Anda di halaman 1dari 53

EVALUASI MUTU PELAYANAN RESEP

RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT ISLAM ASSYIFA


SUKABUMI

TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Kelulusan Ujian Akhir Program Diploma
Program Studi Farmasi

Disusun Oleh:
SRI MULYANI
NPM. 17.307.050

POLITEKNIK PIKSI GANESHA


BANDUNG
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
MenurutKeputusan Menteri Kesehatan No. 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang standar pelayanan Rumah sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan
farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari system pelayanan
kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien (patient
oriented). Hal tersebut juga terdapat dalam keputusan menteri kesehatan No.
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang standar pelayanan farmasi dirumah sakit,
disebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan
di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu.
Berdasarkan penelitian oleh Anggun Rahmawati “Evaluasi Kualitas
Pelayanan Kefarmasian Pasien Rawat Jalan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum Daerah Surakarta terhadap Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit”
Maret 2018, resep obat jadi sebanyak 239 lembar resep, resep obat racikan 91
lembar resep. Hasil penelitian menunjukkan bahwarata-rata lama waktu tunggu
obat jadi adalah 24,36 menit, rata-rata lama waktu tunggu obat racikan adalah
31,38 menit, tidak ada kejadian kesalahan pemberian obat 100%, dan kepuasan
pasien 91,43%. Hasil ini telah sesuai dengan standar yang ditetapkan Direktorat
Jendral Bina Upaya Kesehatan Republik Indonesia.
Penelitian berikutnya yang oleh Ferdy Firdaus dalam KTI “Gambaran
Waktu Tunggu Pelayanan Pasien BPJS Depo Rawat Jalan Di RSUDDr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin pada bulan juni 2017”. Pada penelitian ini didapatkan
373 resep yang menjadi sampel penelitian yang terdiri dari 313 resep untuk obat
non racikan dan 60 resep untuk obat racikan. Waktu tunggu pelayanan pada 313
resep non racikan yang memenuhi standar terdapat 83(26,51%) resep, dan yang
belum memenuhi standar terdapat 230(73,48%) resep menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Waktu tunggu pelayanan pada 60 resep racikan
yang memenuhi standar terdapat 38(63,33%) resep, dan yang belum memenuhi
standar terdapat 22(36,66%) menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit.
Tercapainya pelayanan paripurna didalam setiap melakukan pelayanan di
rumah sakit harus memenuhi standar pelayanan minimal (SPM), standar
pelayanan minimal adalah ketentuan dan jenis mutu pelayanan dasar yang
merupakan urusan wajib daerah yang wajib diperoleh setiap warga secara
minimal, juga merupakan spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan
minimum yang diberikan oleh Badan Layanan Umum kepada masyarakat
(kemenkes RI no 129 tahun 2008).
Salah satu penunjang pelayanan medis yang sangat berperan penting
adalah instalasi farmasi. Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu bagian, atau
unit, atau divisi atau fasilitas di Rumah sakit tentang semua kegiatan kefarmasian
yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri (siregar dan Amalia,
2004).
Mutu pelayanan kefarmasian adalah derajat dilengkapinya kebutuhan
masyarakat atau perorangan terhadap asuhan kesehatan yang sesuai dengan
standar profesi tyang baik dengan pemanfaatan sumber daya secara wajar, efisien,
efeketif dalam keterbatasan kemampuan pemerintah dan masyarakat, serta
dilaksanakan secara aman dan dapat memuaskan pelanggan sesuai dengan norma
dan etika yang baik (Azwar,1994).
Instalasi farmasi di RS Islam Assyifa terdiri dari tiga zona pelayanan yaitu
depo obat rawat jalan, depo obat rawat inap, dan Gudang farmasi. Dikarenakan
RS Islam Assyifa menerima pasien rujukan BPJS hal ini berpengaruh terhadap
jumlah pasien yang datang ke poli rawat jalan,dan banyaknya keluhan paisen
terhadap pelayanan kefarmasianini berpengaruh terhadap mutu pelayanan
kefarmasian terutama mutu pelayanan resep rawat jalandi Rumah Sakit Islam
Assyifa Sukabumi.
Dengan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mangadakan
penelitian tentang “Evaluasi MutuPelayanan ResepRawat Jalan di RS Islam
Assyifa Sukabumi”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas , maka dapat dirumuskan permasalahan, antara
lain adalah:
1. Bagaimana mutu pelayanan resep rawat jalan di RS Islam Assyifa
Sukabumi?
2. Apakah mutu pelayanan resep rawat jalan sudah sesuai dengan standar
mutu pelayanan yang diatur oleh kemenkes?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui bagaimana mutu pelayanan resep Rawat jalan di Rumah Sakit
Islam Assyifa ini Sukabumi?
2. Memahami mutu pleyanana resep yang sesuai dengan kemenkes RI.
1.4 Manfaat penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah pengetahuan dan
wawasan dalam mutu pelayanan resep di rawat jalan RS Islam Assyifa
Sukabumi
2. Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit terutama instalasi farmasi RS
Islam dalam meningkatkan standar mutu pelayanan rumah sakit agar lebih
baik lagi kedepannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Permenkes RI No. 72 tahun 2016 rumah sakit adalahinstitusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Menurut WHO (world health organization) rumah sakit adalah bagian integral
dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan
paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan
penyakit (preventif). Instalasi farmasi rumah sakit adalah unit pelaksana
fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di
rumah sakit. Instalasi farmasi rumah sakit merupakan suatu bagian/unit/divisi atau
fasilitas di rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan
kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itusendiri.
Berdasarkan definisi tersebut maka instalasi farmasi rumah sakit secara
umum dapat diartikan sebagai suatu departemen atau unit atau bagian di suatu
rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang
apoteker, dan tenaga teknis kefarmasian yang memenuhi persyaratan perundang-
undangan yang berlaku dan bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan
sertakefarmasian, yang terdiri dari pelayanan yang mencakup perencanaan,
pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan farmasi,
dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita saat tinggal dan rawat jalan,
pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh
perbekalan kesehatan di rumah sakit. Pelayanan farmasi klinik umum dan
spesialis mencakup pelayanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang
merupakan program rumah sakit secara keseluruhan (Septini, 2012).
Instalasi farmasi merupakan bagian penting di sektor rumah sakit.
Pelayanan farmasi dituntut untuk memberikan kepuasan pasien. Pelayanan resep
sebagai garis depan pelayanan farmasi kepada pasien harus dikelola dengan baik,
karena mutu pelayanan resep farmasi yang baik umumnya dikaitkan dengan
kecepatan dalam memberikan pelayanan.
2.1.2 Tugas Instalasi Farmasi RumahSakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 72 tahun 2016 tentang
standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit, tugas instalasi farmasi rumah sakit
meliputi:
1. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh
kegiatan pelayanan kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai
prosedur dan etikprofesi.
2. Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang efektif, aman, bermutu danefisien.
3. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai guna memaksimalkan efek
terapi dan keamanan serta meminimalkanresiko.
4. Melaksanakan komunikasi, edukasi dan informasi (KIE) serta
memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat danpasien.
5. Berperan aktif dalam komite/tim farmasi danterapi.
6. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan pelayanan
kefarmasian.
7. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumahsakit.
2.1.3 Standar Pelayanan Kefarmasian
Menurut Permenkes RI No. 72 tahun 2016 standar pelayanan kefarmasian
adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian
dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian adalah
suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitandengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pengaturan standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit bertujuan
untuk:
1. Meningkatkan mutu pelayanankefarmasian.
2. Menjamin kepastian hukum bagi tenagakefarmasian.
3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patientsafety).
Standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No.72 tahun 2016 meliputi standar:
1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
2. Pelayanan farmasi klinik
Untuk menjamin mutu pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit, harus dilakukan
pengendalian mutu pelayanan kefarmasian yang meliputi:
1. Monitoring
2. Evaluasi (Permenkes RI No. 74, 2016).
Rumah sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan obat untuk
meningkatkan keamanan, khususnya obat yang perlu diwaspadai (Hight alert
medication). Hight alert medication adalah obat yang harus diwaspadai karena
sering menyebabkan terjadi kesalahan serius (sentinel event) dan obat yang
beresiko tinggi menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD).
2.1.4 Sumber Daya Farmasi RumahSakit
Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) berdasarkan pekerjaan yang
dilakukan, dapatdiklasifikasikan sebagai berikut (Permenkes RI No. 72 tahun
2016):
a.Untuk pekerjaan kefarmasian terdiri dari:
1) Apoteker.
2) Tenaga
tekniskefarmasian.
b.Untuk pekerjaan penunjang terdiridari:
1) Operator
komputer/teknisi yang memahamikefarmasian.
2) Tenaga
administrasi.
3) Pekarya/
pembantupelaksana.
Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik dan aman, maka dalam
penentuan kebutuhan tenaga harus mempertimbangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan jenis pelayanan, tugas, fungsi, wewenang dan tanggung
jawabnya.

Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan faktor-faktor yang


berpengaruh pada kegiatan yang dilakukan, yaitu (Permenkes RI No. 72 tahun
2016):
a.Kapasitas tempat tidur dan bed occupancy rate(BOR).
b.Jumlah dan jenis kegiatan farmasi yang dilakukan (manajemen, klinik
dan produksi).
c.Jumlah resep atau formulir permintaan obat (floor stock) perhari.
d.Volume sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habispakai.
2.2 Pengelolaan PerbekalanFarmasi
Kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai meliputi siklus sebagai berikut (Permenkes RI No. 72 tahun2016):
a. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi,
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan.
b. Perencanaankebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah
dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin
terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
c. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan, pengadaan yang efektif harus
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga
yang terjangkau dan sesuai standarmutu.
d. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yangditerima.
e. Penyimpanan
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai
dengan persyaratan kefarmasian.
f. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah
dan ketepatan waktu. Sistem distribusi di unit pelayanan dapat
dilakukan dengan cara:
1) Sistem persediaan lengkap di ruangan (floorstock).
2) Sistem resepperorangan.
3) Sistem unitdosis.
4) Sistemkombinasi.
Sistem distribusi unit dose dispensing (UDD) sangat dianjurkan
untuk pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan
pemberian obat dapat diminimalkan sampai kurang dari 5%
dibandingkan dengan sistem floor stock atau resep individu yang
mencapai18%.
g. Pemusnahan danpenarikan
Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan
dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
h. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
dan dapat dilakukan oleh instalasi farmasi bersama dengan komite/tim
farmasi dan terapi di rumahsakit.
i. Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan
untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan
administrasi terdiri dari pencatatan dan pelaporan, administrasi keuangan,
administrasi penghapusan.

2.3 Pelayanan Farmasi Klinik


Pelayanan farmasi klinik di rumah sakit adalah suatu kegiatan langsung
yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome
terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien terjamin.
Dimana pelayanan farmasi klinik (Permenkes RI, No 72 th 2016) meliputi:
a. Pengkajian dan pelayanan resep
b. Penelusuran riwayat penggunaan obat
c. Rekonsiliasi obat
d. Pelayanan Informasi Obat
e. Konseling
f. Visite
g. Pemantauan Terapi Obat
h. Monitoring Efek Samping Obat
i. Evaluasi Penggunaan Obat
j. Dispensing sediaan steril
k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) (Permenkes RI, No 72 th 2016).
2.4Pelayanan Resep
Pelayanan resep adalah suatu kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi
untuk memenuhi kebutuhan pasien dengan sistem resep perorangan. Pelayanan
resep merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian oleh karena itu untuk
mencapai mutu pelayanan kefarmasian yang baik mutu pelayanan resep juga
harus baik (Embrey,2012).
Pelayanan resep mengacu kepada proses penyiapan dan pemberian obat
kepada pasien, interpretasi resep, penyiapan etiket, pengecekan akhir, melakukan
konseling dan dokumentasi. Proses ini dapat dilakukan di klinik umum atau
swasta, pusat kesehatan, dengan harapan dapat mengurangi kesalahan dalam
pemberian obat (Embrey,2012).
Pelayanan resep menjadi salah satu bagian yang penting dari penggunaan
obat rasional. Pengunaan obat rasional sering hanya terfokus pada penyediaan dan
penyerahan obat saja tapi mengabaikan penggunaan obat setelah sampai di tangan
pasien, akibatnya pasien menerima obat yang tidak tepat dan sesuai sehingga
seluruh kegiatan pelayanan resep yang dilakukan akan sia-sia walaupun dilakukan
dengan ketentuan rasionalitas obat (Embrey,2012).
Menurut Permenkes RI No. 9 tahun 2017 resep adalah permintaan tertulis
dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan, kepada apoteker, baik dalam bentuk
kertas maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan sediaan farmasi
dan/atau alat kesehatan bagipasien.
Dalam resep harusmemuat:
1. Nama, alamat, nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau
dokterhewan.
2. Tanggal penulisan resep(inscriptio).
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisanresep.
4. Nama setiap obat atau komposisi obat(invocation).
5. Aturan pemakaian obat tertulis(signature).
6. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan
perundang- undangan yang berlaku (subcriptio)
7. Tanda seru atauparaf dokter untuk resep yang mengandung obat
yang jumlahnya melebihi dosis maksimal.
2.4.1 Waktu Tunggu PelayananResep
Waktu tunggu pelayanan adalah salah satu indikator mutu yang dapat
menilai setiap jenis pelayanan yang diberikan. Waktu tunggu pelayanan terbagi
menjadi dua yaitu waktu tunggu pelayanan obat non racikan dan waktu tunggu
pelayanan obat racikan.
Waktu tunggu pelayanan obat non racikan atau obat jadi adalah tenggang
waktu mulai dari pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat jadi
dengan standar minimal yang ditetapkan Kementerian Kesehatan adalah ≤ 30
menit, sedangkan waktu tunggu pelayanan obat racikan adalah tenggang waktu
mulai dari pasien menyerahkan resep sampai dengan pasien menerima obat
racikan yaitu ≤ 60 menit. Waktu tunggu pelayanan resep obat jadi/non racikan
lebih cepat dibandingkan dengan waktu pelayanan resepobat racikan, karena
pelayanan resep obat jadi tidak melalui proses peracikan (Kepmenkes RI No. 129
tahun 2008).
Menurut Wongkar,L.(2000) dalam penelitiannya mengatakan bahwa
sejumlah faktor yang memberikan kontribusi terhadap waktu tunggu pelayanan
resep, adalah sebagai berikut:
1. Jenis resep.
Jenis resep dibedakan antara lain racikan dan non racikan, dimana
jenis resep racikan membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan
dengan jenis resep jadi.
2. Jumlah resep dan kelengkapan resep.
Dalam hal ini adalah jumlah item resep, dimana setiap penambahan
item obat didalam resep akan memberikan penambahan waktu pada
setiap tahap pelayanan resep.
3. Shift petugas.
Pada shift pagi memerlukan waktu pelayanan yang lebih cepat
dibandingkan dengan shift sore, dan shift malam.
4. Ketersediaan SDM yang cukup danterampil.
Ketersediaan SDM yang cukup dan terampil dapat mengurangi lama
waktu pelayanan resep di instalasi farmasi.
5. Ketersediaan obat sesuai resep yangditerima.
Jika ketersediaan obat sesuai resep yang diterima, maka waktu untuk
mencari obat pengganti yang lain dapat dikurangi.
6. Sarana dan fasilitasSarana dan fasilitas yang dapat menunjang proses
operasi pelayanan resep. Pemakaian alat-alat teknologi yang lebih
canggih dapat memberikan kepuasaan kepada pasiennya.
7. Partisipasi pasien/keluarganya selama menunggu proses layananresep.

Menurut Widiasari (2009), waktu tunggu pelayanan resep terdiri dari


berbagai tahap, yaitu:
1. Tahap penghargaan, pembayaran, dan penomoran memakan waktu
lebih dari satumenit.
2. Tahap resep masuk, tahap pengecekan dan penyerahan obat
memerlukan waktu lebih dari satu menit, karena petugas sudah
sibuk dengan tahap yang lain terlebih pada saat puncak, dimana
terjadi penumpukanresep.
3. Tahap pengambilan obat, pembuatan obat racikan dan etiket
membutuhkan waktu lebih lama jika dibandingkan dengan tahap
yanglainnya.
2.4.2 Medication error
Medication error merupakan kejadian yang menyebabkan atau berakibat
pada pelayanan kesehatan yang tidak tepat atau membahayakan pasien yang
sebenarnya dapat dihindari
Kesalahan pemberian obat dan salah penulisan resep merupakan
medication error. Pengkajian resep tersebut meliputi aspek administrasi
(kelengkapan data pasien, data dokter dan tanggal resep), aspek farmasetis
(bentuk sediaan, kekuatan sediaan, cara pemberian), dan aspek klinis (duplikasi,
interaksi obat) (Kemenkes, 2016).
Untuk mengurangi kesalahan dalam proses pengobatan, sebaiknya dibuat
pedoman yang bisa dijadikan rekomendasi dalam pemberian obat yang tepat
kepada pasien. Dalam hal ini perlu dibuat suatu badan atau departemen yang
khusus bertugas menangani rekomendasi untuk mencegah kesalahan pemberian
obat, departement ini bertugas untuk memberikan rekomendasi pengobatan
kepada staff manajemen rumah sakit, dokter, apoteker, perawat dan lainnya. Isi
rekomendasi untuk staff klinis diantaranya adalah menggunakan prinsip-prinsip
formularium, menempatkan petugas yang tepat dibidang obat, adanya wewenang
dan tanggung jawab yang jelas dalam administrasi, pemesanan dan pengeluaran
obat, adanya evaluasi yang berkelanjutan dalam proses pengobatan
Resep adalah bagian paling dasar dimana kesalahan dalam pemberian obat
terjadi. Untuk mengatasi kesalahan dalam peresepan perlu dibuat rekomendasi
untuk para pembuat resep. Adapun rekomendasi yang dibuat untuk mengatasi
kesalahan dalam persepan yaitu sebaiknya resep dibuat mengikuti perkembangan
obat, dalam hal ini harus ada kerjasama antar dokter dan apoteker, pembuat resep
harus mengetahui kondisi keseluruhan pasien, resep yang ditulis harus jelas dan
lengkap dari mulai nama pasien, jenis obat nama obat (merek dagang), dosis obat
dan frekuensi pemberian obat. Selain itu tulisan yang dalam pembuatan resep
harus jelas agar mudah dibaca. Dalam pemberian resep selain dalam bentuk
tulisan pemberi resep pun bisa menyampaikan apa yang tertulis lewat lisan untuk
memastikan bahwa pasien atau keluarga pasien sudah paham.
Pemantauan dalam kesalahan pengobatan perlu dilakukan secara
berkelanjutan, karena kesalahan dalam pemberian obat harus diidentifikasi,
didokumentasikan dan dipelajari penyebabnya. Beberapa pemantauan kesalahan
dalam pemberian obat bisa dalam bentuk laporan yang disesuaikan dengan tingkat
kesalahan. Program pemantauan kesalahan dalam pengobatan haruslah
memepertimbangkan faktor-faktor risiko yang terjadi.
Klasifikasi tingkat kesalahan pengobatan ada beberapa level, diantaranya :
1. Level 0 : dalam level ini tidak ada kesalahan dalam pengobatan
2. Level 1 : dalam level ini terjadi kesalahan dalam pengobatan, tetapi tidak
menimbulkan bahaya pada pasien
3. Level 2 : dalam level ini terjadi kesalahan dalam pengobatan, tetapi tidak
ada perubahan tanda-tanda vital yang membahayakan pasien
4. Level 3 : Dalam level ini terjadi kesalahan dalam pengobatan yang
menyebabkan peningkatan pemantauan pasien dengan adanya perubahan
tanda vital dan perubahan laboratorium
5. Level 4 : dalam level ini terjadi kesalahan dalam pengobatan, sehingga
mengakibatkan kebutuhan akan obat lain dan menyebabkan bertambahnya
lama rawat inap.
6. Level 5 : dalam level ini terjadi kesalahan dalam pengobatan yang
menyebabkan beberapa kerugian pada pasien
7. Level 6 : Dalam level ini terjadi kesalahan dalam pengobatan yang
menyebabkan kematian pada pasien.
Kesalahan dalam pengobatan mengakibatkan peningkatan program
peningkatan mutu dalam pemberian obat kepada pasien dengan membuat panduan
yang berisikan rekomendasi terhadap tenaga pelayanan kesehatan yang terkait
dalam proses pengobatan.
2.4.3 Dispensing Obat
Dispensing obat adalah proses berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
dispensing obat. Berbagai kegiatan tersebut adalah menerima dan memvalidasi
resep obat, mengerti dan menginterpretasikan maksud resep yang dibuat dokter,
membahas solusi masalah yang terdapat dalam resep bersama-sama dengan dokter
penulis resep, mengisi Profil Pengobatan Penderita (P-3), menyediakan atau
meracik obat, memberi wadah dan etiket yang sesuai dengan kondisi obat,
merekam semua tindakan, mendistribusikan obat kepada Penderita Rawat Jalan
(PRJ) atau Penderita Rawat Tinggal (PRT), memberikan informasi yang
dibutuhkan kepada penderita dan perawat.
Praktik Dispensing yang Baik adalah suatu praktik yang memastikan suatu
bentuk yang efektif dari obat yang benar, ditujukan kepada pasien yang benar,
dalam dosis dan kuantitas sesuai instruksi yg jelas, dan dalam kemasan yang
memelihara potensi obat.
2.4.4 Obat yang Perlu Diwaspadai (High-Alert Medications)
Obat yang Perlu Diwaspadai (High-Alert Medications) adalah sejumlah
obat-obatan yang memiliki risiko tinggi menyebabkan bahaya yang besar pada
pasien jika tidak digunakan secara tepat. Obat yang Perlu Diwaspadai (High-Alert
Medications) merupakan obat yang persentasinya tinggi dalam menyebabkan
terjadinya kesalahan / error dan / atau kejadian sentinel (sentinel event),
Kelompok obat hight alert antara lain:
1. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (nama obat rupa dan
ucapan mirip/NORUM, atau look alike soundalike/LASA).
2. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2 meq/ml atau yang
lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9 % dan
magnesium sulfat = 50 % atau lebih pekat).
3. Obat-obatan sitostatika.
Jadi, obat yang perlu diwaspadai merupakan obat yang memerlukan kewaspadaan
tinggi, terdaftar dalam kategori obat berisiko tinggi, dapat menyebabkan cedera
serius pada pasien jika terjadi kesalahan dalam penggunaan.
Penyimpanan obat yang harus diwaspadai adalah :
1. Pisahkan penyimpanan obat high alert dari obat lain sesuai dengan daftar
obat
2. Obat sitostatik dan obat narkotik di high alert.
3. Tempat/keranjang penyimpanan obat high alert hanya terdiri dari satu
jenis obat high alert.
4. Tempelkan label warna merah dengan tulisan “HIGH ALERT” pada setiap
obat high alert kecuali obat sitostatik dan obat-obatan LASA (look alike-
soundalike).
5. Label high alert ditempel di kemasan bagian depan (tempat penempelan
logo golongan obat), didekat nama obat, tanpa menutupi tulisan nama
obat, kekuatan serta bentuk sediaan, dan tanggal expired date.
6. Obat high alert disusun dengan SPO Penyimpanan Perbekalan Farmasi di
Rumah sakit
7. Di Instalasi Farmasi harus disimpan secara terpisah dari obat high alert
lainnya
2.5 Mutu Pelayanan Kefarmasian
Mutu pelayanan kefarmasian adalah derajat dilengkapinya kebutuhan
masyarakat atau perorangan terhadap asuhan kesehatan yang sesuai dengan
standar profesi yang baik dengan pemanfaatan sumber daya secara wajar, efisien,
efektif dalam keterbatasan kemampuan pemerintah dan masyarakat, serta
dilaksanakan secara aman dan dapat memuaskan pelanggan sesuai dengan norma
dan etika yang baik (Azwar, 1994).
Penampilan (performance) dari pelayanan kesehatan menjadi salah satu
yang harus diperhatikan dalam menentukan baik atau tidaknya kualitas pelayanan
kesehatan. Hal tersebut karena makin sempurna penampilan pelayanan kesehatan,
makin sempurna pula mutunya. Penampilan merupakan luar dari suatu pelayanan
kesehatan. Baik atau tidaknya keluaran dipengaruhi oleh proses, masukan, dan
lingkungan (Walgito, 2004). Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan diatas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa mutu pelayanan kesehatan adalah kesesuaian
pelayanan kesehatan dengan standar profesi yang berlaku untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal (Bustami, 2011)
Mutu pelayanan kesehatan bagi seorang pasien erat kaitannya dengan rasa
puas terhadap pelayanan yang diterimanya, dimana mutu yang baik dikaitkan
dengan kesembuhan dari penyakit, peningkatan derajat kesehatan, kecepatan
pelayanan, lingkungan perawatan yang menyenangkan, keramahan petugas,
kemudahan prosedur, kelengkapan alat, obat-obatan dan biaya yang terjangkau
(Perry dan Patricia, 1994).
Model service quality merupakan acuan dalam riset pemasaran dalam hal
pendekatan kualitas pelayanan jasa. Dalam pendekatan ini ditegaskan bahwa jika
kinerja pada suatu atribut meningkat lebih besar daripada harapan atas atribut
yang bersangkutan, maka kepuasan dan kualitas pelayanan pun akan meningkat,
demikian pula sebaliknya. Pemenuhan kebutuhan sampai penilaian dari sudut
pandang pelanggan menjadi patokan nilai suatu pelayanan terbaik berdasarkan
profit strategy (Tjiptono dkk, 2011).
Dalam melakukan pelayanan, unit farmasi di setiap rumah sakit memiliki
perencanaan, pengadaan, pendistribusian dan evaluasi yang tentunya dilakukan
guna meningkatkan kualitas pelayanan farmasi dan guna mencapai tujuan yang
telah ditargetkan, diantaranya meningkatkan mutu dan memperluas cakupan
pelayanan farmasi di rumah sakit, memberikan pelayanan farmasi yang dapat
menjamin efektifitas, keamanan dan efisiensi penggunaan obat, meningkatkan
kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lain yang terkait dalam pelayanan
farmasi, serta melaksanakan kebijakan obat dirumah sakit dalam rangka
meningkatkan penggunaan obat secara rasional (Pudjaningsih, 2006).
Pelayanan farmasi memiliki kualitas dan memberikan kepuasan kepada
pasien, maka pihak rumah sakit harus memperhatikan berbagai dimensi yang
dapat menciptakan dan meningkatkan kualitas pelayanan farmasinya. Lima
dimensi kualitas pelayanan tersebut disusun sesuai urutan tingkat kepentingan
relatifnya yaitu reliabilitas, daya tanggap, jaminan, empati, dan bukti fisik
(Tjiptono dkk, 2011).
Kerangka Pemikiran

