Anda di halaman 1dari 18

PENELITIAN

ANALISIS
PERATURAN PRESIDEN
NOMOR 21 TAHUN 2019
TENTANG PENARIKAN DAN PENGHAPUSAN MERKURI

KEBIJAKAN KESEHATAN

Oleh:

FABILLA OKTAVINEDA 201912028

Dosen Matakuliah :

SRI NAWANGWULAN, SKM., M.Kes

PROGRAM STUDI
S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
RS Dr.SOETOMO SURABAYA

1
RINGKASAN EKSEKUTIF

Tipe pendekatan analisis kebijakan Menteri Kesehatan ini adalah evaluatif


dan normatif.
Evaluatif yaitu kegiatan yang dilakukan berkenaan dengan proses untuk
menentukan nilai dari suatu hal. Sedangkan normatif yaitu upaya pelayanan
kesehatan diselenggarakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

I. Ringkasan Kebijakan

A. Masalah
Masalah mendasar dalam kebijakan penghapusan alat kesehatan
bermerkuri yaitu salah satu upaya melindungi kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Bentuk dampak kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat terpajan oleh merkuri
antara lain adalah kerusakan sistem saraf pusat, ginjal, paru-paru, khususnya dampak
terhadap janin berupa kelumpuhan otak, gangguan ginjal, sistem syaraf, menurunnya
kecerdasan, cacat mental, serta kebutaan.
Di Indonesia, penggunaan merkuri pada produk-produk tersebut sudah
dilarang berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1175/Menkes/Per/VIII/2010 Tahun 2010 tentang Izin Produksi Kosmetika.
Kemudian, diperjelas dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) RI Nomor HK.03.1.23.08.11.07517 Tahun 2011 tentang Persyaratan
Teknis Bahan Kosmetik. Sepanjang tahun 2014, BPOM telah menarik sekitar 68
produk kosmetik dengan bahan berbahaya dari peredaran, dan pada semester I tahun
2016, BPOM juga telah menemukan 43 item kosmetika mengandung berbahaya
lainnya, termasuk produk-produk yang mengandung merkuri. BPOM juga
menerbitkan peringatan publik mengenai produk-produk berbahaya tersebut, agar
diketahui masyarakat luas.

Meski demikian, sebenarnya penggunaan merkuri tidak sepenuhnya


dilarang. Berdasarkan lampiran dari Peraturan Kepala BPOM disebutkan dua jenis
merkuri yang diperbolehkan dalam kadar 0,007 %  dan hanya untuk digunakan pada
produk tata rias mata dan pembersih tata rias mata. Pemakaian merkuri selain untuk
produk tersebut, dianggap sebagai penyalahgunaan dan produknya dilarang untuk
dipasarkan.

2
Yang kemudian perlu diwaspadai, sebagian besar kosmetik berbahaya itu
dijual di toko kosmetik tidak resmi, secara online, dan melalui tenaga pemasar lepas.
Produk-produk tersebut tidak menggunakan label BPOM, dan biasanya tanpa
petunjuk penggunaan yang jelas, dan terkadang menuliskan keterangan bahan-bahan
produk dalam bahasa asing.

B. Karakteristik atau ciri masalah dasar adalah:


a. Kesenjangan tuntutan masyarakat akan kesehatan;
Masalah kesehatan yang dialami masyarakat juga sangat beragam
terjadinya penggunaan alat kesehatan bermerkuri, sehingga sebagai
masyarakat tidak memahami masalah kesehatan yang menimpa
dirinya
b. Kesenjangan tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya
jaminan kesehatan, sehingga kurang memahami pentingnya
kesehatan

C. Tujuan yang ingin dicapai dalam kebijakan ini adalah:


a. Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Pedoman Pelaksanaan Program
Penarikan dan Penghapusan Alat Kesehatan Merkuri bertujuan untuk
memberikan acuan yang ditujukan pada seluruh komponen bagi yaitu
mulai Balai Besar Laboratorium Kesehatan, Pusat Kesehatan Masyarakat,
klinik, serta organisasi profesi, perguruan tinggi, perhimpunan dan asosiasi
Rumah Sakit, Lembaga Swadaya Masyarakat pemerhati merkuri, Balai
Besar Laboratorium Kesehatan, Pusat Kesehatan Masyarakat, klinik), serta
organisasi profesi, perguruan tinggi, perhimpunan dan asosiasi Rumah Sakit,
Lembaga Swadaya Masyarakat pemerhati merkuri.
b. Tujuan yang ingin dicapai dalam analisis kebijakan ini adalah
1) Tujuan Umum
Mewujudkan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang bebas dari alat
kesehatan bermerkuri dalam upaya melindungi lingkungan dan
kesehatan masyarakat.
2) Tujuan khusus

3
a. Terinventarisasinya alat kesehatan bermerkuri di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
b. Terlaksananya Penghapusan Alat Kesehatan Bermerkuri
dan Penarikan Alat Kesehatan Bermerkuri di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
Terlaksananya penggunaan alat kesehatan non merkuri pada
Fasilitas Pelayanan Kesehatan secara berkelanjutan

II. Masalah yang Timbul


Tidak ada hambatan dan masalah karena Peraturan Presiden Nomor 21 tahun
2019 masih proses upaya penerapan dan penyelenggaraan.

III. Prediksi

3.1 Prediksi “Trade Off ”


Dengan adanya Peraturan Presiden Nomor 21 tahun 2019 ini, tentunya akan
muncul “ trade off” yaitu adanya pihak yang merasa diuntungkan dan ada pula
yang merasa dirugikan oleh peraturan tersebut.

Peraturan ini sangat menguntungkan pemerintah dan masyarakat, karena


dengan adanya Penarikan dan Penghapusan Alat Kesehatan Bermerkuri yang
bertujuan untuk salah satu upaya melindungi kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Pengaturan Pedoman ini memb erikan acuan pelaksanaan Penarikan dan


Penghapusan Alat Kesehatan Bermerkuri yang ditujukan pada seluruh komponen
bagi yaitu mulai Balai Besar Laboratorium Kesehatan, Pusat Kesehatan Masyarakat,
klinik, serta organisasi profesi, perguruan tinggi, perhimpunan dan asosiasi Rumah Sakit,
Lembaga Swadaya Masyarakat pemerhati merkuri, Balai Besar Laboratorium Kesehatan,
Pusat Kesehatan Masyarakat, klinik), serta organisasi profesi, perguruan tinggi,
perhimpunan dan asosiasi Rumah Sakit, Lembaga Swadaya Masyarakat pemerhati
merkuri.

4
3.2 Prediksi Keberhasilan
Prediksi keberhasilan pada Peraturan Presiden Nomor 21 tahun 2019 ini
adalah sangat tergantung dari kesiapan dari aktor yang terlibat dalam pelaksanaan
baik Balai Besar Laboratorium Kesehatan, Pusat Kesehatan Masyarakat, klinik, serta
organisasi profesi, perguruan tinggi, perhimpunan dan asosiasi Rumah Sakit, Lembaga
Swadaya Masyarakat pemerhati merkuri, Balai Besar Laboratorium Kesehatan, Pusat
Kesehatan Masyarakat, klinik), serta organisasi profesi, perguruan tinggi, perhimpunan
dan asosiasi Rumah Sakit, Lembaga Swadaya Masyarakat pemerhati merkuri, apabila
aktor tersebut melakukan tugas dan peran masing-masing dengan baik, maka
dengan saat ini peluang keberhasilan peraturan ini sangat besar.
Sebagaimana diketahui bahwa kesehatan merupakan hal yang sangat
penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap
manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.

3.3 Kesimpulan dan Rekomendasi

3.3.1 Kesimpulan
Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2019 yang mengatur Program Penarikan dan
Penghapusan Alat Merkuri dan diharapkan dapat menjadi acuan serta dapat
memberikan pemahaman program Penarikan dan Penghapusan Alat Merkuri kepada
seluruh stakeholder terkait, ternyata dalam pelaksanaannya masih menemui
beberapa masalah dan upaya perbaikan:
1. Terbitnya kebijakan terlambat yaitu Tanggal 11 Bulan Oktober 2019 yang
implementasinya Tanggal 18 Oktober 2019.
2. Kebijakan ini ada pasal-pasal yang kurang terinci.
3. Kebijakan ini kurang mengantisipasi globalisasi, sehingga ada
kecenderungan praktek fraud atau kecurangan dari berbagai pihak.
4. Timbulnya perilaku positif maupun negatif.
5. Upaya perbaikan sudah dilakukan oleh berbagai pihak dengan langkah-
langkah sesuai peraturan yang ada.

5
3.3.2 Rekomendasi
Mengkaji adanya masalah-masalah yang mungkin timbul sebagai akibat
penerapan kebijakan ini dan perubahan yang terjadi saat ini, maka
direkomendasikan beberapa rekomendasi yang kami usulkan:

1. Dalam tahap policy formulation perlu dilakukan koordinasi yang baik


antara penyelenggara.
2. Dalam penyusunan kebijakan atau tahap policy formulation, agar supaya
terlaksana dengan semestinya dan isinya tidak bertentangan, maka harus
dikoordinasikan dengan baik sehingga tercipta suatu keharmonisan dalam
pelaksanaannya;
3. Untuk mengantisipasi kecurangan, dan perilaku negatif yang muncul dari
berbagai pihak, perlu diberlakukan transparansi dan sanksi yang lebih
tegas;
4. Meninjau kembali beberapa pasal yang bermasalah sebagaimana sudah
disebutkan pada Bab terdahulu.

4.2

6
DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF...............................................................................................4
I. Ringkasan Kebijakan................................................................................................4
A. Masalah.................................................................................................................4
B. Karakteristik atau ciri masalah dasar adalah:........................................................5
C. Tujuan yang ingin dicapai dalam kebijakan ini adalah:........................................5
II. Masalah yang Timbul...............................................................................................6
III. Prediksi..................................................................................................................6
3.1 Prediksi “Trade Off ”............................................................................................6
3.2 Prediksi Keberhasilan............................................................................................7
3.3 Kesimpulan dan Rekomendasi..............................................................................7
3.3.1 Kesimpulan....................................................................................................7
3.3.2 Rekomendasi..................................................................................................8
DAFTAR ISI........................................................................................................................9
BAB I...................................................................................................................................9
KAJIAN KEBIJAKAN........................................................................................................9
1.1 Masalah Dasar.......................................................................................................9
1.1.1 Macam Masalah...........................................................................................10
1.1.2 Ciri Masalah.................................................................................................10
1.3.3 Karakteristik Masalah..................................................................................10
1.1.4 Nilai.............................................................................................................11
1.1.5 Isu Publik.....................................................................................................12
1.2 Tujuan Yang Ingin Dicapai.................................................................................12
1.3 Subtansi Kebijakan..............................................................................................13
1.3.1 Ciri Kebijakan..............................................................................................13
1.3.2 Kriteria Kebijakan........................................................................................13
1.3.3 Tipe Pendekatan...........................................................................................13
1.3.4 Pasal Bermasalah.........................................................................................13
BAB II................................................................................................................................15
KONSEKUENSI DAN RESISTENSI...............................................................................15
2.1 Perilaku Yang Muncul........................................................................................15

7
2.2.1 Perilaku Positif.............................................................................................15
2.2.2 Perilaku Negatif...........................................................................................15
2.2 Resistensi.............................................................................................................15
BAB III..............................................................................................................................16
PREDIKSI.........................................................................................................................16
3.1 Prediksi “Trade Off”...........................................................................................16
3.3 Prediksi Keberhasilan..........................................................................................16
BAB IV..............................................................................................................................17
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI..........................................................................17
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................17
4.2 Rekomendasi.......................................................................................................17

8
BAB I

KAJIAN KEBIJAKAN

Pada penulisan ini yang dilakukan analisis adalah Peraturan Presiden Nomor 21 tahun 2019 tentang
Penarikan dan Penghapusan Merkuri baru saja dikeluarkan pada bulan April 2019 yang memuat
ketentuan pokok yang selanjutnya dijabarkan dalam berbagai amanah untuk sektor kesehatan yang
tertuang di dalam Peraturan Presiden tersebut adalah penghapusan merkuri di Pertambangan Emas
Skala Kecil dan kesehatan.

1.1 Masalah Dasar


Masalah mendasar dalam kebijakan penarikan dan penghapusan alat kesehatan bermerkuri
yaitu salah satu upaya melindungi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Bentuk dampak kesehatan
yang dapat ditimbulkan akibat terpajan oleh merkuri antara lain adalah kerusakan sistem saraf pusat,
ginjal, paru-paru, khususnya dampak terhadap janin berupa kelumpuhan otak, gangguan ginjal, sistem
syaraf, menurunnya kecerdasan, cacat mental, serta kebutaan.

Di Indonesia, penggunaan merkuri pada produk-produk tersebut sudah dilarang berdasarkan


Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1175/Menkes/Per/VIII/2010 Tahun 2010 tentang Izin Produksi
Kosmetika. Kemudian, diperjelas dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) RI Nomor HK.03.1.23.08.11.07517 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Bahan
Kosmetik. Sepanjang tahun 2014, BPOM telah menarik sekitar 68 produk kosmetik dengan bahan
berbahaya dari peredaran, dan pada semester I tahun 2016, BPOM juga telah menemukan 43 item
kosmetika mengandung berbahaya lainnya, termasuk produk-produk yang mengandung merkuri.
BPOM juga menerbitkan peringatan publik mengenai produk-produk berbahaya tersebut, agar
diketahui masyarakat luas.

Meski demikian, sebenarnya penggunaan merkuri tidak sepenuhnya dilarang. Berdasarkan


lampiran dari Peraturan Kepala BPOM disebutkan dua jenis merkuri yang diperbolehkan dalam kadar
0,007 %  dan hanya untuk digunakan pada produk tata rias mata dan pembersih tata rias mata.
Pemakaian merkuri selain untuk produk tersebut, dianggap sebagai penyalahgunaan dan produknya
dilarang untuk dipasarkan.

Yang kemudian perlu diwaspadai, sebagian besar kosmetik berbahaya itu dijual di toko
kosmetik tidak resmi, secara online, dan melalui tenaga pemasar lepas. Produk-produk tersebut tidak

9
menggunakan label BPOM, dan biasanya tanpa petunjuk penggunaan yang jelas, dan terkadang
menuliskan keterangan bahan-bahan produk dalam bahasa asing.

1.1.1 Macam Masalah


a. Merkuri bersifat korosif pada kulit. Ini berarti mengoleskan merkuri pada kulit akan
membuat lapisan kulit semakin menipis. Paparan yang tinggi terhadap merkuri dapat
menyebabkan kerusakan pada saluran pencernaan, sistem saraf, dan ginjal.
b. merkuri juga berisiko mengganggu berbagai organ tubuh, seperti otak, jantung,
ginjal, paru-paru, hingga sistem kekebalan tubuh. Masuknya merkuri ke dalam
tubuh, dapat menyebabkan keracunan terhadap merkuri.

c. Gejala dari keracunan merkuri, ditandai dengan: Insomnia, Sakit kepala,


Fungsi kognitif dan daya ingat menurun, Mengalami tremor, Perubahan
emosi, Gangguan sensori termasuk kemampuan melihat, mendengar, dan
berbicara, Menurunnya kemampuan indera perasa, Menurunnya fungsi
koordinasi tubuh, Atrofi otot,Gagal ginjal.

1.1.2 Ciri Masalah

Kebijakan ini diterbitkan untuk memecahkan publik yang berkaitan dengan


penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh fasilitas kesehatan yang ditunjuk dan
tenaga pemberi pelayanan dalam menyangkut banyak pihak dan aspek
kehidupan masyarakat, yang meliputi:

a. Nilai sosial karena pengguna alat kesehatan terdiri dari semua


masyarakat.

b. Nilai teknikal karena standarisasi pelayanan kesehatan mulai dari tingkat


primair, sekunder dan tersier.

c. Mencegah munculnya kecurangan baik dari pihak penyelenggara


pelayanan kesehatan.

1.3.3 Karakteristik Masalah


Karakteristik atau ciri masalah dasar adalah:

10
a. Kesenjangan tuntutan masyarakat akan kesehatan;
Masalah kesehatan yang dialami masyarakat juga sangat beragam
terjadinya penggunaan alat kesehatan bermerkuri, sehingga sebagai
masyarakat tidak memahami masalah kesehatan yang menimpa dirinya
b. Kesenjangan tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya
jaminan kesehatan, sehingga kurang memahami pentingnya kesehatan

1.1.4 Nilai
Tata nilai yang diatur dalam kebijakan ini adalah;
a. Nilai Moral: melindungi masyarakat agar tidak mengganggu kesehatan.
b. Nilai Sosial: hak masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
c. Nilai Teknikal: Pelayanan kesehatan harus sesuai dengan standar profesi
dan mengikuti perkembangan teknologi.

1.1.5 Aktor Terlibat


Aktor yang terlibat dalam memecahkan masalah ini adalah:
a. Kementerian kesehatan
b. Dinas Kesehatan Provinsi
c. Fasilitas Pelayanan Kesehatan (seperti rumah sakit)
d. Balai Besar Laboratorium Kesehatan
e. Pusat Kesehatan Masyarakat
f. Swadaya Masyarakat pemerhati merkuri
g. perhimpunan dan asosiasi Rumah Sakit

Dalam acara ini hadir sejumlah pembicara, yaitu Dirjen Kesehatan Masyarakat dan Direktur
Fasyankes serta Sekretaris Ditjen Pengelolaan Sampah dan Bahan Berbahaya dan Beracun
Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan tentang Kebijakan dan Strategi dalam
Penarikan dan Penghapusan Alat Kesehatan Bermerkuri di fasilitas pelayanan Kesehatan.

Menutup kegiatan ini dilakukan Komitmen Bersama dengan pemangku kepentingan dan
pemasangan PIN penghapusan Alkes bermerkuri sebagai launching dimulainya pelaksanaan
penarikan dan penghapusan alat kesehatan bermerkuri di fasilitas pelayanan kesehatan.

11
1.1.5 Isu Publik
Kebijakan ini dimaksudkan untuk merevisi kebijakan yang telah ada sebelumnya yaitu
Kementerian kesehatan berperan sebagai sektor pendukung terutama dalam kampanye
stop merkuri. Kementerian Kesehatan sebagai sektor utama dalam penghapusan
merkuri yang diarahkan pada alat kesehatan bermerkuri dimana ditargetkan 100%
fasilitas pelayanan kesehatan tidak lagi menggunakannya pada akhir tahun 2020.

Isu publik yang terjadi untuk saat ini sepertinya tidak ada, karena di tetapkan dan di
undang-undangkan terlebih dahulu dari pelaksanakan.

1.2 Tujuan Yang Ingin Dicapai


Tujuan yang ingin dicapai dalam kebijakan ini adalah:
Dalam rangka melaksanakan ketentuan UU nomor 11 tahun 2017 tentang
Pengesahan Konvensi Minamata Mengenai Merkuri mengatur tata kelola merkuri, tujuan program
pelaksanaan Penarikan dan Penghapusan Alat Kesehatan Merkuri adalah untuk mengganti alat
kesehatan bermerkuri dengan bahan alternatif yang ramah terhadap kesehatan manusia dan
lingkungan hidup. melaksanakan program tersebut, maka Peraturan Presiden Tentang
Pedoman Pelaksanaan Program Penarikan dan Penghapusan Alat Kesehatan Merkuri bertujuan
untuk memberikan acuan bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan fasilitas pelayanan
kesehatan.

Tujuan yang ingin dicapai dalam analisis kebijakan ini adalah


1) Tujuan Umum
Mewujudkan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang bebas dari alat kesehatan
bermerkuri dalam upaya melindungi lingkungan dan kesehatan masyarakat.
2) Tujuan khusus
a. Terinventarisasinya alat kesehatan bermerkuri di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
b. Terlaksananya Penghapusan Alat Kesehatan Bermerkuri dan Penarikan
Alat Kesehatan Bermerkuri di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
c. Terlaksananya penggunaan alat kesehatan non merkuri pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan secara berkelanjutan.

12
1.3 Subtansi Kebijakan

1.3.1 Ciri Kebijakan


a. Regulatori: mengatur pelayanan alat kesehatan pada seluruh
masyarakat sesuai standar yang ditentukan;
b. Protektif: melindungi masyarakat terhadap dampak kesehatan yang
mungkin dilakukan oleh masyarakat untuk kepentingan diri sendiri

1.3.2 Kriteria Kebijakan


Kriteria yang terkandung dalam kebijakan ini adalah tentang:
a. Kebijakan ini mengatur Pelaksanaan Penarikan dan Penghapusan
Alat Kesehatan Bermerkuri di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
b. Penetapan kebijakan ini adalah Dirjen Kesehatan Masyarakat dan
Direktur Fasyankes

