Anda di halaman 1dari 9

LO

1. Memahami dan menjelaskan demam

1.1. Definisi demam

1.2. Etiologi demam

1.3. Patofisiologi demam

1.4. Klasifikasi demam

1.5. Cara pengukuran suhu

1.6. Manifestasi klinik

1.7. Pemeriksaan Laboratorium

1.8. Tatalaksana demam

1.8.1. Non farmakologi

1.8.2. Farmakologi

1.9. Aspek farmakologi obat penurun panas

2. memahami dan menjelaskan pandangan islam pada pasien yang demam

Jawaban

1.1 Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh
ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C). Demam adalah proses alami
tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37,
2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit
autoimun, keganasan, ataupun obat – obatan (Surinah dalam Hartini, 2015).

1.2 Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi juga dapat
disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga
pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya perdarahan otak, koma). Pada
dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain:
ketelitian pengambilan riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi
perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara
tepat dan holistic (Nurarif, 2015).

1.3 Secara teoritis kenaikan suhu pada infeksi dinilai menguntungkan, oleh karena aliran
darah makin cepat sehingga makanan dan oksigenasi makin lancar. Namun kalau suhu
terlalu tinggi (di atas 38,5ºC) pasien mulai merasa tidak nyaman, aliran darah cepat, jumlah
darah untuk mengaliri organ vital (otak, jantung, paru) bertambah, sehingga volume darah
ke ekstremitas dikurangi, akibatnya ujung kaki/tangan teraba dingin (Ismoedijanto, 2016)
Demam yang tinggi memacu metabolisme yang sangat cepat, jantung dipompa lebih
kuat dan cepat, frekuensi napas lebih cepat. Dehidrasi terjadi akibat penguapan kulit dan
paru dan disertai dengan ketidakseimbangan elektrolit, yang mendorong suhu makin tinggi.
Kerusakan jaringan akan terjadi bila suhu tubuh lebih tinggi dari 41℃, terutama pada
jaringan otak dan otot yang bersifat permanen. Kerusakan tersebut dapat menyebabkan
kerusakan batang otak, terjadinya kejang, koma sampai kelumpuhan. Kerusakan otot yang
terjadi berupa 10 rabdomiolisis dengan akibat terjadinya mioglobinemia (Ismoedijanto,
2016).

Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen. Pirogen
adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu pirogen eksogen
adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. contoh dari pirogen eksogen adalah
produk mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen
eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram
negatif. Jenis lain dari pirogen adalah pirogen endogen yang merupakan pirogen yang
berasal dari dalam tubuh pasien. contoh dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-
α, dan IFN11. Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil,
dan limfosit walaupun sel lain dapat mengeluarkan pirogen endogen jika terstimulasi.

Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih (monosit, limfosit,
dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi
imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mnegeluarkan zat kimia yang dikenal dengan
pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN11). Pirogen eksogen endotelium
hipotalamus untuk membentuk prostaglandin. Prostaglandin yang terbentuk kemudian
akan meningkatkan patokan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus
akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini
memicu mekanismemekanisme untuk meningkatkan panas antara lain menggigil,
vasokontriksi kulit dan mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan
terjadi peningkatan produksi panas dan penurunan pengurangan panas.

Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam, dan fase kemerahan.
Fase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase peningkatan suhu 9 tubuh yang
ditandai dengan vasokontriksi pembuluh darah dan peningkatan aktifitas otot yang
berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan
menggigil. Fase kedua yaitu fase demam yaitu fase keseimbangan antara produksi panas
dan kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat. Fase ketiga yaitu fase
kemerahan yaitu fase penurunan suhu yang ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah
dan berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan panas sehingga tubuh akan berwarna
kemerahan (Hermayudi & Ariani, 2017)
1.4 Empat jenis demam menurut Kozier, Erb, Berman dan Snyder tahun 2010:

• Demam Intermiten suhu tubuh berubah-ubah dalam interval yang teratur, antara
periode demam dan periode normal secara abnormal.

• Demam Remiten terjadi fluktasi suhu dalam rentang yang luas (lebih dari 2°C) dan
suhu tubuh berada diatas normal selama 24 jam.

• Demam Kambuhan masa febril yang pendek selama beberapa hari diselingi dengan
periode suhu normal selama 1-2 hari.

• Demam Konstan suhu tubuh akan sedikit berfluktuasi, tetapi berada diatas suhu
normal.

Tipe demam menurut Nurarif & Kusuma, 2013 adalah:

1. Demam septic suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan mengigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat
yang normal dinamakan juga demam hektik.

