Anda di halaman 1dari 34

MODUL 1

Demam Anak Pada


Penyakit Infeksi Tropis
Kelompok 3 Cirendeu
Blok Kedokteran Tropis

Tutor: dr. Wiwit Ida Chahyani, Sp.S


Anggota Kelompok
1. 20200710100034 Firyal Alifa Andavyta
2. 20200710100037 Habib zulrefa
3. 20200710100049 Melani Hamidah
4. 20200710100051 Mochammed Nuril Ayman
5. 20200710100060 Muhammad Reza Syah Pahlevi
6. 20200710100066 Nurdzidni Ilman
7. 20200710100068 Primadyan Firdausy
8. 20200710100071 Radita Rahmah
9. 20200710100089 Tita Yolanda Hapsari
Skenario
Seorang bayi laki-laki berusia 4 hari di bawa ibunya ke unit gawat darurat karena
tidak mau menyusu sejak 1 hari . Keluhan lain kaki tangan bayi kaku, sekali kali
bergerak gerak . Bayi lahir di tolong paraji , tidak dapat vitamin K , ibu pasien tinggal
di rumah neneknya di kampung. Ibu belum pernah imunisasi sejak hamil .
Pemeriksaan fisik : bayi merintih Frekuensi Nadi 156 x/ menit, Frekuensi napas 56 x/
menit, Suhu 38,7O C.,Saturasi 98% , mulut bayi mencucu, leher kaku, ke 2 tangan
fleksi dan kaku, tali pusat bau. Pemeriksaan laboratorium Hb 9gr/dL Ht 32 vol%
Leukosit 19.000/ uL, Trombosit 326.000/uL
Kata Sulit
● Paraji: dukun beranak (KBBI)
Identifikasi Masalah
● Bayi laki-laki usia 4 hari tidak mau menyusu sejak 1 hari
● Kaki dan tangan bayi kaku
● Bayi lahir ditolong paraji
● Bayi tidak dapat vitamin K
● Ibu belum pernah imunisasi sejak hamil
● Suhu: 38,7 , Hb: 9gr/dL, Ht: 32%
● Mulut bayi mencucu, leher kaku, kedua tangan fleksi dan kaku, tali pusat bau
● Bayi merintih
Mind Map
Peta Konsep
Tujuan Pembelajaran
1. Dapat menjelaskan definisi dan etiologi dari demam
2. Dapat mengetahui klasifikasi dan patomekanisme demam
3. Dapat mengetahui DD sesuai dengan skenario
4. Dapat menjelaskan definisi dan patomekanisme masing-masing DD
5. Dapat mengetahui etiologi dari masing-masing DD
6. Dapat mengetahui epidemiologi dari masing-masing DD
7. Dapat menjelaskan mengapa pada scenario mulut bayi mencucu, leher kaku, kedua tangan fleksi
dan kaku, tali pusat bau
8. Dapat menjelaskan manifestasi klinik dari penyakit tropis sesuai DD
9. Dapat mengetahui tatalaksana dari masing-masing DD
10. Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang terkait DD
Definisi dan Etiologi Demam

Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh.
Demam terjadi pada subu > 37,2°C. Etiologi dari demam dapat dibagi menjadi dua :
1. Infeksi
○ Virus
○ Bakteri
○ Parasit
○ Jamur
2. Non-infeksi
○ Suhu lingkungan terlalu tinggi
○ Pemakaian obat-obatan
○ Gangguan sistem saraf pusat

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam JILID 1 EDISI IV


http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/5157/06bab2_rosinta_101001110
37_skr_2015.pdf?sequence=6&isAllowed=y
Klasifikasi dan Patomekanisme Demam

KLASIFIKASI
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke
tingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila
demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam
seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas
demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V


d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang
terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.

e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas
demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu
tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam
intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran
kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu
sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami,
pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit
virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap
infeksi bakterial.

Buku Ajar Ilmu penyakit dalam edisi V


- Patomekanisme
Demam adalah kondisi ketika suhu tubuh berada di atas angka 38 derajat celsius. Demam
merupakan bagian dari proses kekebalan tubuh yang sedang melawan infeksi akibat virus,
bakteri, atau parasit. Selain itu, demam juga bisa terjadi pada kondisi hipertiroidisme, artritis,
atau karena penggunaan beberapa jenis obat-obatan, termasuk antibiotik. Kenaikan suhu
tubuh akibat konsumsi obat ini disebut dengan demam obat atau “drug fever”.

Suhu tubuh manusia dapat berubah-ubah. Suhu tubuh akan lebih rendah di pagi hari dan
meningkat pada sore serta malam hari. Suhu tubuh rata-rata manusia adalah 37 derajat
celcius. Pada umumnya, suhu tubuh yang normal berada di antara 36,5-37,5 derajat celcius.
Beberapa hal yang memengaruhi suhu tubuh adalah aktivitas olahraga dan siklus menstruasi.

Buku Ajar Ilmu penyakit dalam edisi V


DD Sesuai Dengan Skenario

Soedarmo, Sumarmo S. Poorwo, Herry Garna , Sri Rezeki S. Hadinegoro, Hindra Irawan Satari. 2008. Buku Ajar lnfeksi & Pediatri Tropis Edisi Kedua. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
Kosim, M. Sholeh, Ari Yunanto, Rizalya Dewi, Gatot Irawan Sarosa, Ali Usman. 2009. Buku Ajar NEONATOLOGI Edisi Pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
Definisi dan Patomekanisme Masing-Masing DD

1. Tetanus
● Definisi
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa
disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman secara
langsung, tapi sebagai dampak eksotoksin (tetanospasmin) yang dihasilkan oleh
kuman pada sinaps ganglion sambungan sumsum tulang belakang, sambungan
neuromuskular dan saraf autonom.
● Patomekanisme
Clostridium tetani dalam bentuk spora masuk ke tubuh melalui luka yang
terkontaminasi oleh benda asing seperti pecahan kaca, debu, besi, dll. Lalu jika
keadaan menjadi anaerob maka bakteri berubah menjadi bentuk vegetatif dan
berkembang cepat sambil menghasilkan toksin.

Soedarmo, Sumarno S.P., Gama, Herry., Rezki, Sri SH., Irawan, HS. Tetanus. Dalam: Buku Ajar Infeksi dan Pediatri
Tropis. Edisi ke 2. Jakarta:Ikatan Dokter Indonesia. 2012
Definisi dan Patomekanisme Masing-Masing DD
2. Sepsis neonatal
● Definisi
Merupakan sindrom klinik penyakit sistemik disertai bakteremia yang terjadi pada
bayi dalam satu bulan pertama kehidupan.
● Patomekanisme
Sepsis dini, terjadi pada 5-7 hari pertama, tanda distress pernafasan lebih
mencolok, organisme penyebabnya didapat dari intrapartum atau melalui saluran
genital ibu dan terjadi pada periode perinatal. Beberapa mikroorganisme transmisi
ke janin melalui plasenta secara hematogenik. Adapun cara lain yaitu melalui proses
persalinan seperti pecahnya selaput ketuban, mikroorganisme dalam flora vagina
atau bakteri patogen lainnya secara asenden mencapai cairan amnion yang
memungkinkan cairan amnion yang terinfeksi terinspirasi oleh janin.
Sepsis lambat, mudah menjadi berat sering menjadi meningitis. Bakteri
penyebab sepsis dan meningitis termasuk yang timbul sesudah lahir yang berasal
dari saluran genital, kontak antar manusia atau dari alat alat yang terkontaminasi.

Pusponegoro, Titut S., Sepsis pada Neonatus (Sepsis Neonatal). Dalam Sari Pediatri, Vol. 2, No. 2, Agustus 2000:
96 -102.
Definisi dan Patomekanisme Masing-Masing DD
3. Poliomyelitis
● Definisi
Penyakit kelumpuhan akut yang menular disebabkan oleh virus polio.
● Patomekanisme
Virus yang tertelan akan menginfeksi epitel orofaring, tonsil, kelenjar limfe leher dan
usus kecil. Dikarenakan virus bersifat tahan asam lambung maka akan mencapai
saluran cerna bagian bawah tanpa proses inaktivasi. Setelah bermultiplikasi dari
faring, menyebar ke jaringan limfe dan tonsil lanjut ke aliran limfe dan pembuluh
darah. Infeksi susunan saraf pusat terjadi akibat viremia yang menyusul replikasi
cepat virus ini. Virus menempel dan berkembang pada sel usus yang mengandung
PVR (poliovirus receptor) dan 3 jam setelah infeksi maka terjadi kolonisasi. Virus
yang bereplikasi secara lokal kemudian menyebar pada monosit dan kelenjar limfe
yang terkait. Kejadian neuropati pada poliomyelitis merupakan akibat langsung dari
multiplikasi virus di jaringan saraf, merupakan gejala yang patognomonik, namun
tidak semua saraf yang terkena akan mati.

