dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas penampang
dengan daya tekan ke atas merupakan hubungan linier. Artinya
semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya,
(dalam volume yang sama) akan semakin memperlambat gerakan
partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan
tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
b) Kekentalan (Viskositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan
aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan
alirannya makin turun (kecil). Kecepatan aliran dari cairan tersebut
akan mempengaruhi gerakan turunnya partikel yang terdapat di
dalamnya, maka dengan menambah viskositas cairan, gerakan
turun dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi
perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi
agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
(Syamsuni, 2006)
Flokulasi Deflokulasi
a. Partikel merupakan agregat yang a. Partikel suspensi dalam keadaan
bebas. terpisah satu dengan yang lain.
b. Sedimentasi cepat, partikel b. Sedimentasi lambat, masing-
mengendap sebagai flok yaitu masing partikel mengendap
kumpulan partikel. terpisah dan ukurannya minimal.
c. Sedimentasi terjadi cepat. c. Sedimentasi terjadi lambat.
d. Sedimen terbungkus bebas dan d. Akhirnya sedimen akan
membentuk cake yang keras dan membentuk cake (agregat) yang
padat dan mudah terdispersi sukar terdispersi kembali.
kembali seperti semula. e. Wujud suspensi menyenangkan
e. Wujud suspensi kurang karena zat tetap tersuspensi
menyenangkan sebab dalam waktu relatif lama.
sedimentasi menjadi cepat dan di Meskipun ada cairan atas tetap
atasnya terjadi cairan yang berkabut.
jernih.
(Anief, 1993)
a. Metode dispersi
Serbuk yang terbagi halus didispersikan dalam cairan
pembawa. Umumnya yang digunakan sebagai pembawa adalah
air. Dalam formula suspensi yang paling penting adalah partikel-
partikel harus terdispersi dalam fase air. Mendispersi serbuk yang
tidak larut dalam air kadang-kadang sulit. Hal ini disebabkan
karena adanya udara, lemak, kontaminan pada permukaan serbuk,
dan lain-lain (Lachman et al, 1994).
b. Metode presipitasi
Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dulu dalam
pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut
dalam pelarut organik larutan zat ini kemudian diencerkan
dengan larutan pensuspensi dalam air sehingga akan terjadi
endapan halus tersuspensi dalam air sehingga akan terjadi
endapan halus tersuspensi dengan bahan pensuspensi (Murtini,
2016).
Tiga hal utama yang sangat penting dalam pembuatan bentuk sediaan
suspensi, yaitu:
2.7.2 Uji pH
Pada uji ini, sediaan diukur pHnya menggunakan pH meter.
Pertama diambil sedikit sediaan, kemudian pH meter ditara terlebih
dahulu dengan buffer standar pH 7. Kemudian dimasukkan alat pH
meter ke dalam suspensi untuk diketahui pH sediaannya (Nurlisani et
al., 2019). pH suspensi berkisar antara 5- 7. pH tersebut harus
dipertahankan agar stabil pada 5-7 (Ansel, 1989).
Keterangan =
F = Volume Sedimental
(Voight, 1994)
2.8.2 CMC Na
2.8.3 Tween 80
Ester asam lemak polioksietilen sorbitan monooleat
(polisorbat 80) merupakan surfaktan nonionik yang larut dalam air
yang membantu terbentuknya emulsi M/A. Pemerian Tween 80
adalah cairan seperti minyak berwarna putih bening atau kekuningan,
sedikit terasa seperti basa, berbau khas. Kelarutannya larut dalam
etanol dan air, tidak larut dalam minyak mineral dan minyak nabati.
pH larutan 6-8 untuk 5% zat (w/v) dalam larutan berair. Stabilitasnya
stabil bila dicampurkan dengan elektrolit, asam lemah dan basa lemah.
Konsentrasi lazimnya apabila digunakan sendiri adalah 1-15% dan
apabila dikombinasi dengan surfaktan hidrofobik adalah 1-10%
(Rowe et al., 2009).
2.8.6 Nipagin
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih,
tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit
rasa terbakar
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan benzen, mudah larut dalam
etanol dan dalam eter, larut dalam minyak, propilen
glikol, dan dalam gliserol
Penggunaan : Sebagai pengawet
2.8.7 Aquadest
Aqua destilata atau air suling memiliki rumus kimia H 2O. air
suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Cairan
jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa.