1.3.3 Tipe Pendekatan


Tipe pendekatan analisis kebijakan yang dipergunakan dalam
menyusun kebijakan yang berupa Peraturan Presiden adalah evaluatif dan
normatif.
Evaluatif yaitu kegiatan yang dilakukan berkenaan dengan proses untuk
menentukan nilai dari suatu hal. Sedangkan normatif yaitu upaya pelayanan
kesehatan diselenggarakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

1.3.4 Pasal Bermasalah


Substansi Peraturan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2017 tentang
Pengesahan Konvensi Minamata Mengenai Merkuri mengatur tata kelola merkuri

1.3.4.1 Butir a, Menimbang


Bahwa penggunaan alat kesehatan bermerkuri di fasilitas pelayanan
kesehatan akan berdampak pada masalah lingkungan dan kesehatan
masyarakat, sehingga penggunaannya perlu dihentikan.

13
1.3.4.2 Pasal 1
Penghapusan Alat Kesehatan Bermerkuri adalah upaya pelarangan
penggunaan alat kesehatan bermerkuri, dan/ penggunaan alat kesehatan
bermerkuri dengan bahan alternative yang ramah terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan hiup.

1.3.4.3 Pasal 3
Peraturan ini berlaku pada tanggal diundangkan dan ditetapkan di
Jakarta tanggal 11 Oktober 2019 oleh Menteri Kesehatan Republik
Indonesia serta diundangkan di Jakarta pada tanggal 18 Oktober 2019
oleh Direktur Jendral, Peraturan Perundang-Undangan, Kementrian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Sesuai Undang-
Undang Nomor 11 tahun 2017 tentang Pengesahan Konvensi Minamata
Mengenai Merkuri mengatur tata kelola merkuri yang harus dilakukan oleh
negara pihak yang mengikuti Konvensi Minamata untuk melindungi kesehatan
dan lingkungan, implementasinya dimulai sejak bulan April 2019, namun
Peraturan Presiden Nomor 21 tahun 2019 tentang Pengurangan dan
Penghapusan Merkuri ditetapkan tanggal 11 Oktober 2019 dan
diundangkan tanggal 18 Oktober 2019, jadi 14 bulan setelah pengesahan
program berjalan.
Sesuai kalimat Menimbang… Mengingat dan seterusnya…
Menetapkan Pasal 1 Pengaturan Pengaturan dan Penghapusan Alat
Kesehatan Bermerkuri bertujuan untuk mengganti alat kesehatan
bermerkuri dengan bahan alternatif yang ramah terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan hidup.

14
BAB II

KONSEKUENSI DAN RESISTENSI


Dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 21 tahun 2019 ini, maka akan muncul
beberapa perilaku kebijakan baik yang bersifat positif, perilaku negatif dan resistensi.

2.1 Perilaku Yang Muncul

2.2.1 Perilaku Positif


 Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan sebagai regulator
dalam menetapkan kebijakan ini cepat, baru ditetapkan tanggal 11
Oktober 2019, implementasinya per 18 Oktober 2019.

2.2.2 Perilaku Negatif


Adanya perilaku tidak mematuhi kebijakan yang dilakukan oleh:
 Pengguna merkuri mengakibatkan masalah lingkungan dan kesehatan
masyarakat karena merkuri mengandung toksin saraf yang kuat,
kontaminan global yang prioritas dan bahan kimia yang beracun dan
menyebabkan bioakumulasi yang persisten.

2.2 Resistensi
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2019 ini,
tidak adanya penolakan dalam kebijakan ini.

15
BAB III

PREDIKSI

3.1 Prediksi “Trade Off”


Dengan adanya Peraturan Presiden Nomor 21 tahun 2019 ini, tentunya akan
muncul “ trade off” yaitu adanya pihak yang merasa diuntungkan dan ada pula yang
merasa dirugikan oleh peraturan tersebut.
Peraturan ini sangat menguntungkan pemerintah dan masyarakat, karena
dengan adanya Penarikan dan Penghapusan Alat Kesehatan Bermerkuri yang
bertujuan untuk salah satu upaya melindungi kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Pengaturan Pedoman ini memberikan acuan pelaksanaan Penarikan dan
Penghapusan Alat Kesehatan Bermerkuri yang ditujukan pada seluruh komponen
bagi yaitu mulai Balai Besar Laboratorium Kesehatan, Pusat Kesehatan Masyarakat, klinik,
serta organisasi profesi, perguruan tinggi, perhimpunan dan asosiasi Rumah Sakit, Lembaga
Swadaya Masyarakat pemerhati merkuri, Balai Besar Laboratorium Kesehatan, Pusat
Kesehatan Masyarakat, klinik), serta organisasi profesi, perguruan tinggi, perhimpunan dan
asosiasi Rumah Sakit, Lembaga Swadaya Masyarakat pemerhati merkuri.

