A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum
a) Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.
c) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
d) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 189/Menkes/SK/III/ 2006
tentang Kebijakan Obat Nasional.
e) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang
Kesehatan.
f) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/427/XII/2015 tentang Gerakan
Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat.
1
2. Tugas dan Fungsi Direktorat Pelayanan Kefarmasian
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, tugas dan fungsi Direktorat Pelayanan
Kefarmasian adalah
a. Tugas
Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pelayanan kefarmasian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Fungsi
1) penyiapan perumusan kebijakan di bidang manajemen dan klinikal farmasi,
analisis farmakoekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan, dan penggunaan
obat rasional;
2) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang manajemen dan klinikal farmasi,
analisis farmakoekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan, dan penggunaan
obat rasional;
3) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
manajemen dan klinikal farmasi, analisis farmakoekonomi, seleksi obat dan alat
kesehatan, dan penggunaan obat rasional;
4) penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang manajemen dan
klinikal farmasi, analisis farmakoekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan, dan
penggunaan obat rasional;
5) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang manajemen dan klinikal
farmasi, analisis farmakoekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan, dan
penggunaan obat rasional; dan
6) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
3. Gambaran Umum
Upaya pemerintah dalam peningkatan kesehatan diwujudkan melalui Program
Indonesia Sehat, di mana promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat merupakan
salah satu pilar utama. Upaya ini diwujudkan melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS). Pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kefarmasian dilaksanakan
melalui kegiatan peningkatan Penggunaan Obat Rasional pada Masyarakat.
Penggunaan obat yang rasional (POR) merupakan salah satu langkah dalam upaya
pembangunan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di setiap fasilitas
pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu, sehingga tercapai keselamatan pasien
(patient safety). Menurut WHO, penggunaan obat dikatakan rasional apabila pasien
menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai dengan
kebutuhan, dan dalam periode waktu yang adekuat. Diperkirakan di seluruh dunia lebih dari
50% obat diresepkan dan digunakan secara tidak tepat, termasuk di Indonesia
2
Selain peresepan secara irrasional oleh tenaga kesehatan dan kurangnya informasi
penggunaan obat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, penggunaan obat secara tidak
tepat juga dilakukan oleh masyarakat, baik kurangnya kepatuhan pasien dalam
menggunakan obat yang diresepkan maupun dalam pengobatan sendiri (swamedikasi).
Swamedikasi adalah upaya pengobatan sendiri yang dilakukan oleh masyarakat sebelum
mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan.
a. Definisi Operasional
Gema Cermat merupakan upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat melalui
rangkaian kegiatan dalam rangka mewujudkan kepedulian, kesadaran, pemahaman,
dan keterampilan masyarakat dalam menggunakan obat secara tepat dan benar
b. Latar Belakang
Salah satu penyebab masalah kesehatan yaitu penggunaan obat secara tidak
rasional, yang dapat mengakibatkan terapi kurang efektif dan efisien. Menurut WHO,
lebih dari 50% obat di dunia diresepkan dan digunakan secara tidak
tepat.Ketidakrasionalan penggunaan obat dapat berupa penggunaan obat secara
berlebihan (overuse), penggunaan obat yang kurang (underuse) dan penggunaan obat
tidak tepat indikasi, dosis, cara dan lama pemakaian, dan lain-lain (misuse).
Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan
penggunaan obat secara rasional baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
Upaya yang dilakukan antara lain melalui Penggerakan Penggunaan Obat Rasional
yang melibatkan Dinas Kesehatan Propinsi/ Kabupaten/Kota, organisasi profesi
kesehatan serta perguruan tinggi kedokteran dan farmasi. Selain itu juga dilakukan
kegiatan penyebaran informasi dan pemberdayaan masyarakat dengan metode CBIA
(Cara Belajar Insan Aktif). Berbagai kendala masih dihadapi, terkait dengan masalah
anggaran, fasilitas, sumber daya manusia, dan lain-lain. Untuk itu perlu ditingkatkan
dengan upaya yang lebih masif dan berkesinambungan dengan melibatkan
masyarakat secara aktif dan berbagai pemangku kepentingan terkait.
Dalam rangka percepatan upaya peningkatan pengetahuan, kesadaran,
kepedulian, dan keterampilan masyarakat mengenai penggunaan obat secara rasional,
perlu dilakukan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GeMa CerMat)
secara masif dan berkesinambungan dengan melibatkan lintas sektor dan pemangku
kepentingan terkait. Gerakan ini telah dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI pada
tanggal 13 November 2015 dan ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor HK.02.02/Menkes/427/2015 tentang Gerakan Masyarakat Cerdas
Menggunakan Obat.
c. Analisis Kelayakan
Sosialisasi telah dilakukan sejak tahun 2016. Namun hal ini masih belum
memenuhi cakupan masyarakat sehingga perlu dilakukan secara masif dan
berkelanjutan.
3
B. Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota, Kementerian lain terkait, Organisasi Profesi Kesehatan, Organisasi
Kemasyarakatan, Organisasi Kepemudaan, Organisasi Kemahasiswaan, dan masyarakat.
C. Strategi Pencapaian Keluaran
1. Pelaksana
Pelaksana dari kegiatan ini adalah Direktorat Pelayanan Kefarmasian.
2. Metode Pelaksanaan
Kegiatan ini dilakukan secara swakelola.
3. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
a. Sosialisasi GeMa CerMat
Kegiatan ini dilakukan dengan metode pemberian materi edukasi oleh narasumber,
diskusi interaktif dan simulasi edukasi oleh AoC di 14 kab/kota terpilih.
Pelaksanaan kegiatan Sosialisasi Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunkan Obat
(Gema Cermat) melibatkan Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota dan Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesia (PC IAI) di Kabupaten/ Kota
tempat pelaksanaan kegiatan.
1) Narasumber 3 orang, yaitu:
- Mitra Kerja: Pemberdayaan Masyarakat dalam rangka meningkatkan Derajat
Kesehatan Masyarakat
- Praktisi/IAI/KPRA : Dagusibu/Penggunaan Antibiotik Bijak
2) Panitia Pusat : 6 orang
3) Pendamping Provinsi : 2 orang
4) Pendamping Kab/Kota : 4 orang
5) Peserta 200 orang, berasal dari :
- Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
- Dinas/Lembaga Pemerintah di Provinsi/Kabupaten/Kota
- Organisasi Profesi Kesehatan (IAI, IDI, PAFI, PPNI, IBI)
- Organisasi Kemasyarakatan
- Organisasi Kemahasiswaan dari Perguruan tinggi
- Apoteker Agent of Change (AoC) terpilih
- Media massa/ blogger/ jurnalis lokal
- Masyarakat
b. Vaksinasi COVID-19
Kegiatan vaksinasi dilaksanakan untuk mempercepat target dan cakupan vaksinasi di
kab/kota. Vaksinasi diberikan untuk dosis 1, selanjutnya untuk dosis 2 dapat
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan setempat di Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
sudah ditentukan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan melibatkan lintas sector, untuk
ketersediaan vaksin dan informasi jenis vaksin yang tersedia dapat berkoordinasi
4
dengan Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan. Kegiatan dilaksanakan dengan
menerapkan protocol Kesehatan.
Target : 1.000 masyarakat
Vaksinator : 50 orang
Tim keamanan : 35 orang.