25 Mei 2011
Hemoptisis adalah keadaan batuk dengan
pengeluaran sputum berbercak darah atau
pengeluaran darah yang tampak jelas dari
dalam traktus respiratorius
Wihastuti R., Maria, Situmeang, et al, Profil penderita batuk darah yang berobat ke
bagian paru RSUP Persahabatan Jakarta. J. Respir Indo 1999;19:54-9
Angka mortaliti hemoptisis masif
75% disebabkan oleh asfixia dan
70% penyebab hemoptisis di Indonesia adalah
tuberculosis
Ceva W. Pitoyo, Hemoptisis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, 2009:294-296
Kelainan Trakeobronkial Kelainan Kardiovaskular
Adenoma bronkus Aneurisma aorta
Amiloidosis Aneurisma arteri pulmonalis
Aspirasi benda asing Aneurisma arteri subclavia
Aspirasi isi lambung CABG
Bronkiektasis (*) Emboli paru
Bronkitis kronik Embolisasi lemak
Bronkolitiasis Embolisasi tumor
Endometriosis bronkus Fistula arteriovena pulmonalis(*)
Fibrosis kistik(*) Gagal jantung kongestif (*)
Fistula trakeoesofageal Ruptur arteri bronkial (*)
Fistula arteritrakeal (*) Ruptur arteri pulmonalis (*)
Hamartoma endobronkus Penyakit jantung kongenital
Karsinoma bronkogenik (*) Perdarahan intrapulmonal difus (*)
Metastasis endobronkus (*) Sindrom Hughes-Stovin
Impaksi mukoid di bronkus Sindrom pasca infark miokard
Telengiektasia bronkus Sindroma vena kava superior
Trakeobronkitis akut (*) Skistomiasis
Tuberkulosis endobronkus (*) Stenosis mitral
Varises vena pulmonalis
Ceva W. Pitoyo, Hemoptisis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, 2009:294-296
Kelainan Hematologi Lain-lain
DIC (Disseminated Idiopatik
intravascular Iatrogenik (*)
coagulation) - Biopsi jarum paru
Leukemia (*) - Bronkoskopi
Terapi antikoagulan - Kateterisasi jantung
Trombositopenia - Malposisi pipa
drainase toraks (WSD)
Ceva W. Pitoyo, Hemoptisis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, 2009:294-296
Sirkulasi darah paru berasal dari 2 sistem
sirkulasi yaitu
- sirkulasi bronkial
- sirkulasi pulmoner
Sumber perdarahan hemoptisis dapat berasal
dari kedua sistem sirkulasi tersebut
Ceva W. Pitoyo, Hemoptisis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, 2009:294-296
JL Lordan, A Gascoigne, P.A. Corris. Assesment and Management of massive
hemoptysis, Thorax 2003;58:814–81
Arteri-arteri bronchialis adalah sumber darah
utama bagi saluran nafas ( dari bronkus utama
hingga bronkialis terminalis), pleura, jaringan
limfoid intra pulmoner, serta persarafan di
daerah hilus.
Arteri pulmonalis yang pada dasarnya adalah
membawa darah dari vena sistemik,
memperdarahi jaringan parenkim paru,
termasuk bronkiolus respiratorius
Ceva W. Pitoyo, Hemoptisis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, 2009:294-296
JL Lordan, A Gascoigne, P.A. Corris. Assesment and Management of massive
hemoptysis, Thorax 2003;58:814–81
Bila perdarahan berasal dari
lesi endobronkial, maka perdarahan adalah dari
sirkulasi bronkialis
lesi di parenkim maka perdarahan adalah dari
sirkulasi pulmoner
Ceva W. Pitoyo, Hemoptisis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, 2009:294-296
JL Lordan, A Gascoigne, P.A. Corris. Assesment and Management of massive
hemoptysis, Thorax 2003;58:814–81
Asal anatomis perdarahan berbeda tiap proses
patologik tertentu :
bronkitis akibat pecahnya pembuluh darah
superfisial di mukosa.
TB paru akibat robekan atau ruptur aneurisma
arteri pulmoner (dinding kaviti ”aneurisma
Rassmussen”), atau akibat pecahnya
anastomosis bronkopulmoner atau proses
erosif pada arteri bronkialis.
Ceva W. Pitoyo, Hemoptisis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, 2009:294-296
Pseudohemoptisis adalah membatukkan darah
yang bukan berasal dari saluran napas bagian
bawah.
Hemoptisis palsu seperti ini dapat berasal dari
rongga mulut, hidung, farings, lidah atau
bahkan hematemesis
Ceva W. Pitoyo, Hemoptisis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, 2009:294-296
Jacob L. Bidwell, M.D. and Robert W. Pachner, M.D., Hemoptysis:
Diagnosis and Management, Am Fam Physician 2005;72:1253-60
Banyaknya jumlah batuk darah yang
dikeluarkan sangat penting diketahui untuk
menentukan klasifikasi nonmasif atau masif
Fitriah S.M., Budi Swidarmoko, Rita Rogayah, et al, Embolisasi Arteri Bronkial
pada hemoptisis, Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-
SMF Paru RSUP Persahabatan
Rumah sakit persahabatan menggunakan 3
kriteria untuk menyatakan batuk darah masif :
Batuk darah > 600 ml/24 jam dan dalam
pengamatan batuk darah tidak berhenti.
Batuk darah < 600 ml/24 jam tetapi > 250 ml/24 jam
dan pada pemeriksaan hemoglobin < 10 gr% sedang
batuk darah masih berlangsung.
Batuk darah < 600 ml/24 jam tetapi > 250 ml/24 jam
dan pada pemeriksaan hemoglobin > 10 gr% dan
pada pengamatan selama 48 jam dengan pengobatan
konservatif, batuk darah masih berlangsung.
Fitriah S.M., Budi Swidarmoko, Rita Rogayah, et al, Embolisasi Arteri Bronkial
pada hemoptisis, Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-
SMF Paru RSUP Persahabatan
Jacob L. Bidwell, M.D. and Robert W. Pachner, M.D., Hemoptysis:
Diagnosis and Management, Am Fam Physician 2005;72:1253-60
Jacob L. Bidwell, M.D. and Robert W. Pachner, M.D., Hemoptysis:
Diagnosis and Management, Am Fam Physician 2005;72:1253-60
Pemeriksaan penunjang :
1. Rongent Thoraks
20%-46% rontgen toraks normal
2. CT scan toraks
sensitif untuk mendiagnosis bronkiektasis,
karsinoma bronkogenik, kelainan vakuler,
emboli paru, dan fistula bronko-arterial
Joo-Young Chun, Robert Morgan and Anna Maria Bellrole, Radiological management
of haemoptysis. Cardiovascular and Interventional Radiology 2010
John F. Bruzzi, FFRRCSI, Martine Re´my-Jardin, MD, Damien Delhaye MD. The multi
detector Row CT of haemoptysis. Radiographics 2006
3. Bronkoskopi
4. Pemeriksaan tambahan meliputi pemeriksaan
darah lengkap, hitung jenis, ureum, kreatinin,
urinalisis, dan pemeriksaan sputum gram dan
BTA serta kultur bila perlu
Ceva W. Pitoyo, Hemoptisis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, 2009:294-296
Menaldi Rasmin, Hemoptisis, editorial, Departemen Pulmonologi &
Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-SMF Paru RSUP Persahabatan
Tahap 2
mencari sumber perdarahan dan penyebab
perdarahan : foto toraks, CT scan toraks,
angiografi, bronkoskopi kaku dan bronkoskopi
fiberoptik
Ceva W. Pitoyo, Hemoptisis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, 2009:294-296
Menaldi Rasmin, Hemoptisis, editorial, Departemen Pulmonologi &
Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-SMF Paru RSUP Persahabatan
Tahap 3
menghentikan perdarahan dan mencegah
perdarahan berulang.
(a) dengan bronkoskop : bilasan garam fisiologis,
epinefrin, pemberian trombin fibrinogen,
tamponade dengan balon
(b) tanpa bronkoskop antara lain pemberian obat
antifibrinolitik, pengobatan penyakit
primernya
Ceva W. Pitoyo, Hemoptisis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, 2009:294-296
Menaldi Rasmin, Hemoptisis, editorial, Departemen Pulmonologi &
Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-SMF Paru RSUP Persahabatan
Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Masa
Normal Penyakit parenkim
paru lain
Bronkoskopi dan CT
Menghentikan
perdarahan
bronkoskopi
Tak perlu
evaluasi
Fitriah S.M., Budi Swidarmoko, Rita Rogayah, et al, Embolisasi Arteri Bronkial pada hemoptisis,
Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-SMF Paru RSUP Persahabatan
Embolisasi arteri bronkial pertamakali
diperkenalkan oleh Remi pada tahun 1973
dalam tatalaksana hemoptisis akut berat.
Embolisasi arteri bronkial merupakan pilihan
modaliti terapi hemoptisis berat pada penyakit
inflamasi paru kronik seperti kistik fibrosis dan
bronkiektasis.
Fitriah S.M., Budi Swidarmoko, Rita Rogayah, et al, Embolisasi Arteri Bronkial pada hemoptisis,
Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-SMF Paru RSUP Persahabatan
merupakan tindakan alternatif
- kontraindikasi pembedahan seperti pada
penyakit paru lanjut bilateral,
- tidak dapat ditentukan lokasi perdarahan
dengan bronkoskopi,
- karsinoma bronkogenik yang tidak dapat
dilakukan pembedahan,
- hemoptisis berulang setelah reseksi paru dan
penolakan pasien
Fitriah S.M., Budi Swidarmoko, Rita Rogayah, et al, Embolisasi Arteri Bronkial pada hemoptisis,
Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-SMF Paru RSUP Persahabatan
Embolisasi dianjurkan menggunakan bahan
embolan yaitu gelfoam atau partikel polyvinyl
alcohol.
Embolisasi dilakukan sedistal mungkin untuk
mengurangi perdarahan ulang yang
disebabkan terbentuknya kolateralisasi di
bagian distal dan menghindari refluks bahan
embolan ke aorta
Seok Han, Young Ju Kim, Woocheol Kwon, Comparison of the effectiveness of embolic agent
for bronchial artery embolization, Korean J Radiol 2010; 11:542-546
Komplikasi embolisasi arteri bronkial
- Nyeri dada (24-91%) sementara.
- Disfagia disebabkan embolisasi pada cabang
esofagus (0,7-18,2%) sembuh spontan
- Diseksi subintimal aorta atau arteri bronkial
selama embolisasi (1-6,3 %).
- Iskemi spinal cord yang di sebabkan oklusi
arteri spinal (1,4-6,5%)
A Poyanli, B. Acunas, I. Rozanes, et al, Endovascular therapy in the management of moderate and
massive haemoptysis, British journal of radiology 2007;80:331-336
Komplikasi lain yang jarang terjadi
- nekrosis aorta
A Poyanli, B. Acunas, I. Rozanes, et al, Endovascular therapy in the management of moderate and
massive haemoptysis, British journal of radiology 2007;80:331-336
merupakan terapi definitif hemoptisis
Tindakan bedah dilakukan bila:
- diketahui jelas sumber perdarahan
- tidak ada kontra indikasi medik
- setelah dilakukan pembedahan sisa paru masih
mempunyai fungsi yang adekuat (faal paru
adekuat)
- pasien bersedia dilakukan tindakan bedah