2. Demam remiten suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.

3. Demam intermiten suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana
dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut
kuartana.

4. Demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.

5. Demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula.
1.5

1. Di bawah ketiak (Metode Axilla)

Menggunakan termometer digital dan cocok untuk bayi dan anak kecil. Posisi alat berada di
bagian tengah ketiak dan tidak terjepit terlalu ketat. Waktu dibutuhkan sekitar 1 menit hingga
terdengar bunyi. Tingkat akurasi sedang hingga tinggi.

2. Di dalam mulut (Metode Oral) dengan termometer digital

Menggunakan termometer digital dan cocok untuk anak di atas usia 5 tahun. Posisi alat di
bawah lidah dan mulut tertutup. Waktu dibutuhkan sekitar 1 menit hingga terdengar bunyi.
Tingkat akurasi sedang hingga tinggi.

3. Di dalam telinga (Metode Tympanik)

Menggunakan termometer khusus telinga cocok untuk diatas usia 2 tahun. Posisi alat lurus
terhadap saluran lubang telinga. Waktu dibutuhkan sekitar 2 detik hingga terdengar bunyi.
Tingkat akurasi rendah hingga sedang.

4. Di dalam rektum (Metode Rektal)

Menggunakan termometer digital cocok untuk newborn, balita hingga dewasa. Posisi alat di
dalam rektum atau anus dengan kedalaman sekitar 2,5 cm. Waktu dibutuhkan sekitar 1 menit
hingga terdengar bunyi. Tingkat akurasi tinggi.

5. Termometer Dahi (Metode Nonkontak)

Menggunakan termometer infra-red dengan posisi alat berjarak tertentu dari dahi. Waktu
dibutuhkan sekitar 2 detik hingga terdengar bunyi. Tingkat akurasi rendah hingga sedang.

1.6 manifesti klinis demam sebagai berikut:

• Berkeringat
• Menggigil dan menggigil
• Sakit kepala
• Nyeri otot
• Kehilangan selera makan
• Sifat lekas marah
• Dehidrasi
• Kelemahan umum
1.7 Tes darah dan urine rutin merupakan pemeriksaan dasar untuk penjajakan demam.
Kalau dari darah dan urine rutin sudah dapat menemukan penyebab demam, maka
pemeriksaan lainnya hanya untuk konfirmasi diagnostik atau untuk melihat kemungkinan
komplikasi. Banyak penyakit infeksi sudah bisa diketahui atau sudah dapat diduga dengan
pemeriksaan darah dan urine rutin dan dikonfirmasi dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang cermat. beberapa penyakit infeksi yang umum di Indonesia dengan manifestasi demam
dapat dibedakan dengan pemeriksaan darah rutine dan mengenali jenis demamnya. Beberapa
petunjuk penting pada kasus demam akibat penyakit infeksi dan non infeksi yang lazim
ditemukan pada pemeriksaan darah rutin antara lain:

a) Anemia sering dijumpai pada malaria, leptospirosis, demam tifoid, tuberkulosis,


infeksi saluran kemih dengan batu (biasanya disertai dengan hematuria), SLE, ITP,
dan malignansi. IV. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Demam 54
b) Leukopenia sering dijumpai pada infeksi virus akut seperti DBD, chikungunya,
demam tifoid, ITP, anemia aplastik.
c) Leukositosis dijumpai pada infeksi bakteri, malaria, leptospirosis, leukemia (lebih dari
20.000).
d) Trombositopenia dijumpai pada DBD, chikungunya, leptosopirosis, malaria, ITP, dan
anemia aplastik.
e) Hematokrit meningkat pada keadaan dehidrasi seperti pada diare akut, DBD. f.
Limfopenia dijumpai pada infeksi virus akut
f) Limfositosis dijumpai pada infeksi kronik seperti tuberkulosis h. LED meningkat
pada kasus infeksi bakteri, anemia kronik.
g) Eosinofilia lazim ditemukan pada demam dengan invasi parasit seperti askariasis,
trichuriasis, schistosomiasis, necatoriasis, trichinosis, fascioliasis, gnathostomiasis,
paragonimiasis, Loefler’s syndrome dan reaksi alergi (Maartens et al, 2003).

2. Urinalisis harus dilakukan pada urine yang baru ditampung. Proteinuria ringan bisa
dijumpai pada pasien demam dengan berbagai sebab. Proteinuria juga dijumpai pada keadaan
hematuria. Gross hematuria sering dijumpai pada pasien leptospirosis, malaria berat (Black
Water Fever), batu saluran kemih, DBD, dan kelainan hemostasis.