Variable bebas

Resep obat jadi/non racikan di rawat jalan


Resepobat racikan di rawat jalan
Tidak adanya kesalahan pemberian obat dan kesalahan penulisan resep
Dispensing obat oleh farmasi
keamanan obat yang perlu diwaspadai
Variable terikat

Standar mutu pelayanan resep di Rs Islam Assyifa


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pengambilan data
secara prospektif observasional. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
bertujuan untuk melakukan deskripsi mengenai fenomena yang ditemukan, baik
yang berupa faktor risiko maupun efek atau hasil dan prosepektif observasional
adalah pengambilan data/ pengamatan secara langsung.
3.2 Definisi operasional penelitian
Mutu Pelayanan Resep adalah kesesuaian pelayanan resep dengan standar
minimal dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara baik, sehingga
semua kebutuhan pasien dan tujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal dapat tercapai. Mutu pelayanan ini diamati dari dilakukan atau tidak nya
langkah-langkah pelayanan sesuai indikator mutu IFRS RS Islam Assyifa yang
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel definisi operasional

No Variabel Definisi Opersional Alat ukuran kriteria


ukur

1 waktu Tenggang waktu mulai pasien observasi menit 1.< 30 menit


memenuhi
pelayan menyerahkan resep samapi lembar
mutu
resep non dengan menerima obat non resep dan
2. > 30 menit
racikan racikan (Permenkes RI No. 129 pencatatan tidak
Tahun 2008) memenuhi
mutu

2 Waktu Tenggang waktu mulai pasien observasi Menit 1. <60 menit


memenuhi
pelayanan menyerahkan resep sampai lembar
mutu
resep dengan menerima obat racikan resep dan
2. >60 menit
racikan (Permenkes RI No. 129 tahun pencatatan tidak
2008) memenuhi
mutu

3 Tidak Telaah resep: resep persentas 1. 100%


adanya e =memenuhi
kejadian Tulisan jelas dan terbaca mutu
kesalahan Benar nama pasien
pemberian 2.< 100%=
tidak
obat dan Benar nama obat memenuhi
kesalahan mutu
penulisan Benar kekuatan obat
resep Insiden
Benar frekuensi pemberian
Benar dosis
Ada duflikasi obat
Ada interaksi obat

4 Dispensing Proses disfensing : Resep persentas 1. 100%


obat oleh e =memenuhi
farmasi 1. Menerima dan mutu
memvalidasi resep
2.< 100%=
2. Mengkaji resep untuk tidak
kelengkapan memenuhi
3. Mengerti dan mutu
menginterpretasikan Insiden
resep
4. Menapis profil
pengobatan penderita
5. Menyiapkan, membuat,
atau meracik obat
6. Mendistribusikan obat
kepada penderita.

5 keamanan 1. Pencatatan obat-obatan Resep dan persentas 1. 100%


obat yang higt alert pencatatan e =memenuhi
perlu 2. Tempat/penyimpanan mutu
diwaspadai lemari berbatas
3. Tempat suhu 2.< 100%=
penyimpanan tidak
4. Terdapat garis merah di memenuhi
area penyimpanan higt mutu insiden
alert
5. Terdapat tanda/stiker
lasa / higt alert

3.3 Populasi dan sampel penelitian


Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian yang ada dalam wilayah
penelitian maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah resep yang mendapatkan pelayanan di depot
obat rawat jalan RS Islam Assyifa Sukabumi pada bulan januari 2020 sampai
maret 2020.
3.3.2Sampel
Sampel adalah resep yang mendapat pelayanan depot obat rawat jalan RS
Islam Assyifa. Teknik atau cara pengambilan sampel dengan cara stratified
randomsampling yang didasarkan pada:
a. Kriteria inklusi yaitu karakteristik umum dari suatu populasi target
yang akan dijadikan subjek penelitian. Dalam hal ini, maka kriteria
inklusi adalah semua resep tunai di Depot obat rawat jalan RS Islam
Assyifa Sukabumi bulan januari sampai maret 2020
b. Kriteria ekslusi yaitu mengeluarkan atau menghilangkan beberapa
subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian dikarenakan
sebab-sebab tertentu. Dalam hal ini, maka kriteria ekslusi adalah resep
yang tidak ada penulisan indikator mutu pelayanan.
Sampel dihitung berdasarkan rumus Slovin (1960).
N
n==
1+ N (e 2)

Dimana: n = jumlah sampel


N = jumlah populasi
e = batas toleransi kesalahan (error tolerance) 0.05²

Berdasarkan data rekapan resep di depot obat rawat jalan RS Islam Assyifa
jumlah resep dari bulan Januari sampai bulan Maret adalah 24989 lembarresep.
Sehingga jumlah sampel yang di ambil adalah :

Diketahui : N = 24989 lembar resep

D=5%
Ditanyakan: n (jumlah sampel ) …. ?
N
n=
1+ N (e 2)

n= 24989
1+24989(5 %)2

n= 24989
63,473

n = 392,26

Jumlah sampel adalah 392,26 lembar resep dan dalam penelitian ini di
bulatkan menjadi 392 lembar resep.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data untuk menilai mutu pelayanan resep dilakukan
melalui observasi dari dilakukan atau tidaknya langkah-langkah pelayanan sesuai
standar tanpa memperhitungkan siapa yang melakukan. Pengambilan data
dilakukan dengan mengambil 392 sampel dari resep yang dipilih secara random
kemudian mengisi tabel mutu indikator kesalahan pemberian obat dan penulisan
resep, tabel mutu indikator insiden keamanan obat yang perlu diwaspadai, tabel
mutu disfensing obat, tabel mutu indikator obat racikan, dan tabel mutu indikator
obat non racikan. Selanjutnya data dari setiap indikator mutu diolah dan di
bandingkan dengan nilai standar masing masing indikator mutu tersebut.
3.5 Pengolahan Data dan Persentase Data
3.5.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini adalah melalui pengamatan
lansung /observasi dengan instrument penelitian ini menggunakan Lembar
Pengumpul Data (LPD)daan pencatatan, yang berisi tanggal, nama pasien, nomer,
jenis resep (racikan/non racikan), telaah resep (yang ada di lembar resep),
pencatatan elekrolit konsentrasi tinggi, pelabelan lasa dan higt alert waktu billing
resep, waktu selesai resep, lama waktu tunggu pelayanan resep, kesesuaian
menurut Permenkes RI No 129 Tahun 2008.
3.5.2 Analisa data
Data yang diperoleh dari hasil mutu pelayanan resep yang diperoleh diolah
secara deskriftif dengan program excel. Pengambilan data diambil dengan
mengambil 392 sampel resep dari resep yang dipilih secara random kemudian
mengisi tabel mutu, yaitu waktu tunggu pelayanan obat di depot obat rawat jalan
baik resep racikan dan non racikan, tabel mutu tidak adanya kejadian kesalah
pemberian obat, tabel mutu kesalahan disfensing obat oleh farmasi, tabel mutu
kesalahan penulisan resep (Prescription Errors) pencatatan tabel mutu high alert
(elektrolit konsentrasi tinggi). Selanjutnya data dari setiap indikator mutu diolah
dan di bandingkan dengan nilai standar masing masing indikator mutu tersebut.

Penilaian kecepatan pelayanan resep ini dikatakan memenuhi persyaratan


Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 129 Tahun 2008 tentang
pelayanan minimal Rumah Sakit apabila
a. Untuk resep obat non racikan, memenuhi persyaratan apabila kecepatan
waktu tunngu pelayanan ≤ 30 menit
b Untuk resep obat racikan, memenuhi persyaratan apabila kecepatan waktu
pelayanan ≤ 60 menit
Instrumen Penelitian
Bahan yang digunakan untuk mengukur waktu tunggu pelayanan resep di
instalasi farmasiadalah:
1. Jam
Dipakai penulis untuk mengukur waktu pelayanan resep tunai di depot
obat rawat jalan RS Islam Assyifa Sukabumi.
2. Lembar Pengumpul Data (LPD) dan Resep
Lembar yang dipakai untuk mencatat waktu, nama obat , dan adanya
medication error yang di observasi.
Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Januari – Maret 2020 di depot obat rawat
jalan RS Islam Assyifa Sukabumi yang beralamat di Jl Sudirman no 3 kota
Sukabumi Jawa barat.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Singkat.
Rumah sakit Islam Assyifa didirikan oleh Yayasan Rumah Sakit Islam
Asyyifa.Pada tahun 1967 pertamanya merupakan Balai Pengobatan (BP). Assyifa
kemudian berkembang menjadi Rumah Sakit Bersalin pada tahun 1978.
Karena pada satu itu kebutuhan masyarakat Sukabumi berkembang sangat
pesat kebutuhan akan adanya rumah sakit umum semakin besar, maka
berdasarkan Izin Pendirian Rumah Sakit dari Departemen Kesehatan RI Nomor:
1179/YAnmed/RSKS/SK/1998. Dari tahun 1988 Assyifa meningkatkan
pelayanan kesehatannya menjadi Rumah Sakit Umum Swasta pertama dan satu-
satunya di wilayah kota Sukabumi.
Pada tahun 1990 Assyifa diklasifikasikan sebagai Rumah Sakit Swasta
Pratama atau disetarakan dengan Rumah Sakit Umum Pemerintah.tipe C. dengan
izin Penyelenggaraan Operasional Rumah Sakit Dari Departemen Kesehatan RI
dengan Nomor YM.02.04.3.5.255 tentang Izin Penyelenggaraan Perpanjangan III
kepada YAYASAN ASSYIFA untuk Menyelenggarakan Rumah Sakit Umum
dengan nama “RUMAH SAKIT ISLAM ASSYIFA” tertanggal 6 Februari 2006 .
RumahSakit Islam Assyifa berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor.759/MENKES/SK/VI/2010 tertanggal 24 juni 2010 ditetapkan sebagai
Rumah sakit Swasta dengan klasifikasi Rumah Sakit Tipe C. tertanggal 30 Maret
2011 DINKES Sukabumi memberikan izin perpanjangan IV kepada YAYASAN
ASSYIFA untuk menyelenggarakan Rumah Sakit dengan nama “RUMAH
SAKIT ISLAM ASSYIFA “.
Rumah Sakit Islam Assyifa terakreditasi KARS terhitung pada tanggal 29
Oktober 2019 sebagai Rumah sakit tipe C dengan tingkat utama dan mendapat
bintang 4, dan sekarang dengan menjadi satu satunya rumah sakit yang berlabel
Islam di Sukabumi, Assyifa akan mengembangkan diri menjadi rumah sakit
Syariah yang berpegang kepada syariat-syariat Islam.
4.2 Visi, Misi, Target dan Motto Rumah Sakit
Visi
“Menjadi Rumah Sakit Unggul, Profesional, dan Terpercaya dalam Pelayanan
Kesehatan yang Islami “
Misi
1. Mewujudkan Profesionalisme Dalam Pelayanan Kesehatan Berlandaskan
Maqasid As-Syariah
2. Mengembangkan Kualitas dan Kuantitas Sarana/Prasarana Pelayanan
Sesuai Qaidah Islam
3. Menyelenggarakan Pendidikan Dan Pelatihan Yang Bermutu
4. Meningkatkan Keahlian Dan Kesejahteraan Sumber Daya Manusia (SDM)
Dengan Prinsip Syariah
Target
“Mewujudkan Rumah Sakit Islam Assyifa Sukabumi menjadi Rumah Sakit
Syariah yang memberikan Pelayanan Paripurna Berbasis Teknologi Informasi”
Motto
“Dengan basmallah kami siap melayani Anda”
4.3 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSI Assyifa
Dalam Surat Keputusan Yayasan Rumah Sakit Islam Assyifa Nomor
41/P/YA/SK/IV-2016 tentang SOTK Rumah Sakit Islam Assyifa disebutkan
bahwa Instalasi Farmasi dibawah naungan Bagian Penunjang Medis yang
membawahi fungsional Instalasi Farmasi.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu bagian/unit/divisi atau fasilitas
dirumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian
yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri. Instalasi Farmasi Rumah
Sakit dikepalai oleh seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker
yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan
merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas
seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian.
Kedudukan Instalasi Farmasi bertanggung jawab kepada Ka. Bag. Penunjang
Medis yang susunan kepengurusannya langsung membawahi fungsional instalasi
farmasi. Ka. Bag. Penunjang medis adalah seorang dokter, Ka Istalasi Farmasi, Ka
unit perbekalan farmasi, Ka Unit Farmasi Klinik, Ka. Unit Manajenen Mutu,
Koordinator Rawat Jalan, Koordinator Rawat inap, dikepalai oleh Apoteker.
Fungsional di Rs Islam Assyifa terdiri dari beberapa tenaga teknis kefarmasian.
Struktur organisasinya dapat digambarkan sebagai berikut:

KA.BAG. PENUNJANG MEDIS

Ka. Instalasi Farmasi

Ka. Unit Perbekalan Ka. Unit Farmasi Klinik Ka. Unit Manajemen
Farmasi Mutu

Koordinator Rawat Inap Koordinator Rawat Jalan

Fungsional

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Assyifa
4.4 alur Pelayanan Resep di Rawat Jalan
Alur pelayanan resep di depot obat rawat jalan RS Islam Assyifa
Sukabumi meliputi beberapa tahapan dari mulai resep diterima oleh farmasi
sampai penerimaan obat oleh pasien, karena Rumah Sakit Islam Assyifa
menerima berbagai pasien dengan berbagai macam jaminan penjamin pengobatan
seperti asuransi-asuransi kesehatan , perusahan yang bekerjasama dengan RS
Islam Assyifa, pasien BPJS dan pasien Umum ini menimbulkan ada perbedaan
alur pelayanan resep antara resep rawat jalan tunai (umum) dan resep rawat jalan
non tunai (asuransi, perusahaan, BPJS) .
ALUR PELAYANAN PASIEN DEPOT OBAT RAWAT JALAN RS ISLAM
ASSYIFA SUKABUMI
Perawat atau kelurga pasien Dari IGD dan poliklinik Pasien
membawa Resep dan berkas lainnya

umum
Provider / Jaminan BPJS /
Perusahaan

Pasien BPJS / Asuransi


(Perusahaan) wajib menaruh
Pasien Umum dapat
langsung menaruh
Kasir
berkas terlebih dahulu di
kasir Berkas ke Depot Obat
Depot Obat
Depot Obat Rawat Jalan
Rawat Jalan

Verifikasi Resep (Resep Umum; BPJS;Asuransi) Verifikasi dan


Telaah Resep
Telaah resep (administrasi, farmasetik, danklinis)
Pengecekan ketersediaanObat

Estimasi Waktu (±5menit/resep) Input Resep di Sistem


(Billing Process)
Pasien membayar ke kasir (bila pasien
Umum)

Penyiapan Obat

Perhitungan Dosis dan Tablet yang dibutuhkan (±5Obat ObatNon Pengambilan


menit/resep) &
Racikan Racikan Pengemasan
Proses Peracikan Obat (±30 menit/resep)
Obat
Pengemasan dan Pelabelan Obat

Verifikasi pasien dan pengecekan obat kembali Penyerahan Pasien


Penyerahan obat dan pemberian informasi obat (±7 Obat beserta
menit/resep) InformasiObat Pulang
4.5 Hasil Penelitian
4.5.1 Karakteristik Masalah
Penelitian tentang “Evaluasi Mutu Pelayanan Resep Rawat Jalan di RS
Islam Assyifa Sukabumi” dilakukan di rawat jalan Rumah Sakit Islam Assyifa
Sukabumi. Data yang diambil adalah 392 resep rawat jalan yan diambil secara
random dari Bulan Januari 2020 sampai dengan Maret 2020. Penelitian ini
bertujuaan untuk mengetahui gambaran mutu pelayanan resep di rawat jalan
Rumah Sakit Islam Assyifa apakah sesuai denan standar mutu pelayanan yang
diatur oleh peraturan yang ada baik itu standar mutu Rs Islam Assyifa dan Standar
mutu yan diatur permenkes.
Mutu atau kualitas adalah kepatuhan terhadap standar yang telah
ditetapkan atau sesuai dengan persyaratan. Standar Pelayanan Minimal (SPM)
bidang kesehatan di rumah sakit sangat penting karena merupakan tolak ukur
kinerja pelayanan kesehatan yang di selenggarakan oleh rumah sakit. Menurut
Kepmenkes RI Nomor 129 tahun 2008 standar pelayanan rumah sakit bidang
farmasi adalah waktu tunggu pelayanan obat jadi adalah ≤ 30 menit dan obat
racikan adalah ≤ 60 menit, tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat
adalah 100%, kepuasan pelanggan adalah ≥ 80%, serta penulisan resep sesuai
formularium adalah 100%
4.5.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan

gambaran waktu tunggu obat jadi (non racikan)

tidak sesuai ( >30 menit)


6%
sesuai ( <30 menit )
tidak sesuai ( >30 menit)

sesuai ( <30 menit )


94%

Gambar 4.3 pie chart waktu tunggu obat non racikan


gambaran waktu tunggu obat racikan

tidak sesuai (>60 menit)


4%

sesuai (< 60 menit)


tidak sesuai (>60 menit)
sesuai (< 60
menit)
96%

Gambar 2 pie chart waktu tunggu racikan

Salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi suatu mutu


pelayanan adalah dimensi waktu lama pelayanan sesuai standar yang telah
ditetapkan pada Kepmenkes Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar
pelayanan resep. Waktu tunggu pelayanan obat jadi adalah tenggang waktu mulai
pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat jadi dengan standar
minimal yang telah ditetapkan kementrian kesehatan adalah <30 menit dan waktu
pelayanan obat racikan adalah <60 menit (Kepmenkes, 2008). Standar mutu
pelayana resep di Rumah Sakit Assyifa Sukabumi juga sesuai denan aturan
Permenkes tersebut yaitu <30 menit untuk resep /obat non racikan atau obat jadi
dan <60 menit untuk obat /resep racikan.
Dari sampel resep yang diambil untuk penelitian sebanyak 392 resep.
Berdasarkan waktu tunggu pelayanan obat non racikan /obat jadi tertera pada
gambar1 pie chart waktu tunggu obat non racikan, untuk kategori pelayanan resep
non racikan / obat jadi yang memenuhi standar Permenkes dan standar mutu
pelayanan resep Rs Islam Assyifa sebanyak 94% (184 resep) telah sesuai waktu
pelayanan resep yaitu < 30 menit, sedangkan 6% (12 resep) belum sesuai dengan
standar mutu pelayanan resep karena waktu tunggunya >30 menit. Sedangkan
untuk waktu tunggu pelayana resep racikan sesuai dengan penelitian yang terteta
pada gambar 2 pie chart waktu tunggu racikan terdapat hasil, untuk variable
pelayanan resep racikan yang memenuhi standar Permenkesdan Standar mutu
pelayanan resep racikan di RS Islam Assyifa sebanyak 96% (188 resep) telah
sesuai waktu tunggu pelayanan resep racikan yaitu <60 menit, sedangkan 4% (8
resep) belum sesuai dengan standar mutu pelayanan resep karena waktu
tunggunya >60 menit.
Kesesuaian waktu tunggu disini menunjukan pelayanan resep obat jadi
dan racikan di rawat jalan RS Islam Assyifa pada garis besar sudah memenuhi
standar mutu pelayanan Permenkes dan Standar Mutu Pelayanan Resep Rumah
Sakit Islam Assyifa, hal lain yang menyebabkan timbulnya ketidak sesuaian
waktu tunggu pelayanan resep baik obat jadi maupun racikan biasanya
dikarenakan beberapa factor diantaranya ketidaktersediaannya obat yang
diresepkan oleh dokter di depot obat rawat jalan,sehingga petugas farmasi harus
mengusahakan obat tersebut atau konfirmasi kepada dokter yang menulis resep
dan itu cukup memakan waktu pelayanan,waktu mulai poli spesialis rawat jalan
yang bersamaan dan timbullah penumpukan resep,sedangkan jumlah petugas
kurang mencukupi,Adapun hambatan lain terkadang dari pasien asuransi yang
menunggu balasan klaim terlebih dahulu dari asuransi yang terkadang lama.

Tidak adanya kesalahan pemberian obat dan n %


kesalahan penulisan resep
jumlah resep 392 100
Tulisan jelas terbaca √
Benar nama pasien √
Benar nama obat √

Benar kekuatan obat √

Benar frekuensi pemberian √


Benar dosis √
Ada duplikasi obat -
Ada interaksi obat -

Tabel 4.1Tidak adanya Kesalahan Pemberian Obat dan Kesalahan Penulisan


Resep
Medication error merupakan kejadian yang menyebabkan atau berakibat
pada pelayanan kesehatan yang tidak tepat atau membahayakan pasien yang
sebenarnya dapat dihindari. Kesalahan pemberian obat dan salah penulisan resep
merupakan medication error. Kesalahan dalam pemberian obat dan kesalahan
kepada pasien merupakan contoh dari Medication error.
Di lihat dari tabel 1 Tidak adanya Kesalahan Pemberian Obat dan
Kesalahan Penulisan Resep menunjukan hasil 100% untuk resep yang dijadikan
sampel dalam penelitian sebanyak 392 resep. Hal ini menunjukan bahwa
kesalahan pemberian obat dan kesalahan penulisan resep bisa dihindari dengan
berjalannya telaah resep yaitu 8 kategori telaah resep yang telah ditentukan oleh
standar mutu pelayanan resep RS Islam Assyifa Sukabumi.
Apoteker memegang peran penting dalam proses mencegah kesalahan
dalam pengobatan. apoteker harus mampu bekerja sama dengan dokter, perawat
atau pun staf medis dan pasien. Jika terjadi kesalahan dalam proses pengobatan,
apoteker harus cekatan dalam menganalisa penyebab kesalahan tersebut dan
proses penyelesaiannya.

Dispensing obat oleh farmasi n %


Jumlah resep 392 100
Menerima dan memvalidasi resep √
Mengkaji resep untuk kelengkapan √
Mengerti dan menginterpretasikan resep √
Menapis profil pengobatan penderita √
Menyiapkan, membuat, atau meracik obat √
Mendistribusikan obat kepada penderita √

Tabel 4.2 Dispensing obat oleh farmasi


Pada dispensing obat oleh farmasi (tabel 2) juga menunjukan hasil 100%
untuk resep yang dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 392 resep. Hal
ini dikarenakan pada awal resep masuk ke depot obat rawat jalan apoteker
ataupun tenaga teknis kefarmasian melakukan Pengkajian resep tersebut meliputi
aspek administrasi (kelengkapan data pasien, data dokter dan tanggal resep),
aspek farmasetis (bentuk sediaan, kekuatan sediaan, cara pemberian), dan aspek
klinis (duplikasi, interaksi obat) (Kemenkes, 2016).
Dengan hasil yang didapatkan berarti menunjukan disfensing obat oleh
farmasi rawat jalan telah berjalan sesuai standar mutu pelayan resep yang harus
dipenuhi oleh instalasi farmasi. Semuanya akan berjalan dengan baik apabila
semuanya didukung oleh mengerti proses disfensing obat, lingkungan disfensing
(staf dan ruangan), personal disfensing (pengetahuan tentang obat, keterampilan
bekerja, keterampilan dalam berkomunikasi).

Obat- obatan yang perlu diwaspadai n %


Jumlah resep 392 -
Pencatatan obat-obatan higt alert (tablet, syrup, injeski, 117 100
insulin)
Tempat/penyimpanan lemari berbatas - 100
Tepat suhu penyimpanan - 100
Terdapat garis merah di area penyimpanan - 100
Terdapat tanda/stiker LASA/High Alert - 100

Tabel 3 obat yang perlu diwaspadai


Berdasarkan pada tabel 3 obat yang perlu diwaspadai bisa dilihat dari 392
resep yang dijadikan sampel dalam penelitian ini terdapat 117 resep yang
menuliskan obat-obatan yang perlu diwaspadai disini bisa dilihat bahwa
monitoring obat-obatan yang perlu diwaspai telah berjalan dengan baik karena
dihasilkan hasil 100%. Hal ini disebabkan karena tingkat kepatuhan dan
pembagian tugas tenaga teknis kefarmasian di depot obat rawat jalan RS Islam
Assyifa sangat baik dalam hal monitoring obat-obatan yang harus diwaspadai
(High Alert) setiap harinya guna mencegah insiden yang dapat terjadi.
Mengingat high alert adalah obat yang memiliki risiko lebih tinggi untuk
menyebabkan atau menimbulkan adanya komplikasi atau membahayakan pasien
secara signifikan jika terdapat kesalahan penggunaan, maka kepala unit mutu
yang sekaligus koordinator rawat jalan menugaskan tenaga teknis kefarmasian
untuk mengeceknya dengan mengisi tabel mutu yang berisi pencatatan item obat-
obatan higt alert. Selain itu, dalam meningkatkan keamanan obat yang perlu
diwaspadai juga telah didukung oleh adanya tempat yang terpisah, pelabelan
stiker LASA dan higt alert yang terkontrol, dan adanya daftar nama obat High
Alert pada rak penyimpanan high alert serta adanya pengukuran dan pengecekan
suhu ruangan pada setiap harinya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian berupa observasi terhadap sampel resep pasien
rawat jalan di Rumah Sakit Islam Assyifa pada bulan Januari 2020 sampai bulan
Maret 2020 , makan didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Hasil untuk variabel waktu tunggu pelayanan resep obat non racikan ( obat
jadi ) ,sebanyak 94% (184 resep) telah sesuai waktu pelayanan resep yaitu
< 30 menit, sedangkan 6% (12 resep) belum sesuai dengan standar mutu
pelayanan resep karena waktu tunggunya >30 menit.
2. Hasil untuk variabel waktu tunggu pelayanan resep racikan racikan
sebanyak 96% (188 resep) telah sesuai waktu tunggu pelayanan resep
racikan yaitu <60 menit, sedangkan 4% (8 resep) belum sesuai dengan
standar mutu pelayanan resep karena waktu tunggunya >60 menit.
3. Hasil untuk variabel Kesalahan Pemberian Obat dan Kesalahan Penulisan
Resep menunjukan hasil 100% untuk resep yang dijadikan sampel dalam
penelitian sebanyak 392 resep.
4. Hasil untuk variabel dispensing obat oleh farmasi menunjukan hasil 100%
untuk resep yang dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 392
resep.
5. Hasil untuk vaiabel obat yang perlu diwaspadai bisa dilihat dari 392 resep
yang dijadikan sampel dalam penelitian ini terdapat 117 resep yang
menuliskan obat-obatan yang perlu diwaspadai, yaitu obat-obat yang
termasuk pada hight alert.
5.2 Saran
Untuk Rumah Sakit :
1. Penerapan penulisan resep yang sesuai dengan formularium RS atau obat-
obat yang ada di RS mungkin harus lebih diterapkan karena ini berpengaruh
dengan variabel waktu tunggu pelayanan resep
2. Mempertahankan jumlah Tenaga Teknis Kefarmasian yang sesuai dengan
bobot kerja di unit masing-masing ini juga sangat berpengaruh kepada semua
variabel standar mutu pelayanan resep , supaya dihasilkan pelayanan yang
baik dan memuaskan .
3. Sebaikanya setiap nama pasien tidak ditulis tangan melainkan telah memakai
label nama pasien yang dibuat oleh bagian rekam medis pada saat pasien
mendaftarkan diri, yang telah terdiri dari nama pasien, no rekam medis,
tanggal lahir, sehingga kemungkinan salah dalam penyampaian informasi
obat dan tepat nama pasien dalam waktu dispensing.
Untuk Responden
Terus meningkatkan lagi pengetahuaan dalam bidang kefarmasiaan , terutama
tentang obat-obatan , cara menggunakan obat dengan benar sesuai dengan
petunjuk yang didapat baik itu dari dokter , apoteker, atau tenaga teknis
kefarmasian .
DAFTAR PUSTAKA

