Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN EVALUASI PROGRAM FARMASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

GARAWANGSA KECAMATAN SUCINARAJA KABUPATEN GARUT


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi Keperawatan
Komunitas Dan Keluarga Program Studi Profesi Ners

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Abdul Rohman KHGD22011
Bahrul Aziz KHGD22079
Ega Anjani KHGD22014
Elsa Sintia KHGD22004
Khoirifa Safitri KHGD22035
Ricki Yogaswara KHGD22003
Sulthan Firmansyah KHGD22020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT
2023
PENDAHULUAN

Obat memberikan manfaat yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan


pelayanan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan, diperlukan
ketersediaan obat dalam jenis yang lengkap, jumlah yang cukup, berkhasiat, aman,
berkualitas baik dan dengan harga yang terjangkau serta mudah diakses oleh masyarakat. Hal
tersebut bertujuan agar setiap warga masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya baik fisik, mental, dan sosial. Obat jadi termasuk produk biologi, yang
merupakan bahan atau paduan bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi untuk manusia
(BPOM, 2011).
Satu macam obat memiliki tiga nama. Ketiga nama tersebut adalah nama kimia, nama
generik, dan nama dagang (Kamienski, 2015). Obat pada waktu ditemukan diberi nama
kimia. Setelah obat itu dinyatakan aman dan bermanfaat melalui uji klinis, barulah obat
tersebut didaftarkan pada Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Obat tersebut mendapat
nama generik dan nama dagang. Nama dagang ini sering juga disebut nama paten
(Dermawan, 2015). Obat nama dagang atau nama paten adalah nama sediaan obat yang
diberikan oleh pabriknya dan terdaftar di Departemen Kesehatan suatu negara (Dermawan,
2015). Disebut obat paten karena pabrik penemu tersebut berhak atas paten penemuan obat
tersebut dalam jangka waktu tertentu (Dermawan, 2015).
Hak paten sebuah obat antara 10-15 tahun. Setelah masa patennya habis obat paten
atau obat nama dagang akan berubah menjadi obat generik. Obat generik dibagi menjadi dua
yaitu obat generik berlogo (OGB) dan obat generik bermerk (branded generic). Obat generik
adalah obat dengan nama generik, nama resmi yang telah ditetapkan dalam farmakope
Indonesia dan INN (International Non-propietary Names) dari WHO (World Health
Organization) untuk zat kimia yang dikandungnya (Dermawan, 2015). Obat generik berlogo
(OGB) adalah obat yang menggunakan nama zat berkhasiatnya dan mencantumkan logo
perusahaan farmasi yang memproduksinya pada kemasan obat. Obat generik bermerk adalah
obat yang diberi merk dagang oleh perusahaan farmasi yang memproduksinya (Wibowo,
2009).
Obat generik yang biasa disebut adalah obat generik berlogo. Untuk lebih
meningkatkan dan meratakan pelayanan kesehatan perlu menyediakan obat-obatan yang
bermutu secara merata dengan harga yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan RI, mewajibkan penulisan resep dan
penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah. Hal ini diberlakukan
melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI No.085/MENKES/PER/I/1989 tentang kewajiban
Menuliskan Resep dan/atau Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanaan Kesehatan
Pemerintah. Tujuannya adalah supaya meningkatkan mutu, meratakan pelayanan kesehatan
dengan menyediakan obat-obatan yang bermutu dan harga yang dapat terjangkau oleh
masyarakat luas, serta memberikan pengertian kepada masyarakat, bahwa obat generik adalah
obat yang baik dan bermutu yang memiliki daya atau kemampuan pengobatan yang sama
dengan obat paten (Depkes RI, 2009).
PROGRAM FARMASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GARAWANGSA
KECAMATAN SUCINARAJA
KABUPATEN GARUT