Soedarmo, Sumarno S.P., Gama, Herry., Rezki, Sri SH., Irawan, HS. Poliomyelitis. Dalam: Buku Ajar Infeksi dan
Pediatri Tropis. Edisi ke 2. Jakarta:Ikatan Dokter Indonesia. 2012
Etiologi Masing-Masing DD
1. Tetanus Neonatorum
-> bakteri Clostridium tetani, yang awalnya berbentuk spora, berubah bentuk menjadi
vegetafif apabila bertemu daerah anaerob seperti luka dan menghasilkan neurotoksin yang
meblokade jalur impuls saraf.
-> spora tersebar dimana-mana, terutama pada tanah di daerah peternakan/pertanian
maupun di usus binatang
-> morfologi : batang, Gram Positif, Anaerob Obligat

2. Sepsis Neonatorum
->pada Early Onset Neonatorum (timbul <72jam) :
● Paling sering ditemukan ialah bakteri Staphylococcus Koagulase negatif, Enterococcus
sp., dan Staphylococcus aureus.
● Biasanya bakteri didapat dari ibu
->pada Late Onset Neonatorum (timbul >72 jam)
● Paling sering ditemukan ialah bakteri gram negatif
● Biasanya didapat dari proses persalinan, terjadinya lambat, dan terdapat fokus infeksi,
seringkali meningitis

Buku Ajar Infeksi & Pediatrik Tropis edisi kedua


Etiologi Masing-Masing DD

3. Poliomyelitis
-> terjadi karena virus RNA golongan enterovirus, famili picornaviridae menginvasi SSP melalui
droplet atau tinja yang infeksius, sehingga mengalami kelumpuhan dan atrofi otot.
Ada 3 strain virus polio :
● Strain 1 (brunhilde) -> paling menyebabkan penyakit dan sering menimbulkan wabah
● Strain 2 (lansing) -> paling jinak
● Strain 3 (leon)

Buku Ajar Infeksi & Pediatrik Tropis edisi kedua


Epidemiologi Masing-Masing DD

1. Tetanus neonatorum

● Berdasarkan hasil survey yang dilaksanakan oleh WHO di 15 negara di Asia, Timur
Tengah, dan Afrika pada tahun 1978 - 1982 menyatakan bahwa penyakit tetanus
neonatorum banyak dijumpai di daerah pedesaan negara berkembang termasuk
Indonesia yang memiliki angka proporsi kematian neonatal akibat penyakit tetanus
neonatorum mencapai 51%.
● Berdasarkan data dari Kemenkes RI, laporan kasus tetanus pada tahun 1994 di
Indonesia berjumlah 3.843 kasus, dengan kasus terbanyak ditemukan di provinsi Jawa
Timur yakni 1.229 kasus. Angka mortalitas mencapai 25,6% dan dari semua pasien
tersebut tidak ada yang pernah mendapatkan imunisasi dasar. Di tahun 2017, WHO
melaporkan insidensi tetanus neonatorum di Indonesia sebanyak 25 kasus.

PUSDATIN KEMENKES RI 2012


http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125373-S-5814-Gambaran%2
0epidemiologi-Literatur.pdf
Epidemiologi Masing-Masing DD

2. Sepsis neonatal

● Sebuah studi prevalensi internasional tahun 2015 yang mengumpulkan data dari
26 negara didapatkan prevalensi global sepsis pada unit perawatan intensif
anak 8,2%. Rerata usia sepsis adalah 3 tahun dan infeksi terbanyak terdapat
pada sistem respirasi (40%). Hal yang sama didapatkan di Indonesia. Sebagian
besar sumber infeksi berasal dari infeksi saluran pernapasan (36% - 42%)
dengan insiden sepsis lebih tinggi pada kelompok neonatus dan bayi <1 tahun
dibandingkan dengan usia 1-18 tahun (9,7 : 0,23 kasus per 1000 anak)

Pusponegoro, Titut S., Sepsis pada Neonatus (Sepsis Neonatal). Dalam Sari
Pediatri, Vol. 2, No. 2, Agustus 2000: 96 -102.
Epidemiologi Masing-Masing DD

3. Poliomyelitis neonatal

● Poliomielitis dapat menimbulkan wabah epidemi dan endemi. Penyakit


ini dapat menyerang semua usia, namun sebagian besar (50-70%)
menyerang pada anak-anak di bawah usia tiga tahun, pernah
dilaporkan adanya kejadian pada masa neonatal. Penyakit ini sempat
menghilang dari Indonesia sejak tahun 2000 namun kembali
ditemukan lagi pada tahun 2005

RM Nurrokhim, Azali MS.Poliomielitis dalam Purwo SudarmoS, Garna


H, Hadinegoro SR ,Buku ajar IKA Infeksi. Ed 1 ,Jakarta, Balai Penerbit
FKUI 2003. 209-222
Penjelasan mulut bayi mencucu, leher kaku, kedua
tangan fleksi dan kaku, tali pusat bau pada skenario
Penyebab utamanya adalah infeksi bakteri Clostridium tetani, yaitu bakteri
yang dapat menghasilkan racun, yang dapat menyerang otak dan sistem
saraf pusat.
Bakteri ini biasa ditemukan di tanah, debu, dan kotoran hewan. Bakteri
Clostridium tetani bisa menginfeksi seseorang, termasuk bayi, melalui luka
goresan, sobekan, atau luka tusukan yang disebabkan oleh benda-benda
yang terkontaminasi.

Pada bayi yang baru lahir, terjadi akibat bakteri CLostridium tetani masuk ke
dalam tubuh bayi melalui praktik persalinan yang tidak higienis, seperti
memotong tali pusar dengan alat-alat yang tidak steril.

World Hearlt Organization (2019). Neonatal Tetanus


Manifestasi Klinik dari Penyakit Tropis Sesuai DD
➢ Tetanus Neonatus
Variasi masa inkubasi sangat lebar, biasanya berkisar antara 5-14 hari. Makin
lama masa inkubasi, gejala yang timbul makin ringan. Derajat berat penyakit selain
berdasarkan gejala klinis yang tampak juga dapat diramalkan dari lama masa inkubasi
atau lama period of onset. Kekakuan dimulai pada otot setempat atau trismus,
kemudian menjalar ke seluruh tubuh, tanpa disertai gangguan kesadaran. Kekakuan
tetanus sangat khas, yaitu fleksi kedua lengan dan ekstensi pada kedua kaki, fleksi pada
telapak kaki, tubuh kaku melengkung bagai busur.

Soedarmo, Sumarno S.P., Gama, Herry., Rezki, Sri SH., Irawan, HS. Tetanus. Dalam: Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi ke 2. Jakarta:Ikatan Dokter Indonesia. 2012
Manifestasi Klinik dari Penyakit Tropis Sesuai DD
➢ Sepsis Neonatus

Diagnosis dini sepsis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan terapi diberikan
tanpa menunggu hasil kultur. Neonatus yang terkena infeksi akan menderita takikardia,
lahir dengan asfiksia (kadar O2 berkurang) dan memerlukan resusitasi karena nilai
Apgar rendah. Setelah lahir, bayi tampak lemah dan tampak gambaran klinis sepsis
seperti hipo/hipertermia, hipoglikemia dan kadang-kadang hiperglikemia. Selanjutnya
akan terlihat berbagai kelainan dan gangguan fungsi organ tubuh. Selain itu, terdapat
kelainan susunan saraf pusat (letargi, refleks hisap buruk, menangis lemah
kadang-kadang terdengar high pitch cry, bayi menjadi iritabel dan dapat disertai kejang),
kelainan kardiovaskular (hipotensi, pucat, sianosis, dingin). Bayi dapat pula
memperlihatkan kelainan hematologik, gastrointestinal ataupun gangguan respirasi
(perdarahan, ikterus, muntah, diare, distensi abdomen, intoleransi minum, waktu
pengosongan lambung yang memanjang, takipnea, merintih)
Pusponegoro, T. S. (2016). Sepsis pada neonatus (sepsis neonatal). Sari Pediatri, 2(2), 96-102.
ILAHI, SIGIT WAHYU. (2017). HUBUNGAN I/T RATIO DENGAN JUMLAH NEUTROFIL PADA PASIEN SEPSIS NEONATUS. JURNAL UMY.
Manifestasi Klinik dari Penyakit Tropis Sesuai DD
➢ Poliomyelitis neonatal
Minor illness

