Anda di halaman 1dari 15

AUTOIMUN DAN

IMUNODEFISIENSI
Kelompok 4
Fifi chairunnisya (16190000002)
Dinul Fikri (16190000003)
Qorinha Afiffah (16190000006)
Ahmad Miftah Romadhon (16190000008)
Muhammad Agung Nugroho (16190000011)
Widi miftahul jannah (16190000012)
Rina Nurfitriani (16190000015)
Nur Fitri (16190000017)
Point Of View
01 02 03
Sejarah Perkembangan Pengertian Autoimunitas Contoh Kasus
Imunologi dan Imunologi

04 05 06
Penyelesaian Contoh Produk (Terapi
Kesimpulan
Kasus Alternatif)
Sejarah Perkembangan Imunologi

Imunologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi sistem imun. Imunologi awalnya
berasal dari ilmu mikrobiologi. Imunitas pertama kali diketahui saat terjadi wabah Athena pada
430 SM. Thukidides mencatat bahwa orang yang sembuh dari penyakit sebelumnya dapat
bertahan tanpa terkena penyakit lagi.

Pada abad ke-10, dokter Iran Al-Razi merupakan orang pertama yang membedakan antara cacar
(smallpox) dan campak (measles) dan juga mencatat kemungkinan teori pertama tentang
imunitas dapatan (acquired immunity). Pada sekitar 1000 M, bangsa Tiongkok dilaporkan telah
mempraktikkan bentuk imunisasi ini dengan menghirup bubuk kering yang berasal dari kulit lesi
cacar. Pada awal abad ke-18 muncul minat baru pada imunitas dapatan melalui penggunaan
variolasi sebagai tindakan pencegahan, yaitu dengan memasukkan sebagian dari lesi penderita
cacar ke dalam tubuh orang yang sehat
Pengertian
Autoimun imunodefisiensi

Penyakit autoimun adalah respon imun Imunodefisiensi adalah keadaan dimana


yang mengakibatkan kerusakan pada terjadi penurunan atau ketiadaan respon
jaringan tubuh sendiri serta mengganggu imun normal. Keadaan ini dapat terjadi
fungsi fisiologis tubuh. Sistem imun secara primer, yang pada umumnya
telah diketahui berfungsi menjaga tubuh disebabkan oleh kelainan genetik yang
terhadap serangan jasad renik asing yang diturunkan, serta secara sekunder akibat
membahayakan tubuh. Termasuk di penyakit utama lain seperti infeksi,
dalamnya mikro organisme, parasite pengobatan kemoterapi, sitostatika, radiasi,
(misalnya cacing), sel-sel kanker, obat-obatan imunosupresan (menekan
bahkan jaringanatau organ yang sistem kekebalan tubuh) atau pada usia
ditranspantasi. lanjut dan malnutrisi (Kekurangan gizi).
Contoh Kasus
Autoimun