A. Program
1. Uraikan program Puskesmas yang mencerminkan rencana pelayanan kesehatan
nasional dalam :
a. Program
Farmasi di Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas Kesehatan
kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelanggarakan pembangunan
Kesehatan disuatu wilayah kerja. Peranan farmasi di Puskesmas saat ini telah
menjadi bagian yang cukup diperhitungkan, karena dibutuhkan untuk
menginterpretasikan hasil pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan dari
dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari
apoteker kepada dokter atau di sebut PKOD ( pemantauan kadar obat dalam
darah).
b. Kebijakan (policy)
Kebijakan Program farmasi diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PMK)
Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016.
c. Target, sasaran dan indicator keberhasilan
Target sasaran dalam program ini adalah agar masyarakat menggunakan obat
tradisional dan patuh obat terutama pada penyakit TB paru dan gangguan jiwa.
d. Kegiatan/upaya program
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan
untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah Obat dan masalah
yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan
peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari
paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi
paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi
Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care).
Pelayanan kefarmasian di klinik meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang
bersifat manajerial berupa pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan
kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber
daya manusia dan sarana dan prasarana.
Tenaga kefarmasian sebagai tenaga kesehatan terdiri dari lulusan berbagai
jenjang pendidikan tinggi. Menurut Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009
tentang pekerjaan kefarmasian, pekerjaan kefarmasian didefinisikan sebagai
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Yang termasuk dalam tenaga
kefarmasian yaitu Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian
mendefinisikan apoteker sebagai sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker
dan telah mengambil sumpah jabatan apoteker. Apoteker merupakan pelaku utama
pelayanan kefarmasian yang memiliki kewenangan melakukan praktik
kefarmasian.
Kegiatan ataupun program kefarmasian di Puskesmas Garawangsa untuk
membuat pasien patuh minum obat yaitu dengan cara melaksanakan kegiatan
Penkes, Germat Cermat dan melakukan kunjungan pada pasien penderita TB paru
dan Gangguan Jiwa.
Berikut jenis-jenis obat yang ada di Puskesmas :
 Oral
1. Tablet : Antasida, Ibu Profen, Paracetamol, Cetirizine, Amoxicillin, Vit B1, B2, dll.
2. Kapsul : Clindamycin
3. Sirup : Antasida, Ambroxol, Ibu Profen, Paracetamol, Amoxicillin, Dll.
4. Serbuk : Oralit, Elbio, Dll.
 Topical : Gentamicin 0,1%, Acyclovir 5%, Betametason 0,1%, Hydrocortisone 2,5%,
dll.
 Parenteral : Omeprazole, Ondansetron, Ceftriaxone, Ranitidine, Dll
 Obat golongan Psikotropika : Diazepam (injektion, tablet) dan obat kejiwaan.
 Vaksin : untuk vaksin pihak farmasi berkolaborasi dengan pihak pemilihan program
imunisasi. Dan untuk jenis vaksinnya yaitu Serum Anti Tetanus (SAT), dan Serum
Anti Rabies (SAR).

Sementara untuk Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Obat (LPPO) di


Puskemas Garawangsa sudah ada laporan berupa bentuk buku penerimaan dan
pengeluaran obat.

2. Uraikan program Puskesmas yang ada dalam hal (situasi dan status)
a. Masalah kesehatan masyarakat yang ada di wilayah puskesmas
Berdasarkan hasil wawancara, masalah kesehatan pada masyarakat wilayah
binaan Puskesmas Garawangsa adalah penyakit TB Paru dan ISPA non
pneumonia.
b. Target dan sasaran
Target sasaran program farmasi Puskesmas Garawangsa adalah semua pasien
Puskesmas garawangsa dan yang lebih khusus nya yaitu penderita penyakit ISPA
non pnemonia dan diare non spesifik. ISPA non pneumonia maximal antibiotic
yang diberikan 20% sedangkan untuk diare non specific maksimal penggunaan
antibiotic sebanyal 8%.
c. Strategi
Program farmasi diselenggarakan secara baik dengan memenuhi kriteria
organisasi, ruang dan fasilitas, peralatan, bahan, metode pemeriksaan, mutu,
keamanan, pencatatan, dan pelaporan.
d. Kegiatan
Kegiatan Program farmasi ini dilakukan dengan memperhatikan alur yang
sudah di atur dalam Kebijakan Program farmasi diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan (PMK) Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016.
e. Peran serta masyarakat
Peran serta masyarakat binaan Puskesmas Garawangsa terhadap program
farmasi ini sangat baik, hal tersebut dibuktikan dengan partisipasi masyarakat
yang antusias.
f. Lintas sektor/program
Lintas sector yang sering dilakukan yaitu mengenai penkes dan germat cermat
sedangkan untuk kerjasama program farmasi dengan pihak Puskesmas yang lain
belum ada.
g. Implementasi (hamabatan dan pendukung)
Hambatan dalam pelaksanaan program farmasi masyarakat terutama yang
menderita penyakit TB dan gangguan jiwa masih belum patuh dalam
mengonsumsi obat.
h. Evaluasi (hasil, kekurangan, kelemahan)
Program farmasi Puskesmas Garawangsa ini sudah berjalan dengan baik
sesuai dengan peraturan yang ada, akan tetapi akan lebih baik lagi jika didukung
dengan sarana prasana yang baik sehingga pelaksanaan program ini dapat lebih
maksimal.

B. Identifikasi kesenjangan antara program yang dilaksanakan dengan program


kesehatan nasional
Pelaksanaan program farmasi di wilayah kerja Puskesmas Garawangsa sudah sesuai
dengan program Kemenkes akan tetapi karena program farmasi di Puskesmas
Garawangsa baru berjalan bulan juni 2022 sehingga belum maksimal dalam menjalankan
programnya.
C. Analisa penyebab terjadinya kesenjangan atau kendala yang mengurangi efektivitas
dari pelaksanaan program
Adanya kesenjangan tersebut tidak lain dan bukan karena minimnya sarana dan
prasarana yang dikarenakan program farmasi ini baru berjalan kurang dari 1 tahun..
D. Alternatif penyelesaian masalah untuk menghilangkan/mengurangi/mengatasi
kesenjangan yang ada
Alternative penyelesaian permasalah terkait program farmasi ini, diharapkan adanya
program lintas sector seperti perangkat pemerintahan sehingga dapat bekerjasama dalam
meningkatkan sarana dan prasarana yang dapat digunakan dalam pelaksanaan program
farmasi ini.

Anda mungkin juga menyukai