Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU

TUBUH (TERMOREGULASI)

1.1 Pengertian
Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan
produksi panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan, termoregulasi
manusia berpusat pada hipotalamus anterior. Terdapat 3 komponen atau penyusunan
sistem pengaturan panas. Suhu atau termoregulasi merupakan suatu perbedaan antara jumlah
suhu yang dihasilkan oleh tubuh dengan jumlah panas yang hilang pada lingkungan eksternal
/ substansi panas dingin / permukaan kulit tubuh.

a. Hipertermia Hipertermia atau peningkatan suhu tubuh merupakan keadaan dimana seorang
individu mengalami kenaikan suhu tubuh diatas 37°C
b. Hipotermia Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan
suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Dimana suhu dalam tubuh dibawah 35°C.
(Lysta, 2017)
Menurut Tamsuri(2007), suhu tubuh dibagi :

a. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 360C

b. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 360C – 37,50C

c. Febris/pireksia, bila suhu tubuh antara 37,50C – 400C

d. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 400C. (UTARA, 2011)

1. Pola Demam

Menurut Potter & Perry (2005), demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting.
Peningkatan ringan suhu sampai 390C meningkatkan sistem imun tubuh. selama episode
febris, produksi sel darah putih disimulasi. Suhu yang meningkat menurunkan kosentrasi zat
besi dalam plasma darah, menekan pertumbuhan bakteri. Demam juga bertarung dengan
infeksi karena virus menstimulasi interferon, substansi ini yang bersifat melawan virus.
Demam juga berfungsi sebagai tujuan diagnostik. Pola demam berbeda bergantung pada
pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen berakhir puncak demam dan turun
dalam waktu yang berbeda. Durasi dan derajat demam bergantung pada kekuatan pirogejn
dan kemampuan individu untuk berrespon. Pola demam antaralain:
1. Terus menerus
Tingginya menetap lebih dari 24 jam bervarisai 10C sampai 20C.
2. Intermiten
Demam memuncak secara berseling dengan suhu normal. Suhu kembali normal paling
sedikit sekali dalam 24 jam.
3. Remiten
Demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat suhu normal.
4. Relaps
Periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu normal. Episode demam dan
normotermia dapat memanjang lebih dari 24 jam.

2. Tipe dan Jenis Demam

Menurut Nelwan (2007) ada beberapa tipe demam yang mungkin dijumpai antara lain:

1. Demam septik
Pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada
malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat
yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah
mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai
dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.
3. Demam intermiten
Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama
beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di antara dua serangan demam
disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu
derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang
diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula. Menurut Samuelson (2007), jenis demam terdiri dari:
a. Demam Fisiologi
Demam ini cenderung normal dan sebagai penyesuaian terhadap fisiologis tubuh,
misalnya pada orang yang mengalami dehidrasi dan tingginya aktivitas tubuh
(olahraga).
b. Demam Patologis
Demam ini tidak lagi dikatakan sebagai demam yang normal. Demam yang terjadi
sebagai tanda dari suatu penyakit. Demam patologis terbagi lagi menjadi dua sebagai
berikut:

 Demam Infeksi yang suhunya bisa mencapai lebih dari 38°C. Penyebabnya
beragam, yakni infeksi virus (flu, cacar, campak, SARS, flu burung, dan lain-
lain), jamur, dan bakteri (tifus, radang tenggorokan, dan lain-lain).

 Demam Non Infeksi, seperti kanker, tumor, atau adanya penyakit autoimun
seseorang (rematik, lupus, dan lain-lain).

1.2 Kebutuhan Fisiologis


Menurut Potter and Perry (2005) selama hidup yang dialami manusia, kebutuhan dasar
manusia seorang individu mungkin tidak terpenuhi, terpenuhi sebagian, atau terpenuhi
seluruhnya. Seseorang yang seluruh kebutuhannya terpenuhi merupakan orang yang sehat, dan
seseorang dengan satu atau lebih kebutuhan yang tidak terpenuhi merupakan orang yang
berisiko untuk sakit atau mungkin tidak sehat pada satu atau lebih dimensi manusia. Kebutuhan
manusia yang harus dipenuhi dan dipertahankan oleh manusia salah satunya adalah kebutuhan
fisiologis yang mencakup termoregulasi (temperatur).

Tubuh manusia dapat berfungsi secara normal hanya dalam rentang temperatur yang
terbatas atau sempit yaitu 37°C (98,6°F) ± 10C. Temperatur tubuh di luar rentang ini dapat
menimbulkan kerusakan dan efek yang permanen seperti kerusakan otak atau bahkan kematian.
Secara sementara tubuh dapat mengatur temperatur melalui mekanisme tertentu. Terpajan pada
panas yang berkepanjangan dapat meningkatkan aktivitas metabolik tubuh dan meningkatkan
kebutuhan oksigen jaringan. Pemajanan pada panas yang lama dan berlebihan juga mempunyai
efek fisiologis yang khusus salah satunya adalah peningkatan suhu tubuh (hipertermi) atau
demam.

Hipertermi merupakan kondisi dimana badan mengalami peningkatan suhu diatas normal,
kondisi ini terjadi karena tubuh memberikan reaksi terhadap serangan racun yang masuk dalam
tubuh. Secara alami, apabila jumlah toksik yang masuk tidak banyak, tubuh pun akan
menetralisir secara normal pula. Namun apabila racun atau toksik yang ada dalam tubuh sudah
melebihi ambang batas, maka secara alami pula tubuh akan memberikan reaksi yang setara
(Admin,2007). Hipertermi juga merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang penting.
Peningkatan ringan suhu tubuh sampai 39°C akan meningkatkan sistem imun tubuh. Selama
terjadi hipertermi, produksi sel darah putih distimulasi. Suhu yang meningkat menurunkan
konsentrasi zat besi dalam plasma, yang akan menekan pertumbuhan bakteri (Potter & Perry,
2005). (Utara, 2011)

1.3 Faktor yang Berpengaruh


Menurut Potter dan Perry (2005) banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh.
Perubahan pada suhu tubuh dalam tentang normal terjadi ketika hubungan antara produksi
panas dan kehilangan panas diganggu oleh variabel fisiologis atau perilaku.

1. Usia
Pada saat lahir, bayi mekanisme kontrol suhu masih imatur. Menurut Whaley and Wong
yang dikutip oleh Potter dan Perry (2005), suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis
terhadap perubahan suhu lingkungan. Oleh karena itu pakaian yang digunakan juga harus
cukup dan paparan terhadap suhu lingkungan yang ekstrem perlu dihindari. Bayi yang baru
lahir pengeluaran lebih dari 30% suhu tubuhnya melalui kepala dan oleh sebab itu bayi perlu
menggunakan penutup kepala untuk mencegah pengeluaran panas. Bila terlindungi dari
lingkungan yang ekstrem, suhu tubuh bayi dipertahankan pada 35,50C sampai 39,50C.
Produksi panas akan meningkat seiring dengan pertumbuhan bayi memasuki masa anak-
anak. Regulasi suhu tidak stabil sampai anak-anak mencapai masa pubertas. Rentang suhu
normal turun secara berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia.
2. Irama sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,50 sampai 10C selama periode 24 jam. Bagaimana
pun, suhu merupakan irama paling stabil pada manusia. suhu tubuh biasanya paling
rendah antara pukul 01.00 dan 04.00 dini hari. Sepanjag hari suhu tubuh akan naik sampai
sekitar pukul 18.00 dan kemudian turn seperti pada dini hari.
3. Stres
Sterss fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan persarafan.
Perubahan fisiologis tersebut meningkatkan panas. Klien yang cemas saat mauk rumah sakit
atau tempat praktik dokter suhu tubuhnya akan lebih tinggi dari normal.
4. Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang
sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme-
mekanisme pengeluaran panas dan suhu tubuh akan naik.

1.4 Masalah/ Diagnosa Medis

Typhoid Fever

1.5 Konsep Keperawatan

1.5.1 Pengkajian

A. IDENTITAS

Keterangan: jelas.

B. KELUHAN UTAMA

Kaji alasan masuk rumah sakit / keluhan yang paling dirasakan dan saat dilakukan
pengkajian.

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Kaji; saat kejadian, sifat-sifat terjadinya, lamanya, gejalanya ( dengan menggunakan


metode PQRST), faktor yang memperberat timbulnya gangguan , faktor yang meringankan
gangguan, tindakan yang telah dilakukan, hasil yang dicapai, pelayanan kesehatan.
Keterangan :

P: Provocatif/paliatif

- Apa penyebab keluhan

- Apa yang dapat membuatnya bertambah baik atau ringan

- Apa yang membuatnya bertambah buruk


Q : Quality ? quantity

- Bagaimana keluhan yang dirasakan pasien

- Sejauh mana sakit dirasakan R : Region/ Radiation

- Dimana letak sakitnya

- Dimana area penyebarannya S : Severity Scale

- Apakah mempengaruhi aktivitas

- Seberapa jauh skala ringan sampai berat ( 1 – 10 ) T : Timing

- Kapan mulai terjadi

- Berapa sering terjadi

- Apakah terjadinya mendadak atau perlahan-lahan

D. RIWAYAT PENYAKIT YANG LALU

Kaji penyakit: 1) masa kanak–kanak; 2) penyakit yang terjadi secara berulang ulang; 3)
perawatan/operasi yang pernah dijalani; 4) riwayant alergi; 5) kebiasaan–kebiasaan
(merokok, minum kopi, alcohol, makan obat tidur)

E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Kaji penyakit 1) Orang tua, 2) Saudara kandung 3) anggota keluarga yang lain yang
mempunyai resiko kesehatan (kanker, hipertensi , DM, penyakit jantung, TBC, Epilepsi
dll)

F. RIWAYAT SOSIAL

1. Tanyakan hubungan klien dengan keluarga, tim kesehatan dan klien yang lain;

2. Tanyakan pada klien siapaorang yang berarti dalam kehidupannya, tempat mengadu,
tempat bicara minta bantuan atau dokongan;

3. Tanyakan pada klien kelompok apa saja yang diikuti masyarakat;

4. Tanyakan pada klien sejauh mana ia terlibat dalam masyarakat.

G. RIWAYAT PSIKOLOGIS

1. Kaji suasana hati klien yang paling menonjol (takut, khawatir, kecemasan);
2. Kaji ekspresi emosi klien apakah sudah sesuai dengan perasaannya;

3. Kaji masalah-masalah yang mengganggu status psikologis yang berhubungan dengan


lingkungan ( pendidikan, pekerjaan, rumah, ekonomi, pelayanan kesehatan);

4. Tanyakan pada klien sejauh mana ia terlibat dalam masyarakat.

H. RIWAYAT SPIRITUAL

1. Nilai dan keyakinan tanyakan tentang;

2. Pandangan dan keyakinan, norma atau budaya yang dianut;

3. Pandangan masyarakat terhadap keyakinan, norma dan budaya yang dianut ;

4. Kegiatan ibadah;

5. Tanyakan tentang kegiatan ibadah yang dilakukan.

I. POLA-POLA FUNGSI KESEHATAN

1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Kaji kebiasaan klien seperti merokok, penggunaan tembakau, penggunaan obatobatan,


penggunaan alcohol, olah raga dan gerak badan berapa lamanya dan frekuensinya. Kaji
persepsi klien tentang sakitnya dan harapannya

2. Pola nutrisi dan metabilismenya

a. Pemenuhan nutrisi : waktu jenis makanan atau cairan, jumlah

b. Minum berapa liter perhari

c. Kaji kesulitan makan / minum ada atau tidak

d. Kaji keadaan yang mengganggu nutrisi, temukan adanya alergi, nausea, pantangan
anauresia, kelelahan, vomiting, nyeri kronis dan stomatitis

e. Kaji status gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh

Postur tubuh gemuk atau kurus, keadaan rambut, perkembangan berat badan, BB,

TB, diit, pengertahuan tentang nutrisi

3. Pola eliminasi

a. Kebiasaan defekasi sehari-hari


Berapa frekuensi sehari, adakah kesulitan untuk defekasi dan bagaimana
konsistensinya (warna, bau) dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi defekasi.

b.Kebiasaan miksi

Berapa miksi sehari, kualitas dan jumlahnya, konsentrasi , warna, bau, kesulitan
miksi, upaya mengatasi kesulitan

4. Pola tidur

a. Kaji lamanya tidur dan istirahat siang sehari (siang dan malam);

b. Penggunaan oabt tidur;

c. Suasana lingkungan;

d. Keluhan verbal;

e. Apakah merasa nyaman selama tidur;

f. Adakah gannguan selama tidur;

g. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi gangguan tidur.

5. Pola aktivitas

a. Kaji aktivitas sehari-hari dan penggunaan waktu senggang;


b. Kaji kebutuhan gerak dan latihan;

c. Kaji kekuatan otot dan kesulitan yang dihadapi.

6. Pola hubungan dan peran

a. Kaji hubungan kerja klien, interaksi dengan orang lain dan keluarga;

b. Kaji apakah ada masalah dalam tugas/ peran dalam keluarga, kelompok,
masyarakat.

7. Pola persepsi dan konsep diri

a. Body image

1) Kaji respon verbal dan non verbal yang negative di sebabkan perubahan fungsi
dan struktur tubuh ;

2) Apakah pasien mau melihat badannya atau tidak;


3) Apakah pasien mau menyentuh bagian tubuhnya atau tidak;

4) Apakah pasien menyembunyikan / overaxplousing bagian badannya atau


tidak;

5) Apakah ada perubahan dari kegiatan sosialnya;

6) Apakah ada perasaan yang negative seperti ketidakberdayaan atau merasa


tidak punya harapan .

b. Self Esteem

1) Kaji bagaimana verbalisasi perasaan negative pada dirinya;

2) Apakah ada ekspresi rasa malu, bagaimana evaluasi diri bahwa dirinya tidak
cakap melakukan sesuatu;

3) Bagaimana pasien merealisasi diri bahwa dirinya tidak cakap melakukan


sesuatu;

4) Bagaimana pasien merasionalkan diri dan menolak feedback yang positif


tentang kelemahan dirinya;

5) Apakah pasien merasa canggung untuk mencoba hal-hal baru atau situasi baru;

6) Apakah terdapat riwayat seringgnya ketidaksuksesannya di dalam hidupnya


atau pekerjaannya;

7) Apakah pasien banyak bergantung pada orang / pendapat orang lain;

8) Bagaimana kontak mata pasien ( jarang/sering) bagaiman perilaku tidak


aseratif dan apakah pasien terlalu banyak meminta perlindungan orang lain.

c. Identitas difusien (kekacauan identitas )

1) Apakah pegangan moral pasien;

2) Apakah pasien mempunyai perasaan yang kosong;


3) Apakah pasien mempunyai perasaan frustasi;

4) Apakah pasien mempunyai perasaan yang bingung terhadap jenis kelaminnya;

5) Apakah bisa merasakan empati terhadap orang lain;


6) Bagaimana ada problem dalam hubungan intim; 7) Apakah bisa pasien
mengidealisasi.

d. Depersonalisasi

1) Bagaimana emosi pasien responsive atau tidak;

2) Bagaimana komunikasi klien ( tidak kongruen/idiosinkra);

3) Apakah klien bisa mengontrol diri terhadap rangsangan;

4) Apakah klien kehilangan inisiatif dan kemampuan untuk membuat decision;

5) Apakah klien menarik diri dari pergaulan, apakah klien mengalami disorientasi
waktu;

6) Apakah klien mengalami gangguan memori; 7) Pola sensori.

e. Sensori

1) Bagaimana daya penemuan klien;

2) Bagaimana daya rasa klien;

3) Bagaimana daya lihat dan daya pendengaran.

f. Kognitif

1) Kaji proses berfikir (lancer/ meloncat-loncat);

2) Bagaimana isi fikir klien (logic/koheren/ mudah dimengerti);

3) Bagaimana daya ingat klien ( tinggi/rendah/ sedang);

4) Apakah klien mengalami waham atau tidak; 5) Pola reproduksi seksual:

a) Bagaimana keharmonisan hubungan dalam anggota keluarga;

b) Bagaimana kualitas hubungan dengan partner klien (suami/istri);

c) Kaji berapa jumlah anak;

d) Kaji bagaimana status produksi (menstruasi, kehamilan, apakah klien


menggunakan kontrasepsi atau tidak dan bila mengunakan apa jenisnya);

e) Kaji fungsi seksual apakah ada masalah dengan hubungan seksual.


8. Pola pananggulangan stress

a. Kaji penyebab stress klien;

b. Bagaimana mekanisme klien terhadap stressor;

c. Bagaimana klien beradaptasi terhadap stress (pertahanan sementara dan


pemecahan masalah);
d. Bagaimana klien beradaptasi terhadap steess (pertahanan sementara dan
pemecahan masalah).

9. Pola tata nilai dan kepercayaan

Kaji bagaimana kepercayaan klien pada agama

1.1.2 Diagnosa Keperawatan

Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan penyakit ditandai oleh fluktuasi


suhu tubuh di atas dan di bawah kisaran normal.

Kode Keperawatan : 00008

1.1.3 Kriteria Hasil dan Intervensi

Diagnosa NOC NIC


Ketidakefektifan Tujuan : Pengaturan suhu (3900)
termoregulasi berhubungan Setelah dilakukan tidakan Aktivitas :
dengan penyakit ditandai oleh keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Monitor suhu paling
fluktuasi suhu tubuh di atas ketidakefektifan termoregulasi bisa tidak setiap 2 jam,
dan di bawah kisaran normal. teratasi. sesuai kebutuhan
Kode Keperawatan : 00008 Kriteria Hasil : 2. Tingkatkan intake
Termoregulasi (08000) cairan dan nutrisi
Kode Indikator S.A. S.T. adekuat
3. Instruksikan pasien
Peningkatan 3 5
bagaimana mencegah
080001 suhu tubuh
keluarnya pana dan
080018 Penurunan 3 4
serangan panas
suhu kulit
4. Diskusikan pentingnya
080003 Sakit kepala 2 4
termoregulasi dan
Keterangan : kemungkinan efek
1 : Sangat terganggu negative
2 : Banyak terganggu 5. Berikan pengobatan
3 : Cukup terganggu antipiretik
4 : Sedikit terganggu 6. Monitor TTV
5 : Tidak terganggu
DAFTAR PUSTAKA

Lysta, 2017. LP KDM Termoregulasi. [Online]


[Accessed 6 Agustus 2019].

Utara, U. S., 2011. BAB I Pendahuluan. [Online]


[Accessed 6 Agustus 2019].

UTARA, U. S., 2011. Pengelolaan Kasus. [Online]


[Accessed 6 Agustus 2019].

Anda mungkin juga menyukai