3.3 Prediksi Keberhasilan


Prediksi keberhasilan pada Peraturan Presiden Nomor 21 tahun 2019 ini adalah
sangat tergantung dari kesiapan dari aktor yang terlibat dalam pelaksanaan baik Balai
Besar Laboratorium Kesehatan, Pusat Kesehatan Masyarakat, klinik, serta organisasi profesi,
perguruan tinggi, perhimpunan dan asosiasi Rumah Sakit, Lembaga Swadaya Masyarakat
pemerhati merkuri, Balai Besar Laboratorium Kesehatan, Pusat Kesehatan Masyarakat,
klinik), serta organisasi profesi, perguruan tinggi, perhimpunan dan asosiasi Rumah Sakit,
Lembaga Swadaya Masyarakat pemerhati merkuri, apabila aktor tersebut melakukan tugas
dan peran masing-masing dengan baik, maka dengan saat ini peluang keberhasilan
peraturan ini sangat besar.
Sebagaimana diketahui bahwa kesehatan merupakan hal yang sangat penting
bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan
sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.

16
BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Kesimpulan
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 41 Tahun 2019 yang mengatur
Program Penarikan dan Penghapusan Alat Merkuri dan diharapkan dapat menjadi acuan
serta dapat memberikan pemahaman program Penarikan dan Penghapusan Alat Merkuri
kepada seluruh stakeholder terkait, ternyata dalam pelaksanaannya masih menemui
beberapa masalah dan upaya perbaikan:
1. Terbitnya kebijakan terlambat yaitu Tanggal 11 Bulan Oktober 2019 yang
implementasinya Tanggal 18 Oktober 2019.
2. Kebijakan ini ada pasal-pasal yang kurang terinci.
3. Kebijakan ini kurang mengantisipasi globalisasi, sehingga ada kecenderungan
praktek fraud atau kecurangan dari berbagai pihak.
4. Timbulnya perilaku positif maupun negatif.
5. Upaya perbaikan sudah dilakukan oleh berbagai pihak dengan langkah-langkah
sesuai peraturan yang ada.

4.2 Rekomendasi
Mengkaji adanya masalah-masalah yang mungkin timbul sebagai akibat
penerapan kebijakan ini dan perubahan yang terjadi saat ini, maka direkomendasikan
beberapa rekomendasi yang kami usulkan:
1. Dalam tahap policy formulation perlu dilakukan koordinasi yang baik antara
penyelenggara.
2. Dalam penyusunan kebijakan atau tahap policy formulation, agar supaya
terlaksana dengan semestinya dan isinya tidak bertentangan, maka harus
dikoordinasikan dengan baik sehingga tercipta suatu keharmonisan dalam
pelaksanaannya;
3. Untuk mengantisipasi kecurangan, dan perilaku negatif yang muncul dari
berbagai pihak, perlu diberlakukan transparansi dan sanksi yang lebih tegas;
4. Meninjau kembali beberapa pasal yang bermasalah sebagaimana sudah
disebutkan pada Bab terdahulu.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.tribunnews.com/kesehatan/2019/07/30/kemenkes-bahas-penghapusan-dan-
penarikan-alkes-bermerkuri-di-fasilitas-pelayanan-kesehatan

https://ppid.dinkesjatengprov.go.id/ppid/wp-
content/uploads/2020/02/PMK_No__41_Th_2019_ttg_Penghapusan_dan_Penarikan_ALKES_Berme
kuri_di_Fasilitas_Pelayanan_Kesehatan.pdf

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/138633/permenkes-no-41-tahun-2019

http://scholar.unand.ac.id/3392/2/BAB%201%20Pendahuluan.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai