Anda di halaman 1dari 12

Perilaku & Etika Profesi

“IMPLEMENTASI ETIKA TERHADAP


LARANGAN MEROKOK DI RUMAH
SAKIT UMUM MOHAMMAD HOESIN
(RSMH)”
Kelompok 8:
1. Dwi Astuti Meriani Putri (PO.71.39.1.20.043)
2. 2. Gita Khoiroh Maruah (PO.71.39.1.20.062)
3. 3. Asi Anisa (PO.71.39.1.20.073)
4. 4. Adelia Ovi Marseli (PO.71.39.1.20.074)
ABSTRAK
Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya untuk melindungi dan menjamin hak setiap orang untuk
menghirup udara bersih tanpa adanya asap rokok. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk menerapkan peraturan
mengenai Kawasan Tanpa Rokok tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok
di RSMH, mengetahui faktor penghambat serta faktor pendukung dalam pelaksanaan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan induktif. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan pengumpulan data,
mereduksi data, menyajikan data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber daya
dalam pelaksanaan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok sudah mencukupi dan struktur birokrasi telah berjalan sesuai
dengan kewenanganyang telah ditetapkan dalam perda Kawasan Tanpa Rokok. Namun, dari komunikasi dan disposisi
masih terdapat kekurangan, yakni sosiasialisasi yang belum sampai kepada lapisan masyarakat serta tidak adanya reward
dan insentif untuk pegawai. Meskipun adanya faktor pendorong seperti legalitas hukum mengenai Kawasan Tanpa Rokok,
dan kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya udara bersih dari paparan asap rokok, namun kebijakan ini memilki
beberapa kendala dalam pelaksanaannya. Namun, masih ditemukan beberapa kendala baik dari segi penanggungjawab
dari setiap kawasan yang belum tegas, kurangnya kesadaran dari masyarakat mengenai aturan tentang kawasan yang
termasuk Kawasan Tanpa Rokok, sertasanksi yang ada di dalam perda belum diatur secara rinci kepada para pelanggar
dari kebijkan ini. Hendaknya pemerintah Kota Palembang memperbaharui perda tentang kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
baik dari segi pelaksanaan maupun dari sanksi yang akan dikenakan serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam
mendukung dan mentaati aturan mengenai kebijakan Kawasan Tanpa Rokok.
Kata Kunci: Implementasi; Kebijakan; Kawasan Tanpa Rokok
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pemerintah Indonesia berupaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Indikator
dari kesehatan masyarakat dapat dilihat dari udara yang bersih. Lingkungan yang sehat dapat
terwujud salah satunya dengan menerapkan Kawasan Tanpa Rokok yang disingkat dengan
istilah (KTR). Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang
untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan dan/atau
mempromosikan produk tembakau (kemkes.go.id, 2011, diakses 18 September 2020).
Pemerintah Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan telah mengeluarkan peraturan untuk
melaksanakan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Palembang. Melalui Peraturan Daerah Kota
Palembang Nomor 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok, Pemerintah Kota Palembang
meminta seluruh warganya untuk mematuhi aturan yang telah dibuat. Secara spesifik dalam
Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok,
Kawasan Tanpa Rokok sebagaimana dimaksud, meliputi :
1. Tempat umum;
2. Tempat kerja;
3. Tempat ibadah;
4. Arena kegiatan anak-anak;
5. Angkutan umum;
6. Kawasan proses belajar mengajar; dan
7. Tempat pelayanan Kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Rokok merupakan zat adiktif karena dapat menyebabkan ketagihan serta ketergantungan
bagiorang yang menghisapnya. Di dalam rokok terkandung kurang lebih 4000 bahan kimia,
dimana 400 diantaranya beracun dan 40 diantaranya dapat berakumulasi dalam tubuh penyebab
kanker(dinkes.bantenprov.go.id, 2017, diakses 17 September 2020). Data dari Southeast Asia
Tobacco Control Alliance (SEATCA) berjudul Tobacco Control Atlas menunjukkan Indonesia
menduduki peringkat pertama dengan jumlah perokok tertinggi di ASEAN, yakni 65,19 juta
orang. Di Indonesia terdapat 2,5 juta gerai yang menjadi pengecer rokok. Angka ini belum
memperhitungkan kios penjual rokok di pinggir-pinggir jalan (databoks.katadata.co.id, 2019,
diakses 17 September 2020).
Tingginya jumlah perokok di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, yakni antara lain harga
yang terjangkau oleh masyarakat dari kelas atas maupun sampai kelas menengah ke bawah,
bisa dibeli secara eceran serta anak usia dibawah 18 tahun dapat membeli rokok secara legal.
Dengan tingginya jumlah perokok, pasti berbanding terbalik dengan tingkat kesehatan
masyarakat. Di Indonesia, pada tahun 2020 WHO melansir bahwa ada sekitar 225.700 orang di
Indonesia meninggal akibat merokok, atau penyakit lain yang berhubungan dengan tembakau
(liputan6.com, 2020, diakses 18 September 2020).
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Palembang sudah berlaku semenjak tahun 2009, namun masih
ditemukan permasalahan-permasalahan yang bertentangan dengan isi kebijakantersebut. Berdasarkan
observasi peneliti terhadap beberapa Kawasan Tanpa Rokok, masih ditemukan perokok di lingkungan
yang merupakan kawasan yang telah ditetapkan sebagai KTR, contohnya di taman kanak-kanak
ditemukan masih ada orang tua murid yang merokok sembari menjemput anaknya. Hal ini didukung
dengan masih adanya keluhan dari golongan muda hingga tua kepada pihak Kecamatan Alang-Alang
Lebar mengenai tidak tertibnya para perokok. Fakta lain yang ditemukan, sanksi yang diberikan oleh
penegak aturan kepada para perokok yang melanggar belum tegas, sebagaimana yang dituturkan oleh
salah satu anggota Komisi V DPRD Sumatera Selatan bahwa, “hanya saja, kami memperhatikan upaya
melindungi Kesehatan masyarakat dari dampak buruk merokok baik langsung maupun tidak langsung,
tidaklah dibarengi dengan ketegasan penindakan terhadap pelanggaran” (republika.go.id, 2015,diakses
19 September 2020). Mengingat besarnya permasalahan akibat asap rokok, pemerintah melakukan
upaya pengamanan masyarakat dari bahaya asap rokok melalui kebijakan kawasan tanpa rokok.
Undang-undang Kesehatan Tahun 2009 Pasal 115 ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintah daerahwajib
menetapkan kawasan tanpa rokok di wilayahnya. Pemerintah berkewajiban untuk menyelenggarakan
berbagai upaya kesehatan bagi seluruh Warga Negara Indonesia. Salah satu upaya kesehatan yang
dilakukan pemerintah adalah pengamanan zat adiktif. Upaya ini diarahkan agar tidak mengganggu dan
membahayakan kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan (UndangUndang
Kesehatan No 36 Tahun 2009).
2. Rumusan Masalah

2. Bagaimana Perilaku
1. Apakah ada Masyarakat dalam
hubungan antara etika mewujudkan Kawasan
dan larangan merokok Tanpa rokok di
di lingkungan Rumah lingkungan Rumah
sakit umum mohammad sakit umum
hoesin (RSMH) ? mohammad hoesin
(RSMH) ?
3. Tujuan Penelitian 4. Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui Apakah ada Penelitian ini bermanfaat
hubungan antara etika dan untuk mengetahui dan
larangan merokok di lingkungan menganalisis proses
Rumah sakit umum mohammad Implementasi
hoesin (RSMH). Kebijakan Kawasan Tanpa
2. Untuk mengidentifikasi Rokok Guna Menunjang
perilaku Masyarakat dalam
mewujudkan Kawasan Tanpa
Pola Hidup Sehat di
rokok di lingkungan Rumah sakit lingkungan Rumah
umum mohammad hoesin sakit umum mohammad
(RSMH), hoesin (RSMH)
BAB II TINJAUN PUSTAKA

A. Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok


Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten Pati mengacu pada beberapa peraturan yaitu: (a). Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan; (b). Undang-Undang Republik
IndonesiaNomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit; (c). Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Nomor
188/MENKES/PB/I/ 2011 dan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kawasan Tanpa Rokok; (d). Perda Kabupaten Pati No 10 Tahun 2014. Kawasan Tanpa Rokok di rumah sakit
secara khusus diatur dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 44tahun 2009 tentang rumah sakit
menyebutkan bahwa salah satu kewajiban Rumah Sakit adalah memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit
sebagai kawasan tanpa rokok.
B. Implementasi Kebijakan
Tachjan (2006) menyebutkan implementasi kebijakan publik merupakan proses kegiatan adminsitratif yang
dilakukan setelah kebijakan ditetapkan dan disetujui. Kegiatan ini terletak di antara perumusan kebijakan dan
evaluasi kebijakan. unsur-unsur implementasi kebijakan yang mutlak harus ada ialah unsur pelaksana, adanya
program yang akan dilaksanakan, dan kelompok sasaran. Unsur pelaksana merupakan organisasi maupun
perseorangan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan dan pengawasan implementasi
kebijakan. Program merupakan penjabaran dari kebijakan. Program bersifat operasional sehingga lebih mudah
dipahami dan dilaksanakan. Kelompok sasaran adalah orang-orang yang langsung dipengaruhioleh kebijakan.
Kelompok sasaran adalah sekelompok orang atau organisasi dalam masyarakat yang akan menerima barang
dan jasa atau yang akan dipengaruhi perilakunya oleh kebijakan. Kelompok sasaran harus mengadopsi pola-pola
interaksi sebagaimana yang diharapkan oleh perumus kebijakan (Tachjan, 2006).
Pihak utama yang bertanggung jawab dalam melaksanakan kebijakanpublik adalah unitunit birokrasi
pemerintah. Unit-unit birokrasi melakukan kegiatan administratif yang menghasilkan kebijakan-kebijakan administratif
berupa kebijakan umum, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis (Tachjan, 2006). Selanjutnya unit-unit
administratif melakukan pengorganisisasian terhadap tenaga manusia, alat, tugas, wewenang, tanggung jawab dan
tata kerja ditata sedemikian rupa sehingga dapat digerakkan untuk melaksanakan kegiatan. Selanjutnya unit birokrasi
mengembangkan model-model yangdibutuhkan serta melakukan pengawasan dan penilaian. Kebijakan administratif
perlu dijabarkan lagi dalam program yang bersifat operasional agar dapat diimplementasikan. Tachjan (2006)
menyebutkan program yang baik harus memiliki ciri-ciri: (a) sasaran yang hendak dicapai (b) jangka waktu untuk
menyelesaikan pekerjaan tertentu (c) besarnya biaya yang diperlukan beserta sumbernya (d) jenis-jenis kegiatan yang
akan dilaksanakan (e) tenaga kerja yang dibutuhkan baik ditinjau dari segi jumlahnya maupun dilihat dari sudut
kualifikasi serta keahlian dan ketrampilan yang diperlukan.
Peran kelompok sasaran sangat penting dalam mewujudkan kawasan tanpa rokok. Masyarakat memiliki
kesempatan yang sama untuk bertanggung jawab dan berperan serta untuk terwujudnya KTR. Masyarakat diarahkan
untuk dapat memfasilitasi dan membantu pejabat berwenang dalam mengawasi terlaksananya KTR.
Adapun bentuk peran serta masyarakat dapat berupa;
(a). pemberian saran, pendapat dan pemikiran, usulan dan pertimbangan berkenaan dengan pemantauan dan
pelaksanaan kebijakanKTR;
(b).keikutsertaan dalam bimbingan, penyuluhan serta penyebarluasan informasi tentang KTR kepada masyarakat;
(c). pemberian peringatanatau teguran kepada perokok untuk tidak merokok di KTR;
(d). pemberitahuan kepada pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR jika terjadi pelanggaran; dan/atau;
(e). melaporkan kepada pejabat berwenang jika terjadi pelanggaran;
Bab 3 Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan fokus penelitian
implementasi peraturan untuk melaksanakan Kawasan Tanpa Rokok di Kota
Palembang. Melalui Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 7 Tahun 2009
tentang Kawasan Tanpa Rokok. Pemilihan informan penelitian menggunakan
teknik purposif sampling yaitu pemilihan subjek berdasarkan pertimbangan peneliti
dengan kriteria sampelnya telah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2002).
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan September sampai Oktober 2016.
C. Objek Penelitian
Informasi objek penelitian berjumlah 12 orang terdiri 2 orang pegawai pelaksana
(Kasubbag Hukum dan Humas dan Satpam), 5 orang karyawan RSMH , dan 5
pengunjung (penjaga pasien).
D. Teknik pengumpulan data
Wawancara mendalam, observasi dan catatan lapangan. Alat pengumpul data
berupa panduan wawancara dan camera. Data dianalisis secara deskriptif (Idrus,
2009).
Daftar Pustaka
Abdul Wahab, Solichin. 2015. Analisis Kebijakan Dari Formulasi Kebijakan Ke Penyusunan Model-Model
Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Agustino, Leo. 2017. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Bungin, Burhan. 2014. Penelitian KualitatIf Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya.
Jakarta: Kencana
Creswell, Jhon W. 2014. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Hamdi, Muchlis. 2015. Kebijakan Publik : Proses, Analisis dan Partisipasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Mulyadi,
Mohammad. 2014. Metode Penelitian Praktis: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta Utara: Publica Institute.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurdin, Ismail dan Sri Hartati. 2018. Metodologi Penelitian Sosial. Sumedang: Fakultas Politik Pemerintahan
IPDN.
Purwanto, Erwan Agus dan Dyah Ratih Sulistyastuti. 2012. Implementasi Kebijakan Publik. Konsep dan
Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta . 2017.
Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Idrus, M. 2009. Metode Penelitian Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT.Rineka Cipta.
Nuraini, 2014. Efektivitas Implementasi KTR Terhadap PengunjungRumah Sakit. Publika, Vol.3 No. 4: 1-12
Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor:188/MENKES/PB/I/2011 dan 7
Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan TanpaRokok
Thank you

Anda mungkin juga menyukai