PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kecil) dari agregasi trombosit beserta komponennya dari plak yang
ruptur akan mengakibatkan infark kecil di distal adalah petanda
kerusakan miokard
4
APTS \adalah dimana simptom iskemia sesuai SKA, tanpa terjadi
peningkatan enzim petanda jantung (CK-MB, troponin) dengan atau
tanpa perubahan EKG yang menunjukkan iskemia (depresi segmen
ST, inversi gelombang T dan elevasi segmen ST yang transien.
Yang termasuk dalam angina tak stabil adalah :
a) Bila pasien dengan angina yang masih baru dalam 2 bulan, di
mana angina adalah cukup berat dan frekuensi lebih dari 3 kali
per hari.
b) Bila pasien dengan angina yang makin bertambah berat,
sebelumnya angina stabil, tapi serangan angina timbul lebih
sering dan lebih berat nyerinya tetapi faktor presipitasi makin
ringan.
c) Pasien dengan serangan angina masa istirahat.
2. Infark Miokard Tanpa Elevasi Segmen ST (NSTEMI)
Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) adalah sama
dengan angina pektoris tak stabil dan penatalaksanaan juga adalah
sama. Akan tetapi NSTEMI ditegakkan dengan adanya nekrosis
miokard dan adanya peningkatan biomaker jantung.
3. Infark Miokard Dengan Elevasi Segmen ST (STEMI)
Infark miokard ini merupakan gambaran cedera miokard
transmural akibat oklusi total arteri koroner oleh trombus.
5
intima yang normal. Keretakan bisa juga terjadi pada dinding plak
yang lemah karena terdapat enzim protease yang dihasilkan oleh
makrofag yang dapat melemahkan dinding plak (fibrous cap).
Ruptur menyebabkan terjadinya aktivasi, adhesi dan agregasi
platelet dan mengakibatkan terbentuknya trombus.
Trombus akan menyebabkan penyumbatan pembuluh darah
100% dan mengakibatkan terjadinya infark dengan elevasi
segmen ST, sedangkan bagi pembuluh yang tidak disumbat 100%
dan hanya menimbulkan stenosis yang berat akan menyebabkan
angina tak stabil
b. Trombosis dan agregasi trombosit
Agregasi platlet dan pembentukan trombus merupakan
salah satu faktor terjadinya angina tak stabil. Trombosis terjadi
akibat interaksi antara lemak, sel otot polos dan sel busa (foam
cell) yang terdapat dalam plak berhubungan dengan ekspresi
faktor jaringan dalam plak tak stabil.
Bila berhubungan dengan darah, faktor jaringan
berinteraksi dengan faktor VIIa untuk memulai kaskade reaksi
yang menghasilkan pembentukan trombin dan fibrin.
c. Vasospasme
Spasme berlaku bila terdapat perubahan tonus pembuluh
darah yang terjadi karena adanya produksi bahan vasoaktif dan
disfungsi endotel oleh platelet. Spasme sering kali terjadi pada
plak yang tak stabil dan berperan dalam pembentukan trombus.
Spasme yang terlokalisir pada angina prinzmetal juga
menyebabkan angina tak stabil.
d. Erosi pada plak tanpa ruptur
Penyempitan juga dapat disebabkan karena terjadinya
proliferasi dan migrasi dari otot polos sebagai reaksi terhadap
kerusakan endotel. Perubahan bentuk pembuluh karena
bertambahnya sel otot polos dapat menyebabkan penjempitan
pembuluh dengan cepat.
6
2. Infark Miokard dengan Elevasi Segmen ST (STEMI)
STEMI terjadi jika aliran darah koroner menurun secara
mendadak setelah oklusi trombus pada plak aterosklerosik
sebelumnya. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara
cepat pada lokasi injury vaskular, injury dicetus oleh hipertensi,
merokok dan akumulasi lipid. Stenosis arteri koroner berat yang
berkembang secara lambat selalunya tidak akan memicu STEMI.
Pada STEMI gambaran patologis klasik terdiri dari fibrin rich
red thrombus, menjadi dasar sehingga STEMI memberikan respon
pada terapi trombolitik.
Pada lokasi ruptur, agonis(kolagen,ADP,efinefrin,serotonin)
memicu aktivasi trombosit yang akan memproduksi dan melepaskan
tromboxanA2 (vasokonstriktor). Juga terjadi perubahan konfirmasi
reseptor glikoprotein IIb/IIIa.Setelah mengalami konversi fungsi,
reseptor mempunyai afinitas tinggi terhadap sekuan asam amino pada
protein adhesi yang larut (integrin) seperti faktor von Willebrand
(vWF) dan fibrinogen, dimana keduanya adalah molekul multivalen
yang dapat mengikat 2 platelet yang berbeda secara simultan,
menghasilkan ikatan silang platelets dan agrerasi.
Kaskade koagulasi di aktivasi oleh tissue factor pada sel endotel
yang rusak. Faktor VII dan X di aktivasi, mengakibatkan konversi
protrombin ke trombin dan fribrinogen ke fibrin. Arteri koroner
tersebut akan mengalami oklusi oleh trombus yang terdiri dari agregasi
trombosit dan fibrin.3
3. Infark Miokard Tanpa Elevasi Segmen ST (NSTEMI)
NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau
peningkatan kebutuhan oksigen miokard. NSTEMI juga terjadi karena
trombosis akut atau konstriksi koroner.
Trombosis akut diawali dengan ruptur plak yang tidak stabil.
Plak ini biasanya mempunyai inti lipid yang besar, densitas otot polos
yang rendah ,fibrous cap tipis dan konsentrasi faktor jaringan yang
7
tinggi. Di lokasi ruptur plak dapat dijumpai sel makrofag dan limfosit
T yang mengindikasi proses inflamasi.
E. Faktor Resiko
Faktor resiko penyakit jantung koroner dapat dibagi kepada dua
faktor resiko utama dan faktor resiko pendukung.
Faktor resiko utama adalah faktor yang sering menyebabkan
penyakit jantung koroner. Faktor resiko utama dapat dibagi lagi kepada
dua yaitu faktor resiko utama yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor
resiko utama yang dapat dimodifikasi.
8
preeklampsia, menopause, penggunaan obat kontrasepsi oral dan
terapi hormonal.
Wanita dengan sindrom ovarium polikistik menyebabkan
peningkatan resiko terjadinya sindroma metabolik dan faktor
resiko penyakit jantung koroner.
Wanita hamil dengan preeklampsia ditandai dengan
hipertensi (>140/90 mmHg) dan proteinuria (> 0,3g/24 jam) masa
kehamilan 20 minggu berisiko 2 kali terkena penyakit jantung
koroner dibanding dengan wanita normotensi selama masa
kehamilan.
Menopause awal pada wanita meningkatkan resiko terkena
penyakit jantung koroner atau stroke dibanding dengan wanita
yang dapat menopause pada waktu normal.
c) Genetik
Studi mengenai genom berhasil mengidentifikasi SNPs
(single nucleotide polymorphism) berkaitan dengan peyakit
jantung koroner, infark miokard atau keduanya. Gen Ch9p21 SNP
adalah gen yang berperan dalam terjadinya penyakit jantung
koroner dan infark miokard.
Anak dari orang tua dengan penyakit jantung koroner lebih
berpotensi terkena penyakit jantung. Baik pria atau wanita yang
memiliki minimum satu orang tua yang memiliki penyakit jantung
koroner beresiko 1,4 - 1,6 kali untuk terkena penyakit jantung
koroner.
9
meningkatkan noradrenalin dalam plasma, meningkatkan tekanan
darah, cardiac output naik, dan meningkatkan konsumsi oksigen
sehingga menyebabkan penyempitan aterosklerotik, penempelan
platelet dan menurunkan HDL.
Merokok dapat meningkatkan oksidasi dari LDL yang dapat
meningkatkan faktor lain seperti hiperlipidemia, hipertensi, dan
diabetes melittus.
Merokok meningkatkan resiko penyakit jantung koroner
sebanyak 2-4 kali dari orang yang tidak merokok. Orang yang
merokok satu bungkus rokok setiap hari resiko serangan jantung
berlipat 2 kali dari orang yang tidak merokok. Wanita yang merokok
mempunyai resiko 25% lebih besar terkena penyakit jantung koroner
dibanding dengan pria yang merokok.
10
c) Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi meningkatkan kerja jantung dan
menyebabkan dinding jantung menjadi kaku dan tebal yang
menyebabkan jantung tidak bekerja dengan baik dan meningkatkan
resiko serangan jantung, stroke dan gagal ginjal.
Terdapat dua patofisiologi bagaimana hipertensi menyebabkan
penyakit jantung koroner. Teori pertama adalah, hipertensi
menyebabkan kerusakn pada endotel yang menybabkan senyawa
vasodilator tidak keluar dan membuat penumpukan oksigen reaktif
serta penumpukan faktor -faktor inflamasi yang mendukung
aterosklerosis, trombosis dan penyumbatan pembuluh darah. Teori
kedua, hipertensi menyebabkan peningkatan afterload yang
mengakibatkan hipertropi dari ventrikel kiri yang menybabkan
meningkatnya kebutuhan oksigen miokardium dan penurunan aliran
darah koroner.
Orang dengan hipertensi memiliki resiko 3 kali lebih besar
untuk terkena penyakit jantung koroner dibanding dengan orang yang
normotensi.
11
berbagai hal seperti peningkatan kadar insulin dan resistensi insulin
(diabetes melitus) dimana insulin bisa menyebabkan peningkatan
tekanan darah dengan mempengaruhi retensi garam.
Berat badan berlebihan akan meningkatkan kerja jantung
karena meningkatkan jumlah tahanan perifer total sehingga tekanan
darah menjadi tinggi. Ini menyebabkan penebalan dinding ventrikel
sehingga meningkatkan massa pada ventrikel terutama ventrikel kiri.
Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida
serta menurunkan kadar HDL.
Peningkatan 10kg berat badan akan meningkatkan tekanan
sistol sebesar 3mmHg dan tekanan diastol sebesar 2,5mmHg (Artham,
et al., 2009) dan setiap peningkatan IMT sebesar 4kg/m² meningkatkan
resiko terkena penyakit jantung iskemik sebesar 26%.
f) Diabetes melitus
Kadar gula dalam darah yang tinggi menyebabkan peningkatan
plak ateromatous pada arteri. Kematian pasien diabetes melitus sering
disebabkan serangan sindroma koroner akut dibandingkan dengan
yang tidak memiliki diabetes mellitus. Diabetes dapat meningkatkan
resiko menjadi penyakit jantung sebesar 2 kali lipat.
12
pembuluh darah arteri. Ini bisa menyebabkan peningkatan serangan
jantung.
Faktor psikologi seperti stress, depresi, dan anxiety secara
signifikan kontribusi dalam onset, gejala klinis dan prognosis penyakit
jantung koroner. Orang yang mengalami stres berat beresiko terkena
penyakit jantung koroner sebesar 1,27 kali dibanding yang mengalami
stres ringan.
b) Alkohol
Alkohol berlebihan dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah sehingga menyebabkan gagal jantung dan memicu stroke.
Minum alkohol dalam jumlah sedang dapat menurunkan resiko
penyakit jantung. Alkohol dengan dosis 15g/hari untuk wanita dan
30g/hari untuk pria secara signifikan dapat meningkatkan kadar HDL,
apolipoprotein A1, adiponektin dan tidak berefek pada level
trigliserida.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindroma Koroner Akut (SKA) adalah penyakit jantung koroner atau
penyakit arteri koroner adalah penyakit jantung di mana dinding endotel
bagian dalam pada satu atau lebih arteri koroner menjadi sempit akibat
akumulasi kronis dari plak ateromatous yang mengurangi aliran darah yang
kaya nutrisi dan oksigen sehingga merusak struktur dan fungsi jantung dan
meningkatkan resiko nyeri dada (contohnya angina pektoris) dan serangan
jantung (infark miokard).
B. Saran
Dengan tersusunnya makalah ini semoga bisa bermanfaat bagi
pembaca maupun penulis. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami
butuhkan, karena penulis sadar bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna.dan kami sangat mengharapkan kritik dan saran itu dari
pembaca.untuk penulisan makalah selanjutnya yang lebih baik.
14
DAFTAR PUSTAKA
Harun S, Alwi I. Infark miokard akut tanpa elevasi ST. In: A.W Sudoyo, et al.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publising; 2009. p
1757
15