KEBUTUHAN TERMOREGULASI
Kelompok 2:
1. Retnosari
2. Aris Nurkohilal
3. Risqi Subekti
4. Ema Atmawati
5. Rani Hadrianti
6. Rudi Ilham Jayadi
7. Dewi Susilowati
8. Nurul Istiqomah
9. Ningsih
10. Ida Bagus Putu Suwarsawan
11. Moh. Edi Fajri
12. Endang Nur Jamalia
FAKULTAS KEPERAWATAN
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH
( TERMOREGULASI)
A. TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia
mengenai keseimbangan produksi panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan, termoregulasi manusia berpusat pada
hipotalamus anterior. Terdapat 3 komponen atau penyusunan sistem
pengaturan panas. Suhu atau termoregulasi merupakan suatu perbedaan
antara jumlah suhu yang dihasilkan oleh tubuh dengan jumlah panas yang
hilang pada lingkungan eksternal / substansi panas dingin / permukaan kulit
tubuh.
a. Hipertermia
Hipertermia atau peningkatan suhu tubuh merupakan keadaan dimana
seorang individu mengalami kenaikan suhu tubuh diatas 37o C.
b. Hipotermia
Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk
pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Dimana suhu
dalam tubuh dibawah 35 o C.
B. ETIOLOGI
1. Pengeluaran Panas
Menurut Potter dan Perry (2005), pengeluaran dan produksi panas terjadi
secara konstan, pengeluaran panas secara normal melalui radiasi, konduksi,
konveksi, dan evaporasi.
a. Radiasi
Adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan
objek lain tanpa keduanya bersentuhan. Panas berpindah melalui
gelombang elektromagnetik. Aliran darah dari organ internal inti
membawa panas ke kulit dan ke pembuluh darah permukaan. Jumlah panas
yang dibawa ke permukaan tergantung dari tingkat vasokonstriksi dan
vasodilatasi yang diatur oleh hipotalamus. Panas menyebar dari kulit ke
setiap objek yang lebih dingi disekelilingnya. Penyebaran meningkat bila
perbedaan suhu antara objek juga meningkat.
b. Konduksi
Adalah perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan kontak
langsung. Ketika kulit hangat menyentuh objek yang lebih dingin, panas
hilang. Ketika suhu dua objek sama, kehilangan panas konduktif terhenti.
Panas berkonduksi melalui benda padat, gas, cair.
c. Konveksi
Adalah perpindahan panas karena gerakan udara. Panas dikonduksi
pertama kali pada molekul udara secara langsung dalam kontak
dengan kulit. Arus udara membawa udara hangat. Pada saat kecepatan
arus udara meningkat, kehilangan panas konvektif meningkat.
d. Evaporasi
Adalah perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas.
Selama evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap gram air
yang menguap. Ketika suhu tubuh meningkat, hipotalamus anterior
member signal kelenjar keringat untuk melepaskan keringat. Selama
latihan dan stress emosi atau mental, berkeringat adalah salah satu cara
untuk menghilangkan kelebihan panas yang dibuat melalui peningkatan
laju metabolik. Evaporasi berlebihan dapat menyebabkan kulit gatal dan
bersisik, serta hidung dan faring kering.
e. Diaforesis
Adalah prespirasi visual dahi dan toraks atas. Kelenjar keringat berada
dibawah dermis kulit. Kelenjar mensekresi keringat, larutan berair yang
mengandung natrium dan klorida, yang melewati duktus kecil pada
permukaan kulit. Kelenjar dikontrol oleh sistem saraf simpatis. Bila suhu
tubuh meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan keringat, yang menguap
dari kulit untuk meningkatkan kehilangan panas. Diaphoresis kurang
efisien bila gerakan udara minimal atau bila kelembaban udara tinggi.
C. GANGGUAN TERMOREGULASI
Menurut Potter dan Perry (2005), gangguan pada termoregulasi antara lain
sebagai berikut:
1. Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan
dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang terpejan
panas. Tanda dan gejala kurang volume caiaran adalah hal yang umum selama
kelelahan akibat panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan klien
kelingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan dan
elektrolit.
2. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas
adalah hipertermi.
3. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan
suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini
disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka
mortalitas yang tinggi. Heatstroke dengan suhu lebih besar dari 40,50C
mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh.
4. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus trehadap dingin
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas.,
mengakibatkan hipotermi. Dalam kasus hipotermi berat, klien menunjukkan
tanda klinis yang mirip dengan orang mati (misal tidak ada respon terhadap
stimulus dan nadi serta pernapasan sangat lemah).
5. Radang beku (frosbite)
Terjadi bila tubuh terpapar pada suhu dibawah normal. Kristal es yang
terbentuk di dalam sel dapat mengakibatkan kerusakan sirkulasi dan jaringan
secara permanen. Intervensi termasuk tindakan memanaskan secara bertahap,
analgesik dan perlindungan area yang terkena.
E. MANIFESTASI KLINIK
1. Hipertermia
Keadaan dimana ketika seorang individu mengalami atau 37,8oC peroral
atau 38,8oC per rectal karena factor eksternal.