Gejala klinis ini terjadi sebagai akibat proses inflamasi akibat terbiaknya virus
polio. Gejalanya sangat ringan atau bahkan tanpa gejala. Keluhan biasanya nyeri
tenggorok dan perasaan tak enak di perut, gangguan gastrointestinal, demam ringan,
perasaan lemas, dan nyeri kepala ringan. Gejala terjadi selama 1-4 hari, kemudian
menghilang. Gejala ini merupakan fase enterik dari infeksi virus polio. Masa inkubasi
1-3 hari dan jarang lebih dari 6 hari. Selama waktu itu virus ber-replikasi pada
nasofaring dan saluran cerna bagian bawah. Gejala klinis yang tak khas ini terdapat
pada 90-95% kasus polio.

Soedarmo, Sumarno S.P., Gama, Herry., Rezki, Sri SH., Irawan, HS. Tetanus. Dalam: Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi ke 2. Jakarta:Ikatan Dokter Indonesia.
2012
Manifestasi Klinik dari Penyakit Tropis Sesuai DD
➢ Poliomyelitis neonatal
Major illness

Merupakan gejala klinik akibat penyebaran dan replikasi virus di tempat lain serta kerusakan
yang ditimbulkannya. masa ini berlangsung selama 3-35 hari dengan rata-rata 17 hari.
Gejala klinis dimulai dengan demam, kelemahan cepat dalam beberapa jam, nyeri kepala dan
muntah. Dalam waktu 24 jam terlihat kekakuan pada leher dan punggung. Penderita terlihat
mengantuk, iritabel, dan cemas. Pada kasus tanpa paralisis maka keadaan ini sukar dibedakan
dengan meningitis aseptik yang disebabkan oleh virus lain. Bila terjadi paralisis biasanya dimulai
dalam beberapa detik sampai 5 hari sesudah keluhan nyeri kepala.

Pada anak, stadium pre-paralisis lebih singkat dan kelemahan otot terjadi pada waktu
penurunan suhu, pada saat penderita merasa lebih baik. Poliomyelitis merusak sel motorik, yaitu
neuron yang besar pada substansia grisea anterior pada medula spinalis dan batang otak.
Kerusakan motor neuron pada anak sering menimbulkan kelainan yang asimetris. Proses
peradangan juga berpengaruh terhadap saraf autonom dan sensoris tapi biasanya tak
menimbulkan kelainan yang permanen.
Soedarmo, Sumarno S.P., Gama, Herry., Rezki, Sri SH., Irawan, HS. Tetanus. Dalam: Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi ke 2. Jakarta:Ikatan Dokter Indonesia.
2012
Pemeriksaan Penunjang Terkait DD
1. Tetanus Neonatorum
● Tidak ada hasil yang khas, ditemukan tidak ada perubahan. Manifestasi klinis cukup
untuk menentukan diagnosis dengan kriteria skor philips.

2. Sepsis Neonatorum
● Pewarnaan gram dan kultur -> menentukan penyebab infeksi
● Hitung jenis leukosit -> rasio neutrofil imatur dan neutrofil total < 0,2
● Pemeriksaan cairan cerebrospinal -> kecurigaan meningitis
● Analisis Gas Darah -> bila sesak
● CT-Scan -> bila terdapat gejala neurologis

Kapita selekta kedokteran edisi IV, Buku Ajar Infeksi & Pediatrik Tropis edisi kedua
Pemeriksaan Penunjang Terkait DD
3. Poliomyelitis

● Darah tepi perifer


-> pada batas normal atau leukositosis pada fase akut major illnes yaitu 10.000 -
30.000 /mikroliter dengan predominan PMN

● Cairan serebrospinal
-> 90% kasus major illnes peningkatan jumlah sel beravariasi, 72 jam pertama PMN,
selanjutnya dominansi sel limfosit dan pada minggu KE-2 jumlah sel mulai menurun
-> peningkatan kadar protein pada minggu ke-2 dan menurun dalam sebulan

● Pemeriksaan serologik
->di diagnosis poliomyelitis, terdapat peninggian titer antibodi 4x atau lebih antara
fase akut dan konvalesens pada uji fiksasi komplemen

● Isolasi virus
-> untuk menentukan serotipe virus dan mempengaruhi cara vaksinasi

Kapita selekta kedokteran edisi IV, Buku Ajar Infeksi & Pediatrik Tropis edisi kedua
Tatalaksana Masing-Masing DD
Tetanus Neonatorum

NON-FARMAKO :
- Menjaga pasien di lingkungan yang gelap dan tenang untuk mengurangi risiko kejang refleks
- Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi untuk meningkatkan status metabolik pasien tetanus
- Menjaga saluran nafas tetap bebas, karena obat spasme yang dipakai pada pasien tetanus dapat memberikan efek sedasi
depresi saluran pernapasan.
- Imunisasi DPT3 pada bayi
- Imunisasi tetanus toksoid dan DPT

Soedarmo S, Garna H, Handinegoro SR. Penyakit Infeksi Parasit. Di dalam: Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit IDAI: 2010.
Putri, S. (2020). Prevention of Tetanus. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 2(4), 443-450. https://doi.org/10.37287/jppp.v2i4.189
Tatalaksana Masing-Masing DD
Tetanus Neonatorum

FARMAKO :
1. Diazepam (mengatasi spasme dan hipertonisitas) :
- 0,1-0,3 mg/kgBB dengan interval 2-4 jam sesuai gejala klinis
- dosis yang direkomendasikan untuk usia <2 tahun adalah 8 mg/kgBB/hari diberikan oral dalam dosis 2-3 mg setiap 3 jam.
- Kejang : 5 mg per rectal untuk BB<10 kg dan 10 mg per rektal dengan BB ≥ 10 kg. Setelah kejang berhenti diazepam
dianjutkan dengan dosis rumatan sesuai dengan keadaan klinis.
2. Antibiotik : Metronidazole/penisilin
- Metronidazol iv/oral dengan dosis inisal 15 mg/kgBB dilanjutkan dosis 30 mg/kgBB/hari dengan interval 6 jam selama 7-10
hari.
- Penisilin prokain 50.000-100.000/kgBB/hari selama 7-10 hari
3. Anti serum : ATS (anti tetanus serum)
- Dosis yang dianjurkan 100.000-200.000 unit melalui iv dan im.

Soedarmo S, Garna H, Handinegoro SR. Penyakit Infeksi Parasit. Di dalam: Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit IDAI: 2010.
Putri, S. (2020). Prevention of Tetanus. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 2(4), 443-450. https://doi.org/10.37287/jppp.v2i4.189
Tatalaksana Masing-Masing DD
Sepsis Neonatorum

NON-FARMAKO :
- Bayi seharusnya disusui sedini mungkin (inisiasi menyusui dini/ IMD) dan berikutnya ASI ekslusif
- Tali pusat harus dijaga tetap bersih dan kering
- Perawatan ibu selama persalianan dilakukan secara aseptik

FARMAKO :
1. Antibiotik :
- Penisilin atau derivat biasanya ampisilin 100mg/kg/24jam intravena tiap 12 jam
- Ampisilin sodium/sulbaktam sodium dosis sama dengan ampisilin ditambah aminoglikosid 5mg/kg/24jam intravena diberikan tiap
12 jam

December 2016.Sari Pediatri 2(2):96 https://www.researchgate.net/publication/312199382_Sepsis_pada_Neonatus_Sepsis_Neonatal


Tatalaksana Masing-Masing DD
Poliomyelitis Neonatal

Terapi poliomielitis tak ada yang spesifik, tetapi tergantung penyulit yang terjadi.

NON-FARMAKO :
- Tirah baring untuk menjaga terjadinya footdrop
- Otot yang sakit diberikan kompres buli-buli panas
- Fisioterapi

FARMAKO :
- Diazepam bila anak tampak gelisah
- Antipiretik bila demam
- Selama fase akut diberi analgetik non narkotik

Soedarmo S, Garna H, Handinegoro SR. Penyakit Infeksi Parasit. Di dalam: Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI: 2010.
Kesimpulan Terkait Skenario
Dari hasil rangkaian diskusi yang telah dilakukan didapatkan bahwa pasien pada
Modul 1 Skenario 1, bayi berusia 4 hari mengalami gejala dan tanda klinis pasien yang
dominan mengarah kepada manifestasi klinis penyakit Tetanus Neonatorum,
dibanding dengan Diagnosis Diferential lainnya yaitu Sepsis Neonatorum dan
Poliomyelitis. Pada pemeriksaan penunjang pada penderita Tetanus Neonatorum
tidak didapatkan hasil yang khas.

Oleh karenanya disepakati bahwa pada skenario 1 modul 1, pasien seorang bayi usia
4 hari menderita penyakit Tetanus Neonatorum.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai