Anda di halaman 1dari 6

LI.1 MM Demam LO.1.1 Pengertian Demam dapat merupakan suatu gejala penyakit atau infeksi.

Juga dapat merupakan suatu akibat sebagai pengaruh dari olah raga, cuaca panas atau imunisasi. Suhu tubuh yang normal adalah antara 36C sampai 37 C. Jika anak Anda demam dengan temperatur yang diukur melalui mulut atau telinga 37,8C, atau melalui rektum 38C dan 37,2 C melalui ketiak, kemungkinannya anak Anda terserang demam. Anak-anak biasanya terserang demam lebih tinggi dari pada orang dewasa. LO.1.2 Jenis 1. Demam noninfeksi Demam yang bukan disebabkan oleh masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Timbul karena kelainan tubuh yang dibawa sejak lahir dan tidak ditangani dengan baik. Contohnya seperti demam yang disebabkan oleh adanya kelainan pada bawaan jantung, demam karena stress, atau demam karena penyakit berat seperti leukemia . 2. Demam infeksi Demam yang disebabkan oleh masuknya pathogen, misalnya kuman, bakteri, viral atau binatang llain ke dalam tubuh dengan berbagai cara misalnya melalui makanan, udara atau persentuhan tubuh . contohnya demam pada tetanus dan morbili 3. Demam septik Pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik 4. Demam remiten Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik 5. Demam intermiten Pada tipe demam interminten, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di antara dua serangan demam disebut kuartana. 6. Demam kontinyu Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia 7. Demam siklik Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

LO.1.3 Tingkatan/pola 1. Hiperpireksia Suhu tubuh sangat tinggi, diatas 41,6 C (suhu rektal). Sangat serius dan dapat menimbulkan kematian. Beberapa penyebab hiperpireksia adalah heatstroke akibat paparan atau pengerahan tenaga yang berlebihan misalnya pada pelari marathon. Hiperpireksia terjadi sebagai reaksi terhadap berbagai zat-zat anestetik (misalnya halotan) atau pelemas otot (misalnya suksametanium) dan penyakit hipotalamik

Hiperpirexia terjadi karena produksi panas berlebihan, terhambatnya pengeluaran panas atau kerusakan thermoregulator. Setiap kenaikan 10C suhu tubuh akan menaikkan metabolisme + 13%, sehingga pada suhu 40,50 C metabolisme meningkat 50%, konsumsi oksigen meningkat, terjadi metabolisme anaerob dan asidosis metabolik. Suhu > 410C anak bisa mengalami kejang, sedangkan suhu > 420 C dapat menyebabkan denaturasi dan kerusakan sel secara langsung. Akibat yang bisa terjadi pada hiperpirexia : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Renjatan/Hipovolemia Gangguan fungsi jantung Gangguan fungsi koagulasi Gangguan fungsi ginjal Nekrosis hepatosellular Hiperventilasi, yang dapat menyebabkan hipokapnea, alkalosis dan tetani.

2. Pireksia

1. Menurut kamus keperawatan, pireksia ( fever ) adalah kenaikan suhu tubuh diatas suhu normal ( Christine Hancock, ed 17, 1999 ) 2. Menurut kamus kedokteran, pireksia ( febris, fever, demam ) adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal; setiap penyakit yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh ( Dorland, 2002 )
Remitten : Malam tinggi dan ketika pagi turun tetapi tidak normal (Tifoid) Intermetten: Demamnya naik turun dan bisa sampai normal (Malaria) Kontinyu : Demam yang terjadi terus menerus dan terjadi karena infeksi bakteri (Pnemonia)

LO.1.4 Penyebab 1. Mikroorganisme, bakteri, dan parasite yang emnghasilkan racun kimia 2. Iklim yang panas

3. Perubahan hormone 4. Pengobatan yang salah LO.1.5 Tatalaksana 1. Lepaskan seluruh pakaian yang dipakai. Ini dimaksudakn agar udara segar atau hembusan angina dapat menetralisir panas tubuh si penderita. Untuk anak kecil, biarkanlah ia telanjang samapi suhu badannya turun 2. Jangan sekali-kali membungkus anak yang menderita panas denagn pakaian atau selimut, karena akan menaikan suhu badannya. 3. Berikan aspirin untuk menurunkan panas si penderita. Untuk anak kecil dapat diberikan acetaminophen (paracetamol) atau aspirin untuk anak-anak atau seperempat tablet aspirin biasa (300 mg) 4. Penderita demam harus banyak minum air putih, sari buah atau cairan lainnya. Terutama bagi anak kceil atau bayi, minum harus direbus terlebih dahulu lalu didinginkan. 5. Jika memungkinkan, mintalah informasi ke paramedic terdekat tentang penyebab demam si penderita, lalu segera diobati.

LI.2 MM Kuman Salmonella Salmonella (S.) adalah nama jenis untuk sejumlah besar tipe-tipe bakteri (lebih dari 2,500). Setiap tipe dapat diidentifikasikan dengan jelas oleh mantel proteinnya yang spesifik. Selain itu tipetipe berhubungan sangat dekat. Bakteri Salmonella adalah berbentuk batang, flagellated, Gram stainnegative, dan diketahui menyebabkan penyakit pada manusia-manusia, hewan-hewan, dan burungburung (terutama unggas) diseluruh dunia. Salmonella mempunyai tiga macam antigen utama,yaitu : Antigen O (tubuh) Antigen H (flagel) Antigen K LO.2.1 Morfologi Bakteri batang gram negatif. Tidak membentuk spora. Fakultatif anaerob. Ukurannya: 2-3 x 0,4-0,6 mikrometer, panjangnya bervariasi. Sebagian besar motil: memiliki peritrichous flagella. Tidak dapat memfermentasi laktosa atau sukrosa (hanya 1% yang dapatmemfermentasi laktosa). Membentuk asam dan gas dari glukosa dan mannosa. Memproduksi H2S (kecuali S. Typhi). Mereduksi nitrat. Tidak memproduksi cytochrome oxydase.

Survive freezing in water for long period.

LO.2.2 Transmisi Salmonellosis disebarkan pada orang-orang dengan memakan bakteri Salmonella yang mengkontaminasi (mencemari) makanan. Salmonella ada diseluruh dunia dan dapat mencemari hampir segala tipe makanan, namun perjangkitan-perjangkitan dari penyakit baru-baru ini melibatkan telur-telur mentah, daging mentah (daging sapi yang digiling dan daging-daging lain yang dimasak dengan buruk), produk-produk telur, sayur-sayur segar, cereal, kacang-kacang pistachio, dan air yang tercemar. Pencemaran dapat datang dari feces hewan atau manusia yang berhubungan dengan makanan selama pemrosesannya atau panen.

LO.2.3 Sifat LI.3 MM Demam Thypoid LO.3.1 Pengertian Demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh Salmonella typhi. LO.3.2 Gejala klinis dan pathogenesis Dapat mengakibatkan 3 kelainan pokok, yaitu : 1. Demam berkepanjangan, biasanya lebih dari 7 hari 2. Gangguan system pencernaan, seperti konstipasi, sembelit, muntah, dan mual. 3. Gangguan kesadaran, berupa penurunan kesadaran ringan, apatis, somnolen hingga koma Pathogenesis: Untuk menimbulkan penyakit, dibutuhkan jumlah tertentu S typhi yang masuk ke dalam saluran cerna. Sebelum sampai ke usus halus, kuman ini harus melewati asam lambung. Segala hal yang menyebabkan penurunan asam lambung (proses penuaan, obat-obatan untuk menurunkan asam lambung seperti antasid, anti H-2 reseptor, dan proton pump inhibitor), mempermudah kuman ini masuk sampai ke usus halus, akibatnya meski kuman yang masuk jumlanya hanya sedikit, yang bersangkutan akan jatuh sakit. Setelah sampai di usus halus, kuman ini akan menempel di kelenjar getah bening di dinding usus bagian dalam (plak Peyer). Lalu kuman menembus dinding usus bagian dalam dan menyebar ke kelenjar getah bening usus lainnya sampai ke hati dan limpa. Waktu yang dibutuhkan sejak kuman masuk sampai timbul gejala (masa inkubasi) sekitar 7-14 hari. Setelah itu kuman S. typhi akan masuk ke dalam darah (bakteriemia) dan dapat menyebar ke berbagai organ tubuh. Tempat bersarangnya kuman ini selain hati dan limpa adalah kandung empedu, sumsum tulang dan ada juga yang tetap menetap di plak Peyer.

LO.3.3 Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan rutin 2. Uji widal Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella terdapat dalam serum penderita demam tyfoid, juga pada orang yang pernah ketularan Salmonella an orang yang pernah divaksinasi terhadap demam typhoid. Akibat infeksi Salmonella typhi, penderita membuat antibodi (aglutinin), yaitu : aglutinin O, aglutinin H, aglutinin Vi. Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosi. Makin tinggi titernya makin besar kemungkinan pasien menderita demam tyfoid. Pada infeksi yang aktif , titer uji widal akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang paling sedikit 5 hari. Peningkatan titer widal 4 kali dalam 1 minggu dianggap dengan demam tyfoid positif. Titer O > 160, titer H > 640. 3. 4. 5. 6. Uji TUBEX Uji typhidot IgM dipstick Kultur darah LO.3.4 Prognosis
Prognosis demam tyfoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi Salmonella, serta cepat dan tepatnya pengobatan. Angka kematian pada anak-anak 2,6% dan pada orang dewasa 7,4 %, rata-rata 5,7 %.

LO.3.5 Komplikasi Komplikasi intestinal : 1. Perforasi usus 2. Pendarahan usus Komplikasi ekstra-intestinal : 1. 2. 3. 4. Komplikasi hematologi Hepatitis tifosa Penkreatitis tifosa Miokarditis LO.3.6 Epidemiologi Frekuensi kejadian demam tifoid di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 9,2 dan pada tahun 1994 terjadi peningkatan frekuensi menjadi 15,4 per 10000 penduduk. Dari survey berbagai rumah sakit di Indonesia dari tahun 1981 sampai dengan 1986 memperhatikan peningkatan jumlah penderita sekitar 35,8% yaitu dari 19.596 menjadi 26.606 kasus.

Insidens demam tifoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi lingkungan, di daereah luar Jawa barat 157 kasus per 100.000 penduduk, sedangkan di daerah urban ditemukan 760 810 per 100.000 penduduk. Perbedaan insidens di perkotaan berhubungan erat dengan penyediaan air bersih yang belum memadai serta sanitasi lingkungan dengan pembuangan sampah yang kurang memenuhi syarat kesehatan lingkungan. LO.3.7 Tatalaksana Sampai saat ini masih dianut trilogy penatalaksanaan demam tifoid, yaitu: 1. Istirahat dan perawatan 2. Diet dan terapi penunjang (simtomatik dan suportif) 3. Pemberian antimikroba

Anda mungkin juga menyukai