Anda di halaman 1dari 40

Shiella Gunawan

25 Mei 2011
 Hemoptisis adalah keadaan batuk dengan
pengeluaran sputum berbercak darah atau
pengeluaran darah yang tampak jelas dari
dalam traktus respiratorius

Steven E. Weinberger, David A. Lipson, Cough and Hemoptysis in:


Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17 th edition.2008.p 225-228
Penelitian yang dilakukan di RS Persahabatan
oleh Retno dkk :
323 pasien hemoptisis di IGD RS Persahabatan
didapatkan TB paru 64,43%, bronkiektasis
16,71%, karsinoma paru 3,4%
Maria : 102 pasien hemoptisis rawat inap dan IGD
RS Persahabatan didapatkan TB paru 75,6%,
bekas TB paru 16,7%, bronkiektasis 7,8%.

Wihastuti R., Maria, Situmeang, et al, Profil penderita batuk darah yang berobat ke
bagian paru RSUP Persahabatan Jakarta. J. Respir Indo 1999;19:54-9
 Angka mortaliti hemoptisis masif
75% disebabkan oleh asfixia dan
70% penyebab hemoptisis di Indonesia adalah
tuberculosis

Menaldi Rasmin, Hemoptisis, editorial, Departemen Pulmonologi &


Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-SMF Paru RSUP Persahabatan
 Sebelum melakukan evaluasi diagnostik yang
ekstensif untuk mengetahui penyebab
hemoptisis, harus dipastikan bahwa darah
yang keluar itu berasal dari traktus
respiratorius dan bukan dari nasofarings atau
traktus gastrointestinal

Steven E. Weinberger, David A. Lipson, Cough and Hemoptysis in:


Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17 th edition.2008.p 225-228
 Penyakit Parenkim paru Penyakit Parenkimal Paru Difus(*)
 Abses paru(*) Angiosarkoma diseminata
 Aktinomikosis Kapilaritis (dengan/tanpa vaskulitis
 Amebiasis sistemik)
 Askariasis Farmer’s lung
 Aspergiloma(*) Granulomatosis Wagener
 Endometriosis paru Hemosiderosis paru idiopatik
 Histoplasmosis Inhalasi Isosianat
 Kista paru:congenital atau Keracunan trimelitik anhidrida
 didapat Krioglobulinemia campuran
 Koksidiodomikosis Lupus eritematosus sistemik
 Kontusio paru(*) Mixed connective tissue disease
 Metastasis di paru(*) Nefropati Ig A
 Mola hidatidosa Penyakit Legionnaire
 Mukormikosis Pneumonitis virus
 Nokardiosis Poliarteritis nodosa
 Paragonimiasis Sindrom Goodpasture
 Pneumonia akut & kronik Skleroderma
 Sekuestrasi bronkopulmoner Vaskulitis sistemik
 Sporotrikosis (*)
 Tuberkulosis paru (*)

Ceva W. Pitoyo, Hemoptisis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, 2009:294-296
 Kelainan Trakeobronkial Kelainan Kardiovaskular
 Adenoma bronkus Aneurisma aorta
 Amiloidosis Aneurisma arteri pulmonalis
 Aspirasi benda asing Aneurisma arteri subclavia
 Aspirasi isi lambung CABG
 Bronkiektasis (*) Emboli paru
 Bronkitis kronik Embolisasi lemak
 Bronkolitiasis Embolisasi tumor
 Endometriosis bronkus Fistula arteriovena pulmonalis(*)
 Fibrosis kistik(*) Gagal jantung kongestif (*)
 Fistula trakeoesofageal Ruptur arteri bronkial (*)
 Fistula arteritrakeal (*) Ruptur arteri pulmonalis (*)
 Hamartoma endobronkus Penyakit jantung kongenital
 Karsinoma bronkogenik (*) Perdarahan intrapulmonal difus (*)
 Metastasis endobronkus (*) Sindrom Hughes-Stovin
 Impaksi mukoid di bronkus Sindrom pasca infark miokard
 Telengiektasia bronkus Sindroma vena kava superior
 Trakeobronkitis akut (*) Skistomiasis
 Tuberkulosis endobronkus (*) Stenosis mitral
Varises vena pulmonalis

Ceva W. Pitoyo, Hemoptisis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, 2009:294-296
Kelainan Hematologi  Lain-lain
 DIC (Disseminated  Idiopatik
intravascular  Iatrogenik (*)
coagulation) - Biopsi jarum paru
 Leukemia (*) - Bronkoskopi
 Terapi antikoagulan - Kateterisasi jantung
 Trombositopenia - Malposisi pipa
drainase toraks (WSD)

Ceva W. Pitoyo, Hemoptisis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, 2009:294-296
 Sirkulasi darah paru berasal dari 2 sistem
sirkulasi yaitu
- sirkulasi bronkial
- sirkulasi pulmoner
 Sumber perdarahan hemoptisis dapat berasal
dari kedua sistem sirkulasi tersebut

Ceva W. Pitoyo, Hemoptisis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, 2009:294-296
JL Lordan, A Gascoigne, P.A. Corris. Assesment and Management of massive
hemoptysis, Thorax 2003;58:814–81
 Arteri-arteri bronchialis adalah sumber darah
utama bagi saluran nafas ( dari bronkus utama
hingga bronkialis terminalis), pleura, jaringan
limfoid intra pulmoner, serta persarafan di
daerah hilus.
 Arteri pulmonalis yang pada dasarnya adalah
membawa darah dari vena sistemik,
memperdarahi jaringan parenkim paru,
termasuk bronkiolus respiratorius
Ceva W. Pitoyo, Hemoptisis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, 2009:294-296
JL Lordan, A Gascoigne, P.A. Corris. Assesment and Management of massive
hemoptysis, Thorax 2003;58:814–81
Bila perdarahan berasal dari
lesi endobronkial, maka perdarahan adalah dari
sirkulasi bronkialis
lesi di parenkim maka perdarahan adalah dari
sirkulasi pulmoner

Ceva W. Pitoyo, Hemoptisis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, 2009:294-296
JL Lordan, A Gascoigne, P.A. Corris. Assesment and Management of massive
hemoptysis, Thorax 2003;58:814–81
Asal anatomis perdarahan berbeda tiap proses
patologik tertentu :
 bronkitis akibat pecahnya pembuluh darah
superfisial di mukosa.
 TB paru akibat robekan atau ruptur aneurisma
arteri pulmoner (dinding kaviti ”aneurisma
Rassmussen”), atau akibat pecahnya
anastomosis bronkopulmoner atau proses
erosif pada arteri bronkialis.

Menaldi Rasmin, Hemoptisis, editorial, Departemen Pulmonologi &


Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-SMF Paru RSUP Persahabatan
 Infeksi kronik akibat inflamasi sehingga terjadi
pembesaran dan proliferasi arteri bronchial
misal : bronkiektasis, aspergilosis atau fibrosis.
 Kanker paru akibat pembuluh darah yang
terbentuk rapuh sehingga mudah berdarah.

Menaldi Rasmin, Hemoptisis, editorial, Departemen Pulmonologi &


Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-SMF Paru RSUP Persahabatan
 Hemoptisis atau batuk darah adalah
ekpektorasi darah atau dahak berdarah berasal
dari saluran napas dibawah pita suara.

Ceva W. Pitoyo, Hemoptisis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, 2009:294-296
 Pseudohemoptisis adalah membatukkan darah
yang bukan berasal dari saluran napas bagian
bawah.
 Hemoptisis palsu seperti ini dapat berasal dari
rongga mulut, hidung, farings, lidah atau
bahkan hematemesis

Ceva W. Pitoyo, Hemoptisis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, 2009:294-296
Jacob L. Bidwell, M.D. and Robert W. Pachner, M.D., Hemoptysis:
Diagnosis and Management, Am Fam Physician 2005;72:1253-60
 Banyaknya jumlah batuk darah yang
dikeluarkan sangat penting diketahui untuk
menentukan klasifikasi nonmasif atau masif

Fitriah S.M., Budi Swidarmoko, Rita Rogayah, et al, Embolisasi Arteri Bronkial
pada hemoptisis, Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-
SMF Paru RSUP Persahabatan
 Rumah sakit persahabatan menggunakan 3
kriteria untuk menyatakan batuk darah masif :
 Batuk darah > 600 ml/24 jam dan dalam
pengamatan batuk darah tidak berhenti.
 Batuk darah < 600 ml/24 jam tetapi > 250 ml/24 jam
dan pada pemeriksaan hemoglobin < 10 gr% sedang
batuk darah masih berlangsung.
 Batuk darah < 600 ml/24 jam tetapi > 250 ml/24 jam
dan pada pemeriksaan hemoglobin > 10 gr% dan
pada pengamatan selama 48 jam dengan pengobatan
konservatif, batuk darah masih berlangsung.