Ferdy Firdaus 2017 dalam KTI “Gambaran Waktu Tunggu Pelayanan


Pasien BPJS Depo Rawat Jalan Di RSUDDr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin pada bulan juni 2017”.
Anggun Rahmawati 2018“Evaluasi Kualitas Pelayanan Kefarmasian
Pasien Rawat Jalan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta
terhadap Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit”,
Elizabet, Yulia. 2016. Gambaran Waktu Tunggu Pelayanan Resep Obat di
Depo Farmasi Rasat Jalan Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi Tahun 2016
[SKRIPSI]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Jakarta.
Depkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 58 tahun 2014. Tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
Jakarta. Depkes RI.
Depkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
72 tahun 2016. Tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Jakarta:
Depkes RI.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009. Tentang rumah sakit. Jakarta
Depkes RI.
Puspitasari, A. 2011. Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Resep Pasien
Umum di Depo Farmasi Rawat Jalan RS. Karya Bhakti Tahun 2011 [TESIS].
Depok: Universitas Indonesia.
Muninjaya, A. 2012. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta:
EGC
Tajuddin, R,S., Sudirman, I., dan Midin, A. 2012. Faktor Penyebab
Medication Error Di Instalasi Rawat Darurat. Jurnal Manajemen Pelayanan
Kesehatan. 15( 14): 182-187.
Siregar, Carles J,P., 2004. Farmasi rumah sakit dan penerapan. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009. Tentang rumah sakit. Jakarta:
Depkes RI.
Wongkar, L (2000). Analisis waktu pelayanan pengambilan obat di Apotek
Kimia Farma tahun 2000.Tesis: Universitas Indonesia, Depok
.
LAMPIRAN
Lampiran 1 . Surat Permohonan Penelitian

Nomor : 352/Poltek-PG/31.2/2020 Bandung, 20 Juni 2020


Perihal : Permohonan Izin Perolehan Data/Observasi

Kepada Yth.
Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa Sukabumi
Jl. Jenderal Sudirman No. 3 Sukabumi
Sukabumi, Jawa Barat

Dengan hormat,
Hubungan kemitraan antara institusi pendidikan dengan dunia kerja dapat memberikan
kontribusi yang bermanfaat bagi kedua belah pihak untuk meningkatkan kinerjanya.
Sehubungan dengan hal tersebut, Kami mohon berkenan untuk dapat mengizinkan perolehan
data penelitian/Observasi kepada mahasiswa berikut ini :

Nama Mahasiswa : Sri Mulyani


NPM : 17307050
Program Studi : Farmasi
Jenjang : Diploma III (D-III)

Adapun teknis perolehan data dapat disesuaikan sesuai keperluan. Atas perhatian dan
kerjasamanya, kami sampaikan terima kasih.

POLITEKNIK PIKSI GANESHA,

Dr. H. K. Prihartono AH., MM., MOS., CMA., MPM.


Direktur
Lampiran 2. Survey Harian Mutu Pelayanan RS Islam Assyifa

Foto contoh resep yang telah di Dispensing


Formulir pelaporan IKP (PMKP)
FORMAT LAPORAN INSIDEN KE TKPRS

Rumah Sakit Islam


Assyifa

RAHASIA, TIDAK BOLEH DIFOTOCOPY, DILAPORKAN MAXIMAL 2 x 24 JAM

LAPORAN INSIDEN KNC, KTC, KTD DAN KEJADIAN SENTINEL

I . DATA PASIEN
Nama : ................................................................................................
No MR : ..................................... Ruangan : ..........................................

Umur * : 0-1 bulan > 1 bulan – 1 tahun


> 1 tahun – 5 tahun > 5 tahun – 15 tahun
> 15 tahun – 30 tahun > 30 tahun – 65 tahun
> 65 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

Penanggung biaya pasien :


Pribadi Asuransi Swasta
ASKES Pemerintah Perusahaan*
JAMKESMAS Jaminan Kesehatan Daerah
Tanggal Masuk RS : ………………..........….............….......... Jam ….................…………......
II. RINCIAN
KEJADIAN
1. Tanggal dan Waktu Insiden
Tanggal : ……………….............….............….......... Jam …..........................…………......

2. Insiden : ........................................................................................................

3. Kronologis Insiden :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
4. Jenis Insiden* :
Kejadian Nyaris Cedera / KNC (Near miss)
Kejadian Tidak Cedera / KTC (No Harm)
Kejadian Tidak diharapkan / KTD (Adverse Event) / Kejadian Sentinel (Sentinel Event)
5. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden* Karyawan : Dokter / Perawat / Petugas lainnya
Pasien
Keluarga / Pendamping pasien
Pengunjung
Lain-lain .......................................................................................................
(sebutkan)
6. Insiden ter jadit erjadi pada* :
Pasien
Lain-lain
...........................................................................................................(sebutkan)
Mis : karyawan / Pengunjung / Pendamping / Keluarga pasien, lapor ke K3 RS.

7. Insiden menyangkut pasien :


Pasien rawat inap
Pasien rawat jalan
Pasien UGD
Lain-lain ..........................................................................................................(sebutkan)
8. Tempat Insiden
Lokasi kejadian ..........................................................................................(sebutkan)
(Tempat pasien berada)
9. Insiden terjadi pada pasien : (sesuai kasus penyakit / spesialisasi)
Penyakit Dalam dan Subspesialisasinya
Anak dan Subspesialisasinya
Bedah dan Subspesialisasinya
Obstetri Ginekologi dan Subspesialisasinya
THT dan
Subspesialisasinya Mata
dan Subspesialisasinya
Saraf dan
Subspesialisasinya
Anastesi dan
Subspesialisasinya
Kulit & Kelamin dan Subspesialisasinya
Jantung dan
Subspesialisasinya Paru
dan Subspesialisasinya
Jiwa dan
Subspesialisasinya
Lokasi kejadian ....................................................................................................
(sebutkan)
10.Unit / Departemen terkait yang menyebabkan insiden
Unit kerja penyebab .....................................................................................(sebutkan)
11.Akibat Insiden Terhadap Pasien* :
Kematian
Cedera Irreversibel / Cedera
Berat Cedera Reversibel /
Cedera Sedang Cedera
Ringan
Tidak ada cedera
12.Tindakan yang dilakukan segera setelah kejadian, dan hasilnya :
............................................................................................................................
.....................................................................................................................
13.Tindakan dilakukan oleh* :
Tim : terdiri dari : ............................................................................................
Dokter
Perawat
Petugas lainnya .......................................................................................................
14.Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja
lain?* Ya Tidak
Apabila ya, isi bagian dibawah ini.
Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada Unit kerja tersebut
untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama?
............................................................................................................................
............................................................................................................................
Pembuat Laporan :............................ Penerima Laporan :............................
Paraf :............................ Paraf :............................
Tgl Terima :............................ Tgl Lapor :............................

Grading Risiko Kejadian* (Diisi oleh atasan pelapor) :


BIRU HIJAU KUNING MERAH

NB. * = pilih satu jawaban.


Lampiran 3. Formulir Distribusi Obat High Alert

Foto Penyimpanan High Alert

Foto label LASA dan Higt alert


DIAGRAM SUHU KULKAS

RUANGAN : DEPOT OBAT RAWAT JALAN


BULAN :

10
9
8
7
6
Suhu°C

5
4
3
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Tanggal
Lampiran 5. Waktu Tunggu Pelayanan Resep Rawat Jalan
Daftar waktu tunggu pelayanan resep obat jadi / non racikan
Waktu Billing WAKTU KESESUAIA
Nama Pasien Waktu Selesai
Resep TUNGGU N

Pipih Saripah 10.58 11.10 00.12 sesuai


Dewi Kurniawani 12.40 12.56 00.16 sesuai
Lindawati 08.19 08.27 00.08 sesuai
E. Sulaeman 11.14 11.29 00.15 sesuai
Adri Artha 08.17 08.26 00.09 sesuai
Diana Natalia 12.07 12.20 00.13 sesuai
Iwan Ridwan 15.05 15.19 00.14 sesuai
Saadah 15.33 15.46 00.13 sesuai
endra suhada 08.09 08.15 00.06 sesuai
Cucu Supiawati 12.50 13.00 00.10 sesuai
Iwan Ruswanda 12.16 12.29 00.13 sesuai
N. Enung Sriyanti 08.46 08.57 00.11 sesuai
Zaenal Nana 08.52 09.04 00.12 sesuai
Yovie N 14.12 14.21 00.09 sesuai
Ika Mustika 14.24 14.36 00.12 sesuai
Enny Hanifah 11.46 11.55 00.09 sesuai
Mience Asmini 09.55 10.07 00.12 sesuai
Indri Herawaty 09.07 09.13 00.06 sesuai
maria 13.10 13.16 00.06 sesuai
Rohayati 11.58 12.09 00.11 sesuai
ahmad h 17.10 18.09 00.59 tidak sesuai
Yuli Oktaviani 10.57 11.08 00.11 sesuai
Lela Nuralela 08.41 08.58 00.17 sesuai
Gani 08.57 09.07 00.10 sesuai
Dini Hafsyah H 11.25 11.35 00.10 sesuai
Suhendar 13.07 13.13 00.06 sesuai
Ukin 09.09 09.13 00.04 sesuai
Asep Wawan 09.47 09.55 00.08 sesuai
Rusman Suhenda 15.36 15.44 00.08 sesuai
Ulok 11.31 11.39 00.08 sesuai
Empuy Purwanah 10.41 10.50 00.09 sesuai
Gopar 15.11 15.22 00.11 sesuai
Achmad Tanuwijaya 10.58 11.09 00.11 sesuai
Enden Kartini 13.00 13.09 00.09 sesuai
Sri Muryati 12.44 12.53 00.09 sesuai
Rahma Fuji A 13.09 14.18 01.09 tidak sesuai
Sodikin 12.59 13.05 00.06 sesuai
Ecin 10.05 10.10 00.05 sesuai
Tutun Usman 10.02 10.11 00.09 sesuai
Ai Syafaah 10.09 10.19 00.10 sesuai
Ani Nuranisyah 11.38 11.45 00.07 sesuai
Yuyun Siti Yuhanah 12.09 12.17 00.08 sesuai
Buchori Suspariksono 13.28 13.39 00.11 sesuai
Dasep Saepulloh 13.19 13.29 00.10 sesuai
Dede Saputra 10.12 10.20 00.08 sesuai
Riska Novitasari 07.33 07.44 00.11 sesuai
asep maulana 08.57 09.53 00.56 tidak sesuai
tan giok nio 12.12 12.19 00.07 sesuai
Innawati Hadinata 08.19 08.29 00.10 sesuai
Khaerunnisa 13.45 13.55 00.10 sesuai
Maskanah 14.52 15.03 00.11 sesuai
Nunung Jaenudin 10.52 11.00 00.08 sesuai
Ilis Rahdini 10.07 10.14 00.07 sesuai
Romi 10.36 10.44 00.08 sesuai
piah 12.16 12.29 00.13 sesuai
Mia Resmiati 10.18 10.32 00.14 sesuai
Rani Nurhayani 11.30 11.42 00.12 sesuai
Solihin 12.13 12.20 00.07 sesuai
karyono 12.17 12.26 00.09 sesuai
dede sulaeman .H 12.50 13.14 00.24 sesuai
esih 13.05 13.15 00.10 sesuai
yani 12.25 13.30 01.05 tidak sesuai
Lindawati 08.30 08.42 00.12 sesuai
Neni Nurhasanah 12.48 12.55 00.07 sesuai
Joko Sumarno 11.37 11.46 00.09 sesuai
Holisoh 11.09 11.16 00.07 sesuai
Hermansyah 10.53 11.00 00.07 sesuai
Odik 13.13 13.26 00.13 sesuai
Rohayati 11.23 11.34 00.11 sesuai
Aji Pangestu 09.28 09.38 00.10 sesuai
anisa mustakimah 12.59 13.09 00.10 sesuai
iti 07.54 08.09 00.15 sesuai
koni iskandar 11.35 11.55 00.20 sesuai
ata karta d 11.56 12.09 00.13 sesuai
acep abidin 13.15 14.02 00.47 tidak sesuai
r.soetrisno 13.13 13.30 00.17 sesuai
tati rosidah 11.51 12.07 00.16 sesuai
Erna Lasmana Wati 13.03 13.19 00.16 sesuai
Yeti Hotimah 10.04 10.14 00.10 sesuai
Syifa 10.23 10.35 00.12 sesuai
Aan 08.48 08.59 00.11 sesuai
Imas Masriah 08.31 08.46 00.15 sesuai
herni heriana 12.26 12.36 00.10 sesuai
oting 10.48 10.55 00.07 sesuai
khalil gibran 11.37 11.46 00.09 sesuai
dini fauziaH 12.48 12.58 00.10 sesuai
Afiesta P 09.30 09.35 00.05 sesuai
Solihat 09.27 09.32 00.05 sesuai
M. Bagja M 09.29 09.34 00.05 sesuai
Resti B 09.23 09.26 00.03 sesuai
hotimah 12.13 12.25 00.12 sesuai
Intan Berlian 09.21 09.25 00.04 sesuai
burhanudin 11.29 11.39 00.10 sesuai
ai tuti 09.25 09.36 00.11 sesuai
zaenal nana 08.33 08.45 00.12 sesuai
Riska Destiana 13.20 13.29 00.09 sesuai
Ant Joko P 11.50 12.13 00.23 sesuai
tatang suratman 11.55 12.24 00.29 sesuai
Jujuh 11.35 11.45 00.10 sesuai
Moch. Faizal Rizky 12.03 13.15 01.12 tidak sesuai
fitri safitriyani 12.20 12.34 00.14 sesuai
mardiah 11.46 11.59 00.13 sesuai
epen supendi 11.12 11.26 00.14 sesuai
abdul khalik 15.51 16.00 00.09 sesuai
Alvin Maulana 12.48 13.45 00.57 tidak sesuai
Sunarti 12.44 12.56 00.12 sesuai
oma direja 14.01 14.16 00.15 sesuai
Febri Ramadan 08.10 08.16 00.06 sesuai
sutirah 11.30 11.45 00.15 sesuai
Idim dimyati 13.56 14.06 00.10 sesuai
Fhelisa putri 14.30 15.10 00.40 tidak sesuai
Saadah 10.09 10.19 00.10 sesuai
nasywadzya 12.30 12.38 00.08 sesuai
ita lestari 12.14 12.26 00.12 sesuai
toeti sulastri 11.26 11.33 00.07 sesuai
nunung nurdianah 12.32 12.42 00.10 sesuai
Siti Hajar 11.13 11.26 00.13 sesuai
Kartika 13.09 13.19 00.10 sesuai
Misbahudin 13.42 13.52 00.10 sesuai
Vinka almaida 12.42 13.30 00.48 tidak sesuai
Gina Ginanjar 14.22 14.29 00.07 sesuai
Dinistia Eka P 08.35 08.42 00.07 sesuai
Lisnawati S 08.09 08.21 00.12 sesuai
Oim Sutisna 11.29 11.37 00.08 sesuai
Gia Maliani R 15.35 15.46 00.11 sesuai
wandi budiman 16.55 17.12 00.17 sesuai
Ela helastri 08.02 08.16 00.14 sesuai
Jamasyari 14.26 14.36 00.10 sesuai
afiesta prayuki 08.21 08.30 00.09 sesuai
mila apriani 12.23 12.30 00.07 sesuai
wina hasna 12.45 12.56 00.11 sesuai
neng meti 14.20 14.35 00.15 sesuai
iir 08.51 09.03 00.12 sesuai
Achmad Tanuwijaya 11.25 11.36 00.11 sesuai
M. Sutisna 11.57 12.09 00.12 sesuai
Dadang 11.03 11.12 00.09 sesuai
Momo Sukanda 12.08 12.16 00.08 sesuai
Jajah 08.06 08.13 00.07 sesuai
Eneng Munawaroh 10.30 10.38 00.08 sesuai
Iis Homisoh 14.11 14.20 00.09 sesuai
Yeti Sumiati 11.47 11.56 00.09 sesuai
Anis Yulianti 11.59 12.06 00.07 sesuai
Adung Abdul P 14.17 14.25 00.08 sesuai
Irgie Ananda 09.09 09.16 00.07 sesuai
Ibon 09.40 09.46 00.06 sesuai
Elly Yulia 15.47 15.55 00.08 sesuai
Rina Maryana 12.12 12.19 00.07 sesuai
Mumun 10.13 10.20 00.07 sesuai
mariam 13.08 13.13 00.05 sesuai
Vifie Alfione 13.05 13.10 00.05 sesuai
Trisa Oktaviyani 11.14 11.22 00.08 sesuai
dadang Suganda 11.33 11.41 00.08 sesuai
Ruby Akmal 11.34 11.40 00.06 sesuai
edwin suryadi 15.32 16.10 00.38 tidak sesuai
Winda Wiyanti 11.57 12.08 00.11 sesuai
Djudju Djuariah 11.07 11.11 00.04 sesuai
Surminingsih 11.53 12.02 00.09 sesuai
Beti Nurbaeti 11.51 12.01 00.10 sesuai
Sr. Miriam G. Mursinah 14.56 15.06 00.10 sesuai
Rosid 12.29 12.36 00.07 sesuai
M Dzikri Ihsan 11.58 12.06 00.08 sesuai
Ebaha E. R 13.43 13.51 00.08 sesuai
Neneng Kurniati 08.35 08.46 00.11 sesuai
Fitra Nova Maulida 09.35 09.44 00.09 sesuai
Kiki Rizki Agustini 11.23 11.30 00.07 sesuai
Didin Seh Akmarudin 11.52 12.02 00.10 sesuai
Ng Lie Tjen 13.05 13.12 00.07 sesuai
Febri Ramadan 08.34 08.40 00.06 sesuai
Ayi Ahmad Royadi 14.20 14.28 00.08 sesuai
Sukendar 13.33 13.39 00.06 sesuai
Merdi Sugianto 09.54 10.00 00.06 sesuai
Hera Nurhasanah 12.53 13.08 00.15 sesuai
Iying Mintarsih 12.18 12.30 00.12 sesuai
Ega Lestari 12.09 12.19 00.10 sesuai
Hadi Suradi 08.38 08.48 00.10 sesuai
Sri Haryanto 14.38 14.45 00.07 sesuai
Didin Mahpudin 14.45 14.53 00.08 sesuai
Empay Komariah 12.28 12.39 00.11 sesuai
Edi Sardi 14.04 15.30 01.26 tidak sesuai
Ade Jajang 10.29 10.39 00.10 sesuai
Riri Sri Wahyuni 09.53 10.00 00.07 sesuai
Jaja Raharja 09.45 09.52 00.07 sesuai
Masruroh 08.48 08.55 00.07 sesuai
Hudaeli 10.43 10.49 00.06 sesuai
Itoh 10.50 10.59 00.09 sesuai
Reni Koesmayanti 08.36 08.42 00.06 sesuai
lucky Sagita 12.08 12.18 00.10 sesuai
Ahdan Malik 14.16 14.22 00.06 sesuai
Komsiah 09.57 10.04 00.07 sesuai
Akim Kostaman 11.35 12.35 13.35 tidak sesuai
Asep Dedi 12.02 12.19 00.17 sesuai
Dwi Utami O 11.32 11.41 00.09 sesuai
Wawan Ridwan 14.12 14.18 00.06 sesuai
Febri Ramadhan 09.09 09.20 00.11 sesuai
Eka Lestari 11.15 11.20 00.05 sesuai
Maman BS 10.46 10.51 00.05 sesuai
Yusman Priyadi 10.41 10.50 00.09 sesuai

Daftar waktu pelayanan resep racikan

Waktu Billing
Nama Pasien waktu selesai Waktu tunggu kesesuaian
Resep

Arsa Nandana 12.40 13.00 00.20 sesuai


Annasya Adreena 12.48 13.06 00.18 sesuai
Maryamah 11.13 11.31 00.18 sesuai
Sri Pujiati 13.16 13.39 00.23 sesuai
Dandi Asikin 13.36 13.54 00.18 sesuai
Sasmita Komarudin 16.12 16.22 00.10 sesuai
Suganda 13.00 13.20 00.20 sesuai
Tati Nurhayati 11.18 11.37 00.19 sesuai
Fachri B.M 12.08 12.29 00.21 sesuai
Yanti Sugiarti 12.43 12.55 00.12 sesuai
acep satibi 11.43 12.55 01.12 tidak sesuai
Ai Rodiah 12.49 13.03 00.14 sesuai
Ai Rusmiati 13.51 14.20 00.29 sesuai
Kustiati 13.11 13.32 00.21 sesuai
Maryati 12.46 12.59 00.13 sesuai
Tuti Susilawati 12.20 12.34 00.14 sesuai
Helmi 12.39 12.54 00.15 sesuai
Ariah Arbianti 13.48 13.55 00.07 sesuai
Raul Taat 10.55 11.07 00.12 sesuai
Khairul Azam 13.14 13.27 00.13 sesuai
Abdurohman 12.09 12.25 00.16 sesuai
Salsabila Nurul 11.41 11.55 00.14 sesuai
Muchtar 09.06 09.19 00.13 sesuai
Nova Aliatul F 15.22 15.38 00.16 sesuai
Euis Nurseha 14.59 15.07 00.08 sesuai
m. abizar 15.21 15.39 00.18 sesuai
eleanor ald 12.03 12.25 00.22 sesuai
apid apidin 11.49 12.08 00.19 sesuai
Atharrazka Zayn 11.13 11.27 00.14 sesuai
Ruli Aulia Akbar 10.26 10.43 00.17 sesuai
Santi 12.16 12.34 00.18 sesuai
Enen Kapilawati 10.24 10.39 00.15 sesuai
Dindin Kurniawan 10.28 10.45 00.17 sesuai
Nina Hendrawati 10.17 10.33 00.16 sesuai
Nuroh 10.39 10.59 00.20 sesuai
M. Athalla P.A 12.54 13.10 00.16 sesuai
Didi Juhaedi 13.53 14.09 00.16 sesuai
Azka Fadhil A 12.43 13.09 00.26 sesuai
Suhartatik 10.27 10.44 00.17 sesuai
Wati Setiawati 10.43 11.02 00.19 sesuai
Athariqo Febryan Y 12.23 12.39 00.16 sesuai
muhammad arya 12.35 12.49 00.14 sesuai
Didin B. Sukanta 12.25 12.43 00.18 sesuai
azka sabhira 11.46 12.05 00.19 sesuai
Hikmat 12.22 12.40 00.18 sesuai
entin nuryanti 14.25 15.30 01.05 tidak sesuai
dedah jubaedah 18.24 19.45 01.21 tidak sesuai
Wawan 12.27 12.37 00.10 sesuai
Suparman 13.17 13.33 00.16 sesuai
Sunarti 12.41 12.58 00.17 sesuai
Hikmat 12.51 13.12 00.21 sesuai
effendi usman 12.57 13.12 00.15 sesuai
Ani Masliani 11.48 12.03 00.15 sesuai
Muchtar 11.41 11.59 00.18 sesuai
Entin Suhartini 11.30 11.50 00.20 sesuai
Hidayat 11.36 11.50 00.14 sesuai
Iyom Romlah 11.56 12.13 00.17 sesuai
Agil Yoga Sugiarto 11.44 12.00 00.16 sesuai
Nunung 11.24 11.49 00.25 sesuai
Aas Solihat 11.37 11.58 00.21 sesuai
Yanwari 12.23 12.49 00.26 sesuai
Aam Aminah 11.33 11.57 00.24 sesuai
Epon Juariah 13.06 13.27 00.21 sesuai
Aisah S 11.19 11.38 00.19 sesuai
Herawati,SPD 16.12 17.22 01.10 tidak sesuai
Eti Kurniati 11.00 11.25 00.25 sesuai
titin sumarni 11.55 12.16 00.21 sesuai
Lilis 11.51 12.20 00.29 sesuai
entry saputri 13.36 14.44 01.08 tidak sesuai
Maemunah 11.11 11.46 00.35 sesuai
Arifin 11.08 11.44 00.36 sesuai
Abdurahmat 11.36 11.40 00.04 sesuai
Umisah 11.52 12.09 00.17 sesuai
meiqia zalinda 12.22 12.41 00.19 sesuai
Dewi 12.02 12.26 00.24 sesuai
Reny Kusuma 11.54 12.19 00.25 sesuai
Qiana alisha 12.49 13.06 00.17 sesuai
MAJID 11.45 11.59 00.14 sesuai
Tika Sartika 11.56 12.16 00.20 sesuai
Ade Dahlan 11.31 11.59 00.28 sesuai
Srini 11.51 12.16 00.25 sesuai
Endang Saepudin 11.27 11.46 00.19 sesuai
reska rossiana 14.04 14.26 00.22 sesuai
oni sahroni 15.03 15.26 00.23 sesuai
Derina 14.31 14.46 00.15 sesuai
ii rohayani 13.04 13.26 00.22 sesuai
tety syarifah 11.25 11.46 00.21 sesuai
nizar alfarizy 09.20 09.45 00.25 sesuai
Nurbaman 15.07 15.25 00.18 sesuai
hana azzahra 13.01 13.22 00.21 sesuai
Arief Sapto 13.15 13.36 00.21 sesuai
Tutik 13.04 13.29 00.25 sesuai
Sri Endang 12.55 13.16 00.21 sesuai
Dedeh suhae 12.42 12.59 00.17 sesuai
Shanum almahyra 13.59 14.16 00.17 sesuai
Maura Aqilah 11.52 12.13 00.21 sesuai
rahmat setiawan 13.19 13.38 00.19 sesuai
erlina tarigan 13.00 13.26 00.26 sesuai
Titih Sopiah 13.37 13.49 00.12 sesuai
Ai nuraeni 12.19 12.33 00.14 sesuai
yanwari 12.16 12.36 00.20 sesuai
khalishah rinjani 12.58 13.26 00.28 sesuai
neneng nurhasanah 12.28 12.39 00.11 sesuai
jijah hadijah 11.52 12.26 00.34 sesuai
lukman nurhakim 12.23 13.44 01.21 tidak sesuai
Suhartatik 12.50 13.16 00.26 sesuai
Nji Chozanah 12.51 13.14 00.23 sesuai
kakan sukandai 12.51 13.10 00.19 sesuai
M. Arka Al Hikam 12.15 12.40 00.25 sesuai
Neng Ida Laela 14.34 14.59 00.25 sesuai
Iis Suarti 12.00 12.26 00.26 sesuai
dedah jubaedah 12.10 12.33 00.23 sesuai
Mianria Silitonga 11.53 12.12 00.19 sesuai
Anah Hajanah 12.14 12.26 00.12 sesuai
Aan Anwar 12.00 12.12 00.12 sesuai
Nyai Aminah 12.21 12.39 00.18 sesuai
Nenah 14.04 14.22 00.18 sesuai
Dedeh Rusmiati 13.59 14.15 00.16 sesuai
Rahmat Setiawan 13.56 14.12 00.16 sesuai
Iyom Romlah 13.43 13.59 00.16 sesuai
eli suminarsih 13.45 14.48 01.03 tidak sesuai
Fathir Muhammad 13.51 14.20 00.29 sesuai
Maryam Davira 12.07 12.29 00.22 sesuai
Ghaazy Sajid 10.10 10.30 00.20 sesuai
Tini Kartini 13.23 13.33 00.10 sesuai
Epon Juariah 11.05 11.20 00.15 sesuai
Enung Nurhayati 11.14 11.26 00.12 sesuai
Siti Rohana 12.54 13.18 00.24 sesuai
Abdul Jabbar 13.25 13.38 00.13 sesuai
Iin Handayani 12.05 12.22 00.17 sesuai
Hamish Ibra 12.51 13.20 00.29 sesuai
Obun 10.42 10.59 00.17 sesuai
Santi Irawati 12.11 12.26 00.15 sesuai
Azril fauzan R 12.12 12.28 00.16 sesuai
Imas Rosidah 10.36 10.52 00.16 sesuai
Abdurachman 10.46 10.55 00.09 sesuai
Lilis Suryani 12.05 12.22 00.17 sesuai
Ragil Zaenudin 11.20 11.35 00.15 sesuai
Haerunnisa Ali 11.16 11.26 00.10 sesuai
Desi Andini S 13.14 13.26 00.12 sesuai
Rizky Maulana 12.35 12.52 00.17 sesuai
Nur Cahya 12.47 13.05 00.18 sesuai
Mia dewi A 12.04 12.28 00.24 sesuai
Dewi 12.06 12.31 00.25 sesuai
Sri Muryati 12.10 12.32 00.22 sesuai
Wati Setiawati 12.04 12.30 00.26 sesuai
Migel Tazkia 12.29 12.52 00.23 sesuai
Muhammad Ali S 12.15 12.39 00.24 sesuai
Harumi Anandari 12.22 12.42 00.20 sesuai
Hansyafa A 12.18 12.39 00.21 sesuai
Tanty Afrianti 12.07 12.27 00.20 sesuai
Hendi Samanhudi 14.05 14.22 00.17 sesuai
Afkar Raffasya 13.15 13.36 00.21 sesuai
M. Fawaz 12.05 12.29 00.24 sesuai
Zalfaa Hadifaa 11.21 11.45 00.24 sesuai
Zulkifli Mohamad 12.15 12.38 00.23 sesuai
Yeyet Sumiati 12.11 12.32 00.21 sesuai
M. Bery 13.19 13.39 00.20 sesuai
M. Jihad 13.14 13.36 00.22 sesuai
Panglima Catur 13.50 14.16 00.26 sesuai
Memed 11.22 11.55 00.33 sesuai
M. Zafran Alvaro 12.49 13.10 00.21 sesuai
Iin Handayani 12.31 12.59 00.28 sesuai
Imas Rosidah 12.43 13.09 00.26 sesuai
Uun Unaesih 13.03 13.33 00.30 sesuai
Imas Marlina 13.28 13.52 00.24 sesuai
Emin 16.20 17.00 00.40 sesuai
Kusdiyar 12.30 12.55 00.25 sesuai
Ade Intan 13.26 13.56 00.30 sesuai
Neneng Yuliawati 13.12 13.49 00.37 sesuai
Titin 13.29 13.59 00.30 sesuai
Enung Nurhayati 14.09 14.29 00.20 sesuai
Aliya Syahira 14.43 15.19 00.36 sesuai
Ratih Arnisyah 12.56 13.22 00.26 sesuai
Yanti Supriyanti 12.58 13.28 00.30 sesuai
Cucu Sumartin 13.02 13.29 00.27 sesuai
Ida Farida 13.15 13.37 00.22 sesuai
Emah Halimah 11.43 12.14 00.31 sesuai
Althaf Nayaka 12.27 12.50 00.23 sesuai
Iyap Saepudin 11.46 12.20 00.34 sesuai
M. Berry Ilham 12.19 12.44 00.25 sesuai
Annasya Adreena 12.11 12.44 00.33 sesuai
Ervia Anwarnie 14.40 15.00 00.20 sesuai
Sopandi 11.55 12.20 00.25 sesuai
Ati Royati 12.12 12.49 00.37 sesuai
Yanti Haerani 12.03 12.37 00.34 sesuai
Karima azzahra 15.22 15.45 00.23 sesuai
Wiyana 13.32 13.58 00.26 sesuai
Irdina H 13.03 13.39 00.36 sesuai
Khazni Chantika 11.27 12.01 00.34 sesuai
kadarwati 13.12 14.15 01.03 tidak sesuai
M. Risman A 09.00 09.20 00.20 sesuai
Satria Saputra 13.50 14.24 00.34 sesuai
Raffan Shawqy 12.09 12.33 00.24 sesuai
M. Aqeela 14.35 15.10 00.35 sesuai
azka danish 09.06 09.22 00.16 sesuai
Heri Kusnadi 11.34 12.00 00.26 sesuai

Anda mungkin juga menyukai