Anda di halaman 1dari 37

Visi

Pada tahun 2028 menghasilkan perawat yang unggul dalam penerapan keterampilan keperawatan lansia
berbasis IPTEK keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

GANGGUAN KESEIMBANGAN SUHU TUBUH

Dosen Pembimbing

Suratun, Skm.,M.kep.

Disusun oleh:

Tegar imam julian (P3.73.20.1.19.036)

Kelas : 2 Reguler A

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III 2020


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt. yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada Baginda tercinta kita yaitu Muhammad saw. yang dinanti-nantikan syafaatnya di akhirat
nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah swt. atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik ataupun akal pikiran, sehingga penulis mampu menyelesaikan pembuatan
makalah mata kuliah Praktik Klinik Keperawatan Dasar (PKKD) dengan judul Asuhan
Keperawatan Pasien Gangguan keseimbangan suhu tubuh ( Termoregulasi )
Pada kesempatan ini, dalam penulisan makalah ini, penulis mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing,
orang tua, keluarga, serta teman-teman yang sudah mendukung hingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Sehingga
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan
makalah ini.

Bekasi, 28 Februari 2021


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Tujuan Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dasar suhu tubuh ( thermoregulasi )


1. Pengertian suhu tubuh (thermoregulasi)
2. Patofisiologi gangguan suhu tubuh (thermoregulasi)
3. Pengaturan suhu tubuh (thermoregulasi)
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi suhu tubuh (thermoregulasi)
5. Mekanisme pengeluaran panas
6. Macam-mancam gangguan suhu tubuh (thermoregulasi)
7. Penatalaksanaan gangguan suhu tubuh (thermoregulasi)
B. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia


dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya
bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia
menurut Abraham Maslow menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan
dasar yaitu kebutuhan fisiologis (oksigenasi, cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat
tinggal, isitirahat, dan seks), keamanan dan keselamatan, cinta dan rasa memiliki, harga
diri, dan aktualisasi diri (Potter & Perry, 2005). Walaupun manusia memiliki kebutuhan
yang sifatnya beranekaragam (heterogen), akan tetapi setiap orang pada dasarnya memiliki
kebutuhan dasar yang sama. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, manusia
menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya,
manusia akan berpikir lebih keras dan bergerak untuk berusaha mendapatkannya (Hidayat,
2009).
Menurut Potter and Perry (2005) selama hidup yang dialami manusia, kebutuhan dasar
manusia seorang individu mungkin tidak terpenuhi, terpenuhi sebagian, atau terpenuhi
seluruhnya. Seseorang yang seluruh kebutuhannya terpenuhi merupakan orang yang sehat,
dan seseorang dengan satu atau lebih kebutuhan yang tidak terpenuhi merupakan orang
yang berisiko untuk sakit atau mungkin tidak sehat pada satu atau lebih dimensi manusia.
Kebutuhan manusia yang harus dipenuhi dan dipertahankan oleh manusia salah satunya
adalah kebutuhan fisiologis yang mencakup termoregulasi (temperatur).
Tubuh manusia dapat berfungsi secara normal hanya dalam rentang temperatur yang
terbatas atau sempit yaitu 370 C (98,60 F) ± 10 C. Temperatur tubuh di luar rentang ini
dapat menimbulkan kerusakan dan efek yang permanen seperti kerusakan otak atau bahkan
kematian. Secara sementara tubuh dapat mengatur temperatur melalui mekanisme tertentu.
Terpajan pada panas yang berkepanjangan dapat meningkatkan aktivitas metabolik tubuh
dan meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan.
B. Tujuan Penulisan

Tujuan umum

Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan


gangguan keseimbangan suhu tubuh (termoregulasi)

Tujuan khusus

Diharapkan mahasiswa dapat memahami, mengidentifikasi konsep dasar termoregulasi

Diharapkan mahasiswa dapat memahami ¸mengidentifikasi asuhan keperawatan


keperawatan dengan gangguan termoregulasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Suhu Tubuh

1. Pengertian termoregulasi

Termogulasi adalah suatu pengatur fisiologis tubuh manusia mengenai


keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan. Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh
mekanisme fisiologis dan perilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada
dalam batasan normal, hubungan antara produksi panas dan pengeluaran panas
harus dipertahankan. Hubungan regulasi melalui mekanisme kontrol suhu untuk
meningkatkan regulasi suhu. Hipotalamus yang terletak antara hemisfer serebral,
mengontrol suhu tubuh sebagaimana kerja termostat dalam rumah. Hipotalamus
merasakan perubahan ringan pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior mengontrol
pengeluaran panas, dan hipotalamus posterior mengontrol produksi panas.

Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat.


Dapat pula dikatakan sebagai ukuran panas/dinginnya suatu benda. Temperatur
adalah suatu subtansi panas atau dingin. Sementara dalam bidang termodinamika
suhu adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau sistem untuk melepaskan
tenaga secara spontan. Suhu inti (core temperature), yaitu suhu yang terdapat pada
jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu
ini biasanya dipertahankan relative konstan sekitar 37°C 1 °F kecuali seseorang
yang mengalami demam. Suhu normal rata – rata secara umum adalah 98,0 – 98,6
°F atau 0,6 °F lebih tinggi bila diukur per rektal.

2. Patofisiologi gangguan thermoregulasi

Sinyal suhu yang dibawa oleh reseptor pada kulit akan diteruskan kedalam
otak melalui traktus (jaras) spinotalamikus (mekanismenya hampir sama dengan
sensasi nyeri). Ketika sinyal suhu sampai tingkat medulla spinalis, sinyal akan
menjalar dalam kratus lissauer beberapa segmen diatas atau dibawah,selanjutnya
akan berakhir terutama pada lamina I,II, dan III radiks dorsalis. Setelah mengalami
percabangan melalui satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis, sinyal suhu
selanjutnya akan dijalarkan ke serabut termal asenden yang menyilang ke traktus
sensorik anterolateral sisi berlawanan,dan akan berakhir di tingkat retikular batang
dan kompleks ventrobasal talamus. Beberapa sinyal suhu tubuh pada kompleks
ventrobasal akan diteruskan ke korteks somatosensorik.

Tempat pengukuran suhu inti yang paling efektif yaitu rektum, membran
timpani, esofagus, arteri pulmonal, kandung kemih, rektal. Suhu permukaan
(surface temperature).yaitu suhu tubuh yang terdapat pada kulit, jaringan subcutan,
dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 40-20°C. Suhu tubuh
adalah perbedaan antara jumblah panas yang dihasilkan tubuh dengan jumlah panas
yang hilang ke lingkungan luar. Panas yang dihasilkan-panas yang hilang = suhu
tubuh

Mekanisme kontrol suhu pada manusia menjaga suhu inti ( suhu jaringan
dalam ) tetap konstan pada kondisi lingkungan dan aktivitas fisik yang ekstrem (
gambar ). Namun, suhu permukaan berubah suatu aliran darah ke kuliat dan jumlah
panas yang hilang ke lingkungan luar. karena perubahan tersebut, suhu normal pada
manusia berkisar dari 36 – 38°C (98,8 – 100,4°F). Pada rentang ini jaringan dan sel
tubuh akan berfungsi secara optimal. (poter & perry).

Suhu normal ini dipertahankan dengan imbangan yang tepat antara panas
yang dihasilkan dengan panas yang hilang dan hal ini dikendalikan oleh pusat
pengaturan panas didalam hipotalamus. Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang
terletak diantara dua hemisfer otak. Fungsi hipotalamus adalah seperti termostat.
Suhu yang nyaman merupakan merupakan „set-point‟ untuk operasi sistem
pemanas. Penurunan suhu lingkungan akan mengaktifkan pemanas tersebut.
Hipotalamus mendeteksi perubahan kecil pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior
mengatur kehilangan panas, sedangkan hipotalamus posterior mengatur produksi
panas. Jika sel saraf di hipotalamus anterior menjadi panas diluar batas titik
pengaturan (set point), maka implus dikirimkan kehilangan panas adalah keringat,
vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah, dan hambatan produksi panas. Tubuh
akan mendistribusikan darah ke pembuluh darah permukaan untuk menghilangkan
panas.

Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah hipotalamus, hipotalamus ini


dikenal sebagai termostat yang berada di bawah otak. Terdapat dua hipotalamus,
yaitu hipotalamus anterior yang berfungsi mengatur pembuangan panas dan
hipotalamus posterior yang berfungsi mengatur upaya penyimpanan panas. Saraf-
saraf yang terdapat pada bagian preoptik hipotalamus anterior dan hipotalamus
posterior memperoleh dua sinyal yaitu :

a. Berasal dari saraf perifer yang menghatarkan sinyal dari reseptor


panas/dingin.

b. Berasal dari suhu darah yang mempengaruhi bagian hipotalamus itu


sendiri.

Termostat hipotalamus memiliki semacam titik kontrol yang disesuaikan


untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh turun sampai dibawah atau
naik sampai di titik ini, maka pusat akan 5 memulai implus untuk menahan panas
atau meningktakan pengeluaran panas.

Macam – macam suhu tubuh :

Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C

Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 – 37,5°C

Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 – 40°C

Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C

3. Pengaturan suhu tubuh


Sistem pengatur suhu tubuh terdiri atas tiga bagian yaitu: reseptor yang
terdapat pada kulit dan bagian tubuh yang lainnya, integrator didalam hipotalamus,
dan efektor sistem yang mengatur produksi panas dengan kehilangan panas.
Reseptor sensori paling banyak terdapat pada kulit. Kulit mempunyai lebih banyak
reseptor untuk dingin dan hangat dibanding reseptor yang terdapat pada organ
tubuh lain seperti lidah, saluran pernapasan, maupun organ visera lainnya. Bila kulit
menjadi dingin melebihi suhu tubuh, maka ada tiga proses yang dilakukan untuk
meningkatkan suhu tubuh. Ketiga proses tersebut yaitu mengigil untuk
meningkatkan produksi panas, berkeringat untuk menghalangi kehilangan panas,
dan vasokontraksi untuk menurunkan kehilangan panas. (Asmadi 2009).
Selain reseptor suhu tubuh yang dimiliki kulit, terdapat reseptor suhu lain
yaitu reseptor pada inti tubuh yang merespon terhadap suhu pada organ tubuh
bagian dalam, seperti : visera abdominal, spinal cord, dan lain-lain. Thermoreseptor
di hipotalamus lebih sensitif terhadap suhu inti ini. Hipotalamus integrator sebagai
pusat pengaturan suhu inti berada di preoptik area hipotalamus. Bila sensitif
reseptor panas di hipotalamus dirasang efektor sistem mengirim sinyal yang
memprakasai pengeluaran keringat dan vasodilatasi perifer. Hal tersebut
dimaksudkan untuk menurunkan suhu, seperti menurunkan produksi panas dan
meningkatkan kehilangan panas. Sinyal dari sensitif reseptor dingin di hipotalamus
memprakarsai efektor untuk vasokontriksi, menggigil, serta melepaskan epineprin
yang meningkatkan produksi panas. Hal tersebut dimaksudkan untuk
meningkatkan produksi panas dan menurunkan kehilangan panas. Efektor sytem
yang lain adalah sytem saraf somatik. Bila sytem ini dirangsang, maka seseorang
secara sadar membuat penilaian yang cocok, misalnya menambah baju sebagai
respon terhadap dingin, atau mendekati kipas angin bila kepanasan.

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi suhu tubuh

1) Usia

Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme


pengaturan suhu tubuh sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang
drastis terhadap lingkungan. Pastikan mereka mengenakan pakaian yang
cukup dan hindari pajanan terhadap suhu lingkungan. Seorang bayi baru
lahir dapat kehilangan 30% panas tubuh melalui kepala sehingga ia harus
menggunakan tutup kepala untuk mencegah kehilangan panas. suhu tubuh
bayi baru lahir antara 35,5–37,5°C. Regulasi tubuh baru mencapai
kestabilan saat pubertas. Suhu normal akan terus menurun saat seseorang
semakin tua. Para dewasa tua memiliki kisaran suhu tubuh yang lebih
rendah dibandingkan dewasa muda. Suhu oral senilai 35°C pada lingkungan
dingin cukup umum ditemukan pada dewasa tua. Namun rata - rata suhu
tubuh dari dewasa tua adalah 36°C. Mereka lebih sensitif terhadap suhu
yang ekstrem karena perburukan mekanisme pengaturan, terutama
pengaturan vasomotor (vasokontriksi dan vasodilatasi) yang buruk,
berkurangya aktivitas kelenjar keringat dan metabolisme yang menurun.

2) Olahraga

Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan


pemecahan karbohidrat dan lemak. Berbagai bentuk olahraga meningkatkan
metabolisme dan dapat meningkatkan produksi panas sehingga terjadi
peningkatan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama seperti lari jarak jauh
dapat meningkatkan suhu tubuh sampai 41 °C.

3) Kadar hormon
Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar.
Hal tersebut dikarenakan adanya variasi hormonal saat siklus menstruasi.
Kadar progesteron naik dan turun sesuai siklus menstruasi. Saat progesteron
rendah, suhu tubuh berada dibawah suhu dasar yaitu sekitar1/10nya. Suhu
ini bertahan sampai terjadi ovulasi, kadar progesteron yang memasuki
sirkulasi akan meningkat dan menaikan suhu tubuh kesuhu dasar atau
kesuhu yang lebih tinggi. Variasi suhu ini dapat membantu mendeteksi
masa subur seorang wanita. Perubahan suhu tubuh juga terjadi pada wanita
saat menopause. Mereka biasanya mengalami periode panas tubuh yang
intens dan prespirasi selama 30 detik sampai 5 menit. Pada periode ini
terjadi peningkatan disebut hot flashes.Hal ini diakibatkan ketidakstabilan
pengaturan vasomotor.
4) Irama sirkadian
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1°C selama periode
24 jam. Suhu terendah berada diantara pukul 1 sampai 4 pagi (gambar 32-
2). Pada siang hari suhu tubuh meningkat dan mencapai maksimum pada
pukul 6 sore, lalu menurun kembali sampai pagi hari. Pola suhu ini tidak
mengalami perubahan pada individu yang bekerja di malam hari dan tidur
di siang hari. Dibutuhkan 1 sampai 3 minggu untuk terjadinya pembalikan
siklus. Secara umum, irima suhu sirkardian tidak berubah seiring usia.
5) Stres

Stres fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh melalui


stimulasi hormonal dan saraf. Perubahan fisologis ini meningkatkan
metebolisme, yang akan meningkatkan produksi panas. Pasien yang gelisah
akan memiliki suhu normal yang lebih tinggi.

6) Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme
kompensasi yang tepat, suhu tubuh manusia berubah mengikuti suhu
lingkungan. Suhu lingkungan lebih berpengaruh terhadap anak-anak dan
dewasa tua karena mekanisme regulasi suhu mereka yang kurnag efisien.
7) Penyakit
Penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan suhu tubuh
diantaranya adalah :
a) Demam berdarah dengue
Demam dengue /DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorrhagic fever) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam,nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai leukopenia, raum, limfadenopi plsma yang ditandai
dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan
cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock
syndrome) adal demam berdarah dengue yang ditandai oleh klasifikasi
derajat penyakit infeksi virus dengue :
b) Demam tifoid
Merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas
berkepanjangan, ditopang dengan bakterimia tanpa keterlibatan struktur
endothelia atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi
kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe dan
peyer’s patch dan dapat menular pada orang lain melalui makan atau
yang terkontaminasi.
c) Febris /demam
Demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal.
Tipe demam demam yang sering dijumpai antara lain :
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari.
Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam
yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga
demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal, penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat
mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat
demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam dintara dua
serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam
kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya
tipe demam intermiten yang dikaitkan dengan malaria. Seorang
pasien dengan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan
suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan
demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu
penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus
sejenis lainnya.

d) Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh
plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan
ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah (Sudoyo aru, dkk
2009). Penyebab dari malaria adalah protozoa dari genus
plasmodium, yang selain menginfeksi manusia juga menginfeksi
binatang seperti golongan burung, reptile dan mamalia. Plasmodium
terdiri dari 4 spesies :
1) Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropika
(maliganan malaria)
2) Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertian (bening
malaria)
3) Plasmodium malariae
4) Plasmodium ovale
5. Mekanisme pengeluaran panas
Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara simultan. Stuktur kulit dan paparan
terhadap lingkungan secsra konstan, pengeluaran panas secara normal melalui :
a) Radiasi
Transfer panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek
lainnya tanpa kontak lansung diantara keduanya.panas pada 85 % area luas
permukaan tubuh diradiasikan kelingkungan. Pengeluaran dan produksi
panas terjadi secara simultan. Stuktur kulit dan paparan terhadap
lingkungan secsra konstan, pengeluaran panas secara normal melalui :
b) Konduksi
Transfer panas dari dan melalui kontak langsung antara dua objek.
Beda padat, cair, dan gas mengkonduksi panas melalui kontak. Saat kulit
yang hangat menyentuh objek yang lebih dingin, panas akan hilang.
Konduksi hanya berperan untuk sejumlah kecil kehilangan panas.
Contohnya : memberikan kompres es dan memandikan pasien dengan kain
dingin.

c) Konveksi
Transfer panas melalui melalui gerakan udara. Panas konduksi
keudara terlebih dahulu sebelum dibaawa aliran konveksi, kehilngan panas
melalui konveksi sekitar 15%. Contohnya : kipas angin. Kehilangan panas
konvektif meningkat jika kulit yang lembab terpapar dengan udara yang
bergerak.
d) Evaporasi
Transfer energi panas sat cairan berubah menjadi gas. Tubuh
kehilangan panas secara kontinu melalui evaporasi. Sekitar 600 – 900 cc air
tiap harinya menguap dari kulit dan paru – paru sehingga terjadi kehilangan
air dan panas. tubuh menambah evaporasi melalui perspirasi ( berkeringat).
Saat suhu tubuh meningka, hipotalamus anterior menberikan sinyal kepada
kelenjar keringat untuk melepaskan keringat melalui saluran kecil pada
permukaan kulit. Keringat akan mengalami evaporsi, sehingga terjadi
kehilangan panas.
e) Diaforesis
Perspirasi yang tampak dan umumnya terjadi pada dahi dan dada
bagian atas. Evaporsi yang berlebihan akan menyebabkan sisik pada kulit
dan rasa gatal serta pengeringan nares dan faring. Suhu tubuh yang menurun
akan menghambat sekresi kelenjar keringat. Kelainan kongenital berupa
ketiadaan kelenjar keringat dapat menyebabkan seseorang tidak dapat
bertahan pada suhu hangat karena tidak mampu mendinginkan tubuhnya.
6. Macam-mancam gangguan termoregulasi
1) Demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang sangat penting.
Peningkatan system imun tubuh. Demam juga merupakan bentuk
pertarungan akibat infeksi karena virus menstimulasi interferon (substansi
yang bersifat melawan virus ). Pola demam berbeda bergantung pada
pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen berakibat puncak
demam dan turun dalam waktu yang berbeda. Pirogen, seperti bakteri atau
virus meningkatkan suhu tubuh. Pirogen bertindak sebagai antigen yang
memicu respons sistem imun.
2) Kelelahan
akibat panas Kelelahan akibat panas karena terjadi bila diaferosis
yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan eletrolit secara
berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. tanda dan
gejala kurang volume cairan adalah hal umum selama kelelahan akibat
panas. tindakan pertama yaitu memindahkan pasien kelingkungan yang
lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.
3) Hipertermi
Peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh menghilangkan panas ataupun mengurangi
produksi panas tersebut disebut hipertermi. Hipertermi terjadi karena
adanya beban yang berlebihan pada mekanisme pengaturan suhu tubuh.
Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi
mekanisme panas. Hipertermi malginan adalah kondisi bawaan yang tidak
dapat mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentang
mengunakan obat-obatan anastetik tertentu.
4) Heatstroke
Panas akan menekan fungsi hipotalamus. Pajanan yang lama
terhadap matahari atau lingkungan panas akan membebani mekanisme
kehilangan, panas pada tubuh kondisi ini mengakibatkan heatstroke yaitu
kegawatan berbahaya dengan mortalitas yang tinggi. Pasien yang berisiko
adalah anak-anak, lansia, pederita penyakit kardiovaskular, hipotiroid,
diabetes atau alkoholisme. Resiko ini juga terdapat pada individu yang
mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mengurangi kemampuan tubuh
untuk membuang panas. (fenotiazin, antikolinergik, deuretik, amfetamin,
dan antagonis beta-adrenergik), serta pasien yang berolahraga atau bekerja
keras (atlet, pekerja bangunan, dan petani). Tanda dan gejala heatstroke
adalah rasa bingung, haus yang sangat, mual, kram otot, gangguan
penglihatan dan bahkan inkontinensia. Tanda yang paling penting adalah
kulit yang panas dan kering.
5) Hipotermi
Pengeluaran panas yang hilang saat paparan lama terhadap
lingkungan dingin akan melebihi kemampuan tubuh untuk menghasilkan
panas, sehingga terjadi hipotermi. Hipotermi dikelompokan oleh
pengukuran suhu inti.
7. Penatalaksanaan gangguan termogulasi
Pada dasarnya menurunkan demam dapat dilakukan secara fisik, obatobatan
maupun kombinasi keduanya.
a. Secara fisik
1) Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
2) Pakaian anak diusahakan tidak tebal
3) Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
4) Memberikan kompres
b. Obat-obatan
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam
menurunkan demam. Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik
terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam
susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek
pengobatannya.Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui
pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivate para-aminofenol yang
bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam
susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mg/kgBB/kali tiap 4 jam
maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90 mg/kgBB/hari. Turunan asam
propionat seperti ibuprofen juga analgetik dan antiinflamasi. Dosis
terapeutik yaitu 5-10 mg/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam. Metamizole
(antalgin) bekerja menekan pembentukkan prostaglandin. Mempunyai efek
antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Dosis terapeutik 10mg/kgBB/kali
tiap 6-8 jam dan tidak dianjurkan untuk anak kurang dari 6 bulan.
Pemberiannya secara per oral, intramuskular atau intravena. Asam
mefenamat suatu obat golongan fenamat. Khasiat analgetiknya lebih kuat
dibandingkan sebagai antipiretik. Dosis pemberiannya 20 mg/kgBB/hari
dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh diberikan anak
usia kurang dari 6 bulan.
B. Asuhan keperawatan gangguan keseimbangan suhu tubuh
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Budiono, 2015).
Kegiatan pengkajian yang dilakukan oleh seorang perawat dalam
pengumpulan data dasar, yaitu mengkaji identitas atau biodata klien. Pengumpulan
data merupakan suatu kegiatan untuk menghimpun informasi tentang status
kesehatan klien. Status kesehatan klien yang normal maupun yang senjang
hendaknya dapat dikumpulkan. Hal ini dimasuksudkan untuk mengidentifikasi
pola fungsi kesehatan klien, baik yang efektif optimal maupun yang bermasalah.
Teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan ada 3, yaitu :
a. Anamnesis yaitu suatu proses tanya jawab atau komunikasi untuk
mengajak klien dan keluarga bertukar pikiran dan perasaan,
mencakup ketrampilan secara verbal dan nonverbal, empati dan rasa
kepedulian yang tinggi.
b. Observasi yaitu pengamatan perilaku dan keadaan klien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.
c. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan menggunakan metode
atau teknik PE (Physical Examination) yang terdiri atas
1) Inspeksi, yaitu suatu teknik yang dapat dilakukan dengan
proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik.
2) Palpasi, yaitu suatu teknik yang dapat dilakukan dengan
menggunakan indra peraba.
3) Perkusi adalah pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan
mengetuk, dengan tujuan untuk membandingkan kiri-kanan
pada setiap daerah permukaan tubuh dengan menghasilkan
suara.
4) Auskultasi merupakan pemeriksaan yang dapat dilakukan
dengan mendengar suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan
menggunakan stetoskop.
2. Diagnosa keperawatan
Selanjutnya, pengertian lain menyebutkan bahwa diagnosa keperawatan
merupakan penilaian klinis tenteng respons individu, keluarga, ataupun potensial
sebagai dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil tempat
perawat bertanggung jawab. Tujuan penggunaan diagnosa keperawatan adalah
sebagai berikut : Memberikan bahasa yang umum Diagnosa keperawatan adalah
pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan atau masalah aktual atau resiko
dalam rangka mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk
mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada
pada tanggung jawabnya (Carpenito dalam Tarwoto, 2010).
a. bagi perawat sehingga dapat terbentuk jalinan informasi dalam persamaan
persepsi.
b. Meningkatkan identifikasi tujuan yang tepat sehingga pemilihan intervensi
lebih akurat dan menjadi pedoman dalam melakukan evaluasi. c.
Menciptakan standar paratik keperawatan.
c. Memberikan dasar peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. Berdasarkan
patofisilogis penyakit dan manifestasi klinik yang muncul maka dignosa
keperawatan yang sering muncul pada pasien kejang demam adalah :
1) Hipertermi Definisi : suhu tubuh meningkat diatas rentang normal
tubuh.
a) Penyebab :
1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit (mis. Infeksi, Kanker)
4. Ketidaksesuaian pakaian suhu lingkungan
5. Peningkatan laju metabolisme
6. Respon trauma
7. Aktivitas berlebihan 8. Penggunaan incubator

b) Tanda dan gejala mayor hipertermi


1. Subjektif
(tidak tersedia)
2. Objektif
Suhu tubuh diatas nilai normal
c) Tanda dan gejala minor hipertermi
1) Subjektif (tidak tersedia)
2) Objektif
a. Kulit merah
b. Kejang
c. Takikardi
d. Takipneu
e. Kulit terasa hangat
2) Termoregulasi tidak efektif
Definisi : mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal
a. Penyebab :
1) Stumulasi pusat termoregulasi hipotalamus
2) Fluktuasi suhu lingkungan
3) Proses penyakit
4) Proses penuaan
5) Dehidrasi
6) Ketidaksesuaian pakaian suhu lingkungan
7) Peningkatan kebutuhan oksigen
8) Perubahan laju metabolisme
9) Suhu lingkungan ekstrem
10) Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan
11) Berat badan ekstrem
12) Efek agen farmakologis

b. Tanda dan gejala mayor termoregulasi tidak efektif


1) Objektif
(tidak tersedia)
2) Subjektif
a) Kulit dingin
b) Menggigil
c) Suhu tubuh fluktuatif

c. Tanda dan gejala minor termogulasi tidak efektif


1) Objektif
(Tidak tersedia)
2) Subjektif
a) Piloereksi b
b) Pengisian kapiler >3 detik
c) Tekanan darah meningkat d) Pucat
d) Frekuensi napas meningkat
e) Takikardi
f) Kejang
g) Kulit kemerahan
3. Rencana Keperawatan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi,
dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosis
keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana seorang tenaga
kesehatan mampu menetapakan cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan
efisien. Pada tahap perencanaan, ada empat hal yang harus diperhatikan :
a. Menentukan prioritas masalah.
b. Menentukan tujuan.
c. Menentukan kriteria hasil.
d. Merumuskan intervensi dan aktivitas perawatan

Rencana tindakan keperawatan dengan hipertermi pada anak kejang demam menurut buku Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)

Diagnose Intervensi utama Intervensi pendukung


Hipertermia Setelah Manajemen hipertermia 1. Edukasi analgesia
dilakukan tindakan Definisi : mengidentifikasi terkontrol
keperawatan diharapkan dan mengelola peningkatan 2. Edukasi dehidrasi
hipertermi dapat teratasi suhu tubuh akibat disfungsi 3. Edukasi pengukuran
dengan kriteria hasil : termoregulasi suhu tubuh
a. Suhu tubuh dalam Observasi 4. Edukasi program
rentang normal 1. Identifikasi penyebab pengobatan
b. Nadi dan RR dalam hipertermia (mis. 5. Edukasi terapi cairan
rentang normal Dehidrasi, terpapar 6. Edukasi termoregulasi
c. Tidak ada perubahan lingkungan, panas) 7. Kompres dingin /
warna kulit dan tidak 2. Monitor suhu tubuh panas
ada pusing 3. Monitor kadar 8. Manajemen cairan
elektrolit 9. Manajemen kejang
4. Monitor keluaran urin 10. Pemantauan cairan
5. Monitor komplikasi 11. Pemberian obat
akibat hipertermia 12. Pemberian obat
Terapeutik intravena
1. Sediakan lingkungan 13. Pemberian obat oral
yang dingin 14. Pencegahan
hipertermi keganasan
2. Longgarkan atau 15. Perawatan sirculasi
lepaskan pakaian Promosi teknik kulit
3. Basahi dan kipasi ke kulit
permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari
atau lebih sering
mengalami
hiperhidrosis (keringat
berlebih)
6. Lakukan pendinginan
eksternal (mis.
Selimut hipotermia
atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila).
7. Berikan oksigen jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu.
Termogulasi tidak efektif Regulasi Temperatur Definisi 1. Edukasi aktivitas /
Setelah dilakukan tindakan : mempertahankan suhu tubuh istirahat
keperawatan diharapkan dalam batas normal 2. Edukasi berat badan
termogulasi tidak efektif Observasi efektif
dapat teratasi dengan kriteria 1. Monitor suhu anak 3. Edukasi dehidrasi
hasil : sampai stabil (36,5- 4. Edukasi pengukuran
37,5oC) suhu tubuh
a. Keseimbangan antara 2. Monitor suhu tubuh 5. Edukasi terapi cairan
produksi panas, panas anak tiap 2 jam 6. Edukasi
yang diterima, dan 3. Monitor tekanan termoregulasi
kehilangan panas darah, frekuensi 7. Kompres dingin
b. Seimbang antara pernapasan dan nadi 8. Kompres panas
produksi panas, panas 4. Monitor warna dan 9. Manajemen cairan
yang diterima, dan suhu kulit 10. Manajemen demam
kehilangan panas 5. Monitor dan catat 11. Manajemen
selama 28 hari tanda hipotermi dan hipertermi
pertama kehidupan hipertermi 12. Manajemen
c. Temperatur stabil hipotermi
d. Tidak ada kejang 13. Manajemen
lingkungan
14. Pemantauan cairan
15. Pemantauan tanda
vital
16. Pencegahan
hipertermi maligna
17. Perawatan bayi
18. Promosi teknik kulit
ke kulit

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan
tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat
yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukann merupakan
petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah
tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter dan petugas
kesehatan lain.
Perencanaan yang dapat diimplementasikan tergantung pada aktivitas berikut ini:
a. Kesinambungan pengumpulan data.
b. Penentuan prioritas.
c. Bentuk intervensi keperawatan.
d. Dokumentasi asuhan keperawatan.
e. Pemberian catatan perawatan secara verbal.
f. Mempertahankan rencana pengobatan.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang perawat buat
pada tahap perencanaan. Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat
dari hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan
dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan. Langkah-langkah evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Daftar tujuan-tujuan pasien.
b. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.
c. angdingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.
d. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Termoregulasi adalah suatu pengatur fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan. Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme
fisiologis dan perilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal,
hubungan antara produksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan
regulasi melalui mekanisme kontrol suhu untuk meningkatkan regulasi suhu.
Kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Henderson Manusia mengalami
perkembangan yang dimulai dari proses tumbuhkembang dalam rentang kehidupan (life
span). Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, individu memulainya dengan bergantung
pada orang lain dan belajar untuk mandiri melalui sebuah proses yang disebut
pendewasaan. Proses tersebut dipengaruhi oleh pola asuh, lingkungan sekitar, dan status
kesehatan individu.

B. Saran
Diharapkan mahasiswa dapat meningkatan pelayanan, penerapan, dan pengajaran,
asuhan keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah gangguan kesimbangan suhu
tubuh, Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi semua orang yang
membacanya. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu untuk
pengetahuan, Selain itu diperlukan lebih banyak referensi dalam penyusunan makalah ini
agar lebih baik.
Daftar pustaka

Atkinson ,Fundamental of Nursing,1997

Carpeniton,Lynda Juall,Diagnosa Keperawatan,Aplikasi pada praktik,edisi6,EGC,Jakarta,1999

Guyton,Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit,EGC,Jakarta,1997.

http://repository.poltekkes-tjk.ac.id
Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika Azwar.
2003.

Faktor – faktor yang mempengaruhi suhu tubuh Sudoyo aru, dkk 2009.

Kebutuhan dasar manusia Potter & Perry, 2005.


ASUHAN KEPERAWATAN KASUS GANGGUAN
KESEIMBANGAN SUHU TUBUH

A. Kasus
NY.D.A usia 19 tahun 2 hari lalu klien mengeluh panas, klien mengatakan sering panas
malam hari ,panas hilang timbul, panas disertai keringat,dan nyeri di bagian perut, oleh
keluarga, klien di bawah ke dokter keluarga. Kemudian dokter memberikan rujukan ke
RSUD KRMT Wongsonegoro. Klien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami
penyakit yang sama.

B. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : dahlia
Tempat tanggal lahir : 10 juli 2002 wongsonegoro
Umur anak : 19 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pekerjaan : mahasiswa
Agama : islam
Alamat : jalan pecong nomer 25 wongsonegoro, jawa tengah

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengatakan badannya terasa panas, dan mengeluh nyeri di bagian perut
b. Riawayat penyakit sekarang
2 hari lalu klien mengeluh panas, mual-mual dan nyeri di bagian perut
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan tidak pernah badan panas berhari-hari, dan nyeri di bagian
perut
d. Penyakit keluarga
Keluarga tidak ada yang hipertermia

3. Pemeriksaan fisik
Ds :
 Klien mengatakan sering panas di malam hari
 Panasnya hilang timbul
 Panas disertai dengan keringat
 Nyeri di bagian perut

Do :

 Kulit klien terasa hangat


 TTV : suhu 37,8°C, N 100x/menit, TD 120/80 ,RR 23x/m

ANALISA DATA

NO Data Etiologi Masalah


1. Ds :
Klien mengatakan; badan
terasa panas, panas hilang
dan timbul kembali, dan
disertai dengan keringat.
Do : Proses penyakit Hipertermia
SDKI D.0130
(Hal 284)
Kulit klien terasa hangat,
TTV : S 37,8°C , N 100x/m,
TD 120/80, RR 23x/m

2. Ds:
Klien mengatakan nyeri
dibagian perut Faktor fisiologi Nyeri akut
Do : SDKI D.0077
Sulit tidur , tampak meringis (hal 172)

C. Diagnosis keperawatan
1. Hipertermia b.d. proses penyakit
(SDKI D.0130 Hal 284)
2. Nyeri akut b.d. faktor fisiologis
(SDKI D.0077 hal 172)

D. Intervensi keperawatan

NO Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1. Hipertermia b.d. Setelah dilakukan tindakan Observasi
proses penyakit keperawatan selama 2 x 24 1. Identifikasi penyebab
(SDKI D.0130 Hal jam di harapkan : hipertermia (mis.
284) 1. Suhu tubuh klien Dehidrasi, terpapar
cukup membaik atau lingkungan panas,
membaik dengan skala penggunaan incubator)
4–5 2. Monitor suhu tubuh
2. Suhu kulit klien cukup 3. Monitor komplikasi
membaik atau akibat hipertermia
membaik dengan skala
4–5 Tarapeutik
SLKI L.14134 (hal 1. Sediakan lingkungan
129) yang dingin
2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4. Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami
hyperhidrosis (keringat
berelbih)
5. Lakukan pendinginan
eksternal (mis. Selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada ,abdomen, aksila )
6. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
Edukasi
1. Amjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena , jika perlu
SIKI I.15506 (hal 181)
2. Nyeri akut b.d. Setelah dilakukan tindakan Observasi
faktor fisiologis keperawatan selama 2 x 24 1. Identifikasi lokasi,
(SDKI D.0077 hal jam di harapkan : karakteristik, durasi,
172) 1. Keluhan nyeri klien frekuensu, kualitas,
cukup menurun atau intensitas nyeri
menurun dengan skala 2. Identifikasi skala nyeri
4–5 3. Identifikasi respon nyeri
2. Meringis klien cukup non verbal
menurun atau menurun 4. Identifikasi faktor yang
dengan skala 4-5 memperberat dan
3. Kesulitan tidur klien memperingan nyeri
cukup menurun atau 5. Identifikasi pengaruh
menurun dengan skala budaya terhadap respon
4-5 nyeri
SLKI L.08066 (hal 6. Identifikasi pengaruh
145) nyeri pada kualitas
hidup

Tarapeutik
1. Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknis
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin ,
terapi bermain
2. Control lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Petimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredahkan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
SIKI I.08238 (hal 201)

E. Implementasi dan evaluasi

NO Diagnosa Tgl/jam Implementasi Evaluasi paraf


1. Hipertermia 2 feb 21 Observasi S:
b.d. proses 08 : 00 1. mengidentifikasi - klien mengatakan panas
penyakit penyebab di malam hari menurun
(SDKI hipertermia (mis. O:
D.0130 Hal Dehidrasi, terpapar - Suhu tubuh klien cukup
284) lingkungan panas, membaik dengan skala
penggunaan 4
incubator) - Suhu kulit klien cukup
08 : 05 2. Memonitor suhu membaik dengan skala
tubuh 4
08 : 10 3. Memonitor A : masalah teratasi sebagian
komplikasi akibat - tujuan tercapai apabila
hipertermia respon pasien sesusai
dengan kriteria hasil
yang ditentukan
Tarapeutik - tujuan belum tercapai
08 : 20 4. menyediakan apabila respon pasien
tidak sesusai dengan
lingkungan yang
kriteria hasil yang telah
dingin di tentukan
08 : 30 5. melonggarkan atau
- tujuan tercapai sebagian
lepaskan pakaian
apabila respon pasien
08 : 40 6. membasahi dan ada yang sesusai dan
kipasi permukaan tidak dengan tujuan dan
tubuh kriteria hasil yang telah
di tentukan
09 : 00 7. mengganti linen
setiap hari atau P : intervensi di lanjutkan
lebih sering jika - menyediakan
mengalami lingkungan yang dingin
hyperhidrosis - melonggarkan atau
(keringat berelbih) lepaskan pakaian
09 : 20 8. melakukan - membasahi dan kipasi
pendinginan permukaan tubuh
eksternal (mis. - mengganti linen setiap
Selimut hipotermia hari atau lebih sering
atau kompres
dingin pada dahi, jika mengalami
leher, dada hyperhidrosis (keringat
,abdomen, aksila ) berelbih)
09 : 30 9. menghindari - melakukan pendinginan
pemberian eksternal (mis. Selimut
antipiretik atau hipotermia atau
aspirin kompres dingin pada
Edukasi dahi, leher, dada
09 : 45 10. menganjurkan tirah ,abdomen, aksila )
baring - menghindari pemberian
Kolaborasi antipiretik atau aspirin
10 : 00 11. mengkolaborasi - menganjurkan tirah
pemberian cairan baring
dan elektrolit Note : pertahankan kondisi
intravena , jika pasien apabila tujuan tercapai
perlu oleh pasien dan lanjutkan
SIKI I.15506 (hal intervensi apabila terdpat
181) tujuan yang belum tercapai
oleh pasien

2. Nyeri akut 3 feb 21 Observasi S:


b.d. faktor 08 : 00 1. mengidentifikasi - klien mengatakan
fisiologis lokasi, Keluhan nyeri klien
(SDKI karakteristik, cukup menurun
D.0077 hal durasi, frekuensu, - Kesulitan tidur klien
172) kualitas, intensitas cukup menurun
nyeri O:
08 : 10 2. mengidentifikasi - Meringis pada klien
skala nyeri cukup menurun dengan
08 : 20 skala 4
A : masalah teratasi sebagian
3. mengidentifikasi - tujuan tercapai apabila
08 : 30 respon nyeri non respon pasien sesusai
dengan kriteria hasil
verbal yang ditentukan
4. mengidentifikasi
faktor yang - tujuan belum tercapai
apabila respon pasien
08: 40 memperberat dan
tidak sesusai dengan
memperingan nyeri kriteria hasil yang telah
5. mengidentifikasi di tentukan
pengaruh budaya
- tujuan tercapai sebagian
08 : 50 terhadap respon apabila respon pasien
nyeri ada yang sesusai dan
6. mengidentifikasi tidak dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah
pengaruh nyeri di tentukan
pada kualitas hidup
09 : 00 P : intervensi di lanjutkan
Tarapeutik - memberikan Teknik
7. memberikan nonfarmakologis untuk
Teknik mengurangi rasa nyeri
nonfarmakologis (mis. TENS, hypnosis,
untuk mengurangi akupresur, terapi music,
rasa nyeri (mis. biofeedback, terapi
TENS, hypnosis, pijat, aromaterapi,
akupresur, terapi teknis imajinasi
music, terbimbing, kompres
biofeedback, terapi hangat/dingin , terapi
pijat, aromaterapi, bermain
teknis imajinasi - mengontrol lingkungan
terbimbing, yang memperberat rasa
kompres nyeri (mis. suhu
09 : 30 hangat/dingin , ruangan, pencahayaan,
terapi bermain kebisingan)
8. mengontrol - memfasilitasi istirahat
lingkungan yang dan tidur
memperberat rasa - mempretimbangkan
nyeri (mis. suhu jenis dan sumber nyeri
ruangan, dalam pemilihan strategi
09 : 35 pencahayaan, meredahkan nyeri
kebisingan) - menjelaskan penyebab,
12 : 00 9. memfasilitasi periode, dan pemicu
istirahat dan tidur nyeri
10. mempretimbangkan - menjelaskan strategi
jenis dan sumber meredakan nyeri
nyeri dalam - menganjurkan
pemilihan strategi memonitor nyeri secara
12 : 20 meredahkan nyeri mandiri
Edukasi - menganjurkan Teknik
11. menjelaskan nonfarmakologis untuk
12 : 30 penyebab, periode, mengurangi rasa nyeri
dan pemicu nyeri - mengolaborasi
13 : 00 12. menjelaskan pemberian analgetik,
strategi meredakan jika perlu
nyeri Note : pertahankan kondisi
13 : 20 13. menganjurkan pasien apabila tujuan tercapai
memonitor nyeri oleh pasien dan lanjutkan
secara mandiri intervensi apabila terdpat
14. menganjurkan tujuan yang belum tercapai
Teknik oleh pasien
nonfarmakologis
13 : 40 untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
15. mengolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu
SIKI I.08238 (hal 201)

Anda mungkin juga menyukai