Fitriah S.M., Budi Swidarmoko, Rita Rogayah, et al, Embolisasi Arteri Bronkial
pada hemoptisis, Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-
SMF Paru RSUP Persahabatan
Jacob L. Bidwell, M.D. and Robert W. Pachner, M.D., Hemoptysis:
Diagnosis and Management, Am Fam Physician 2005;72:1253-60
Jacob L. Bidwell, M.D. and Robert W. Pachner, M.D., Hemoptysis:
Diagnosis and Management, Am Fam Physician 2005;72:1253-60
Pemeriksaan penunjang :
1. Rongent Thoraks
20%-46%  rontgen toraks normal
2. CT scan toraks
sensitif untuk mendiagnosis bronkiektasis,
karsinoma bronkogenik, kelainan vakuler,
emboli paru, dan fistula bronko-arterial

Joo-Young Chun, Robert Morgan and Anna Maria Bellrole, Radiological management
of haemoptysis. Cardiovascular and Interventional Radiology 2010
John F. Bruzzi, FFRRCSI, Martine Re´my-Jardin, MD, Damien Delhaye MD. The multi
detector Row CT of haemoptysis. Radiographics 2006
3. Bronkoskopi
4. Pemeriksaan tambahan meliputi pemeriksaan
darah lengkap, hitung jenis, ureum, kreatinin,
urinalisis, dan pemeriksaan sputum gram dan
BTA serta kultur bila perlu

Steven E. Weinberger, David A. Lipson, Cough and Hemoptysis in:


Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17 th edition.2008.p 225-228
Secara umum, tujuan dari penatalaksanaan
pasien dengan hemoptisis adalah
- menghentikan perdarahan,

- mencegah asfiksia dan

- pengobatan penyebab dasarnya

Menaldi Rasmin, Hemoptisis, editorial, Departemen Pulmonologi &


Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-SMF Paru RSUP Persahabatan
Penatalaksanaan dilakukan melalui 3 tahap:
1. Proteksi jalan nafas dan stabilisasi pasien
2. Lokalisasi sumber perdarahan dan penyebab
perdarahan
3. Terapi spesifik

Menaldi Rasmin, Hemoptisis, editorial, Departemen Pulmonologi &


Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-SMF Paru RSUP Persahabatan
 Tahap 1
- Mempertahankan jalan nafas, pemberian
oksigen, koreksi koagulopati, resusitasi cairan
dan berusaha melokalisir sumber perdarahan.
- Mengistirahatkan pasien
- Memiringkan pasien ke arah sisi paru yang
diduga sumber perdarahan

Ceva W. Pitoyo, Hemoptisis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, 2009:294-296
Menaldi Rasmin, Hemoptisis, editorial, Departemen Pulmonologi &
Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-SMF Paru RSUP Persahabatan
Tahap 2
mencari sumber perdarahan dan penyebab
perdarahan : foto toraks, CT scan toraks,
angiografi, bronkoskopi kaku dan bronkoskopi
fiberoptik

Ceva W. Pitoyo, Hemoptisis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, 2009:294-296
Menaldi Rasmin, Hemoptisis, editorial, Departemen Pulmonologi &
Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-SMF Paru RSUP Persahabatan
Tahap 3
menghentikan perdarahan dan mencegah
perdarahan berulang.
(a) dengan bronkoskop : bilasan garam fisiologis,
epinefrin, pemberian trombin fibrinogen,
tamponade dengan balon
(b) tanpa bronkoskop antara lain pemberian obat
antifibrinolitik, pengobatan penyakit
primernya
Ceva W. Pitoyo, Hemoptisis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, 2009:294-296
Menaldi Rasmin, Hemoptisis, editorial, Departemen Pulmonologi &
Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-SMF Paru RSUP Persahabatan
Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Curiga dari traktus Curiga dari traktus


gastrointestinal aatau traktus respiratorius bagian bawah
respiratorius atas

Evaluasi Tr. GI atau CXR


THT

Masa
Normal Penyakit parenkim
paru lain

Curiga bronkitis Faktor resiko


Tidak ada fc resiko kanker Curiga diagnosis
kanker, anamnesis
dan tak ada
faktor resiko tertentu
CT
tidak curiga bronkitis kanker

Bronkoskopi dan CT

Bronkoskopi Tidak ada


dan/ CT observasi Hemoptoe berulang Evaluasi difokuskan kecurigaan
pada kecurigaan diagnosis
diagnosis

Menghentikan
perdarahan
bronkoskopi

Tak perlu
evaluasi

Steven E. Weinberger, David A. Lipson, Cough and Hemoptysis


in: Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17 th edition.2008.p 225-228
JL Lordan, A Gascoigne, P.A. Corris. Assesment and Management of
massive hemoptysis, Thorax 2003
Embolisasi arteri bronkial merupakan kateterisasi
arteri bronkial selektif dan angiografi yang
diikuti dengan embolisasi pembuluh darah
abnormal untuk menghentikan perdarahan

Fitriah S.M., Budi Swidarmoko, Rita Rogayah, et al, Embolisasi Arteri Bronkial pada hemoptisis,
Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-SMF Paru RSUP Persahabatan
 Embolisasi arteri bronkial pertamakali
diperkenalkan oleh Remi pada tahun 1973
dalam tatalaksana hemoptisis akut berat.
 Embolisasi arteri bronkial merupakan pilihan
modaliti terapi hemoptisis berat pada penyakit
inflamasi paru kronik seperti kistik fibrosis dan
bronkiektasis.

Fitriah S.M., Budi Swidarmoko, Rita Rogayah, et al, Embolisasi Arteri Bronkial pada hemoptisis,
Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-SMF Paru RSUP Persahabatan
merupakan tindakan alternatif
- kontraindikasi pembedahan seperti pada
penyakit paru lanjut bilateral,
- tidak dapat ditentukan lokasi perdarahan
dengan bronkoskopi,
- karsinoma bronkogenik yang tidak dapat
dilakukan pembedahan,
- hemoptisis berulang setelah reseksi paru dan
penolakan pasien

Fitriah S.M., Budi Swidarmoko, Rita Rogayah, et al, Embolisasi Arteri Bronkial pada hemoptisis,
Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-SMF Paru RSUP Persahabatan
 Embolisasi dianjurkan menggunakan bahan
embolan yaitu gelfoam atau partikel polyvinyl
alcohol.
 Embolisasi dilakukan sedistal mungkin untuk
mengurangi perdarahan ulang yang
disebabkan terbentuknya kolateralisasi di
bagian distal dan menghindari refluks bahan
embolan ke aorta

Seok Han, Young Ju Kim, Woocheol Kwon, Comparison of the effectiveness of embolic agent
for bronchial artery embolization, Korean J Radiol 2010; 11:542-546
Komplikasi embolisasi arteri bronkial
- Nyeri dada (24-91%)  sementara.
- Disfagia disebabkan embolisasi pada cabang
esofagus (0,7-18,2%)  sembuh spontan
- Diseksi subintimal aorta atau arteri bronkial
selama embolisasi (1-6,3 %).
- Iskemi spinal cord yang di sebabkan oklusi
arteri spinal (1,4-6,5%)

A Poyanli, B. Acunas, I. Rozanes, et al, Endovascular therapy in the management of moderate and
massive haemoptysis, British journal of radiology 2007;80:331-336
Komplikasi lain yang jarang terjadi
- nekrosis aorta

- bronkial fistula bronkoesofagus

- infark paru dan cortical blindness

A Poyanli, B. Acunas, I. Rozanes, et al, Endovascular therapy in the management of moderate and
massive haemoptysis, British journal of radiology 2007;80:331-336
 merupakan terapi definitif hemoptisis
 Tindakan bedah dilakukan bila:
- diketahui jelas sumber perdarahan
- tidak ada kontra indikasi medik
- setelah dilakukan pembedahan sisa paru masih
mempunyai fungsi yang adekuat (faal paru
adekuat)
- pasien bersedia dilakukan tindakan bedah

Menaldi Rasmin, Hemoptisis, editorial, Departemen Pulmonologi &


Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-SMF Paru RSUP Persahabatan
 Secara umum, tujuan dari penatalaksanaan
pasien dengan hemoptisis adalah
menghentikan perdarahan, mencegah asfiksia
dan pengobatan penyebab dasarnya.
 Embolisasi arteri bronkial merupakan pilihan
modaliti terapi hemoptisis berat pada penyakit
inflamasi paru kronik seperti kistik fibrosis dan
bronkiektasis.
 Embolisasi arteri bronkial adalah prosedur
yang efektif dan aman untuk penatalaksanaan
masif hemoptisis. Tetapi rekurensi hemoptisis
sering terjadi dan follow-up jangka panjang
sangat penting
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai