Anda di halaman 1dari 32

Farmakoterapi Batuk

Presented by :
1.Gita Dwi Arka (15613005)
2.Firda Shafira Nurfadila (15613016)
3.Wahyu Aldhi Saputra (15613037)
4.Yulita Sandriyani (15613056)
5.Fansyoska Claridho (15613066)
6.Indy Nur Ari R. (15613075)
7.Prima Ulia Putra (15613172)
DEFINISI
What's a
cough ??? Refleks yang dapat terjadi secara tiba-tiba dan sering berulang-
ulang yang bertujuan untuk membantu membersihkan saluran
pernapasan dari lender besar, iritasi, partikel asing dan mikroba. Batuk
merupakan refleks fisiologis kompleks yang melindungi paru dari
trauma mekanik, kimia dan suhu. Batuk juga merupakan mekanisme
pertahanan paru yang alamiah untuk menjaga agar jalan napas tetap
bersih dan terbuka dengan jalan mencegah masuknya benda asing ke
saluran napas dan mengeluarkan benda asing atau secret yang abnormal
dari dalam saluran napas.

Batuk semacam itu sering kali merupakan tanda suatu penyakit


didalam atau diluar paru dan kadang-kadang merupakan gejala dini
suatu penyakit. Penularan penyakit batuk melalui udara (air bone
infection). Penyebabnya beragam dan pengenalan patofisiologi
batuk akan sangat membantu dalam menegakkan diagnosis dan
penatalaksanaan batuk(1).
ETIOLOGI
Peradangan akibat infeksi virus, seperti virus
01
selesma (common cold)

Virus-virus ini dapat merusak


mukosa saluran pernapasan,
sehingga menciptakan “pintu
02 Influenza masuk” untuk infeksi sekunder
oleh kuman, misalnya
Pneumococci dan Haemophilus.

03 Cacar air di hulu tenggorok (bronchitis, pharyngitis)


ETIOLOGI
Alergi (asma), sebab-sebab mekanis (asap rokok, debu, tumor paru),
04 perubahan suhu yang mendadak dan rangsangan kimiawi (gas, bau).

Peradangan dari jaringan paru (pneumonia), tumor dan juga


05
akibat efek samping beberapa obat (penghambat-ACE)
PATOFISIOLOGI

Penyebab batuk dari infeksi Penyebab yang bukan infeksi


bisa berupa bakteri atau virus
Misalnya debu, asma, alergi,
Misalnya tuberkulosa, influenza,
makanan yang merangsang
campak, dan batuk rejan
tenggorokan, batuk pada perokok,
batuk pada perokok berat sulit diatasi
hanya dengan obat batuk
simptomatik. Batuk pada keadaan
sakit disebabkan adanya kelainan
terutama pada saluran nafas yaitu
bronkitis, pneumonia dan
sebagainya.
PATOFISIOLOGI
Batuk sendiri dibedakan menjadi dua yaitu batuk berdahak dan batuk tidak berdahak (batuk kering) :

Batuk berdahak lebih sering terjadi karena adanya dahak pada tenggorokan. Terjadi pada
01
saluran napas yang peka terhadap paparan debu, lembab berlebihan, alergi

Batuk tak berdahak. Tenggorokan terasa gatal, sehingga merangsang timbulnya batuk. Batuk ini
02
mengganggu kenyamanan, bila batuknya terlalu keras akan dapat memecah pembuluh darah
pada mata.
KLASIFIKASI BATUK

Batuk dengan onset cepat


Batuk yang terjadi selama Batuk
Batuk akut dan berlangsung selama
lebih dari 8 minggu kronis
kurang dari tiga minggu

Berdasarkan
waktu
Episode batuk tanpa demam
yang berulang selama lebih
dari dua kali dalam setahun. Atau prolonged acute cough
Batuk rekuren ini tidak Batuk Batuk yaitu Batuk yang mereda
berhubungan dengan common rekuren subakut dengan perlahan selama 3-8
cold, dan setiap episodenya minggu.
berlangsung lebih dari 7-14
hari.
KLASIFIKASI BATUK

Batuk tidak Berdasarkan Batuk


produktif produktivitas produktif

Batuk ini sering dipicu oleh kemasukan partikel Batuk produktif adalah batuk yang menghasilkan
makanan, bahan iritan, asap rokok (baik oleh perokok dahak atau lendir (sputum) sehingga lebih dikenal
aktif maupun pasif), dan perubahan temperatur. Batuk dengan sebutan batuk berdahak. Batuk produktif
ini dapat merupakan gejala sisa dari infeksi virus atau memiliki ciri khas yaitu dada terasa penuh dan
flu. Batuk tidak produktif adalah batuk yang tidak berbunyi. Mereka yang mengalami batuk produktif
menghasilkan dahak (sputum), yang juga disebut batuk umumnya mengalami kesulitan bernapas dan disertai
kering. Batuk tidak produktif sering membuat pengeluaran dahak.
tenggorokan terasa gatal sehingga menyebabkan suara
menjadi serak atau hilang.
TUJUAN TERAPI
Memberikan terapi
Menghilangkan
yang tepat kepada
gejala batuk
pasien untuk
menghilankan
batuk

Menghilangkan penyakit/kondisi
penyebab batuk
TERAPI FARMAKOLOGI
Beberapa contoh obat golongan antitusif adalah:
Antitusif 1. H-1 reseptor inhibitor mekanisme kerja yaitu memiliki kemiripan struktur
dengan histamin dan secara kompetitif akan menghambat efek fisiologis
stimulasi histamin pada reseptor. Contoh obat  diphenhydramine,
1 prometazine, dan phenotiazine.
2. Kodein dan turunan opiat lainnya. Memiliki aksi kerja pada pusat batuk
yang ada di medula oblongata dengan menurunkan refleks batuk sebagai
akibat peningkatan ambang batas batuk.
3. Dextromethorphan. Mekanisme kerja aksi obat ini juga berada pada pusat
batuk yang ada di otak untuk meningkatkan ambang batas batuk
seseorang.
Ekspektoran bekerja dengan cara merangsang selaput lendir lambung dan
Ekspektoran selanjutnya secara refleks memicu pengeluaran lendir saluran nafas sehingga
menurunkan tingkat kekentalan dan mempermudah pengeluaran dahak.
Contoh obat  Amonium klorida, potasium sitrat, guaifenesin dan gliseril
2 guaiakolat.

Obat yang bekerja dengan cara memecah ikatan kimia mukoprotein dan
Mukolitik mukopolisakarida pada dahak sehingga dahak menjadi lebih encer dan tidak
lengket, hal ini kemudian akan mempermudah pengeluaran dahak dari saluran
napas.
Contoh  Bromheksin, Asetilsistein
3
TERAPI NON FARMAKOLOGI
 Memperbanyak minum air putih untuk membantu
mengencerkan dahak, mengurangi iritasi dan rasa
gatal.

 Menghindari paparan debu, minuman atau makan


yang merangsang tenggorokan seperti makanan
yang berminyak dan minuman dingin.

 Menghindari paparan udara dingin.

 Menghindari merokok dan asap rokok karena dapat


mengiritasi tenggorokan sehingga dapat
memperparah batuk.

 Menghentikan merokok terlebih dahulu

 Menggunakan zat – zat Emoliensia seperti kembang


gula, madu, atau permen hisap pelega tenggorokan.
Ini berfungsi untuk melunakkan rangsangan batuk,
dan mengurangi iritasi pada tenggorokan dan selaput
lendir.
MONITORING TERAPI

Pasien dengan batuk kronis perlu dipantau secara hati-hati dan Jika batuknya produktif disertai dengan dahak
sistemik terhadap beberapa indikator diagnostik spesifik, yang porulen, perlu dipertimbangkan adanya
seperti radiografi dada atau uji fungsi paru dengan spirometri. bronkiektasis.

Efek pengobatan pada batuk dapat dievaluasi Pada pasien dengan batuk nonspesifik dan memiliki faktor
dengan metode subjektif maupun objekti resiko asma, perlu dicoba penggunaan obat jangka pendek
(short trial : 2-4 minggu) misalnya dengan Beklometason atau
Buudenosid. Jika batuk tidak sembuh pada waktu yang
diharapkan, pengobatan dihentikan dan perlu
dipertimbangkan diagnose lain
CONTOH OBAT
Antitusif

1
Bekerja menghentikan batuk secara langsung dengan
menekan refleks batuk pada sistem saraf pusat di otak.
Antitusif bekerja di perifer dan di sentral. (3)
• Kurang memberi manfaat klinis
kecuali untuk batuk yang sangat
a) Antitusif bekerja di perifer, menekan batuk mengganggu
dengan mengurangi iritasi lokal di saluran napas, • Dapat sebabkan retensi sputum,
yaitu pada reseptor iritan perifer dengan cara bahaya pada bronkitis kronis. (5)
anestesi langsung atau secara t idak langsung
mempengaruhi lendir saluran napas. Contoh:
lidocaine/ lignocaine
CONTOH OBAT
 Benzonatate memiliki aktivitas antitusif
dengan kemampuan anestesi lokal untuk
memblokir saluran NaV + di saraf sensorik.
Karena benzonatate dikenal sebagai
penghambat konduksi saraf yang efektif,
mekanismenya yaitu anestesi perifer dan
penghambatan serabut vagal aferen dari
reseptor peregangan paru.

 Benzonatate (oral) onset aksi 15-20 menit


dengan durasi 3-8 jam tindakan.
 Dosis : orang dewasa dan anak-anak di atas
10 tahun adalah 100-200 mg setiap 8 jam
dosis maks.600 mg. Menurut FDA benzonate
aman digunakan pasien diatas 10 tahun.

 Efek samping : sakit kepala, halusinasi,


sembelit, mual, ruam, hidung tersumbat,
gangguan pencernaan.
CONTOH OBAT
b)Antitusif bekerja di sentral, menekan batuk
dengan meningkatkan ambang rangsang yang
dibutuhkan untuk merangsang pusat batuk. Dibagi
menjadi 2 golongan, yaitu golongan narkotik dan
golongan non narkotik.

 Golongan narkotik

1. Kodein  Efek samping timbul pada dosis agak besar


 Kodein merupakan antitusif narkotik paling efektif seperti mual, muntah, konstipasi, pusing
pada dosis dewasa 20-60 mg atau 40-160 mg per sedasi, palpitasi, gatal-gatal, banyak keingat,
hari. Ditolerir dengan baik dan sedikit menimbulkan dan agitasi
ketergantungan. Sangat sedikit menyebabkan
penekanan pusat napas dan pembersihan
mukosilier.
CONTOH OBAT
 Golongan non narkotik

1. Dekstrometorfan

Obat ini tidak mempunyai efek analgesik dan ketergantungan, efektif bila diberikan dengan :

•Dosis dewasa: efektif 30 mg setiap 4-8 jam.

•anak-anak 6-12 tahun 1 mg/kg/hari dalam 3-4kali.


Aktivitasnya sebagai antagonis reseptor NMDA (N-methyl D-aspartate) menekan raksa dengan
mengubah ambang batas untuk inisiasi batuk(8).
CONTOH OBAT
2. Noskapin
Tidak memiliki efek adiksi, efektivitas dalam menekan batuk sebanding dengan kodein. Efek
samping berupa pusing, mual, rinitis, alergi akut, dan konjungtivitis kadang erjadi. Dosis dewasa 15-30
mg setiap 4-6 jam, dosis tunggal 60 mg aman dalam menekan batuk paroksismal. Dosis anak 2- 12
tahun 7,5-15 mg setiap 3-4 jam dan tidak boleh lebih dari 60 mg per hari.
CONTOH OBAT
Ada dua golongan, yaitu ekspektoran dan mukolitik. Keduanya berbeda dalam hal
Ekspektoran
mekanisme kerja tetapi sama-sama berfungsi mengencerkan dahak dan
mempermudah pengeluarannya dari saluran napas.
2  Tidak menekan refleks batuk,
Ekspektoran Mukolitik tetapi mengencerkan dahak
agar mudah dikeluarkan.

 Tidak rasional digunakan pada


Ex = keluar Mucus = dahak kasus batuk kering, hanya akan
Pectoris = dada Lysis = memecah membebani tubuh dengan efek
samping.
 Dapat mengiritasi lambung,
Mengeluarkan Memecahkan dahak sehingga
sesuatu dari harus diminum setelah makan.
dada
 Contoh obat: bromheksin,
guaifenesin (gliseril guaiakolat
atau GG), ambroksol,
karbosistein, amonium klorida,
natrium sitrat,N-
CONTOH OBAT
• Bromhexine adalah turunan sintetis dari vasicine
dari semak India Adhatoda vasica (Acanthacae).
Bromhexine dan ambroxol metabolitnya banyak
digunakan sebagai secretolytics, menginduksi
depolimerisasi hidrolitik serabut mukoprotein dan
kemampuannya untuk memodulasi aktivitas sel-
sel yang mengeluarkan lendir.
CONTOH OBAT

 Sebagai sekretolitik pada gangguan saluran nafas


akut dan kronis khususnya pada eksasebasi bronchitis
kronis, dan bronchitis asmatik .

• Obat ini aman digunakan selama kehamilan, terutama


trimester awaldan menyusui namun tidak boleh dalam
jangka waktu yang lama tanpa konsultasi dokter.

• Dosis dewasa (tablet) : 30 mg 2 x sehari


• Dosis anak ( syrup) : 1 sendok takar 2-3x sehari(9).
CONTOH OBAT
• Guaifenesin, adalah satu-satunya ekspektoran yang
disetujui FDA untuk anak-anak dan orang dewasa.
Persiapan rilis dimodifikasi diberikan dua kali sehari
tersedia. Mekanisme reaksi dari guaifenisinis tidak
jelas, tetapi diduga mempengaruhi persarafan
kolinergik kelenjar limpa saluran napas.
CONTOH OBAT
• Karbosistein (S-karboksimetil L-sistein) adalah
turunan dari asam amino L-sistein. sebagian besar
digunakan dalam pengobatan pasien dengan PPOK,
di mana ia telah terbukti mengurangi eksaserbasi.
memiliki waktu paruh 1,3 jam dan diekskresikan
melalui urin.

• Efek samping: iritasi saluran cerna ruam.

• Dosis anak : awal 750 mg 3xsehari kemudian 1,5


g/hari (9).
CONTOH OBAT
Antihista
min
Dalam pengatasan batuk, antihistamin bekerja dengan cara menetralkan alergi yang
menyebabkan batuk. Histamin adalah substansi yang diproduksi oleh tubuh sebagai
3 mekanisme alami untuk mempertahankan diri atas adanya benda asing. Adanya
histamin membuat hidung berair dan gatal, diikuti bersin-bersin.
 Selain melawan alergi, juga dapat menekan refleks batuk (difenhidramin dan
doksilamin).
 Efek samping: mengantuk (hati-hati saat berkendara)

Contoh obat: klorfenramin maleat (CTM, chlor-trimeton), difenhidramin,


feniramin, doksilamin, dan tripolidin.
CONTOH OBAT
• Dextrometrofan untuk batuk kering
• Dosis dewasa : 10-30 mg tiap 6-8 jam
• Dosis anak : 1 mg/kg/hari 3-4 kali maksimal
120mg/hari
CONTOH OBAT
 Difenhidramin, mengurangi batuk kronis pada
bronkitis. ES yang mungkin timbul adalah
mengantuk, mulut dan hidung kering, kadang
merangsang SSP. Mempunyai efek
antikolinergik sehingga hati-hati pada penderita
glaukoma, retensi urin dan gangguan fungsi
paru.
 Dosis dewasa 25 mg tiap 4 jam tidak ebih dari
100 mg/hari. Dosis anak 6-12 tahun 12,5 mg tiap
4 jam tidak lebih dari 50 mg/hari. Anak 2-5 tahun
6,25 mg tiap 4 jam tidak lebih dari 25 mg/hari.
CONTOH OBAT
Obat ini sering terdapat dalam obat batuk, tetapi tidak bekrja melawan batuk
melainkan melegakan hidung tersumbat yang biasanya menyertai batuk.
Dekongesta
n  Jika batuk tidak disertai hidung tersumbat, sebaiknya jangan memilih obat batuk
yang mengandung dekongestan.

 ES berupa jantung berdebar, tekanan darah meningkat, dan sulit tidur.


4
 Contoh obat: fenil propanoamin (PPA, phenyl-propanolamine), pseudoefedrin,
efedrin, etilefedrin, dan fenilefrin.
DAFTAR PUSTAKA
1) Tjay, Tan Hoan dan Rahardja. K. 2010. Obat–Obat Penting Edisi Ke Enam. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Jakarta. 662-668.
2) Linnisaa, U. H., Susi, E. W. 2014. Rasionalitas Peresepan Obat Batuk Ekspektoran Dan Antitusif Di
Apotek Jati Medika Periode Oktober-Desember 2012. Indonesian Journal on Medical Science,
volume 1(1).
3) Junaidi, Iskandar. 2010. Penyakit Paru dan Saluran Napas. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
4) Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2006. Penggunaan Obat Bebas dan
Bebas Terbatas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
5) Department of Child and Adolescent Health and Development. 2001. Cough and Cold Remedies
For the Treatment of Acute Respiratory Infections in Young Children. Switzerland: WHO. 8-13.
6) Ikawati, Z. 2011. Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya. Yogyakarta: Bursa Ilmu.
33.
7) Anonim. 2015. MIMS Petunjuk Konsultasi Edisi 15. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. 82-94.
Thank You
Subtitle

Anda mungkin juga menyukai