Anda di halaman 1dari 3

Kesehatan 

merupakan hak asasi manusia sekaligus sebagai investasi
keberhasilan pembangunan bangsa dengan menjadikan kesehatan sebagai tolak ukur k
emakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Kesehatan didefinisikan keadaan sehat,
baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis
(UU tentang kesehatan No. 36 tahun2009). Upaya kesehatan
diselenggarakan dengan rangkaian
kegiatan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan b
erkesinambungan. Dalam upaya kesehatan ini dibutuhkan sumber
daya dibidang kesehatan, baik dalam bentuk dana, tenaga,perbekalan kesehatan, sedia
an farmasi, alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat secara umum.
 

Apoteker/asisten apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan


pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan
pasien. Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana
prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan
pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat,
informasi obat dan pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga,
dana, prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai
tujuan yang ditetapkan. Di kalangan farmasis mulai ada panggilan untuk
meningkatkan peranannya dalam pelayanan kesehatan, sehingga munculah konsep
pharmaceutical care . Konsep pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care)
merupakan pelayanan yang dibutuhkan dan diterima pasien untuk menjamin
keamanan dan penggunaan obat yang rasional, baik sebelum, selama, maupun
sesudah penggunaan obat. Keinginan yang kuat untuk mengembalikan peran seorang
farmasis di dunia kesehatan membuat pelayanan kefarmasian berkembang menjadi
farmasis klinik (clinical pharmacist). 

Clinical pharmacist merupakan istilah untuk farmasis yang menjalankan praktik


kefarmasian di klinik atau di rumah sakit. Keberadaan praktik profesional dari
farmasis ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk menggantikan peranan dokter,
tetapi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan pelayanan kesehatan terkait
adanya peresepan ganda untuk satu orang pasien, banyaknya obat obat baru yang
bermunculan, kebutuhan akan informasi obat, angka kesakitan dan kematian yang
terkait dengan penggunaan obat serta tingginya pengeluaran pasien untuk biaya
kesehatan akibat penggunaan obat yang tidak tepat. Ruang lingkup dalam pelayanan
farmasi harus dilaksanakan dalam kerangka sistem pelayanan kesehatan yang
berorientasi pada pasien. Ruang lingkup pelayanan farmasi tersebut meliputi tanggung
jawab farmasis dalam menjamin ketersediaan obat dan alat kesehatan, menjamin
kualitas obat yang diberikan aman dan efektif dengan memperhatikan keunikan
individu, menjamin pengguna obat atau alat kesehatan dapat menggunakan dengan
cara yang paling baik, dan bersama dengan tenaga kesehatan lain bertanggungjawab
dalam menghasilkan therapeutic outcomes yang optimal. 
Mengimplementasikan Standar Pelayanan Kefarmasian

Karena Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai
pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063).
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5607)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5044
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Pusat Kesehatan Masyarakat
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Puskesmas
7. Peraturan Badan Pengawas obat dan Makanan Nomor 6 Tahun 2020 tentang Perubahan atas
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 9 tahun 2019 tentang Pedoman Teknis
Cara Distribusi Obat yang Baik
8. Keputusan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit No HK.02.02/4/1/2021
tahun 2021 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)

1. Mencegah Terjadinya Medication Error ke pada Pasien 


2.meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian;
3.menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
4.melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional dalam
rangka keselamatan pasien (patient safety).

Pada Hari Sabtu, 02 Juli 2022 Melakukan Kegiatan Farmasi Klinik dan
Pendistribusian vaksin covid-19 di Puskesmas Cireundeu
 
Kegiatan Farmasi Klinik di Puskesmas Cireundeu merupakan salah satu  bagian dari
pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
Kegiatan yang dilakukan oleh seorang Apoteker dalam menjalankan kegiatan farmasi
klinik yaitu : pengkajian resep, penyerahan obat, pemberian informasi obat dan
Pelayanan Informasi Obat (PIO).
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan
farmasetik dan persyaratan klinis baik  untuk pasien
Dalam Melaksanan kegiatan pengkajian resep, seorang apoteker dibantu oleh Tenaga
Teknis Kefarmasian. Melakukan Skrining Resep dimulai dari administrasi,
persyaratan farmasetik dan klinis.

Selain itu, Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian Melakukan kegiatan


pendistribusian vaksin covid-19 ke ruang poli imunisasi yang ada di gedung
puskesmas cireundeu. Pada saat melakukan penyerahan vaksin covid kepada petugas
pelaksan. Hal yang harus diperhatikan Yaitu :

1. Memastikan Ketersediaan Vaksin Covid-19 yang akan digunakan tidak kadaluarsa dan kondisi
vaksin masih layak dipergunakan serta vaksin tidak beku
2. Memberikan informasi  jumlah dan jenis vaksin yang tersedia kepada petugas pelaksana
vaksinasi covid
3. Mengecek Suhu Kulkas Vaksin secara Berkala setiap pagi dan sore sesuai aturan yang ada , 2-
8C

Dalam melakukan kegiatan farmasi klinik sebisa mungkin tidak terjadi


kesalahan pemberian obat pada saat penyerahan karena farmasis
dituntut untuk no medication error  maka dari itu, perang apoteker
dan tenaga teknis kefarmasian dalam melakukan pengecekan ulang saat
pemberian obat harus selalu diterapkan atau dilakukan di setiap
pelayanan kefarmasian klinik

Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas ditetapkan sebagai acuan


pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Untuk keberhasilan
pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian  di  Puskesmas ini
diperlukan komitmen dan kerja sama semua pemangku kepentingan
terkait. Hal tersebut akan menjadikan Pelayanan Kefarmasian di 
Puskesmas semakin optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh pasien
dan masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan citra Puskesmas
dan kepuasan pasien atau masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai