Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEBUTUHAN TERMOREGULASI

Kelompok 2:

1. Retnosari
2. Aris Nurkohilal
3. Risqi Subekti
4. Ema Atmawati
5. Rani Hadrianti
6. Rudi Ilham Jayadi
7. Dewi Susilowati
8. Nurul Istiqomah
9. Ningsih
10. Ida Bagus Putu Suwarsawan
11. Moh. Edi Fajri
12. Endang Nur Jamalia

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2017
LAPORAN PENDAHULUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH
( TERMOREGULASI)

A. TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia
mengenai keseimbangan produksi panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan, termoregulasi manusia berpusat pada
hipotalamus anterior. Terdapat 3 komponen atau penyusunan sistem
pengaturan panas. Suhu atau termoregulasi merupakan suatu perbedaan
antara jumlah suhu yang dihasilkan oleh tubuh dengan jumlah panas yang
hilang pada lingkungan eksternal / substansi panas dingin / permukaan kulit
tubuh.
a. Hipertermia
Hipertermia atau peningkatan suhu tubuh merupakan keadaan dimana
seorang individu mengalami kenaikan suhu tubuh diatas 37o C.
b. Hipotermia
Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk
pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Dimana suhu
dalam tubuh dibawah 35 o C.

B. ETIOLOGI
1. Pengeluaran Panas
Menurut Potter dan Perry (2005), pengeluaran dan produksi panas terjadi
secara konstan, pengeluaran panas secara normal melalui radiasi, konduksi,
konveksi, dan evaporasi.
a. Radiasi
Adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan
objek lain tanpa keduanya bersentuhan. Panas berpindah melalui
gelombang elektromagnetik. Aliran darah dari organ internal inti
membawa panas ke kulit dan ke pembuluh darah permukaan. Jumlah panas
yang dibawa ke permukaan tergantung dari tingkat vasokonstriksi dan
vasodilatasi yang diatur oleh hipotalamus. Panas menyebar dari kulit ke
setiap objek yang lebih dingi disekelilingnya. Penyebaran meningkat bila
perbedaan suhu antara objek juga meningkat.
b. Konduksi
Adalah perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan kontak
langsung. Ketika kulit hangat menyentuh objek yang lebih dingin, panas
hilang. Ketika suhu dua objek sama, kehilangan panas konduktif terhenti.
Panas berkonduksi melalui benda padat, gas, cair.
c. Konveksi
Adalah perpindahan panas karena gerakan udara. Panas dikonduksi
pertama kali pada molekul udara secara langsung dalam kontak
dengan kulit. Arus udara membawa udara hangat. Pada saat kecepatan
arus udara meningkat, kehilangan panas konvektif meningkat.
d. Evaporasi
Adalah perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas.
Selama evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap gram air
yang menguap. Ketika suhu tubuh meningkat, hipotalamus anterior
member signal kelenjar keringat untuk melepaskan keringat. Selama
latihan dan stress emosi atau mental, berkeringat adalah salah satu cara
untuk menghilangkan kelebihan panas yang dibuat melalui peningkatan
laju metabolik. Evaporasi berlebihan dapat menyebabkan kulit gatal dan
bersisik, serta hidung dan faring kering.
e. Diaforesis
Adalah prespirasi visual dahi dan toraks atas. Kelenjar keringat berada
dibawah dermis kulit. Kelenjar mensekresi keringat, larutan berair yang
mengandung natrium dan klorida, yang melewati duktus kecil pada
permukaan kulit. Kelenjar dikontrol oleh sistem saraf simpatis. Bila suhu
tubuh meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan keringat, yang menguap
dari kulit untuk meningkatkan kehilangan panas. Diaphoresis kurang
efisien bila gerakan udara minimal atau bila kelembaban udara tinggi.
C. GANGGUAN TERMOREGULASI
Menurut Potter dan Perry (2005), gangguan pada termoregulasi antara lain
sebagai berikut:
1. Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan
dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang terpejan
panas. Tanda dan gejala kurang volume caiaran adalah hal yang umum selama
kelelahan akibat panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan klien
kelingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan dan
elektrolit.
2. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas
adalah hipertermi.
3. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan
suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini
disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka
mortalitas yang tinggi. Heatstroke dengan suhu lebih besar dari 40,50C
mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh.
4. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus trehadap dingin
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas.,
mengakibatkan hipotermi. Dalam kasus hipotermi berat, klien menunjukkan
tanda klinis yang mirip dengan orang mati (misal tidak ada respon terhadap
stimulus dan nadi serta pernapasan sangat lemah).
5. Radang beku (frosbite)
Terjadi bila tubuh terpapar pada suhu dibawah normal. Kristal es yang
terbentuk di dalam sel dapat mengakibatkan kerusakan sirkulasi dan jaringan
secara permanen. Intervensi termasuk tindakan memanaskan secara bertahap,
analgesik dan perlindungan area yang terkena.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG ME MPENGARUHI SUHU TUBUH


Banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh.Perubahan pada suhu
tubuh dalam rentang normal terjadi ketika hubungan antara produksi panas dan
kehilangan panas diganggu oleh variabel fisiologis atau prilaku. Berikut adalah
faktor yang mempengarui suhu tubuh :
1. Usia
Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang relatif
konstan, masuk dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi dengan
cepat.suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan suhu
lingkungan.Bayi baru lahir mengeluaran lebih dari 30% panas tubuhnya
melalui kepala oleh karena itu perlu menggunakan penutup kepala untuk
mencegah pengeluaran panas. Bila terlindung dari ingkungan yang ektrem,
suhu tubuh bayi dipertahankan pada 35,5 ºC sampai 39,5ºC. Produksi panas
akan meningkat seiring dengan pertumbuhan bayi memasuki anak-anak.
Perbedaan secara individu 0,25ºC sampai 0,55 ºC adalah normal (Whaley and
Wong, 1995).
2. Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas
Rentang suhu normal turun secara berangsur sanpai seseorang mendekati
masa lansia.Lansia mempunyai rentang suhu tubuh lebih sempit daripada
dewasa awal.Suhu oral 35 ºC tidak lazim pada lansia dalam cuaca
dingin.Nmun rentang shu tubuh pada lansia sekitar 36 ºC. Lansia terutama
sensitif terhadap suhu yang ektrem karena kemunduran mekanisme kontrol,
terutama pada kontrol vasomotor ( kontrol vasokonstriksi dan vasodilatasi),
penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjr keringat
dan penurunan metabolisme.
3. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam pemecahan
karbohidrat dan lemak.Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan
produksi panas.Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas
akibatnya meningkatkan suhu tubuh.Olahraga berat yang lama, seperti lari
jaak jauh, dapat meningatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41 ºC.
4. Kadar hormone
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar
dibandingkan pria.Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan
fluktuasi suhu tubuh.Kadarprogesteron meningkat dan menurun secara
bertahap selama siklus menstruasi. Bila kadar progesteron rendah, suhu tubuh
beberapa derajat dibawah kadar batas. Suhu tubuh yang rendah berlangsung
sampai terjadi ovulasi.Perubahan suhu juga terjadi pada wanita
menopause.Wanita yang sudah berhenti mentruasi dapat mengalami periode
panas tubuh dan berkeringat banyak, 30 detik sampai 5 menit. Hal tersebut
karena kontrol vasomotor yang tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi dan
vasokontriksi (Bobak, 1993)
5. Irama Sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 ºC sampai 1 ºC selama periode 24
jam. Bagaimanapun, suhumerupakan irama stabil pada manusia.Suhu tubuh
paling rendah biasanya antara pukul 1:00 dan 4:00 dini hari.Sepanjang hari
suhu tubuh naik, sampai seitar pukul 18:00 dan kemudian turun seperti pada
dini hari.Penting diketahui, pola suhu tidak secara otomatis pada orang yang
bekerja pada malam hari dan tidur di siang hari.Perlu waktu 1-3 minggu untuk
perputaran itu berubah. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah
sesuai usia. Penelitian menunjukkan, puncak suhu tubuh adalah dini hari pada
lansia (lenz,1984)
6. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan persarafan.Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan
panas.Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik dokter,
suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal.
7. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan
yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh
melalui mekanisme pengluaran-panas dan suhu tubuh akan naik. Jika kien
berada di lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubh mungkin rendah karena
penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang konduktif.Bayi dan
lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekaisme suhu
mereka kurang efisien.
8. Demam
Terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk
mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas yang
mengakiatkan peningkatan suhu abnormal. Demam biasanya tidak berbahaya
jika <39o C. Demam terjadi akibat perubahan set point hipotalamus.
Pola demam :
a. Terus menerus : tingginya menetap >24 jam, bervariasi (1-2)oC.
b. Intermitten : demam memuncak secara berseling dengan suhu
normal.
c. Remitten : demam memuncak dan turun tanpa kembali ke
tingkat suhu normal.
d. Relaps : periode episode demam diselingi dengan tingkat
suhu normal, episode demam dengan normotermia dapat memanjang
lebih dari 24 jam.
9. Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak menyebabkan kehilangan cairan
dan elektrolit secara berlebihan.Juga disebabkan olehlingkungan yang panas.
10. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi
panas.Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi
mekanisme pengeluaran panas.
11. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan
suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.Kondisi ini
disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka
mortalitas yg tinggi.Klien berisiko termasuk yang masih sangat muda atau
sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes
atau alkoholik.Yang juga termasuk beresiko adalah orang yang
mengkonsumsi obat yang menurunkan kemampuan tubuh untuk
mengeluarkan panas (mis.Fenotiasin, antikolinergik, diuretik, amfetamin,
dan antagonis reseptor beta- adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan
olahraga atau kerja yang berat (mis.Atlet, pekerja kontruksi dan
petani).Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi, delirium,
sangat haus, mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan
inkotinensia.Tanda yang paling dari heatstroke adalah kulit yang hangat dan
kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangn elektrolit
sangat berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu lebih besar
dari 40,5 ºC mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ
tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi 45 ºC,
takikardia dan hipotensi.
12. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas,
mengakibatkan hipotermia.Hipotermia diklasifikasikan melalui pengukuran
suhu inti.Hal tersebut dapat terjadi kebetulan atau tidak sengaja selama
prosedur bedah untuk mengurangi kebutuhan metabolik dan kebutuhan
tubuh terhada oksigen.
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak
diketahui selama beberapa jam.Ketika suhu tubuh turun menjadi 35 ºC,
klien menglami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan
tidak mampu menila. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4 ºC, frekuensi
jantung, pernafasan, dan tekanan darah turun. kulit menjadi sianotik.

E. MANIFESTASI KLINIK
1. Hipertermia
Keadaan dimana ketika seorang individu mengalami atau 37,8oC peroral
atau 38,8oC per rectal karena factor eksternal.

Pola hipertermi:
a. Terus – menerus
Merupakan pola demam yang tingginya menetap lebih dari 24 jam,
bervariasi 1oC – 2oC.
b. Intermiten
Demam secara berseling dengan suhu normal, suhu akan kembali
normal paling sedikit sekali 24 jam.
c. Remiten
Demam memuncak dan turun tanpa kembali kesuhu normal.
2. Hipotermia
Suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu,
kesulitan mengatasi suhu normal ketika suhunya berada dibawah 35 oC
(suhu dingin)
Gejala :
a. Penderita berbicara nglantur
b. Kulit sedikit berwarna abu – abu (pucat)
c. Detak jantung lemah
d. Tekanan darah menurun dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha untuk
menghasilkan panas
e. Demam (hiperpireksia)
f. Demam (hiperpireksia) adalah kegagalan mekanisme pengeluaran panas
untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi
panas.
g. Kelelahan akibat panas
h. Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan
dan elektrolit secara berlebihan, disebabkan oleh lingkunang yang
terpapar oleh panas.
3. Heat stroke
Paparan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan
suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas . kondisi
ini disebut heat stroke.
Tanda dan gejala :
a. Konvulsi, kram otot, inkontinensia
b. Delirium ( gangguan mentaql yang berlangsung singkat, biasanya
mencerminkan keadaan toksik yang ditandai oleh halusinasi,dll.
c. Sangat haus
d. Kulit sangat hangat dan kering

F. PATOFISIOLOGI
Suhu tubuh kita dalam keadaan normal dipertahankan dikisarkan 36,8oC
oleh pusat pengatur suhu didalam otak yaitu hipotalamus. Dalam
pengatauransuhu tersebut selalu menjaga keseimbangan antara jumlah panas
yang diproduksi tubuh dari metabolism dengan panas yang dilepas melalui kulit
dan paru – paru sehingga suhu tubuh dapat mempertahankan dalam kisaran
normal. Walaupun demikian, suhu tubuh dapat memiliki fluktuasi harian , yaitu
sedikit lebih tinggi pada sore hari jika dibandingkan pagi harinya.
Demam merupakan suatu kedaan dimana terdapat peningkatan pengaturan
dipusat pengatur suhu diotak. Hal ini sama dengan pengaturan set point ( derajat
celcius ) pada remote AC yang bilamana set point tersebut dinaikkan maka
temperature, ruangan akan menjadi lebih hangat, maka nilai suhu tubuh
dikatakan demam jika melebihi 37,2oC pada pengukuran dipagi hari dan atau
melebihi 37,7oC pada pengukuran sore hari dengan menggunakan thermometer
mulut.

Pathway
Berbagai pemecahan
pada kerusakan
jaringan
Toksin bakteri Komplek imun

Laju metabolik
meningkat Pelepasan piregen
kedalam darah

Menstimulasi pusat
termoregulasi
Kerja otot tubuh Intake yang kurang (hipotalamus)
meningkat Gangguan Mengirim impuls
pola tidur kepusat vasomotor
kelemahan Resiko kekurangan
nutrisi Panas tubuh meningkat Hipotermi

Daya tahan tubuh


Intoleransi menurun
aktivitas
Resiko infeksi Kelenjar keringat
bertambah aktif
Kesalahan
interprestasi Vasolidasi arterial
Penguapan cairan dari
Kecemasan Kulit menjadi panas permukaan tubuh
meningkat
Kelebihan panas
cepat terpancar Resiko tinggi
kekurangan cairan

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan darah perifer lengkap
3. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
4. Pemeriksaan widal
5. Pemeriksan urin

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi pemberian parachetamol tiap 4 –
6 jam 3 x1 bila panas. Diberikan infuse RL 20 tetes / menit dan untuk
membantu mencukupi kebutuhan cairan dan membantu jalur masu obat
parachetamol – cefotaxime sebagai antibiotic diberikan secara intravena
dengan dosis 2x 1 g/hari.diberikan makanan rendah serat dan memperbaiki
gizi pasien.
2. Perawatan
Tirah baring absolute sampai minimal 7 hari bebas demam / kurang lebih
selama 14 hari.
3. Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus
4. Mobilisasi sesuai kondisi
5. Diet
6. Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan penyakit
Makanan mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein, tidak boleh
mengandung banyak serat.

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Identitas pasien
Riwayat keperawatan
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit keluarga

Pola fungsi kesehatan


Pola persepsi dan pelaksana kesehatan
Pola nutrisi dan metabolism
Pola aktivitas dan latihan
Pola eliminasi
Pola istirahat dan tidur
Pola persepsi dan konsep diri
Pola sensori koknitif
Pola hubungan dan peran
Pola reproduksi dan seksual
Pola penanggulangan stress
Pola nilaqi dan kepercayaan
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Tingkat kesadaran
Pemeriksaan kepala
System respirasi
System kardiovaskuler
System integumen
System muskuluskeletal
System gastrointestinal
System abdomen

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi
Faktor yang berhubungan :
 Agens farmaseutical
 Aktivitas berlebihan
 dehidrasi
 iskemia
 pakaian yang tidak sesuai
 peningkatan laju metabolism
 penurunan perspirasi
 penyakit
Ditandai dengan :
 apnea
 gelisah
 stupor
 takipnea
 kulit terasa hangat
 vasodilatasi
 kulit kemerahan
2. Hipotermia
Berhubungan dengan :
 Agens farmaseutical
 Kurang suplai lemak subkutan
 Trauma
 Pemakaian pakaian yang tidak adekuat
 Terapi radiasi
Ditandai dengan :
 kulit dingin
 menggigil
 peningkatan konsumsi oksigen
 vasokonstriksi perifer
PERENCANAAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan NOC NIC

(00006) Hipotermi Setelah dilakukan tindakan Perawatan Hipotermia (3786)


Domain 11 : Keamanan / keperawatan 2x24 jam, Aktivitas – aktivitas :
perlindungan
Kelas 6 : Termoregulasi
diharapkan :  Memonitor tanda tanda vital
Halaman : 458 Kontrol Resiko : Hipotermi  Berikan oksigen sesuai
Definisi : (1923) kebutuhan
Suhu inti tubuh dibawah
kisaran normal diurnal
Halaman : 255  Hentikan aktivitas fisik
karena kegagalan Kriteria Hasil :  Monitor suhu tubuh
termoregulasi. (192320) Mengidentifikasi menggunakan alat yang
factor resiko hipotermia sesuai (misalnya:pemeriksaan
Batasan Karakteristik :
 Dasar kuku sianotik (192302) Mengidentifikasi rectal atau esophagus)
 Hipertensi tanda dan gejala hipotermia  Instruksi pasien mengenai
 Hipoglikemia (192314) Memodifikasi tindakan untuk mencegah
 Hipoksia
asupan cairan sesuai kondisi sakit yang
 kulit dingin
 menggigil kebutuhan berhubungan dengan panas.
 peningkatan konsumsi (192317) Mengenali obat  Instruksi pasien mengenai
oksigen obat yang berefek pada suhu tanda dan gejala awal dari
 penurunan kadar
tubuh kondisi sakit yang
glukosa darah
(192318) Memfasilitasi berhubungan dengan panas
Faktor berhubungan : penyesuaian untuk penurunan dan kapan mencari bantuan
 Kurang pengetahuan suhu tubuh petugas kesehatan.
pemberi asuhan

Pengaturan Suhu (3900)


tentang pencegahan Aktivitas – aktivitas :
hipotermia  Monitor suhu paling tidak
 Kerusakan setiap 2 jam sesuai
hipotalamus kebutuhan.
 Agens farmaseutikal  Memonitor TTV
 Penurunan laju  Monitor suhu dan warna
metabolisma kulit
 Monitor dan laporkan
adanya tanda dan gejala
dari hipotermia dan
hipertermia
 Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi adekuat

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Pengaturan suhu :


(000920) keperawatan 2x24 jam, perioperatif (3902), hal
diharapkan : 309
Domain 4.aktivitas/istirahat
Intoleransi terhadap  Mengidentifikasi
Kelas 4.respon
aktivitas(0005) pada pasien adanya
kardiovaskuler/pulmonal.
Kriteria hasil : faktor resiko
Halaman : 241 (000501)saturasi oksigen mengalami suhu
ketika beraktivitas tubuh yang
Difinis : ketidak cukupan
(000503)frekuensi abnormal
energi psikilogis atau
pernafasan ketika beraktivitas  Sesuaikan suhu di
fisiologis untuk
(000504)tekanan darah sekitar ruangan
mempertahankan atau
sistolik ketika beraktivitas untuk
menyelesaikan aktivitas
(000505) tekanan darah meminimalkan
kehidupan sehari-hari yang
diastolik setelah beraktivitas resiko hipotermia
harus atau ingin dilakukan.
 Monitor TTV
Batasan karakteristik :  Monitor
peningkatan atau
 Ketidak nyamanan
penurunan suhu
setelah beraktivitas
tubuh yang
 Keletihan
 Dsipnea setelah abnormal atau yang
beraktivitas tidak disengajah
 Respon tekanan  Monitor hasil EKG
darah abnormal  Monitor hasil
terhadap aktivitas laboratorium
Faktor yang berhubungan :
 Gaya hidup kurang
gerak
 Imobilitas
 Ketidakseimbangan
suplai dan
kebutuhan oksigen
 Tirah baring

EVALUASI
Dari hasil evaluasi yang sudah tertulis yang diharapkan gangguan termoregulasi
teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia : aplikasi konsep dan proses
keperawatan. Buku 2, Surabaya : Salemba Medika
Potter, perry, 2006. Fundamental Keperawatan. Hal, 2. Jakarta : EGC
NANDA 2015-2017.
NIC 2015-2017
NOC 2015-2017

Anda mungkin juga menyukai