3. Pemeriksaan feses, merupakan pemeriksaan sederhana secara mikroskopik, dapat


menemukan berbagai mikroorganisme penyebab demam, seperti amuba, shigella, berbagai
cacing usus, dan berbagai jenis jamur. Pemeriksaan feses bisa dilanjutkan dengan kultur dan
tes sensitivitas serta PCR. Bila diperlukan kultur feses sesuai dengan mikroorganiosme yang
dicurigai sebagai penyebab.

4. Malaria smear dengan sediaan darah tebal dan tipis harus dilakukan pada pasien demam
yang dicurigai malaria. Pemeriksaan darah malaria harus diambil dari ujung jari (darah tepi,
bukan darah vena). Hapusan darah tebal dan tipis dibuat dalam satu slide, dan untuk darah
tebal, tidak difiksasi. Pewarnaan Giemsa untuk sediaan darah tepi malaria harus susuai
dengan standard.

5. Rapid Diagnostic Test (RDT) dengan stick saat ini banyak digunakan untuk mendeteksi
berbagai infeksi seperti DBD (NS1, IgM, IgG), Malaria (falciparum dan vivax), Influenza,
Demam tifoid (typhidot), Leptospirosis, Infeksi HIV.

6. Bacterial smear dapat dilakukan dari urine atau sekret yang diduga sebagai akibat dari
infeksi.
7. Tes Antigen saat ini terus berkembang untuk beberapa penyakit infeksi, seperti NS1 pada
DBD

8. Tes Serologik. Berbagai jenis tes serologik terus berkembang saat ini untuk menegakkan
diagnosis penyakit dan berbagai marker penyakit. Pemeriksaan serologik untuk mendiagnosa
penyebab demam dimintakan IV. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Demam sesuai dengan
penilaian klinis. Misalnya, ASTO meninggi pada demam rematik, ANA positip pada SLE,
viral marker hepatitis seperti anti HCV, HbsAg, IgM anti HVA pada hepatitis akut, dan lain-
lain.

9. Kultur darah dan sensitivity test harus dimintakan sesuai dengan temuan dan dugaan klinis.
Pengambilan sampel darah untuk kultur setelah pemberian antibiotik selalu memberikan nilai
negatip. Permintaan kultur jenis bakteri atau jamur tertentu akan lebih terarah dalam
menelusuri etiologi penyebab demam.

10. Kimia Darah, seperti Elektrolit, gula darah, ureum, kreatinin, LFT, dan lain-lain
tergantung kondisi klinis pasien. Pemeriksaan kimia darah ditujukan untuk melihat fungsi
organ dan gangguan metabolik lain akibat penyakit yang mendasari atau akibat
komplikasinya, dan juga untuk menunjang diagnosis penyebab demamnya. Misalnya,
tuberkulosis selalu sebagai komplikasi diabetes, gangguan fungsi ginjal terjadi pada Weil’s
diseases, hiponatremia bisa terjadi pada malaria dan DBD, enzim transaminase selalu
meninggi pada DBD, leptospirosis dan malaria.

11. Mikrobiologik dengan pemeriksaan direct smear dan kultur dari spesimen yang dicurigai
seperti urine, pus, cairan spinal, cairan efusi, hapusan tenggorokan, sekret ataupun kerokan
kulit.

12. Radiologik meliputi rontgen, Ultrasonografi, CT scan, MRI dan radionuklir sesuai
indikasi. Banyak penyebab demam diketahui dari thorax foto seperti tuberkulosis paru, abses
paru, pneumonia, aspergilosis paru, metastasis paru, efusi perikardium, efusi pleura,
bronkhitis, limfoma. Dengan USG abdomen dapat diketahui abses hati, kolesistitis,
kolangitis, pielonefritis, PID, pankreatitis, apendisitis dan berbagai abses intra abdomen,
prostatitis, sistitis. Dengan CT scan/MRI dapat diketahui berbagai penyakit penyebab demam
seperti spondilitis tuberkulosa, osteomielitis, efusi, peritonitis, abses intra abdomen, abses
otak, toksoplasmosis otak, kriptokokosis otak, limfoma, malignansi organ, dan metastasis.

13. Patologi anatomi dan imunohistokimia dapat lebih memastikan berbagai proses infeksi,
jenis sel kanker dan berbagai proses inflamasi serta metastasis.

14. Pemeriksaan hormonal dan sitokin dilakukan untuk menelusuri lebih jauh berbagai
penyakit yang menyebabkan demam.

15. PCR dan isolasi DNA adalah pemeriksaan yang saat ini mudah dilakukan di beberapa
laboratorium untuk mengidentifikasi strain mikroorganisme penyebab infeksi termasuk virus.
1.8.1 Tata laksana non farmakologi untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi dapat
dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan cuci tangan pakai sabun sebelum
makan, setelah dari toilet, setelah mengganti popok bayi, sebelum memberi makan
bayi, setelah kontak dengan hewan, dan setelah bangun tidur. Untuk petugas
kesehatan, cuci tangan pakai sabun sebelum dan setelah memeriksa pasien.
2. Kenakan sarung tangan bila memeriksa bagian tubuh pasien yang terkena infeksi,
mengambil darah pasien, memasang peralatan pada pasien seperti kateter, jarum
in.fus, nasogastric tube, dan lain-lain.
3. Memakai masker bila memeriksa pasien dengan penyakit yang menular melalui
udara/droplet.
4. Mengenakan alat pelindung khusus bila memeriksa pasien dengan penyakit menular
khusus seperti Flu burung, dan lainnya.
5. Imunisasi untuk penyakit tertentu yang bisa dicegah dengan imunisasi, terutama bila
bepergian ke negara-negara tertentu.
6. Tidak mengonsumsi obat-obat ilegal
7. Mengenakan pakaian khusus proteksi bila bekerja dengan hewan
8. Bila berolah raga, usahakan asupan cairan yang cukup, mengenakan pakaian olahraga
yang sesuai, istirahat yang cukup, dan cooling down setelah selesai berolah raga.

1.8.2 Pemberian obat antipiretik berikut berbagai jenis obat antipiretik

1. Para-Amino-Fenol.

Derivat para-amino fenol yaitu fenasetin dan asetaminofen. Asetaminofen


(parasetamol) merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang sama dan telah
digunakan sejak tahun 1893. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Fenazetin
tidak digunakan lagi dalam pengobatan demam karena efek samping dapat terjadi gangguan
ginjal yang disebut dengan analgesik nefropati, anemia hemolitik dan mungkin kanker
kandung kemih. Asetaminofen di Indonesia lebih dikenal dengan nama parasetamol, dan
tersedia sebagai obat bebas. Walau demikian, laporan kerusakan fatal hepar akibat keracunan
akut perlu diwaspadai. Tetapi perlu diketahui bahwa efek anti-inflamasi parasetamol hampir
tidak ada.

2. Pirazolon

Dalam kelompok ini termasuk dipiron, fenilbutazon, oksifenbutazon, antipirin dan


aminopirin. Antipirin (fenazon) adalah 5-okso-1-fenil-2, 3- dimetilpirazolidin. Aminopirin
(amidopirin) adalah derivat 4-dimetilamino dari antipirin. Dipiron adalah derivat
metansulfonat dari aminopirin yang larut baik dalam air dan dapat diberikan secara suntikan

3. Salisilat

Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah analgesik
antipiretik dan anti-inflamasi yang luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Selain
sebagai prototip, obat ini merupakan standar dalam menilai efek obat sejenis.
2. Memahami dan menjelaskan pandangan islam pada pasien yang demam

1. Diriwayatkan dalam hadits Imam Ath Thabrani, Rasulullah SAW bersabda:


"Demam adalah bagian dari panas Jahannam. Ia merupakan jatah bagi orang mukmin dari api
neraka."

2. Dalam buku berjudul 'Meraih Ampunan Ilahi' oleh Ahmad Izzudin Al-Bayanuni,
Rasulullah pernah mengunjungi Ummu As-Sa'ib, lalu bertanya kepadanya, "Mengapa engkau
menggigil?" Ia menjawab, "Demam. Semoga Allah tidak memberikan keberkahan padanya."
Nabi SAW kemudian bersabda:
"Janganlah Engkau mencela demam. Karena demam itu dapat menghilangkan kesalahan-
kesalahan manusia. Sebagaimana kiir (alat pandai besi) dapat menghilangkan karat besi."
(HR. Muslim)

Daftar Pustaka

Thermometers: Understand the options. (2020, November 17). Mayo Clinic.

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/fever/in-depth/thermometers/art-

20046737

Contributor, N. T. (2021, November 17). Measuring body temperature. Nursing Times.

https://www.nursingtimes.net/clinical-archive/assessment-skills/measuring-body-

temperature-06-11-2012/

Fever - Symptoms and causes. (2020, May 13). Mayo Clinic. Retrieved March 13, 2022, from

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/fever/symptoms-causes/syc-

20352759

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2139/2/BAB%20II.pdf

http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1601100074/9._BAB_II_1.pdf

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/7482/3/BAB%20II%20Tinjuan%20Pustaka.pdf

Anda mungkin juga menyukai