Anda di halaman 1dari 3

Puskesmas merupakan unit pelaksana tingkat pertama dan ujung

tombak pembangunan kesehatan di Indonesia, bertanggung jawab untuk menyelengga
rakan upaya kesehatan di tingkat kecamatan. Visi puskesmas mewujudkan kecamatan
sehat dan misi mendukung tercapainya
pembangunan kesehatan nasionaldapat dilihat keberhasilannya lewat 4 indikator, yait
u lingkungan sehat, perilaku sehat, pelayanan kesehatan bermutu serta
derajat kesehatan penduduk kecamatan. Oleh karena itu puskesmas
harus menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyaraka
t yang ditunjangoleh pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care)yang bermutu sesu
aidengan UU No 36 tahun 2009 pasal 54 ayat 1

Menurut PP No 51 tahun 2009 pasal 1 ayat 4, pelayanan kefarmasian adalah


pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien, berkaitan dengan sediaan
farmasi untuk mencapai hasil yang pasti dalam meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Oleh karena itu dalam PP NO 51 tahun 2009 pasal
21 ayat 4 dan pasal 31 ayat 1, disebutkan bahwa tenaga kefarmasian di setiap fasilitas 
kesehatan termasuk puskesmas harus menerapkan standar
pelayanan kefarmasian dalam menjalankan praktek kefarmasian untuk melakukan
kendali mutu dan biaya (Anonima, 2009). Penerapan standar ini untuk melindungi
pasien, menjaga mutu dan meningkatkan kualitas
pelayanan kefarmasian (Anonimb, 2004).

Mutu pelayanan kefarmasian adalah pelayanan
kefarmasian yang menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan dalam
menimbulkan kepuasan pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata
masyarakat. Pasien atau masyarakat menilai pelayanan yang bermutu
sebagai layanan yang dapat memenuhi harapan
dan kebutuhan yang dirasakannya. Mutu pelayanan kesehatan yang 
berhubungan dengan kepuasan pasien dapat mempengaruhi derajat 
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, karena pasien yang merasa
puas akan mematuhi pengobatan dan mau datang berobat kembali.

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063).
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5607)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5044)
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Pusat Kesehatan Masyarakat
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Puskesmas
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat

1. Mencegah Terjadinya Medication Error ke pada Pasien 


2. meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian
3. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dan
4. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional dalam rangka
keselamatan pasien (patient safety).

Pada Hari Selasa, 05 Juli 2022 ‘’Melakukan Kegiatan Farmasi Klinik dan
Menyiapkan Vaksin imunisasi Rutin di Puskesmas Cireundeu''

Kegiatan yang dilakukan Apoteker dan Tenaga teknis kefarmasian yaitu melakukan
kegiatan farmasi klinik dan juga melakukan pengelolaan sedian BMHP yang ada di
puskesmas cireundeu, kegiatan farmasi klinik merupakan salah satu elemen penting
dari Standar Pelayanan Farmasi baik di puskesmas, rumah sakit maupun Apotek.
Apoteker melakukan kegiatan farmasi klinik mulai dari pengkajian resep,
penyerahan obat, pemberian informasi obat dan Pelayanan Informasi Obat (PIO). 

Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan


farmasetik dan persyaratan klinis baik  untuk pasien

Dalam Melaksanan kegiatan pengkajian resep, seorang apoteker dibantu oleh Tenaga
Teknis Kefarmasian. Melakukan Skrining Resep dimulai dari administrasi,
persyaratan farmasetik dan klinis

Kemudian Apoteker melakukan penyerahan obat kepada pasien, sebelum


menyerahkan obat kepada pasien pastikan melakukan double check sebelum obat
diberikan kepada pasien agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat kepada pasien.

Dalam melakukan kegiatan farmasi klinik sebisa mungkin tidak terjadi


kesalahan pemberian obat pada saat penyerahan karena farmasis
dituntut untuk no medication error  maka dari itu, perang apoteker
dan tenaga teknis kefarmasian dalam melakukan pengecekan ulang saat
pemberian obat harus selalu diterapkan atau dilakukan di setiap
pelayanan kefarmasian klinik

Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas ditetapkan sebagai acuan


pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Untuk keberhasilan
pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian  di  Puskesmas ini
diperlukan komitmen dan kerja sama semua pemangku kepentingan
terkait. Hal tersebut akan menjadikan Pelayanan Kefarmasian di 
Puskesmas semakin optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh pasien
dan masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan citra Puskesmas
dan kepuasan pasien atau masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai