DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
1. Lekat Okta Tri Puspita ( PO. 71.39.1.20.046)
2. Indah ( PO. 71.39.1.20.050)
3. Permata Dwi Putri ( PO. 71.39.1.20.059)
4. Gita Khoiroh Maruah (PO. 71.39.1.20.062)
5. Asi Anisa ( PO. 71.39.1.20.073)
6. Adelia Ovi Marseli ( PO. 71.39.1.20.074)
7. Salsyabila Wonika ( PO. 71.39.1.20.075)
Kelas : Reguler II B
Dosen Pembibing : Dra. Ratnaningsih Dewi Astuti, Apt., M.Kes
Mona Rahmi Rulianti, M.Farm, Apt.
Mar’atus Solikhah,M.Far,.Apt.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam pembuatan suatu suspensi, kita harus mengetahui dengan baik
karakteristik fase terdispersi dan medium dispersinya. Dalam beberapa hal fase
terdisfersi mempunyai afinitas terhadap pembawa untuk digunakan dan dengan
mudah “dibasahi” oleh pembawa tersebut selama penambahannya. Obat yang tidak
dipenetrasi dengan mudah oleh pembawa tersebut dan mempuntai kecenderungan
untuk bergabung menjadi satu atau mengambang diatas pembawa tersebut.
Dalam hal yang terakhir, serbuk mula-mula harus dibasahi dahulu dengan apa
yang disebut “zat pembasah” agar serbuk tersebut lebih bisa dipenetrasi oleh medium
disperse. Alkihol, gliserin, dan cairan higroskopis lainnya digunakan sebagai zat
pembasah bila suatu pembawa air akan digunakan sebagai fase disperse. Bahan-
bahan tersebut berfungsi menggantikan udara dicelah-celah partikel, mendispersikan
partikel tersebut dan kemudian menyebabkan terjadinya penetrasi medium disperse
kedalam serbuk.
Dalam pembuatan suspensi skala besar, zat pembasah dicampur partikel-
partikel menggunakan suatu alat seperti penggiling koloid ( colloid mill ), pada skala
kecil, bahan-bahan tersebut dicampur dengan mortar dan stamper. Begitu serbuk
dibasahi, medium dispersi ( yang telah ditambah semua komponen – komponen
formulasi yang larut seperti pewarna, pemberi rasa, dan pengawet ) ditambah
sebagian-sebagan keserbuk tersebut, dan campuran itu dipadu secara merata sebelum
penambahan pembawa berikutnya.
Sebagian dari pembawa tersebut digunakan untuk mencuci alat-alat
pencampur agar bebas dari suspenoid, dan bagian ini digunakan untuk mencukupi
volume suspensi dan menjamin bahwa suspensi tersebut mengandng konsetrasi zat
padat yabg diinginkan.
B. TUJUAN
- Memahami dan mampu melakukan pembuatan sediaan steril dengan teknik
aseptis
- Memahami dan mampu membuat sediaan injeksi suspensi hidrokortison asetat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suspensi farmasi adalah disperse kasar, dimana partikel padat yang tak larut
terdispersi dalam medium cair. Partikelnya mempunyai diameter yang sebagian besar lebih
dari 0,1 mikron. Beberapa partikel terlihat dibawah mikroskop menunjukan geraka brown
bila dispersinya mempunyai viskositas yang rendah. Suspensi dalam farmasi digunakan
dalamberbagai cara :
Dalam pembuatan suspensi dikenal 2 macam system, yaitu system flokulasi dan
system deflokulasi. Dalam system flokulasi, partikel terflokulasi adalah terikat lemah, cepat
mengendap dan mudah tersuspensi kembali dan tidak membentuk cake. Sedangkan pada
system deflokulasi, partikel terdeflokulasi mengenap perlahan-lahan dan akhirnya
membentuk sedimen dan terjadi agregasi dan selanjutnya cake yang keras dan sukar
tersuspensi kembali.
Pada system flokulasi biasanya mencegah pemisahan yang sungguh- sungguh
tergantung pada kadar partikel padat dan derajat flokulasinya dan pada suatu waktu flokulasi
kelihatan kasarr akibat terjadi flokul. Dalam system deflokulasi, partikel tersdispersi baik
dan mengenap sendirian, tapi lebih lambat daripada system flokulasi, tapi partikel
deflokulasi berkehandak membentuk sedimen atau cake yang terdispersi kembali ( Anief,
200 ).
a. Teknologi Pembuatan
Semua suspensi harus dikemas dalam wadah mulut lebar yang mempunyai ruang
udara yang memadai di atas cairan sehingga dapat dikocok dan mudah dituang.
Kebanyakan suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari
pembekuan, panas yang berlebihan, dan cahaya. Suspensi perlu dikocok tiap kali
sebelum digunakan. Untuk menjamin distribusi zat padat yang merata dalam pembawa
sehingga dosis yang diberikan setiap kali tepat dan seragam.
Sendi sinovial adalah sendi yang paling umum dari kerangka apendikular
manusia. Meskipun sendi ini dianggap bergerak bebas, tingkat kemungkinan gerak
bervariasi sesuai dengan desain struktural individu dan fungsi utama (gerakan
stabilitas). Komponen dari sendi sinovial yang khas mencakup unsur- unsur tulang,
tulang subkondral, Kartilago artikular, membran sinovial, kapsul sendi
fibroligamentous, dan reseptor sendi artikular. Cairan sinovial digunakan sebagai
pelumas sendi atau setidaknya untuk berinteraksi dengan tulang rawan artikular untuk
mengurangi gesekan antara permukaan sendi. (Tortora G. J., Derrickson B, 2009).
Fungsi cairan sinovial meliputi mengurangi gesekan dimana cairan sinovial akan
melumasi sendi, shock absorption yaitu sebagai cairan dilatant, cairan sinovial ditandai
dengan menjadi lebih kental di bawah tekanan, cairan sinovial dalam sendi diarthrotic
menjadi tebal saat diterapkan untuk melindungi sendi dan selanjutnya menipis
keviskositas normal untuk melanjutkan fungsi pelumas. Selain itu digunakan pula
untuk transportasi nutrisi dan limbah dimana cairan mensuplai oksigen dan nutrisi dan
menghilangkan karbon dioksida dan limbah metabolik dari kondrosit dalam kartilago.
Jaringan sinovial terdiri dari jaringan ikat vascularized yang tidak memiliki membran
basement. Dua jenis sel (tipe A dan tipe B) yang hadir: Tipe A berasal dari monosit
darah. Tipe B menghasilkan cairan sinovial. Cairan sinovial terbuat dari asam
hialuronat dan lubricin, proteinase, dan kolagenase. Cairan sinovial menunjukkan
karakteristik aliran non-Newtonian; koefisien viskositas tidak konstan dan cairan tidak
linear kental. Cairan sinovial memiliki karakteristik tiksotropi; viskositas menurun dan
menipis cairan selama stres berlanjut.
A. Definisi Injeksi
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau supensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melebihi kulit atau selaput lendir
(Farmakope Indonesia edisi III, hal 13).
Injeksi adalah Injeksi yang dikemas dalam wadah 100 ml atau kurang, umumnya
hanya larutan obat dalam air yang bisa diberikan secara intravena. Suspensi tidak bisa
diberikan karena berbahaya yang dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh
darah kapiler. (Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV)
Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke
dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lendir. Injeksi dapat berupa larutan,
emulsi, suspense atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu
sebelum digunakan (Anief, 2007).
Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah
obat ke dalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah
dosis tunggal atau wadah dosis ganda. Injeksi volume kecil adalah injeksi yang dikemas
dalam wadah 100 ml atau kurang.
A. SEJARAH PERUSAHAAN
PT. Sagita Farma merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi farmasi yang
bermarkas di Palembang-Indonesia. Sejarah PT Sagita Farma berawal dari tahun 1999 di
sebuah pabrik skala kecil di lingkungan Rumah Sakit Pusat Pemerintah yang pada saat
itu hanya memproduksi beberapa obat jadi. Seiring dengan berjalannya waktu, salah satu
perusahaan PT Sagita Farma yang memproduksi obat jadi, obat tradisional, dan
suplemen makanan. PT Sagita Farma telah memiliki sertifikat CPOB (Cara Pembuatan
Obat yang Baik).
B. VISI
“Menjadi Perusahaan Healthcare Indonesia Pilihan Utama yang Berskala Global”
C. MISI
2. Kami memiliki nilai tambah melalui proses bisnis yang terintegrasi dan
pengembangan produk yang berbasis teknologi modern.
DIREKTUR UTAMA
CPOB
3. Bagian QC
Bertugas untuk Mengawasi kualitas bahan awal, baik bahan baku maupun bahan
kemas, dan juga mengawasi kualitas produk jadi yang telah siap dipasarkan. Proses yang
pertama kali dilakukan di bagian ini setelah bahan baku, wadah, kemasan, dan produk
jadi diterima oleh gudang adalah seluruh bahan dan produk tersebut diberi label
“KARANTINA”. Setelah itu, petugas QC melakukan pengambilan sampel atau contoh
terhadap bahan dan produk tersebut. Sampel kemudian dikirim ke laboratorium QC
untuk dilakukan pemeriksaan fisika, kimia, dan mikrobiologi. Hasil pemeriksaan
tersebut akan menentukan apakah bahan baku dan produk jadi tersebut telah memenuhi
persyaratan. Untuk bahan baku dan produk jadi yang memenuhi syarat akan diberi label
“BAIK” sedangkan yang tidak memenuhi syarat akan diberi label “TOLAK” disertai
“Alasan Tolak Barang”. Bagian QA dan QC saling berhubungan dan bekerjasama dalam
cross check mutu produk serta menangani masalah yang berkaitan dengan mutu produk.
2. PERSONALIA
Program tersebut ditujukan untuk seluruh karyawan yang berhubungan dengan proses
produksi, baik langsung maupun tidak langsung secara terus menerus dan bertingkat.
Pada program pelatihan KUA LIMA dibahas tentang CPOB, 5R (Ringkas, Rapi,
Resik, Rawat, Rajin) dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja). Tujuan program
KUA LIMA yaitu untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja karyawan yang
akhirnya dapat menjamin kualitas produk yang diproduksi. Karyawan yang telah
dinyatakan lulus untuk tingkat tertentu akan mendapatkan sertifikat dengan masa
berlaku tiga tahun. Penjabaran dari lima aspek dalam KUA LIMA adalah sebagai
berikut:
1. Kerja Ikhlas:
Siap bekerja dengan tulus tanpa pamrih untuk kepentingan bersama
2. Kerja Cerdas:
Kemampuan dalam belajar cepat (fast learner) dan memberikan solusi yang tepat
3. Kerja Keras:
Menyelesaikan pekerjaan dengan mengerahkan segenap kemampuan untuk
mendapatkan hasil terbaik
4. Kerja Antusias:
Keinginan kuat dalam bertindak dengan gairah dan semangat untuk mencapai tujuan
bersama
5. Kerja Tuntas:
Melakukan pekerjaan secara teratur dan selesai untuk menghasilkan output yang
maksimal sesuai dengan harapan
3. BANGUNAN DAN FASILITAS
Pada pembuatan Injeksi Asam Askorbat dilakukan di white area, di ruang B dan
C. Ruangan ataupun area yang masuk dalam kelas ini adalah ruang produksi produk
steril. Setiap karyawan yang masuk ke area ini wajib mengenakan gowning (pakaian dan
sepatu grey).
Ruang D memiliki persyaratan:
a. Jumlah partikel (untuk non operasional 3.520.000 untuk lebih dari 0,5 µm, untuk lebih
dari 5µm sedangkan untuk operasional tidak ditetapkan).
b. Jumlah mikroba per meter kubik maksimum 200
c. Kelembaban udara (40-60%)
d. Sistem tata udara terdiri dari evapolator, blower, filter (Pre filter atau Fresh Air Filter,
Medium Filter dan HEPA Filter), ducting, dumper dan AC.
e. Sistem pengendalian udara (dust colector), cyclone.
4. PERALATAN
Spesifikasi alat produksi :
a. Inert atau netral : Tidak bereaksi dengan bahan pembuatan tablet
b. Fungsi tetap (stabil) : Selama digunakan tidak ada perubahan dalam jumlah
produksi, baik semakin bertambah atau semakin berkurang
c. Mudah pengoperasian : Tidak menyusahkan pekerja dan pekerjaan menjadi lebih
cepat
d. Terstandar dan terkalibrasi
e. Maintenance : adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk menjaga peralatan
dalam kondisi terbaik. Proses maintenance meliputi pengetesan, pengukuran,
penggantian, menyesuaian, dan perbaikan.
5. PRODUKSI
Kegiatan operasi pokok dari industri farmasi kami, meliputi kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
pengadaaan bahan baku,
pelaksanaan proses produksi, dan
pemasaran hasil produksi.
2. Proses Produksi
Proses produksi yang digunakan biasanya menggunakan ban berjalan dan telah
dilakukan secara otomatis mulai dari penyiapan bahan baku, proses produksi itu
sendiri (proses pencampuran, pencetakan), sampai dengan packing atau
pembungkusan.
Masing-masing jenis obat mempunyai jenis dan kataristik tersendiri dalam proses
produksinya walaupun ada beberapa jenis obat yang mempunyai proses produksi yang
hampir sama. Adanya karakteristik dan proses produksi yang berbeda-beda ini
menyebabkan masing-masing perusahaan juga mempunyai perbedaan dalam proses
produksinya. Ada perusahaan yang sangat sederhana dalam proses produksinya dalam
arti proses produksi tidak memerlukan teknologi yang tinggi yaitu hanya melakukan
proses pencampuran (mixing) saja. Namun, ada pula perusahaan yang membutuhkan
teknologi tinggi dalam proses produksinya, misalnya untuk membuat obat tertentu
dibutuhkan proses pencampuran dalam kondisi suhu dibawah 100 derajat C dalam
ruangan hampa udara. Suatu bahan baku tertentu dapat digunakan untuk
memproduksi beberapa macam obat-obatan melalui proses pencampuran dengan
bahan pembantu yang berlainan. Misalnya ekstrak G tersebut dicampur dengan bahan
baku A jadi obat AG, sedangkan ekstrak G tersebut apabila dicampur dengan bahan
baku B akan menjadi obat BG.
Selain itu dalam bidang pengolahan bahan kimia (khususnya dalam bidang farmasi)
terdapat karakteristik yang cukup unik. Misalnya suatu bahan baku W, satu bagiannya
(salah satu kandungan dalam bahan baku W) dapat digunakan untuk memproduksi
obat J dan pada bagian lainnya dapat digunakan untuk memproduksi obat K dimana
proses produksi untuk obat J dan obat K tersebut dapat dilakukan secara bersamaan
(atau hampir bersamaan).
Dengan adanya karakteristik yang berbeda-beda, proses produksi yang cukup rumit,
bahan baku yang dapat digunakan untuk memproduksi beberapa jenis obat/produk,
serta semakin berkembangnya teknologi proses produksi; pemeriksa pajak harus
memahami benar kegiatan produksi dari wajib pajak yang diperiksa.
Hendaklah dibuat catatan pengiriman obat dan minimal meliputi informasi berikut:
a. Tanggal pengiriman;
b. Nama dan alamat perusahaan transportasi;
c. Nama, alamat, dan status penerima (misal apotek, rumah sakit, klinik);
d. Deskripsi produk, mencakup nama, bentuk sediaan dan kekuatan (jika tersedia);
e. Jumlah produk, misal jumlah wadah dan jumlah produk per wadah;
f. Nomor bets dan tanggal kedaluarsa;
g. Kondisi transportasi dan penyimpanan yang ditetapkan; dan
h. Nomor unik untuk order pengiriman. Lihat ketentuan CPOB.
7. PENGAWASAN MUTU
Pengawasan mutu di PT. Sagita Farma Tbk. dilakukan oleh bagian Quality
Control (QC) dan Quality Assurance (QA) di bawah Departemen QO. Sesuai dengan
yang tertera pada CPOB, departemen tersebut independen dan terpisah dengan bagian
lain, khususnya dengan Departemen Produksi. Pengawasan mutu hendaklah
mencakup semua kegiatan analitik yang dilakukan di laboratorium, termasuk
pengambilan sampel dan pemeriksaan bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan
produk jadi. Kegiatan ini juga mencakup uji stabilitas, program pemantauan
lingkungan, pengujian yang dilakukan dalam rangka validasi, penanganan sampel
pertinggal, menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan dan produk serta metode
pengujiannnya. Bagian QC bertanggung jawab dalam menganalisis semua pbahan
baku dan produk jadi yang masuk ke gudang (logistik) dengan menggunakan metode
analisis (MA) yang telah disusun oleh bagian Analytical Development (Departemen
R&D).
Untuk keselamatan personil, disediakan alat pelindung diri (APD) seperti
pakaian kerja, penutup kepala, masker, kaca mata pelindung, sarung tangan,
pelindung telinga, dan sepatu kerja. APD tersebut juga berfungsi untuk
meminimalisasi kontaminasi terhadap produk sehingga kualitas produk tetap terjaga.
Peranan apoteker dalam pengawasan mutu adalah sebagai manajer atau supervisor
yang bertanggung jawab untuk memastikan pengujian sampel dilakukan berdasarkan
Good Laboratory Practices (GLP). Selain itu, manajer atau supervisor juga
menentukan suatu sampel dirilis atau ditolak berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan.
10. DOKUMENTASI
Dokumentasi spesifikasi dan instruksi pemeriksaan bahan atau produk di PT. Sagita
Farma disusun oleh Bagian Analytical Development (Departemen R&D) dalam
bentuk Approved Manufacture List untuk 9 spesifikasi dan metode analisis (MA)
sedangkan dokumen hasil pemeriksaan dibuat oleh Laboratorium QC. Dokumentasi
formula, prosedur, metode, dan instruksi dalam proses produksi disusun oleh bagian
Formulation Development (R&D) dan Bagian Packaging Development dalam bentuk
Kartu Produksi (KP). Pelaksanaan proses produksi didokumentasikan oleh Bagian
Produksi dalam bentuk KP. Setelah proses produksi selesai, KP ditutup secara online
dan berfungsi sebagai catatan bets. Dokumen hasil pemeriksaan oleh laboratorium QC
dan catatan bets ditangani sebagai Catatan Pengolahan Bets (CPB). Dokumen KP
disimpan minimal hingga 1 tahun setelah waktu kadaluarsa produk jadi. Penataan
dokumen secara sistematis telah dilakukan oleh PT.Sagita Farma. Penataan ini
ditujukan untuk memudahkan pencarian dokumen.
Kalibrasi merupakan bagian dari kualifikasi, dengan interval pengujian yang lebih
sempit (misalnya, kalibrasi dilakukan per 6 bulan sedangkan kualifikasi dilakukan
minimal 3 tahun bila tidak ada perubahan yang signifikan). Namun, tidak tertutup
kemungkinan kalibrasi dan kualifikasi dilaksanakan di luar jadwal yang telah
ditetapkan sebelumnya, yaitu jika dicurigai ada masalah dengan alat, seperti suhu
pengering (FBD) yang kurang tinggi sehingga pengeringan tidak optimal dan lain-
lain. Dalam melaksanakan validasi, perusahaan mengacu pada Rencana Induk
Validasi (RIV) yang merupakan dokumen yang merangkum filosofi perusahaan
secara keseluruhan dan pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan kinerja
yang baik.
Validasi yang dilakukan di PT. Sagita Farma meliputi validasi proses, validasi
fasilitas dan sarana penunjang, validasi metode analisa, validasi pembersihan serta
validasi komputer.
a. Validasi metode analisa di PT.Sagita Farma dilakukan oleh Bagian Analytical
Development di Departemen R&D. Penentuan metode analisa mengacu pada
beberapa standar, diantaranya Farmakope Indonesia, United State Pharmacopea,
Japan Pharmacopea, Europe Pharmacopea dan beberapa pustaka lain.
b. Validasi pembersihan dilakukan terhadap mesin atau peralatan setelah digunakan
untuk proses produksi produk tertentu atau sampling bahan baku tertentu yang
ditentukan berdasarkan Risk Analysis (Worst case). Validasi pembersihan
dilakukan terhadap mesin atau peralatan setelah digunakan untuk proses produksi
produk tertentu.
c. Validasi fasilitas dan sistem penunjang dilakukan terhadap Heating, Ventilating,
and Air Conditioning (HVAC) System; Water System; Compressed Air System;
Pure Steam: Dust Collection System; Gas System; Plant Steam; Electricity;
fasilitas (bangunan di area produksi); dan peralatan.
d. Validasi proses yang dilakukan PT.Sagita Farma mengacu pada sejumlah
pedoman, diantaranya PIC/S, GMP Guidelines of Canada dan FDA Guidelines on
General Principle of Process Validation. Jika terjadi modifikasi dalam proses atau
terdapat perubahan sistem maupun peralatan yang terlibat dalam proses tersebut
perlu dilakukan revalidasi. Pelaksanaan revalidasi PT.Sagita Farma berdasarkan
RIV, yaitu tiga tahun sekali atau jika terjadi suatu perubahan yang harus segera
ditindaklanjuti dengan validasi. Dalam beberapa hal,validasi dilakukan pada
keadaan terburuk untuk menjamin bahwa proses tersebut dapat diterima pada
situasi yang ekstrim. Validasi proses harus dapat membuktikan kelayakan suatu
proses pada skala produksi sehingga juga dapat menjamin konsistensi kualitas
produk suatu line dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
I. Formulasi
a. Formula yang akan dibuat :
hydrocortisone Acetate Suspension 2,5 %
Tiap ml mengandung:
Hydrocortisoni Acetas 25 mg
Zat tambahan yang cocok secukupnya
Aqua proinjection 1 ml
Catatan :
1. digunakan Hydrokortison Asetat serbuk sangat halus
2. sebagai zat tambahan digunakan zat dapar, zat pendispersi dan zat
pensuspensi
3. Ph 5,0 sampai 7,0
4. dibuat dengan cara tehnik aseptic
5. sediaan berkekuatan lain : 50 mg
c. Usulan Formula
R/ Hidrokortison Asetat 25 mg
NaCl 9 mg
Polisorbat 80 4 mg
HPMC 5 mg
Benzyl Alkohol 0,9 %
Aqua pro injeksi ad 1 ml
Cara sterilisasi
- NaCl disterilisasi panas kering (oven) pada suhu 1600C selama 1 jam
- Hidrokortison asetat dan polisorbat 80 disterilisasi panas kering
(oven) pada suhu 1600C selama 1 jam
- HPMC disterilisasi panas basah (autoklaf) pada suhu 1150C
selama 30 menit
1. Hidrokortison Asetat
= 25 mg x 10 + 20%
= 250 mg + (20/100 x 250)
= 250 + 50
= 300 = 0,3 gram
2. NaCl
= 9 mg x 10 + 20%
= 90 mg + (20/100 x 90)
= 108 mg = 0,108 gram
3. Polisorbat
P = m/v
1,310 = 4.10-3/v
V = 4.10-3/1,310 = 0,003 ml x 10 + (20/100 x 0,03) = 0,036 ml
4. Benzyl Alkohol
P=M/V
1,04 = 0,9 / V
V = 0,9 / 1,04 = 0,865 ml x 10 + ( 20 / 100 x 8,65 ) = 10,38 ml
V = 0,9/1,04 = 0,865 ml x 10 + (20/100 x 8,65) = 10,38 ml
5. HPMC
= 5 mg x 10 + 20%
= 5 mg + (20/100 x 50)
= 60 mg = 0,06 gram
B. Penimbangan Bahan
Ditimbang HPMC,
Ditimbang hidrokortison asetat 625 dikembangkan dalam Aqua Ditimbang benzoil
mg, dimasukkan mortar dan pro injeksi (API) alcohol 225 mg
digerus ad halus dan dimasukkan
beker glas (a)
Aulton Michael E, Taylor Kevin M.G. 2013. Aulton's Pharmaceutics: The Design
and Manufacture of Medicines. Elsevier Healt Science.
Tortora G. J., Derrickson B. 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12th ed.