Pola hipertermi:
a. Terus – menerus
Merupakan pola demam yang tingginya menetap lebih dari 24 jam,
bervariasi 1oC – 2oC.
b. Intermiten
Demam secara berseling dengan suhu normal, suhu akan kembali
normal paling sedikit sekali 24 jam.
c. Remiten
Demam memuncak dan turun tanpa kembali kesuhu normal.
2. Hipotermia
Suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu,
kesulitan mengatasi suhu normal ketika suhunya berada dibawah 35 oC
(suhu dingin)
Gejala :
a. Penderita berbicara nglantur
b. Kulit sedikit berwarna abu – abu (pucat)
c. Detak jantung lemah
d. Tekanan darah menurun dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha untuk
menghasilkan panas
e. Demam (hiperpireksia)
f. Demam (hiperpireksia) adalah kegagalan mekanisme pengeluaran panas
untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi
panas.
g. Kelelahan akibat panas
h. Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan
dan elektrolit secara berlebihan, disebabkan oleh lingkunang yang
terpapar oleh panas.
3. Heat stroke
Paparan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan
suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas . kondisi
ini disebut heat stroke.
Tanda dan gejala :
a. Konvulsi, kram otot, inkontinensia
b. Delirium ( gangguan mentaql yang berlangsung singkat, biasanya
mencerminkan keadaan toksik yang ditandai oleh halusinasi,dll.
c. Sangat haus
d. Kulit sangat hangat dan kering
F. PATOFISIOLOGI
Suhu tubuh kita dalam keadaan normal dipertahankan dikisarkan 36,8oC
oleh pusat pengatur suhu didalam otak yaitu hipotalamus. Dalam
pengatauransuhu tersebut selalu menjaga keseimbangan antara jumlah panas
yang diproduksi tubuh dari metabolism dengan panas yang dilepas melalui kulit
dan paru – paru sehingga suhu tubuh dapat mempertahankan dalam kisaran
normal. Walaupun demikian, suhu tubuh dapat memiliki fluktuasi harian , yaitu
sedikit lebih tinggi pada sore hari jika dibandingkan pagi harinya.
Demam merupakan suatu kedaan dimana terdapat peningkatan pengaturan
dipusat pengatur suhu diotak. Hal ini sama dengan pengaturan set point ( derajat
celcius ) pada remote AC yang bilamana set point tersebut dinaikkan maka
temperature, ruangan akan menjadi lebih hangat, maka nilai suhu tubuh
dikatakan demam jika melebihi 37,2oC pada pengukuran dipagi hari dan atau
melebihi 37,7oC pada pengukuran sore hari dengan menggunakan thermometer
mulut.
Pathway
Berbagai pemecahan
pada kerusakan
jaringan
Toksin bakteri Komplek imun
Laju metabolik
meningkat Pelepasan piregen
kedalam darah
Menstimulasi pusat
termoregulasi
Kerja otot tubuh Intake yang kurang (hipotalamus)
meningkat Gangguan Mengirim impuls
pola tidur kepusat vasomotor
kelemahan Resiko kekurangan
nutrisi Panas tubuh meningkat Hipotermi
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan darah perifer lengkap
3. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
4. Pemeriksaan widal
5. Pemeriksan urin
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi pemberian parachetamol tiap 4 –
6 jam 3 x1 bila panas. Diberikan infuse RL 20 tetes / menit dan untuk
membantu mencukupi kebutuhan cairan dan membantu jalur masu obat
parachetamol – cefotaxime sebagai antibiotic diberikan secara intravena
dengan dosis 2x 1 g/hari.diberikan makanan rendah serat dan memperbaiki
gizi pasien.
2. Perawatan
Tirah baring absolute sampai minimal 7 hari bebas demam / kurang lebih
selama 14 hari.
3. Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus
4. Mobilisasi sesuai kondisi
5. Diet
6. Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan penyakit
Makanan mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein, tidak boleh
mengandung banyak serat.
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Identitas pasien
Riwayat keperawatan
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit keluarga
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi
Faktor yang berhubungan :
Agens farmaseutical
Aktivitas berlebihan
dehidrasi
iskemia
pakaian yang tidak sesuai
peningkatan laju metabolism
penurunan perspirasi
penyakit
Ditandai dengan :
apnea
gelisah
stupor
takipnea
kulit terasa hangat
vasodilatasi
kulit kemerahan
2. Hipotermia
Berhubungan dengan :
Agens farmaseutical
Kurang suplai lemak subkutan
Trauma
Pemakaian pakaian yang tidak adekuat
Terapi radiasi
Ditandai dengan :
kulit dingin
menggigil
peningkatan konsumsi oksigen
vasokonstriksi perifer
PERENCANAAN KEPERAWATAN
EVALUASI
Dari hasil evaluasi yang sudah tertulis yang diharapkan gangguan termoregulasi
teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia : aplikasi konsep dan proses
keperawatan. Buku 2, Surabaya : Salemba Medika
Potter, perry, 2006. Fundamental Keperawatan. Hal, 2. Jakarta : EGC
NANDA 2015-2017.
NIC 2015-2017
NOC 2015-2017