An. PA, perempuan usia 14 tahun, berat badan 32 kg, datang dengan keluhan utama wajah
melepuh disertai dengan rambut rontok, bengkak pada seluruh tubuh, demam, nyeri sendi, dan
sariawan. 5 bulan SMRS pasien mengeluhkan kulit wajah melepuh, gatal, dan panas setelah
menggunakan bedak racikan kecantikan yang diberikan oleh tetangganya. Kulit wajah menjadi
kemerahan diikuti dengan munculnya vesikel dan bula terutama di bagian pipi dan leher. Pasien
juga mengeluhkan rambut rontok diikuti dengan bengkak seluruh bagian tubuh. Bengkak hilang
timbul dan berpindah-pindah dari satu bagian tubuh kebagian tubuh lain, dimulai dari kaki
sebelah kanan. Pasien juga mengeluhkan demam naik turun bersamaan dengan kulit wajah yang
melepuh. 4 bulan SMRS pasien mengalami sariawan selama 2 bulan dan juga flu. Pasien dibawa
ke puskesmas dan dirawat selama 1 bulan kemudian dirujuk ke RSUD Mesuji dan dirawat
selama 1 minggu, kemudian pasien dirujuk kembali ke RSUD Menggala dan dirawat selama 1
minggu. Kemudian pasien dirujuk ke RSAM dan dirawat selama 1 bulan dan didiagnosis
menderita Lupus Eritematosus Sistemik. 4 bulan SMRS setelah pertama dirawat, pasien tidak
pernah datang bulan. Pasien pertama kali datang bulan pada usia 13 tahun dan selalu datang
teratur setiap bulannya.
imunodefisiensi
An.Z perempuan berusia 7 tahun datang ke RSUP Dr. M Djamil Padang pada tanggal 27
April 2017 pukul 24.56 WIB melalui IGD rujukan dari RSI Yarsi Bukit Tinggi. Pasien
datang dengan keluhan demam selama 2 minggu, kejang seluruh tubuh sejak 6 jam sebelum
masuk, frekuensi 1 kali, lamanya 10 menit dan mengalami penurunan kesadaran setelah
kejang. An.Z di rawat di ruang Akut IRNA Kebidanan dan anak dengan diagnosa medis
Meningitis TB. Riwayat kesehatan sekarang yang di dapatkan saat pengkajian tanggal 24
Mei 2017 pukul 14.30 WIB dengan hari rawatan ke-28, anak mengalami penurunan
kesadaran, tampak lemah dan nafas sesak, Ayah mengatakan anak demam, batuk berdahak,
refleks batuk lemah, tidak mampu bicara dan hanya mengerang. Sedangkan Riwayat
kesehatan dahulu yang dimiliki An.Z adalah sering mengeluh sakit kepala, kemudian di
belikan obat di warung namun sakit kepala tidak hilang. pasien juga mengalami demam
selama 2 minggu. Badan sudah tampak kurus 3 bulan sebelum masuk RS dan tidak
ditimbang. Pasien memiliki riwayat kontak dengan penderita Tb (saudara laki-laki ayah),
menderita TB selama 2,5 tahun dan sudah mendapat obat OAT. An.Z tidak memiliki Riwayat
trauma kepala dan riwayat keluar cairan dari telinga.
Penyelesaian contoh kasus
1. Autoimun
Pada anamnesis didapatkan beberapa keluhan atau gejala klinis sebagai berikut: 5 bulan SMRS pasien mengeluhkan
kulit wajah melepuh salah satu manifestasi mukokutaneus dari LES, gatal dan panas setelah menggunakan bedak
racikan kecantikan yang diberikan oleh tetangganya. Kulit wajah menjadi kemerahan diikuti dengan munculnya vesikel
dan bula terutama di bagian pipi dan leher.
Penyelesaian contoh kasus
Pemeriksaan Hasil Nilai nomal Keterangan
Pemeriksaan fisik      
Nadi 96 x/menit 70-80x/menit Normal
Tekanan darah 120/100mmHg >140/90mmHg Normal
Suhu 36,2 ºC 36,2 ºC- 37no,2 ºC Normal
pernafasan 25 x/menit 16-20x/menit Normal

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, tampak sakit ringan, tekanan darah
dan pernafasan Os masih dalam kategori normal, yaitu: pernafasan 25 x/menit, denyut nadi
normal, yaitu 96x/menit dan suhu normal, yaitu 36,20C. Pada pemeriksan status generalis
tidak didapatkan kelainan yang berarti kecuali pada muka terdapat malar rash (+), butterfly
rash (+), terdapat 2 bulan pada daerah dagu berukuran 5x10 mm dan 2x2 mm, terdapat
kebotakan pada beberapa bagian rambut, pada mata terdapat konjungtiva ananemis (+/+)
salah satu gejala klinis dari LES
Penyelesaian contoh kasus
2.Imunodefisiensi
Pada contoh kasus di atas perempuan berusia 7 tahun datang dengan keluhan utama demam selama 2 minggu,
kejang seluruh tubuh sejak 6 jam sebelum masuk, frekuensi 1 kali, lamanya 10 menit dan mengalami penurunan
kesadaran setelah kejang. Meningitis dapat menyerang semua kelompok umur, meskipun pada kenyataannya
kelompok umur yang paling rawan terkena penyakit ini adalah anak- anak, usia balita dan orang tua. Insidens 90 %
dari semua kasus meningitis bakterial terjadi pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun, insiden puncak terdapat
pada rentang usia 6 sampai 12 bulan. Rentang usia dengan angka morbiditas tertinggi adalah dari lahir sampai 4
tahun. Alasan anak dengan meningitis di bawa ke rumah sakit karena mengalami demam tinggi, sakit kepala berat,
kejang dan penurunan kesadaran. Pasien dengan meningitis pada Stadium transisi gejala lebih berat dan gejala
rangsangan meningeal mulai nyata, kaku kuduk, seluruh tubuh menjadi kaku dan timbul opistotonus. Refleks
tendon menjadi lebih tinggi, ubun-ubun menonjol dan umumnya juga terdapat kelumpuhan urat saraf mata
sehingga timbul gejala strabismus dan mistagismus. Suhu tubuh menjadi lebih tinggi dan kesadaran lebih menurun
hingga timbul stupor. Menurut analisa peneliti tanda dan gejala yang ada pada teori juga di temukan pada anak
seperti demam, penurunan kesadaran dan kejang. penurunan kesadaran terjadi pada pasien disebabkan oksigen ke
otak kurang dari 15-20% kebutuhan tubuh, sehingga akan terjadi hipoksia jaringan otak yang menyebabkan
metabolisme anaerob dan ditandai dengan letargi atau penurunan kesadaran. Selain itu adanya lendir yang
terkumpul dapat menghalangi kelancaran lalu lintas udara (O2).Untuk membantu pemasukan O2 perlu diberikan
oksigen yaitu 1-2 liter/ menit.
Produk(terapi alternatif)
1.Autoimunitas
Terapi alternatif untuk pasien yang mengalami penyakit autoimunitas dapat diberikan obat
obatan seperti:
• NSAID
• Antimalaria
• Steroid
• Imunisupresan atau Sitioksik
• Prednisone
• Metilpredndisolon
• Azioprin
• Siklofosfamid
• Metotreaksat
• Siklosporin
• Mikofenolat mofetil
Produk(terapi alternatif)

Penyakit autoimun terjadi karena reaksi sistem imun yang berlebihan. Maka dari itu, pasien autoimun biasanya
harus menjalani terapi dengan obat imunosupresan, terutama bila gejala yang muncul lebih serius. Obat jenis
NSAID mengurangi rasa sakit dengan memblokir enzim tertentu sehingga tubuh tidak bisa memproduksi
prostaglandin. Prostaglandin merupakan sekumpulan asam lemak alami yang berperan dalam menimbulkan nyeri
dan peradangan. Biasanya, obat ini digunakan untuk mengatasi demam dan pembengkakan pada penyakit lupus
Produk(terapi alternatif)

2.Imunodefisiensi
Terapi alternatif untuk pasien yang mengalami penyakit imunodefisiensi adalah dengan mengatasi penyebab yang
mendasarinya. Misalnya, pada imunodefiesiensi sekunder yang terinfeksi HIV, maka perlu pengobatan HIV.
Contoh lain jika ia mengalami kekurangan nutrisi, perlu diatasi masalah nutrisinya. Terapi alternatif untuk pasien
imunodefisiensi adalah

a. Pengobatan antibiotic

b. Terapi imun

c. Transplantasi sumsum tulang


Kesimpulan
Penyakit autoimun adalah respon imun yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan tubuh sendiri
serta mengganggu fungsi fisiologis tubuh. Secara normal sistem imunkita memproduksi protein
yang disebut antibodi yang memproteksi tubuh dariserangan penyakit. Sedangkan autoimun berarti
sistem imun kita tidak dapat membedakan antara si penyerang dan jaringan sehat tubuh. Akibatnya
system imun juga menyerang sel-sel dan jaringan tubuh sendiri yang sehat
Terapi alternatif untuk pasien autoimunitas adalah dengam memberikan obat NSAID, Antimalaria,
Steroid, Imunosupresan atau Sititoksik, Prednisome, Metilprendisolon, Azatioprin, Siklofosfamid,
Metotreksat, Siklosporin, Mikofenolat dan Mofetil. Sedangkan untuk penyakit imunodefisiensi
dapat diberikan terapi seperti pemberian antibiotik, terapi imun dan transplantasi sumsum tulang
Terima
Kasih!

CREDITS: Diese Präsentationsvorlage wurde von Slidesgo erstellt,


inklusive Icons von Flaticon und Infografiken & Bilder von Freepik
Bitte lösche diese Folie nicht, es sei denn du bist ein Premium Nutzer

Anda mungkin juga menyukai