Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH KMB III

KANDIDIASIS

KELOMPOK 1

1 ERNA NELZZA 04021181320001


2 HERLIN FATIA YULIANDA
04021181320008
3 POPPI NADIA DEWARANI 04021181320010
4 ROSA PERMATA SUKMA 04021181320028
5 RENNY NOVIANTI 04021181320038
6 AULIA HERIKA PUTRI 04021181320049
7 MUTIA DWI SAGITA 04021281320027

DOSEN PEMBIMBING : Eka Yulia Fitri ,S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

1
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah swt, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini
kami membahas mengenai Kandidiasis .
Makalah ini dibuat dengan dengan literatur dari buku dan internet
serta beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar
pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Indralaya, April 2017

Kelompok

2
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................... 1
Kata Pengantar................................................................................... 2
Daftar Isi............................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................... 4
A. Latar belakang............................................................................... 4
B. Rumusan masalah.......................................................................... 5
C. Tujuan............................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................... 7


A. Defenisi Kandidiasis....................................................................... 7
B. Klasifikasi Kandidiasis..................................................................... 8
C. Etiologi Kandidiasis........................................................................ 9
D. Patofisiologi Kandidiasis................................................................. 11
E. Diagnosa Banding
Kandidiasis..................................................................................... 11
F. Faktor Predisposisi.......................................................................... 12
G. Gambaran Klinis............................................................................. 14
H. Komplikasi Kandidiasis................................................................... 15
I. PenatalaksanaanKandidiasis.......................................................... 15
J. Pemeriksaan penunjang................................................................. 16
K. Cara Penularan............................................................................... 16
L. Cara Pencegahan........................................................................... 16

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN........................................... 17


A. Pengkajian...................................................................................... 17
B. Analisa Data.................................................................................... 22
C. Intervensi Keperawatan.................................................................. 24
D.Evaluasi Keperawatan..................................................................... 33
BAB IV PENUTUP................................................................ 40
A. Kesimpulan .................................................................................... 40
B. Saran.............................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA. 41

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh
candida. kandida merupakan mikroflora normal pada rongga mulut,

3
mikroorganisme ini mencapai 40-60 % dari populasi. Walaupun
demikian jamur tersebut dapat menjadi patogen dalam kondisi
tertentu atau pada orang-orang yang mempunyai penyakit-penyakit
yang melemahkan daya tahan tubuh sehingga menimbulkan suatu
penyakit misalnya, sering ditemukan pada penderita AIDS. Pada
rongga mulut kandida albikans merupakan spesies yang paling
sering menimbulkan penyakit. Secara klinis dapat ditemukan
berbagai penampilan berupa lesi putih atau lesi eritematus Pada
keadaan akut kandidiasis dapat menimbulkan keluhan seperti rasa
terbakar (burning sensation), rasa sakit biasanya pada lidah,
mukosa bukal, atau labial dan rasa kering atau serostomia.
Pada umumnya infeksi tersebut dapat di tanggulangi dengan
menggunakan obat anti jamur baik secara topikal atau sistemik
dengan mempertimbangkan kondisi atau penyakit-penyakit yang
menyertainya. Kandidiasis (moniliasis) adalah suatu infeksi oleh
jamur Candida, yang sebelumnya disebut Monilia. Kandidiasis oral
atau sering disebut sebagai moniliasis merupakan suatu infeksi
yang paling sering dijumpai dalam rongga mulut manusia, dengan
prevalensi 20%-75% dijumpai pada manusia sehat tanpa gejala.
Kandidiasis pada penyakit sistemik menyebabkan peningkatan
angka kematian sekitar 71%-79%. Terkadang yang diserang adalah
bayi dan orang dewasa yang tubuhnya lemah. Pada bayi bisa
didapat dari dot, pakaian, bantal, dan sebagainya.
Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga
mulut berupa lesi merah dan lesi putih yang disebabkan oleh jamur
jenis Candida sp, dimana Candida albican merupakan jenis jamur
yang menjadi penyebab utama. Kandidiasis oral pertama sekali
dikenalkan oleh Hipocrates pada tahun 377 SM, yang melaporkan
adanya lesi oral yang kemungkinan disebabkan oleh genus Kandida.
Terdapat 150 jenis jamur dalam famili Deutromycetes, dan tujuh
diantaranya (C.albicans, C.tropicalis, C. parapsilosi, C. krusei, C.
kefyr, C. glabrata, dan C. guilliermondii) dapat menjadi patogen, dan
C. albican merupakan jamur terbanyak yang terisolasi dari tubuh
manusia sebagai flora normal dan penyebab infeksi oportunistik.

4
Terdapat sekitar 30-40% Kandida albikan pada rongga mulut
orang dewasa sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada anak-anak
sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-
88% pada orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang,
90% pada pasien leukemia akut yang menjalani kemoterapi, dan
95% pada pasien HIV/AIDS
Penyakit ini kemudian diteliti lagi oleh Pepy. Beliau melihat jamur
itu pada moniliasis/candidiasis/sariawan pada bayi yang disebutnya
oral thrush, sehingga ia menamakan jamur itu thrush fungus. Veron
(1835) menghubungkan penyakit pada bayi tersebut dengan infeksi
pada saat dilahirkan dengan sumber infeksi dari alat kandungan
ibunya. Berg (1840) berkesimpulan bahwa alat minum yang tidak
bersih dan tangan perawat yang tercemar jamur merupakan faktor
penting dalam penyebab infeksi ini. Berdasarkan bentuknya yang
bulat lonjong dan berwarna putih diberikanlah nama Oidium
Albicans. Nama oidium kemudian berubah menjadi monilia.
Beberapa nama peneliti mencoba mempelajarinya, antara lain
Wilkinson yang menghubungkannya dengan vaginatis. Akhirnya
Berkhout (1923) menamakan jamur itu dalam genus candida.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah defenisi darikandidiasis?
2. Apa saja klasifikasi darikandidiasis?
3. Apa saja etiologi dari kandidiasis?
4. Apakah patofisiologi darikandidiasis?
5. Apa saja diagnosa banding dari kandidiasis?
6. Apa saja faktor predisposisi dari kandidiasis?
7. Bagaimana gambaran klinis dari kandidiasis?
8. Apa saja komplikasi dari kandidiasis?
9. Bagaimana penatalaksanaankandidiasis?
10. Apa pemeriksaan penunjangkandidiasis?
11. Bagaimana cara penularankandidiasis?
12. Bagaimana cara pencegahankandidiasis?
13. Bagaimana asuhan keperawatan dari kandidiasis?

C. Tujuan

5
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dalam mata kuliah KMB dan menambah wawasan mahasiswa
tentang penyakit kandidiasis serta asuhan keperawatan secara
teoritis pada penderita kandidiasis
1. Untuk mengetahui defenisi dari kandidiasis
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari kandidiasis
3. Untuk mengetahui etiologi dari kandidiasis
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari kandidiasis
5. Untuk mengetahui diagnosa banding dari kandidiasis
6. Untuk mengetahui faktor predisposisi dari kandidiasis
7. Untuk mengetahui gambaran klinis dari kandidiasis
8. Untuk mengetahui komplikasi dari kandidiasis
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan kandidiasis
10. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang kandidiasis
11. Untuk mengetahui cara penularan kandidiasis
12. Untuk mengetahui pencegahan kandidiasis
13. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari kandidiasis

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kandidiasis
Kandidiasis adalah suatu penyakit infeksi pada kulit dan
mukosa yang disebabakan oleh jamur kandida. Kandida adalah
suatu spesies yang paling umum ditemukan di rongga mulut dan
merupakan flora normal. Telah dilaporkan spesies kandida
mencapai 40-60 % dari seluruh populasi mikroorganisme rongga

6
mulut. Terdapat lima spesies kandida yaitu k.albikans, k. tropikalis,
k. glabrata, k. krusei dan k. parapsilosis. Dari kelima spesies
kandida tersebut k. albikans merupakan spesies yang paling
umum menyebabakan infefksi di rongga mulut. Struktur k.
albikans terdiri dari dinding sel, sitoplasma nukleus, membrane
golgi dan endoplasmic retikuler. Dinding sel terdiri dari beberapa
lapis dan dibentuk oleh mannoprotein, gulkan, glukan chitin. K.
albikans dapat tumbuh pada media yang mengandung sumber
karbon misalnya glukosa dan nitrogen biasanya digunakan
ammonium atau nitrat, kadang-kadang memerlukan biotin.
Pertumbuhan jamur ditandai dengan pertumbuhan ragi yang
berbentuk oval atau sebagai elemen filamen hyfa/pseudohyfa (sel
ragi yang memanjang) dan suatu masa filamen hyfa disebut
mycelium. Spesies ini tumbuh pada temperatur 20-40 derajat
Celsius.
Kandidiasis dialami laki-laki maupun perempuan dari berbagai
kalangan usia. Kandidiasis tidak ditularkan lewat hubungan
seksual, masa inkubasinya berlangsung selama 5-21
hari.Candidiasis meliputi infeksi yang berkisar dari yang ringan
seperti sariawan mulut dan vaginitis, sampai yang berpotensi
mengancam kehidupan manusia. Infeksi Candida yang berat
tersebut dikenal sebagai candidemia dan biasanya menyerang
orang yang dalam kondisi sangat lemah imun, seperti penderita
kanker, AIDS dan pasien transplantasi.Infeksi kulit ringan dan
membran mucosal/dinding dalam mulut oleh Candida
menyebabkan radang lokal dan kegelisahan, infeksi ini yang
umum diderita manusia.

B. Klasifikasi Kandidiasis
1. Trush

7
Mempunyai ciri khas dimana gambarannya berupa plak putih
kekuning-kuningan pada permukaan mukosa rongga mulut,
dapat dihilangkan dengan cara dikerok dan akan meninggalkan
jaringan yang berwarna merah atau dapat terjadi pendarahan.
Plak tersebut berisi netrofil, dan sel-sel inflamasi sel epitel yang
mati dan koloni atau hifa, (Greenberg M. S., 2003).
Pada penderita AIDS biasanya lesi menjadi ulserasi, pada
keadaan dimana terbentuk ulser, invasi kandida lebih dalam
sampai ke lapisan basal (Mc Farlane 2002). Penyakit rongga
mulut ini ditandai dengan lesi-lesi yang bervariasi yaitu, lunak,
gumpalan berupa bongkahan putih, difus, seperti beludru yang
dapat dihapus atau diangkat dan meninggalkan permukaan
merah, kasar, danberdarah, dapat berupa bercak putih dengan
putih merah terutama pada bagian dalam pipi, pallatum lunak,
lidah, dan gusi. Penderita penyakit ini biasanya mempunyai
keluhan terasa terbakar atau kadang-kadang sakit didaerah
yang terkena.
2. Kronis hiperplastik kandidiasis
Infeksi jamur timbul pada mukosa bukal atau tepi lateral lidah
dan bibir, berupa bintik-bintik putih yang tepinya menimbul
tegas dengan beberapa daerah merah. Kondisi ini dapat
berkembang menjadi displasia berat atau keganasan.
Kandidiasis tipe ini disebut juga kandidiasis leukoplakia, lesinya
berupa plak putih yang tidak dapat dikerok, gambaran ini mirip
dengan leukoplakia tipe homogen. (Greenberg.2003). Karena
plak tersebut tidak dapat dikerok, sehingga diagnosa harus
ditentukan dengan biopsi. Keadaan ini terjadi diduga akibat
invasi miselium ke lapisan yang lebih dalam pada mukosa
rongga mulut, sehingga dapat berproliferasi, sebagai respon
jaringan inang. (Greenberg M 2003). Kandidiasis ini paling
sering diderita oleh perokok.
3. Kronis atrofik kandidiasis
Disebut juga denture stomatitis atau alergi gigi tiruan.
Mukosa palatum maupun mandibula yang tertutup basis gigi
tiruan akan menjadi merah, kondisi ini dikategorikan sebagai

8
bentuk dari infeksi Kandida. Kandidiasis ini hampir 60% diderita
oleh pemakai gigi tiruan terutama pada wanita tua yang sering
memakai gigi tiruan pada waktu tidur. Secara klinis kronis
atrofik kandidiasis dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu :
a. Inflamasi ringan yang terlokalisir disebut juga pinpoint
hiperemi, gambaran eritema difus, terlihat pada palatum
yang ditutupi oleh landasan geligi tiruan baik sebagian atau
seluruh permukaan palatum tersebut (15%-65%) dan
hiperplasi papilar atau disebut juga tipe granular
(Greenberg, 2003).
b. Akut atrofik kandidiasis atau disebut juga antibiotik sore
mouth. Secara klinis permukaan mukosa terlihat merah dan
kasar, biasanya disertai gejala sakit atau rasa terbakar, rasa
kecap berkurang. Kadang-kadang sakit menjalar sampai ke
tenggorokan selama pengobatan atau sesudahnya
kandidiasis tipe ini pada umumnya ditemukan pada
penderita anemia defiensi zat besi. (Greenberg, 2003).
c. Angular cheilitis, disebut juga perleche, terjadinya di duga
berhubungan dengan denture stomatits. Selain itu faktor
nutrisi memegang peranan dalam ketahanan jaringan inang,
seperti defisiensi vitamin B12, asam folat dan zat besi, hal
ini akan mempermudah terjadinya infeksi. Gambaran
klinisnya berupa lesi agak kemerahan karena terjadi inflamsi
pada sudut mulut (commisure) atau kulit sekitar mulut
terlihat pecah-pecah atau berfissure. (Nolte, 1982.
Greenberg, 2003)

C. Etiologi Kandidiasis
Penyebab tersering Candidiasis adalah Candida albicans.
Spesies patogenik yang lainnya adalah C. tropicalis C.
parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C. pseudotropicalis, C.
lusitaneae. Genus Candida adalah grup heterogen yang terdiri dari
200 spesies jamur. Sebagian besar dari spesies candida tersebut
patogen oportunistik pada manusia, walaupun mayoritas dari
spesies tersebut tidak menginfeksi manusia. C. albicans adalah

9
jamur dimorfik yang memungkinkan untuk terjadinya 70-80% dari
semua infeksi candida, sehingga merupakan penyebab tersering
dari candidiasis superfisial dan sistemik.
Jamur jenis ini adalah jamur yang sangat umum terdapat di
sekitar kita dan tidak berbahaya pada orang yang mempunyai
imun tubuh yang kuat. Candida ini baru akan menimbulkan
masalah pada orang-orang yang mempunyai daya tahan tubuh
rendah, misalnya penderita AIDS, pasien yang dalam pengobatan
kortikosteroid, dan tentu saja bayi yang sistem imunnya belum
sempurna.

Jamur Candida ini adalah jamur yang banyak terdapat di


sekitar kita, bahkan di dalam vagina ibu pun terdapat jamur
Candida. Bayi bisa saja mendapatkan jamur ini dari alat-alat
seperti dot dan kampong, atau bisa juga mendapatkan Candida
dari vagina ibu ketika persalinan. Selain itu, kandidiasis oral ini
juga dapat terjadi akibat keadaan mulut bayi yang tidak bersih
karena sisa susu yang diminum tidak dibersihkan sehingga akan
menyebabkan jamur tumbuh semakin cepat. Faktor-faktor yang
merupakan presdiposisi infeksi antara lain :
1. HIV/AIDS
Virus human immunodeficiency (HIV) merupakan virus
penyebab AIDS, yangdapat menimbulkan kerusakan atau
menghancurkan sel-sel sistem kekebalan tubuh. Sehingga
membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi oportunistik
yang biasanya tubuh akan menolak. Serangan berulang dari
oral trush mungkin merupakan tanda pertama dari infeksi HIV.
2. Kanker
Jika seseorang menderita kanker, sistem kekebalan tubuhnya
mungkin akan melemah oleh karena penyakit kanker tersebut
dan karena perawatan penyakit, seperti kemoterapi dan
radiasi. Penyakit kanker dan perawatan penyakit ini dapat
meningkatkan risiko infeksi Candida seperti oral thrush.
3. Diabetes Mellitus
Jika seseorang menderita diabetes yang tidak diobati atau
diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, air liur (saliva)

10
mungkin akan mengandung sejumlah besar gula, sehingga
dapat mendorong pertumbuhan candida.
4. Infeksi jamur vagina
Infeksi jamur vagina yang disebabkan oleh jamur yang sama
dapat menyebabkan candidiasis mulut. Meskipun infeksi
jamur tidak berbahaya, jika seseorang sedang hamil maka
jamur dapat menular pada bayi selama persalinan. Akibatnya,
bayi tersebut juga dapat mengalami oral thrush.
5. Pemakaian kortikosteroid atau terapi imunosupresan pasca
pencangkokan organ.
Kedua hal ini bisa menurunkan pertahanan tubuh terhadap
infeksi jamur. Kortikosteroid (sejenis hormon steroid)
dihirup/dihisap untuk perawatan pada paru-paru (misalnya
asma) bisa berdampak pada kandidiasis mulut.

6. Pemakaian antibiotic
Kadang orang yang mengkonsumsi antibiotik menderita
infeksi Candida karena antibiotik membunuh bakteri yang
dalam keadaan normal terdapat di dalam jaringan, sehingga
pertumbuhan Candida tidak terkendali.

7. Leukimia
8. Gangguan saluran gastrointestinal yang meningkatkan
terjadinya malabsorpsi
dan malnutrisi.
D. Patofisiologis Kandidiasis
Kandidiasis oral ini sering disebabkan oleh candida albicans,
atau kadang oleh candida glabrata dan candida tropicalis. Jamur
candida albicans umumnya memang terdapat di dalam rongga
mulut sebagai saprofit sampai terjadi perubahan keseimbangan
flora mulut atau perubahan mekanisme pertahanan lokal dan
sistemik, yang menurunkan daya tahan tubuh. Baru pada keadaan
ini jamur akan berproliferasi dan menyerang jaringan. Hal ini
merupakan infeksi jamur rongga mulut yang paling sering
ditemukan.
Penyakit yang disebabkan jamur candida albicans ini yang
pertumbuhannya dipelihara dibawah pengaturan keseimbangan

11
bakteri yang normal. Tidak terkontrolnya pertumbuhan candida
karena penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama
dan penggunaan obat-obatan yang menekan sistem imun serta
penyakit yang menyerang sistem imun seperti Aquired
Immunodeficiency Sindrome (AIDS). Namun bisa juga karena
gangguan keseimbangan mikroorganisme dalam mulut yang
biasanya dihubungkan dengan penggunaan antibiotik yang tidak
terkontrol. Sehingga, ketika pertahanan tubuh/antibodi dalam
keadaan lemah, jamur candida albicans yang dalam keadaan
normal tidak memberikan reaksi apapun pada tubuh berubah
tumbuh tak terkontrol dan menyerang sistem imun manusia itu
sendiri yang menimbulkan penyakit disebut candidiasis oral atau
moniliasis.
E. Diagnosa Banding Kandidiasis

Diagnosis banding dari kandidiasis antara lain :


1.Kandidosis kutis lokalisata dengan :
a.Eritrasma
b. Dermatitis intertriginosa
c. Dermatofitosis ( tinea )
2. Kandidosis kuku dengan tinea unguium
3. Kandidosis vulvovaginitis dengan :
a. Trikomonas vaginalis
b. Gonore akut
c. Leukoplakia
d. Liken planus
F. Faktor Predisposisi Kandidiasis
Faktor predisposisi menurut Kuswadji (2006) terjadinya Kandidiasis
terdiri dari faktor endogen maupun eksogen, yaitu :
1. Faktor endogen :

a. Perubahan fisiologik
1) Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina
2) Kegemukan, karena banyak keringat
3) Debilitas

12
4) Iatrogenik
5) Endokrinopati, gangguan gula darah kulit
6) Penyakit kronik: tuberkulosis, lupus eritematosus dengan
keadaan umum yang buruk.
b. Umur: orang tua dan bayi lebih sering terkena infeksi karena
status imunologiknya tidak sempurna.
c. Imunologik : penyakit genetik.
2. Faktor eksogen :
a. Iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat
b. Kebersihan kulit
c. Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama
menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya jamur.
d. Kontak dengan penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis.

Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan


pertumbuhan Candida albicans serta memudahkan invasi jamur
ke dalam jaringan tubuh manusia karena adanya perubahan
dalam sistem pertahanan tubuh. Blastospora berkembang
menjadi hifa semu dan tekanan dari hifa semu tersebut merusak
jaringan, sehingga invasi ke dalam jaringan dapat terjadi.
Virulensi ditentukan oleh kemampuan jamur tersebut merusak
jaringan serta invasi ke dalam jaringan. Enzim-enzim yang
berperan sebagai faktor virulensi adalah enzim-enzim hidrolitik
seperti proteinase, lipase dan fosfolipase ( Anonim, 2009).
Pada manusia, Candida albicans sering ditemukan di dalam
mulut, feses, kulit dan di bawah kuku orang sehat. Candida
albicans dapat membentuk blastospora dan hifa, baik dalam
biakan maupun dalam tubuh. Bentuk jamur di dalam tubuh
dianggap dapat dihubungkan dengan sifat jamur, yaitu sebagai
saproba tanpa menyebabkan kelainan atau sebagai parasit
patogen yang menyebabkan kelainan dalam jaringan.
Penyelidikan lebih lanjut membuktikan bahwa sifat patogenitas

13
tidak berhubungan dengan ditemukannya Candida albicans
dalam bentuk blastospora atau hifa di dalam jaringan.
Terjadinya kedua bentuk tersebut dipengaruhi oleh
tersedianya nutrisi, yang dapat ditunjukkan pada suatu
percobaan di luar tubuh. Pada keadaan yang menghambat
pembentukan tunas dengan bebas, tetapi yang masih
memungkinkan jamur tumbuh, maka dibentuk hifa. Rippon
(1974) mengemukakan bahwa bentuk blastospora diperlukan
untuk memulai suatu lesi pada jaringan. Sesudah terjadi lesi,
dibentuk hifa yang melakukan invasi. Dengan proses tersebut
terjadilah reaksi radang.
Pada kandidosis akut biasanya hanya terdapat blastospora,
sedang pada yang menahun didapatkan miselium. Kandidosis di
permukaan alat dalam biasanya hanya mengandung blastospora
yang berjumlah besar, pada stadium lanjut tampak hifa.Hal ini
dapat dipergunakan untuk menilai hasil pemeriksaan bahan
klinik, misalnya dahak, urin untuk menunjukkan stadium
penyakit. Kelainan jaringan yang disebabkan oleh Candida
albicans dapat berupa peradangan, abses kecil atau granuloma (
Anonim, 2009).
Pada kandidosis sistemik, alat dalam yang terbanyak terkena
adalah ginjal, yang dapat hanya mengenai korteks atau korteks
dan medula dengan terbentuknya abses kecil-kecil berwarna
keputihan. Alat dalam lainnya yang juga dapat terkena adalah
hati, paru-paru, limpa dan kelenjar gondok. Mata dan otak
sangat jarang terinfeksi. Kandidosis jantung berupa proliferasi
pada katup-katup atau granuloma pada dinding pembuluh darah
koroner atau miokardium. Pada saluran pencernaan tampak
nekrosis atau ulkus yang kadang-kadang sangat kecil sehingga
sering tidak terlihat pada pemeriksaan. Manifestasi klinik infeksi
Candida albicans bervariasi tergantung dari organ yang
diinfeksinya ( Anonim, 2009).
G. Gambaran KlinisKandidiasis

14
Gambaran klinis kandidiasis dapat menimbulkan penampilan
yang berbeda, pada umumnya berupa lesi-lesi putih atau area
eritema difus (Silverman, 2001). Penderita kandidiasis akan
merasakan gejala seperti rasa terbakar dan perubahan rasa kecap.
Pada pemeriksaan klinis dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe
yaitu akut pseudomembran kandidiasis (thrush), kronis
hiperplastik kandidiasis, kronis atrofik kandidiasis (denture
stomatitis), akut atrofik kandidiasis dan angular sheilitis ( Nolte,
1982).
Thrush mempunyai ciri khas dimana gambarannya berupa
plak putih kekuning-kuningan pada permukaan mukosa rongga
mulut, dapat dihilangkan dengan cara dikerok dan akan
meninggalkan jaringan yang berwarna merah atau dapat terjadi
pendarahan. Plak tersebut berisi netrofil, dan sel-sel inflamasi sel
epitel yang mati dan koloni atau hifa. (Greenberg , 2003). Pada
penderita AIDS biasanya lesi menjadi ulserasi, pada keadaan
dimana terbentuk ulser, invasi kandida lebih dalam sampai ke
lapisan basal. (Farlane, 2002).
Kronis hiperplastik kandidiasis disebut juga kandidiasis
leukoplakia, lesinya berupa plak putih yang tidak dapat dikerok,
gambaran ini mirip dengan leukoplakia tipe homogen. (Greenberg,
2003). Keadaan ini terjadi diduga akibat invasi miselium ke lapisan
yang lebih dalam pada mukosa rongga mulut, sehingga dapat
berproliferasi, sebagai respon jaringan inang. (Greenberg, 2003).
Kandidiasis leukoplakia sering ditemukan pada mukosa bukal, bibir
dan lidah.
Kronis atrofik kandidiasis ,mempunyai nama lain yaitu denture
stomatitis dan denture sore mouth. Faktor predisposisi terjadinya
kandidiasis tipe ini adalah trauma kronis, sehingga menyebabkan
invasi jamur ke dalam jaringan dan penggunaan geligi tiruan
tersebut menyebabkan akan bertambahnya mukus dan serum,
akan tetapi berkurangnya pelikel saliva.
Secara klinis kronis atrofik kandidiasis dapat dibedakan
menjadi tiga type yaitu inflamasi ringan yang terlokalisir disebut

15
juga pinpoint hiperemi, gambaran eritema difus, terlihat pada
palatum yang ditutupi oleh landasan geligi tiruan baik sebagian
atau seluruh permukaan palatum tersebut (15%-65%) dan
hiperplasi papilar atau disebut juga tipe granular (Greenberg,
2003).
Akut atrofik kandidiasis, disebut juga antibiotik sore mouth.
Secara klinis permukaan mukosa terlihat merah dan kasar,
biasanya disertai gejala sakit atau rasa terbakar, rasa kecap
berkurang. Kadang-kadang sakit menjalar sampai ke tenggorokan
selama pengobatan atau sesudahnya kandidiasis tipe ini pada
umumnya ditemukan pada penderita anemia defiensi zat besi
(Greenberg, 2003).
Angular cheilitis, disebut juga perleche, terjadinya di duga
berhubungan dengan denture stomatits. Selain itu faktor nutrisi
memegang peranan dalam ketahanan jaringan inang, seperti
defisiensi vitamin B12, asam folat dan zat besi, hal ini akan
mempermudah terjadinya infeksi. Gambaran klinisnya berupa lesi
agak kemerahan karena terjadi inflamsi pada sudut mulut
(commisure) atau kulit sekitar mulut terlihat pecah-pecah atau
berfissure (Nolte, 1982. Greenberg, 2003).
H. Komplikasi Kandidiasis
Adapun komplikasi kutaneus kandidiasis yang bisa terjadi, antara
lain :

1 Rekurens atau infeksi berulang kandida pada kulit


2 Infeksi pada kuku yang mungkin berubah menjadi bentuk yang
aneh dan mungkin menginfeksi daerah di sekitar kuku
3 Disseminated candidiasis yang mungkin terjadi pada tubuh yang
immunocompromised.
I. PenatalaksanaanKandidiasis
Dalam menanganinya dapat dilakukan pengobatan yang
bervariasi, tergantung pada daerah mana yang terkena dampak
dari timbulnya Kandidiasis tersebut, seperti: Obat kumur atau
dalam bentuk permen hisap diberikan kepada klien. Selain itu,
pengobatan yang paling sering digunakan saat ini adalah

16
pemakaian Nistatin drop. Nistatin ini akan diteteskan pada mulut
bayi untuk mengobati kandidiasisnya. Ada juga yang
menyarankan cara pemakaian yang lain, yaitu tangan ibu dicuci
sampai bersih, teteskan 2 tetes ke ujung jari ibu dan oleskan ke
lidah dan mulut bayi secara merata. Cara ini menjamin obat
teroleskan dengan lebih merata namun harus dilakukan dengan
hati-hati, jangan sampai membuat bayi muntah.

a. Bila menderita candidiasis sebaiknya segera mengkonsumsi


obat-obatan antifungal seperti Nistatin dan clotrimazole.
Untuk kasus-kasus yang lebih parah, ketoconazole atau
flukonazol dapat diminum sekali sehari.
b. Bila menderita candida esophagitis dapat di obati dengan
ketoconazole, itraconazole (Sporanox) atau flukonazol.
Kandidiasis cornu dapat diobati dengan dengan antifungal
powders dan krim.
c. Sedangkan bagi candidiasis yang terjadi pada vagina dan
menyebabkan infeksi dapat diobati dengan obat antifungal
seperti butoconazole, clotrimazole, miconazole, Nistatin,
tioconazole dan terconazole.
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans
pada swab mukosa
2. Pemeriksaan endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak
terdapat perbaikan dengan pemberian flukonazol.
3. Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal
dengan swab atau kumur.
K. Cara Penularan
Cara Penularan melalui kontak sekret atau ekskret dari
mulut, kulit, vagina dan tinja, dari penderita ataupun carrier,
atau tertulari melalui jalan lahir pada saat bayi dilahirkan,
penularan endogen.
L. Cara Pencegahan

17
Pencegahan yang dapat dilakukan pada klien dengan candidiasis
oral antara lain :
1. Pencegahan Pada bayi biasakan mencuci bersih dan
mensterilkan botol/dot/pacifieryang digunakan dan
menyimpan pada tempat yang bersih dan kering.
2.Biasakan berkumur setelah memakai kortikosteroid inhaler
3. Rajin berkumur dan menggosok gigi
4. Rajin membersihkan gigi tiruan atau kawat gigi

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS
Pada tanggal 12 januari 2017. Ny S membawa anaknya (An B) yang
berumur 14 bulan ke RS. Bhayangkara. Ny. S mengatakan bahwa anaknya
mengalami bercak di daerah lipatan kulit, Saat di lakukan pemeriksaan
pada tubuh bayi tersebut terdapat lesi di daerah lipatan kulit ketiak, di
area genital, lesi tersebut dikelilingi vesikel-vesikel dan pustuk kecil-kecil
atau bula, Ny. S mengatakan anaknya juga terbiasa menggunakan diaper/
popok, terkadang anaknya juga sering menggaruk-garuk daerah lipatan di
area badannya karena gatal, oleh karena itu anaknya sering rewel. Hasil

18
pemeriksaan TTV didapatkan hasil TD : 80/50 mmHg, N : 125x/ menit, T:
37 0C, RR : 35X/ menit.
Identitas Anak

Nama : An. B
Umur : 14 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal MRS : 15 Januari 2016
Alamat : Surabaya
Identitas Orang tua
Nama Ayah : Tn. R
Nama Ibu : Ny. S
Pekerjaan Ayah/Ibu : PNS
Pendidikan Ayah/Ibu : S.1
Agama : Islam
Alamat : Surabaya

A. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 17 April 2017

1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Ny. S mengatakan bahwa anaknya mengalami bercak di daerah
lipatan kulit, Saat di lakukan pemeriksaan pada tubuh bayi An.B
tersebut terdapat lesi di daerah lipatan kulit ketiak, di area
genital, lesi tersebut dikelilingi vesikel- vesikel dan pustuk kecil-
kecil atau bula, Ny.S mengatakan anaknya juga terbiasa
menggunakan diaper/ popok, terkadang anaknya juga sering
menggaruk-garuk daerah lipatan di area badannya karena
gatal, oleh karena itu anaknya sering rewel

b. Faktor Pencetus
Faktor pencetus An.B dibawa ke rumah sakit adalah terdapat lesi
di daerah lipatan kulit ketiak, di area genital, lesi tersebut
dikelilingi vesikel-vesikel dan pustuk kecil-kecil atau bula

19
c. Riwayat Penyakit Sekarang
An. B dibawa kerumah sakit karena terdapat lesi di daerah
lipatan kulit ketiak, di area genital, lesi tersebut dikelilingi
vesikel-vesikel dan pustuk kecil-kecil atau bula.

d. Diagnosa Medis
Candidiasis
2. Riwayat Biologis
a. Pola nutrisi
Keluarga klien mengatakan bahwa nafsu makan An. B berkurang
sehingga berat badannya menurun. Ny.S mengatakan An B
Minum ASI hanya sedikit, sekarang dalam 1 kali menyusui
kurang dari 5 menit saja.

b. Pola eliminasi
Keluarga mengatakan bahwa pola BAB An. B 1x/hari dan BAK
5x/hari.

c. Pola istirahat dan tidur


Keluarga mengatakan An.B memiliki waktu tidur 6-8 jam/hari.

3. Pengakajian Fisik
a. Vital Sign
TD : 80/50 mmHg
HR : 125 x/menit
RR : 35 x/menit
Suhu : 37C

b. Kesadaran : compos mentis


GCS : E : 4, M : 5, V : 4
c. Pengkajian Head to Toe
1) Kepala dan leher
Kepala :
a) Bentuk simetris
b) Tidak teraba benjolan
c) Rambut berwarna hitam terdistribusi merata
d) Kulit kepala baik

20
e) Rambut tidak mudah di cabut
Mata :
a) Bentuk simetris
b) Konjungtiva tidak anemis
c) Sklera tidak ikterik
d) Palpebra superior dan inferior tidak edema
e) Pupil isokor
f) Refleks cahaya (+)
Telinga :
a) Bentuk simetris
b) Nyeri tekan mastoid tidak ditemukan
c) Tidak ada serumen
d) Sekret (-)
e) Membran timpani : intake
f) Gangguan pendengaran tidak ada
Hidung :
a) Bentuk simetris
b) Tidak ada deviasi septum nasi
c) Tidak terdapat sekret
d) Mukosa lembab
e) Membran mukosa faring kemerahan
Mulut :
a) Bentuk simetris
b) Lidah tidak kotor
c) Mukosa mulut lembab
Tenggorokan :
a) Tidak adanya benda asing di tenggorokan
b) Pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening (-)
Kulit :
a) Warna kulit sawo matang
b) Turgor kulit tidak elastis

21
c) Lesi : terdapat lesi di daerah lipatan kulit ketiak, di area
genital, lesi tersebut dikelilingi vesikel-vesikel dan
pustuk kecil-kecil atau bula,
d) Nyeri (+) :
Provokatif : nyeri timbul karena adanya lesi di daerah
lipatan kulit ketiak, di area genital
akibat proses proses infeksi.
Regio : nyeri terasa di daerah lipatan kulit ketiak,
di area genital
Scale : nyeri skala 7
Timing : nyeri timbul terus menerus terutama
saat sebelum diaper/ popok belum
diganti, terkadang anaknya juga sering
menggaruk -garuk daerah lipatan di area
badannya karena gatal

1. Thorax
Inspeksi :

a. Bentuk dan ukuran : bentuk dada kiri dan kanan


simetris, barrel chest (-), pergerakan dinding dada
simetris.
b. Permukaan dada : papula (-), purpura (-), ekimosis (-),
spider navi (-), vena kolateral (-), massa (-).
c. Pelebaran ICS (-)
d. Fossa supraclavicularis, fossa infraclavicularis: cekung,
simetris kiri dan kanan
e. Fossa jugularis : tidak tampak deviasi
f. Tipe pernafasan : torako-abdominal
Palpasi
a. Trakea : tidak ada deviasi trakea, ictus cordis teraba di
ICS V linea parasternal sinistra
b. Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-)
c. Gerakan dinding dada : tidak ada retraksi dinding dada
d. Fremitus vocal : simetris kiri dan kanan

22
Perkusi
a. Sonor seluruh lapang paru
b. Batas paru-hepar : inspirasi ICS V, ekspirasi ICS V
c. Batas jantung-paru :
Kanan : ICS II linea parasternalis dextra
Kiri : ICS IV linea mid clavicula sinistra

Auskultasi
a. Cor : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
b. Pulmo :
Pola napas reguler
Ronkhi (-/-)
Wheezing (-/-)

2. Abdomen
Inspeksi
a. Bentuk : simetris
b. Umbilicus : masuk merata
c. Permukaan kulit : tanda-tanda inflamasi (-), sianosis (-),
venektasi (-), massa (-), vena kolateral (-), papula (-),
petechiae (-), purpura (-), ekimosis (-), spider navi (-)
d. Distensi abdomen (-)
e. Ascites (-)
Auskultasi
a. Bising usus (+) normal
b. Metallic sound (-)
c. Bising aorta (-)
Perkusi
a. Timpani pada seluruh lapang abdomen (+)
b. Nyeri ketok (-)
c. Shifting dullnes (-)
Palpasi
a. Nyeri tekan (-)
b. Nyeri lepas (-)
c. Massa (-)

23
d. Hepar/lien tidak teraba
3. Ekstremitas
Ektremitas atas :
a. Regio kiri : akral hangat, tidak teraba edema
b. Regio kanan : akral hangat, tidak teraba edema
Ektremitas bawah :
a. Regio kiri : akral hangat, tidak teraba edema
b. Regio kanan : akral hangat, tidak teraba edema
4. Pemeriksaan Penunjang
Dari hasil pemeriksaan kerokan kulit didapat candida.
B. Analisa data

No Data Etiologi Problem


1. DS : Agen injuri Nyeri akut
- Ny. S mengatakan bahwa biologis
bahwa anaknya sering
menggarukgaruk karea gatal .
-Ny. S mengatakan bahwa
anaknya sering rewel karena
nyeri yang dirasakan akibat
gatalgatal pada tubuh bayi.

DO :
Terdapat lesi di bagian lipatan
kulit ketiak, lipat paha, lipat
payudara, antara jari tangan
atau kaki, dan umbilicus.
Lesi tersebut disertai vesikel
vesikel atau bula.

2. DS : Ketidakmampuan Ketidakseimbanga
- memasukkan n nutrisi kurang
DO: makanan dari kebutuhan
Setelah di observasi

24
-Membran mukosa terlihat
pucat
-kurang berminat terhadap
makanan
-kelemahan untuk mengunyah
dan menelan
-keengganan untuk makan
3. DS : Kelembapan kulit Kerusakan
-Ny. S mengatakan anaknya integritas kulit
mengalami bercak di daerah
lipatan area tubuh anaknya
-Ny. S mengatakan anaknya
sering menggarukgaruk
tubuhnya karena gatal

DO :
Saat di observasi terlihat
kerusakan jaringan membrane
integument.

4. DS : Sistem Imun yang Resiko Infeksi


-Ny. S mengatakan anaknya tidak kuat
sering rewel karena menggaruk-
garuk tubuhnya yang gatal

DO :
-imunosupresi
-tidak adekuat pertahanan
tubuh primer
-keruskaan jaringan
-peningkatan paparan pathogen
5. DS : Tidak mengenal Kurang
Ny. S mengatakan bahwa sumber informasi pengetahuan.
anaknya menggunakan diapers

25
DO :
-Ny. S mengatakan bahwa
anaknya sering menggunakan
popok/ diapers, namun Ny. S
tidak menjelaskan bagaimana
penggunakan diapers yang
benar.
-Ny. S juga menginterpretasi
terhadap informasi mengenai
diapers yang salah
-Ny. S juga kurang keinginan
untuk mencari informasi
mengenai keadaan yang
dialami anaknya
-Ny. S tidak mengetahui
sumber sumber informasi dari
mana saja yang bisa di akses.

C. Rencana Asuhan Keperawatan

No Intervensi
Diagnosa
NOC
1 Ketidakseimbangan nutrisi kurang - Selera makan : keinginan -
dari kebutuhan tubuh b.d untuk makan ketika -
ketidakmampuan untuk memasukkan dalam keadaan sakit atau
makanan sedang dalam -
Defenisi : pengobatan -
Asupan nutrisi tidak cukup untuk - Perilaku kepatuhan :
memenuhi kebutuhan metabolik. program diet : tindakan -
Batasan karakteristik : personal untuk mengikuti -
- Menghindari makanan anjuran asupan makanan -
- Berat badan 20% atau lebih dan cairan oleh -

26
dibawah berat badan ideal profesional kesehatn -
- Kerapuhan kapiler untuk kondisi kesehatan -
- Diare khusus -
- Kurang makanan - Fungsi gastrointestinal :
- Kurang informasi tingkat makanan (melalui -
- Kurang minat pada makanan konsumsi atau pemberian
- Penurunan berat badan dengan makan melalui selang) -
asupan makanan adekuat berpindah dari konsumsi
- Kesalahan konsepsi hingga ekskresi
- Kesalahan informasi - Status nutrisi : tingkat
- Membran mukosa pucat ketersediaan zat gizi
- Mengeluh gangguan sensai rasa untuk memenuhi
- Ketidakmampuan memakan kebutuhan metabolik
mkanan - -status nutrisi :
- Steatorea pengukuran biokimia :
- Mengeluh asupan makanan komponen dan kimia
kurang dari RDA cairan tubuh yang
- Kelemahan otot untuk menelan mengindikasikan status
Faktor berhubungan : nutrisi
- Faktor biologis - Status utrisi : asupan zat
- Faktor ekonomi gizi : asupan zat gizi
- Ketidakmampuan untuk untuk memenuhi
mengabsorpsi nutrien kebutuhan metabolik
- Ketidakmampuan untuk - Berat badan : masa
mencerna makanan tubuh : tingkat
- Ketidakmampuan untuk kesesuaian berat badan,
menelan makanan otot dan lemak dengan
- Faktor psikologi TB , rangka tubuh, JK dan
usia.
- Perilaku menaikkan BB :
tindakan personal untuk
meningkatkan BB setelah
penurunan badan yang

27
signifikan secara sukarela
atau terpaksa.
2 Nyeri b.d agen injuri biologis - Kepuasan klien : -
Defenisi : manajemen nyeri :
Pengalaman sensorik yang emosional tingkat persepsi positif
yang tidak menyenangkan dan mengenai asuhan
muncul akibat kerusakan jaringan keperawatan untuk
aktual atau potensial atau meredakan nyeri -
digambarkan dalm hal kerusakan - Nyeri : respon simpang
sedemikian rupa; awitan yang tiba- biologis : keparahan
tiba atau lambat atau berulang tanpa respon simpang koginitif -
akhir yang dapat diantisipasi atau dan emosi yang dapat
diprediksi. diamati atau dilaporkan
Batasan karakteristik : terhadap nyri fisik
- Hambatan kemampuan - Pengendalian nyeri :
beraktivitas tindakan personal untuk
- Anoreksia mengendalikan nyeri
- Perubahan pola tidur - Nyeri : efek merusak :
- Skala keluhan keparahan dampak
- Depresi negatif nyeri kronis yang -
- Letih dapat diobservasi atau
- Iritabilitas dilaporkan pada fungsi
- Gelisah sehari-hari
Faktor yang berhubungan : - Tingkat nyeri : keparahan
- Ketunadayaan fisik nyeri yang tampak atau -
- Ketunadayaan psikologis dilaporkan
-

3. Resiko infeksi b.d pertahanan primer Immune Status Infe


tidak adekuat infe

28
Defenisi : Knowledge : Infection control o Be
Peningkatan resiko masuknya Risk control se
organisme patogen Kriteria Hasil : o Pe
Batasan karakteristik dan faktor Klien bebas dari tanda dan o Ba
yang berhubungan : gejala infeksi pe
Faktor-faktor resiko : Mendeskripsikan proses o In
- Prosedur Infasif pe
penularan penyakit, factor
- Ketidakcukupan pengetahuan ta
yang mempengaruhi
untuk menghindari paparan se
penularan serta
patogen m
penatalaksanaannya,
- Trauma
Menunjukkan kemampuan o G
- Kerusakan jaringan dan an
untuk mencegah timbulnya
peningkatan paparan lingkungan ta
infeksi
- Ruptur membran amnion
Jumlah leukosit dalam batas o C
- Agen farmasi (imunosupresan) da
normal
- Malnutrisi kp
Menunjukkan perilaku hidup
- Peningkatan paparan lingkungan o G
sehat
patogen ta
- Imonusupresi pe
- Ketidakadekuatan imum buatan
- Tidak adekuat pertahanan o Pe
sekunder (penurunan Hb,
as
Leukopenia, penekanan respon
pe
inflamasi)
o G
- Tidak adekuat pertahanan tubuh
lin
primer (kulit tidak utuh, trauma
se
jaringan, penurunan kerja silia,
um
cairan tubuh statis, perubahan
o G
sekresi pH, perubahan peristaltik)
un
- Penyakit kronik
ka
o Ti
o Be
bi

29
Infe
(pro
o M
in
o M
W
o M
te
o Ba
o Sa
te
o Pa
pa
o Pe
k/
o Be
pa
o In
m
ke
dr
o Is
be
o D
ya
o D
o D
o In
m
re
o Aj

30
ke
in
o Aj
in
o La
o La

4. Kurang pengetahuan orang tua b.d Kowlwdge : disease process Teac


tidak megenal sumber informasi Kowledge : health Behavior 1. B
Defenisi : Kriteria Hasil : t
Tidak adanya atau kurangnya Pasien dan keluarga p
informasi kognitif sehubungan dengan menyatakan pemahaman p
topic spesifik. tentang penyakit, kondisi,
Batasan karakteristik : prognosis dan program 2. J
- Memverbalisasikan adanya masalah pengobatan p
- Ketidakakuratan mengikuti instruksi, Pasien dan keluarga mampu h
perilaku tidak sesuai. d
melaksanakan prosedur
Faktor berhubungan : fi
yang dijelaskan secara
- keterbatasan kognitif t
benar
- interpretasi terhadap informasi 3. G
Pasien dan keluarga mampu
yang salah g
menjelaskan kembali apa
- kurangnya keinginan untuk p
yang dijelaskan perawat/tim
mencari informasi c
kesehatan lainnya
- tidak mengetahui sumber-sumber 4. G
informasi. p
y
5. I
p
y
6. S

31
p
d
7. H
k
8. S
i
k
c
9. D
g
d
m
m
d
p

32
D. Implementasi dan Evaluasi

No. Tanggal Implementasi


Diagnosa
1 Nutrition Management
Pukul 10.00 WIB Pukul 13.0
- Mengkaji adanya alergi makanan S=
- Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi - Ibu p
untuk melakukan jumlah kalori dan nutri makan
yang dibutuhkan pasien bertam
- Menganjurkan pasien untuk meningkatkan - Ibu pa
protein dan vit C sudah
- Memberikan substansi gula menyu
- Diet mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi O=
- Memberikan makanan yang terpilih (sudah - Makan

dikonsultasikan dengan ahli gizi) seban

- Mengajarkan pasien bagaimana membuat - Pada

catatan makanan harian yang t


- Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori A=

- Memberikan informasi tentang kebutuhan - Masal

nutrisi bertam

- Mengkaji kemampuan pasien untuk pasien

mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan sudah

33
Nutrition Monitoring
- Memonitor adanya penurunan berat badan P=
- Memonitor tipe dan jumlah aktivitas yang - Lakuk
biasa dilakukan lanjut
- Memonitor interaksi anak atau orang tua badan
selama makan
- Memonitor lingkungan selama jam makan
- Menjadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
- Memonitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
- Memonitor turgor kulit
- Memonitor mual dan muntah
- Memonitor kadar albumin, total protein, Hb,
dan Ht
- Memonitor pertumbuhan dan
perkembangan
- Memonitor pucat, kemerahan dan
kekeringan jaringan konjungtiva
- Memonitor kalori dan intake nutrisi
- Mencatat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papilla lidah dan cavitas oral
- Mencatat jika lidah berwarna magenta,
luka.
2 Pain Mnagement
Pukul 10.30 Pukul 14.0
- Melakukan pengkajian nyeri : lokasi nyeri, S =
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, - Ibu p
dan faktor presipitasi mulai
- Mengobservasi rekasi nonverbal psien terlalu
terhadap ketidaknyamanan sediki
- Mengkontrol suhu ruangan, pencahayaan - Ibu p
dan kebisingan sekitar pasien sudah

34
- Perawat berupaya mengurangi faktor menit
presipitasi nyeri
- Melakukan penanganan nyeri (farmakologi, O =
non farmakologi dan interpersonal) - Pasien
- Mengkaji tipe dan sumber nyeri kesak
- Memberikan obat untuk mengurangi nyeri - Pasien
(misal : oral (ibu profen 2x1) komun
- Meningkatkan istirahat pasien
Analgesik Administrastion A=
- Menentukan lokasi, karakteristik, kualitas, - Masal

dan derajat nyeri sebelum pemberian obat denga

- Melakukan pengecekan terkait instruksi klien n

dokter tentang jenis obat, dosis dan


frekuensi P=

- Melakukan pengecekan riwayat alergi - Lanjut

pasien nyeri

- Memilih analgesik yang diperlukan atau - Kolabo

kombinasi dari analgesik ketika pemberian pemb

lebih dari satu


- Memilih analgesik tergantung tipe dan
beratnya nyeri
- Menentukan analgesik pilihan, rute
pemberian dan dosis optimal
- Memilih rute pemberian secara IV, IM,
untuk pengobatan nyeri secara teratur
- Memonitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesic pertama kali
- Memberikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
- Mengevaluasi efektivitas analgesik, tanda
dan gejala yang dialami pasien.
3 Infection control S=
- Bersihkan lingkungan setelah dipakai - Ibu p

35
pasien lain mulai
- Pertahankan teknik isolasi terlalu
- Batasi pengunjung bila perlu sediki
- Instruksikan pada pengunjung untuk O =
mencuci tangan saat berkunjung dan - Pasien
setelah berkunjung meninggalkan pasien kesak
- Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci A =
tangan - Masal

- Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah denga


tindakan keperawatan klien n
- Gunakan baju, sarung tangan sebagai P =
alat pelindung - Lanjut

- Pertahankan lingkungan aseptic selama nyeri

pemasangan alat
- Ganti letak IV perifer dan line central dan
dressing sesuai dengan petunjuk umum
- Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
- Tingkatkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotic bila perlu
Infection protection
- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan local
- Monitor hitung granulosit, WBC
- Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Batasi pengunjung
- Saring pengunjung terhadap penyakit
menular
- Pertahankan teknik aspesis padda pasien
yang beresiko
- Pertahankan teknik isolasi k/p
- Berikan perawatan kulit Pada area

36
epidema
- Inspeksi kulit dan membrane mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
- Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
- Dorong masukkan nutrisi yang cukup
- Dorong masukkan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk minum
antibiotic sesuai resep
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif
4 disease Process S=
- Berikan penilaian tentang tingkat - Pasi
pengetahuan pasien tentang proses kesa
penyakit yang spesifik O=
- Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan - Pasi
bagaimana hal ini berhubungan dengan kom
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
tepat. A=
- Gambarkan tanda dan gejala yang biasa - Masal
muncul pada penyakit, dengan cara yang
tepat P=
- Gambarkan proses penyakit, dengan cara - Diskus
yang tepat pasien
- Identifikasi kemungkinan penyebab, atau
dengna cara yang tepat penya
- Sediakan informasi pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang tepat
- Hindari harapan yang kosong
- Sediakan bagi keluarga informasi tentang

37
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
- Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang
dan atau proses pengontrolan penyakit
- Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
- Dukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
- Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
- Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan cara yang tepat
- Instruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang
tepat

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kandidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida,
khususnya C. albicans. Penyakit ini biasanya akibat debilitasi
(seperti pada penekan imun dan khususnya AIDS), perubahan
fisiologis, pemberian antibiotika berkepanjangan, dan hilangnya
penghalang (Stedman, 2005).
Kandidiasis meliputi infeksi yang berkisar dari yang ringan
seperti sariawan mulut dan vaginitis, sampai yang berpotensi
mengancam kehidupan manusia. Infeksi Candida yang berat
tersebut dikenal sebagai candidemia dan biasanya menyerang

38
orang yang imunnya lemah, seperti penderita kanker, AIDS dan
pasien transplantasi.
Moniliasis atau kandidiasis sering disebabkan oleh 3 hal yaitu:
jamur candida albicans, keadaan hormonal (diabetes, kehamilan),
dan faktor lokal (tidak adanya gigi, gigi palsu yang tidak pas).
Infeksi mulut oleh spesies candida biasanya memunculkan
kumpulan lapisan kental berwarna putih atau krem pada membran
mukosa (dinding mulut dalam). Pada mukosa mulut yang terinfeksi
mungkin muncul radang berwarna merah). Candida albicans yang
bermetastase dapat menjalar ke esofagus, usus halus, usus besar
dan anus. Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan otak.
B. Saran
Dengan kita mengetahui apa itu candidiasis dan bagaimana asuhan
keperawatan secara teoritis pada pasien penderita candidiasis
sehingga kita bisa mengaplikasikan nya, dan bisa menambah
wawasan kita tentang candidiasis

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2009). Karakteristik Candida albicans. Available from:


http://www. smallcrab.com/ kesehatan /25-healthy/415-
karakteristik-candida-albicans
Chin, James. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Edisi 17,
Cetakan II, Penerbit CV. Infomedika, Jakarta, 2006

39
Coretan Dokter, 2012. Penyakit jamur pada mulut yang patut di
waspadai.
https://coretandokter.wordpress.com/2012/09/20/penyakit-
jamur-pada-mulut-yang-patut-di-waspadai/. Diakses pada
tanggal 22 April 2017.
Farlane, Mc. (2002). Essential of Microbiologi for dental student.
New york : Oxfort
Greenberg L. Michael. 2005. Teks- Atlas Kedokteran Kedaruratan
Greenberg Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Greenberg. M.S. (2003). Burkets Oral Medicine. Bc Decker Inc :
Hamilton Ontario
Louise B. Hauley. 2003.Mikroorganisme Penyakit Infeksi. Jakarta :
Hipokrates
Nanda internasional. (2012). Daignosis Keperawatan Defenisi dan
Klasifikasi. Jakarta : EGC
Nolte, A.W. (1982). Oral Microbiologi. London : The C.V Mosby
Nurarif, huda. Asuhan keperawatan berdasarkan dignosa medis &
nic-noc. Edisi revisi 2015, penerbit mediaction : Jakarta
Silverman. S.Jr. (2001). Essential of Oral Med. London : BC. Decker
Inc
Tanto Chris, 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV Bagian I,
Jakarta : Media Aesculapius.
Wilkinson, Judith M. 2016. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

40

Anda mungkin juga menyukai