Anda di halaman 1dari 11

Paper

DEMAM

OLEH: AHMED MAWARDI NIM: 080100239

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, laporan kasus ini dapat diselesaikan tepat waktu. Ucapan terima kasih dan penghargaan penyusun ucapkan kepada dr. Dwi Bayu sebagai pembimbing selam post test KKS di Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUP Haji Adam Malik Medan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan waktunya dalam membimbing dan membantu selama pelaksanaan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, segala kritik dan saran yang membangun atas laporan kasus ini dengan senang hati penyusun terima. Penyusun memohon maaf atas segala kekurangan yang diperbuat dan semoga penyusun dapat membuat laporan kasus lain yang lebih baik di kemudian hari. Akhir kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.

Medan, 16 Agustus 2012 Penyusun

Ahmed Mawardi

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... Daftar Isi ............................................................................................................................. Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................................. Bab 2 Demam ..................................................................................................................... 2.1. Definisi ............................................................................................................... 2.2. Etiologi ............................................................................................................... 2.3. Tipe demam ........................................................................................................ 2.4. Patofisiologi........................................................................................................ 2.5. Penatalaksanaan..................................................................................................

2 3 4 4 4 5 8 9 9

Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 11

BAB 1 PENDAHULUAN

Keadaan demam sejak zaman Hipocrates sudah diketahui sebagai pertanda penyakit. Galileo pada abad pertengahan menciptakan alat pengukur suhu dan Santorio melaksanakan aplikasi pertama penemuan alat ini di lingkungan klinik. Tiga abad kemudian baru untuk pertama kali, Traube memperlihatkan sebuah kurva suhu secara menyeluruh yang dibuat di sebuah klinik di Leipzig. Penggunaan kurva suhu semakin meluas setelah dipublikasikannya pendapat Wunderlich pada tahun 1868, dimana beliau mengatakan bahwa semakin banyak pengalamannya dalam memakai alat pengukur suhu ini semakin bertambah keyakinannya mengenai manfaat pengukuran tersebut, khususnya untuk mendapatkan informasi yang cukup akurrat dan prediktif mengenai kondisi seorang pasien.1 Suhu pasien diukur dengan termometer dan tempat pengambilannya dapat di aksila, oral, atau rektum. Suhu tubuh normal berkisar 36,5 37,2 oC. Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus. Demam terjadi pada oral temperature >37,2C.2 Hiperpireksia adalah suatu keadaan kenaikan suhu tubuh sampai 41,2oC atau lebih. Sedangkan hipotermia adalah keadaan suhu tubuh dibawah 35oC.1 Demam biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamur, atau parasit), penyakit autoimun, keganasan, ataupun obat-obatan.3 Demam pada beberapa keadaan perlu dilakukan pengukuran suhu tubuh yang lebih akurat seperti pada pasien yang banyak berkeringat atau dengan frekuensi pernapasan yang tinggi.1

BAB 2 DEMAM

2.1.

Definisi

Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus.2 Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2C. Derajat suhu yang dapat dikatakan demam adalah rectal temperature 38,0C atau oral temperature 37,5C atau axillary temperature 37,2C.3 Istilah lain yang berhubungan dengan demam adalah hiperpireksia. Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam dengan suhu >41,5C yang dapat terjadi pada pasien dengan infeksi yang parah tetapi paling sering terjadi pada pasien dengan perdarahan sistem saraf pusat.1,2 Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang, misalnya terhadap toksin bakteri, peradangan, dan ransangan pirogenik lain. Bila produksi sitokin pirogen secara sistemik masih dalam batas yang dapat ditoleransi maka efeknya akan menguntungkan tubuh secara keseluruhan, tetapi bila telah melampaui batas kritis tertentu maka sitokin ini membahayakan tubuh. Batas kritis sitokin pirogen sistemik tersebut sejauh ini belum diketahui.4 2.2. Etiologi Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi. Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak antara lain pneumonia, bronkitis, osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis, bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis, meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan lain-lain.6,7 Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain viral pneumonia, influenza, demam berdarah dengue, demam chikungunya, dan virus-virus umum seperti H1N1. Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain coccidioides imitis, criptococcosis, dan lain-lain.4 Infeksi parasit yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain malaria, toksoplasmosis, dan helmintiasis.4,6,7

Gambar 1 : Penyebab demam faktor infeksi.7 Demam akibat faktor non-infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi, keadaan tumbuh gigi, dll), penyakit autoimun (arthritis, systemic lupus erythematosus, vaskulitis, dll), keganasan (Penyakit Hodgkin, Limfoma non-hodgkin, leukemia, dll), dan pemakaian obat-obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan antihistamin).3 Selain itu anak-anak juga dapat mengalami 6

demam sebagai akibat efek samping dari pemberian imunisasi selama 1-10 hari.6 Hal lain yang juga berperan sebagai faktor non infeksi penyebab demam adalah gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan otak, status epileptikus, koma, cedera hipotalamus, atau gangguan lainnya.1

Gambar 2 : Penyebab demam faktor noninfeksi.7

2.3. Tipe demam Adapun tipe-tipe demam yang sering dijumpai antara lain:1 Demam septik Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat yang normal pada pagi hari Pada demam ini, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu normal Pada demam ini, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Pada demam ini, terdapat variasi suhu sepanjang hari yang tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada demam ini, kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

Demam hektik

Demam remiten

Demam intermiten

Demam Kontinyu

Demam Siklik

Istilah lainnya yang digunakan untuk menggambarkan jenis demam atau demam:4,8 Demam berkepanjangan (prolonged fever) adalah demam yang berlangsung lebih dari sekitar 10-14 hari. Kronis: Demam berlangsung lebih lama dari tiga sampai empat hari, beberapa peneliti menganggap demam intermiten yang muncul kembali selama beberapa bulan untuk tahun sebagai demam "kronis". Hiperpireksia: Demam yang sama dengan atau di atas 41,2oC yang merupakan keadaan darurat medis. (DAVIS) Recurrent fever (febris recurrens) merupakan demam yang mengambuh. Undulant fever ( febris undulans ), ditandai dengan kenaikan suhu tubuh secara berangsur yang diikuti dengan penurunan suhu tubuh secara berangsur pula sampai normal. Irreguler fever (febris irregularis), ditandai dengan variasi diurnal yang tidak teratur dalam selang waktu yang berbeda. Gejala ini ditemukan pada demam rematik, disentri, influenza, sepsis, rheumocarditis dan lain-lain. Inverted fever ( febris inversa ), dalam hal ini suhu tubuh pagi hari lebih tinggi daripada malam hari. Gejala ini ditemukan pada TBC paru-paru, sepsis dan bruselosis.

2.4. Patofisiologi Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen. Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu pirogen eksogen dan pirogen endogen. Pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari pirogen eksogen adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Pirogen endogen merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh pasien. Contoh dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-, dan IFN. Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika terstimulasi.2 Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik, maka monosit, makrofag, dan sel-sel Kupffer mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen IL-1 (interleukin 1), TNF (Tumor Necrosis Factor ), IL-6 (interleukin 6), dan INF (interferon) yang bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan termostat.2 Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang endotelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin. Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus mempertahankan suhu di titik patokan yang baru dan bukan di suhu normal. Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru. Sebagai contoh, pirogen endogen meningkatkan titik patokan menjadi 38,9C, hipotalamus merasa bahwa suhu normal prademam sebesar 37 C terlalu dingin, dan organ ini memicu mekanisme-mekanisme respon dingin untuk meningkatkan suhu tubuh.6,9 Mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut.5 2.5. Penatalaksanaan Demam merupakan mekanisme pertahanan diri atau reaksi fisiologis terhadap perubahan titik patokan di hipotalamus. Penatalaksanaan demam bertujuan untuk merendahkan suhu tubuh

yang terlalu tinggi bukan untuk menghilangkan demam. Penatalaksanaan demam dapat dibagi menjadi dua garis besar yaitu: non-farmakologi dan farmakologi. Adapun yang termasuk dalam terapi non-farmakologi dari penatalaksanaan demam: 1. Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi dan beristirahat yang cukup. 2. Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada saat menggigil. Memakai satu lapis pakaian dan satu lapis selimut sudah dapat memberikan rasa nyaman kepada penderita. 3. Memberikan kompres hangat pada penderita. Jangan berikan kompres dingin karena akan menyebabkan keadaan menggigil dan meningkatkan kembali suhu inti.3 Tujuan dalam mengobati demam adalah pertama untuk mengurangi titik patokan hipotalamus yang tinggi dan kedua untuk memfasilitasi kehilangan panas. Mengurangi demam dengan antipiretik juga mengurangi gejala-gejala sistemik sakit kepala, mialgia, dan arthralgias. Obat-obatan yang dipakai dalam mengatasi demam (antipiretik) adalah parasetamol (asetaminofen) dan ibuprofen. Parasetamol cepat bereaksi dalam menurunkan panas sedangkan ibuprofen memiliki efek kerja yang lama.6 Aspirin dan NSAID oral efektif mengurangi demam tapi dapat mempengaruhi trombosit dan saluran pencernaan. Oleh karena itu, parasetamol lebih disukai dari semua obat antipiretik. Pada anak-anak, parasetamol harus digunakan karena aspirin meningkatkan risiko sindrom Reye. Jika pasien tidak dapat mengambil antipiretik oral, sediaan NSAID parenteral dan preparat supositoria rektal berbagai antipiretik dapat digunakan.2 Selain pemberian antipiretik juga perlu diperhatikan mengenai pemberian obat untuk mengatasi penyebab terjadinya demam. Antibiotik dapat diberikan untuk mengatasi infeksi bakteri. Pemberian antibiotik hendaknya sesuai dengan tes sensitivitas kultur bakteri apabila memungkinkan.6 Pengobatan demam pada beberapa pasien sangat dianjurkan. Demam meningkatkan kebutuhan akan oksigen (yaitu, untuk setiap kenaikan 1 C lebih dari 37 C, ada peningkatan 13% dalam konsumsi oksigen) dan dapat memperburuk insufisiensi jantung serebrovaskular, atau paru yang sudah ada sebelumnya. Suhu tinggi dapat menyebabkan perubahan mental pada pasien dengan penyakit otak organik. Anak-anak dengan riwayat kejang demam atau nonfebrile harus diobati secara agresif untuk mengurangi demam, meskipun tidak jelas apa yang memicu kejang demam dan tidak ada korelasi antara kenaikan suhu mutlak dan timbulnya kejang demam pada anak-anak yang rentan.2 10

DAFTAR PUSTAKA

1.

Nelwan, R.H., 2009. Demam: Tipe dan Pendekatan. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., dan Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing, 2767-2768. 2. Dinarello, C.A., and Gelfand, J.A., 2005. Fever and Hyperthermia. In: Kasper, D.L., et. al., ed. Harrisons Principles of Internal Medicine. 16th ed. Singapore: The McGrawHill Company, 104-108. 3. Kaneshiro, N.K., and Zieve, D. 2010. Fever. University of Washington. Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000980.htm. [Updated 29 January 2010]. 4. Davis, C.P., 2011. Fever in Adults. University of Texas Health Science Center at San Antonio. Available from: http://www.emedicinehealth.com/script/main/art.asp? articlekey=58831. [Updated 19 April 2011]. 5. Sherwood, L., 2001. Keseimbangan Energi dan Pengaturan Suhu. Dalam: Santoso, B.I., Editor. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi Keempat. Jakarta: EGC, 596-607. 6. Graneto, J.W., 2010. Pediatric Fever. Chicago College of Osteopathic Medicine of Midwestern University. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/801598overview. [Updated 20 May 2010]. 7. Collins, R. Douglas. 2008. Fever. In: Seigafuse S et.l. (ed). Differential Diagnosis in Primary Care, 4th Edition. Lippincott Williams & Wilkins. 8. Kusuma SAF, Sopyan I. Penyuluhan pengenalan dan pemahaman tipe demam serta pertolongan pertamanya melalui pemanfaatan potensi tumbuhan obat di desa pasir jambu kecamatan pasir jambu kabupaten bandung. Laporan akhir kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Padjadjaran. 9. Ganong, W.F., 2002. Pengaturan Sentral Fungsi Visera. Dalam: Widjajakusumah, M.D., Editor. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC, 240-246. 10. Purwoko, Djauhar I., dan Soetaryo, 2003. Demam pada anak: perabaan kulit, pemahaman dan tindakan ibu. B.I.Ked., 35 (2), 111-118 Availabe from: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/35203111118.pdf. [Updated June 2003]. 11. Definisi, klasifikasi dan pola demam. Available from: xa.yimg.com/kq/groups/15854266/766761054/name/Monograf.[Accessed: August 16, 2012). 12. Dwijaya, Anandhika. 2011. Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Ibu Dalam Pemberian Parasetamol Kepada Anak Sebagai Penatalaksanaan Awal Demam Di Kelurahan Tegal Sari Mandala Ii Kecamatan Medan Denai Medan Tahun 2011. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

11

Anda mungkin juga menyukai