Kegunaannya adalah sebagai pelarut (Depkes RI, 1979).
III. METODE
3.1. Alat
1. Cawan porselen
2. Mortir dan stamper
3. Gelas ukur
4. Batang pengaduk
5. Stopwatch
6. Waterbath
7. Gelas arloji
8. Pipet tetes
9. Botol plastik
10. Sendok tanduk
11. Label etiket
12. pH meter
13. Tabung reaksi
14. Kertas milimeter blok
15. Gelas beaker
3.2. Bahan
1. Kloramfenikol
2. CMC Na
3. Tween 80
4. PEG 400
5. Syrupus simplex
6. Nipagin
7. Perasa
8. Aquadest
3.3. Formula
Bahan R1 R2 R3 R4 R5
Kloramfenikol (mg) 250 250 250 250 250
CMC Na (mg) 50 25 50 50 25
Tween 80 (mg) 75 50 50 25 75
PEG 400 (mg) 1000 1000 1000 500 500
Syrupus simplex 1500 1500 1500 1500 1500
(mg)
Nipagin (mL) 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Perasa (mL) q.s q.s q.s q.s q.s
Aquadest ad (mL) 60 60 60 60 60
3.4. Cara Kerja
3.4.1 Pembuatan Suspensi
Kloramfenikol, CMC-Na, Tween 80, PEG 400,
Syrupus simplex, Nipagin, Perasa, Aquadest
Suspensi
Hasil
b. Uji pH
Suspensi
Hasil
c. Uji Volume Sedimentasi
Suspensi
Hasil
IV. DATA PENGAMATAN
4.1 Formula I
4.2 Formula II
4.4 Formula IV
4.5 Formula IV
Langkah kerja pada uji volume sedimentasi yang pertama yaitu kertas
milimeter blok diletakkan di belakang tabung reaksi. Suspensi dikocok dulu
kemudian diambil 10 ml untuk dimasukkan kedalam tabung reaksi. Diberikan
tanda untuk tinggi volume awal. Kemudian diamati dan diamati dan diberi tanda
setelah 15 menit, 30 menit, 60 menit, dan setelah 24 jam. Setelah itu dihitung
volume sedimentasi. Menurut Ansel (2005), pengukuran volume sedimentasi
untuk mengetahui pengaruh waktu terhadap volume pengendapan, dan hal yang
mempengaruhi sedimentasi adalah kecepatan sedimentasi dimana kecepatan
adalah rasio perbandingan dari jarak terhadap waktu.
Pada uji organoleptis hal yang harus dilakukan adalah alat dan
bahan disiapkan. Suspensi dimasukkan ke dalam gelas beaker. Diamati
bentuk, bau, warna, dan rasa suspensi. Hal ini sesuai dengan Sana, et
al. (2012), yang menyatakan bahwa pengujian organoleptis dilakukan
dengan menilai perubahan rasa, warna, dan bau. Menurut Sosnowska et
al., (2009) uji organoleptis penting untuk mengetahui stabilitas dari
sediaan suspensi.
5.2 Uji pH
Adina AB, Goenadi FA, Handoko FF, Nawangsari DA, Hermawan A, Jenie RI.
2012. Combination of Ethanolic Extract of Citrus aurantifolia Peels with
Doxorubicin Modulate Cell Cycle and Increase Apoptosis Induction on
MCF-7 Cells. Iranian Journal of Pharmaceutical Research. 13:919-926
Anief, M. 1993. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Anief, M., 2007. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: UI Press
Connors, K.A. 1986. Stabilitas Kimiawi Sediaan Farmasi. Edisi Kedua. Semarang:
IKIP Semarang Press
Desmira, D., Aribowo, D., & Pratama, R. 2018. Penerapan Sensor pH pada Area
Elektrolizer di PT. Sulfindo Adiusaha. PROSISKO: Jurnal Pengembangan
Riset dan Observasi Sistem Komputer, 5(1)
Lachman, L., Lieberman, H.A., and Kanig, J.L. 1994. Teori dan Praktik Industri
Farmasi, diterjemahkan oleh Suyatmi, S. Jakarta: UI Press
Lachman L, Lieberman H.A, Kanig J.L. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri.
Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Edisi III. Jakarta: Universitas Indonesia
Press
Nep, E.I., dan Conway, B.R. 2011. Evaluation of Grewia polysaccharide gum as a
suspending agent. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutics
Sciences.
Popa, L., & Ghica, M.V. 2011. Ibuprofen pediatric suspension design and
optimized by responce surface. Journal of Physical and Colloidal
Chemistry. 59 (4), 500-506
Rowe, R.C. et Al. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients, 5th Ed. London:
The Pharmaceutical Press
Sana, S., Rajani, A., Sumedha, N., & Mahesh, B. 2012. Formulation and evaluation
of taste masked oral suspension of Dextromethorphan hydrobromide.
International Journal of Drug Development and Research. 4 (2), 159-172
1. Formula I
a. Volume sedimentasi pada menit ke-15
𝑉𝑢
F = 𝑉𝑜
0,3 𝑐𝑚
F = 7,4 𝑐𝑚
F = 0,0405405405405405
F = 0,04
𝑉𝑢
F = 𝑉𝑜
0,5 𝑐𝑚
F = 7,4 𝑐𝑚
F = 0,0675675675675676
F = 0,06
𝑉𝑢
F = 𝑉𝑜
0,6 𝑐𝑚
F = 7,4 𝑐𝑚
F = 0,0810810810810811
F = 0,08
𝑉𝑢
F = 𝑉𝑜
0,7 𝑐𝑚
F = 7,4 𝑐𝑚
F = 0,0945945945945946
F = 0,09
2. Formula II
a. Volume sedimentasi pada menit ke-15
𝑉𝑢
F = 𝑉𝑜
0,4 𝑐𝑚
F= 8 𝑐𝑚
F = 0,05
𝑉𝑢
F = 𝑉𝑜
0,7 𝑐𝑚
F= 8 𝑐𝑚
F = 0,0875
F = 0,08
𝑉𝑢
F=
𝑉𝑜
0,7 𝑐𝑚
F= 8 𝑐𝑚
F = 0,0875
F = 0,08
𝑉𝑢
F = 𝑉𝑜
1 𝑐𝑚
F = 8 𝑐𝑚
F = 0,125
F = 0,12
3. Formula III
a. Volume sedimentasi pada menit ke-15
𝑉𝑢
F = 𝑉𝑜
0,4 𝑐𝑚
F = 7,1 𝑐𝑚
F = 0,0563380281690141
F = 0,05
𝑉𝑢
F = 𝑉𝑜
0,6 𝑐𝑚
F = 7,1 𝑐𝑚
F = 0,0845070422535211
F = 0,08
𝑉𝑢
F = 𝑉𝑜
0,7 𝑐𝑚
F = 7,1 𝑐𝑚
F = 0,0985915492957746
F = 0,09
𝑉𝑢
F = 𝑉𝑜
0,8 𝑐𝑚
F=
7,1 𝑐𝑚
F = 0,1126760563380282
F = 0,11
4. Formula IV
a. Volume sedimentasi pada menit ke-15
𝑉𝑢
F = 𝑉𝑜
0,7 𝑐𝑚
F = 7,8 𝑐𝑚
F = 0,0897435897435897
F = 0,08
b. Volume sedimentasi pada menit ke-30
𝑉𝑢
F = 𝑉𝑜
0,8 𝑐𝑚
F = 7,8 𝑐𝑚
F = 0,1025641025641026
F = 0,10
𝑉𝑢
F = 𝑉𝑜
0,9 𝑐𝑚
F = 7,8 𝑐𝑚
F = 0,1153846153846154
F = 0,11
𝑉𝑢
F=
𝑉𝑜
1 𝑐𝑚
F = 7,8 𝑐𝑚
F = 0,1282051282051282
F = 0,12
5. Formula V
a. Volume sedimentasi pada menit ke-15
𝑉𝑢
F = 𝑉𝑜
0,3 𝑐𝑚
F= 8 𝑐𝑚
F = 0,0375
F = 0,03
𝑉𝑢
F = 𝑉𝑜
0,4 𝑐𝑚
F= 8 𝑐𝑚
F = 0,05
𝑉𝑢
F=
𝑉𝑜
0,5 𝑐𝑚
F= 8 𝑐𝑚
F = 0,0625
F = 0,06
𝑉𝑢
F = 𝑉𝑜
0,5 𝑐𝑚
F= 8 𝑐𝑚
F = 0,0625
F = 0,06