Anda di halaman 1dari 11

HASIL PENGKAJIAN DAN LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

PROGRAM PROFESI NERS UNIVERSITAS TANJUNGPURA


STASE ANAK
2016/2017

IRFAN HIDAYAT
I 4051161019

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2016
LEMBAR PENGESAHAN

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING RUMAH SAKIT

(Winarianti, S.Kep,. Ners.) (Sri Lestari, Amd. Kep)


NIP. NIP. 19830227 200501 2 005

MAHASISWA PROFESI

(Irfan Hidayat)
I 4051161019
LAPORAN PENDAHULUAN
FEBRIS/ DEMAM

A. Definisi
Demam adalah meningkatnya temperature suhu tubuh secara abnormal. Demam
adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38 C atau lebih. Ada juga yang
yang mengambil batasan lebih dari 37,8C. Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari
40C disebut demam tinggi (hiperpireksia) (Julia, 2000).

B. Klasifikasi
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :
Fever Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses
patologis.
Hyperthermia Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada
makhluk hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh,
seringnya karena induksi dari radiasi (gelombang panas,
infrared), ultrasound atau obat obatan.
Malignant Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang
Hyperthermia menyertai kekakuan otot karena anestesi total.

Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain: (Sudoyo Aru, dkk.2009)
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus-menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan
suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang klien dengan keluhan
demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas
seperti: abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama
sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam
praktek 90% dari para klien dengan demam yang baru saja dialami, pada
dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-timing seperti influenza atau
penyakit virus jenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap
waspada terhadap infeksi bacterial.

C. Etiologi
1. Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat
regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk
mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian
pengambilan riwayat penyakit klien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi
perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain
secara tepat dan holistic.
2. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam,
lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain yang menyertai demam.
3. Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan diamana seseorang klien
mengalami demam terus-menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3o C
dan tetap belum didapat penyebab walaupun telah ditieliti selama satu minggu
secara intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis
lainnya. (Sylvia dan Wilson, 2009).

D. Manifestasi Klinis
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8o 40o C).
2. Kulit kemerahan.
3. Hangat pada sentuhan.
4. Peningkatan frekuensi pernapasan.
5. Menggigil.
6. Dehidrasi.
7. Kehilangan nafsu makan.
(Sylvia dan Wilson, 2009).

E. Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Takikardi
3. Insufisiensi jantung
4. Insufisiensi pulmonal
5. Kejang demam
6. Resiko meningitis

F. Pathway (terlampir)

G. Pemeriksaan penunjang / diagnostic


1. Uji coba darah
Contoh pada demam dengue terdapat leukopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3
pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa pembekuan
masih normal, masa perdarahan biasanya memanjang, dapat ditemukan
penurunan factor II, V, VII, IX, dan XII. Pada pemeriksaan kimia darah tampak
hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia. SGOT, serum glutamit piruvat
(SGPT), ureum, dan pH darah mungkin meningkat, reverse alkali menurun.
2. Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan.
3. Dalam tahap melalui biposi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat
dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
4. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa.

H. Penatalaksanaan
Pada dasarnya menurunkan demam dapat dilakukan secara fisik, obat-obatan maupun
kombinasi keduanya.
1. Secara fisik
a). Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
b). Pakaian anak diusahakan tidak tebal
c). Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
d). Memberikan kompres
2. Obat-obatan
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan
demam. Obat-obat anti inflamasi, analgetik, dan antipiretik terdiri dari golongan
yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi
mempunyai kesamaan dalam efek pengobatanya. Tujuannya menurunkan set point
hipotalamus melalui pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan
menghambat enzim cyclooxygenase. Asetaminoven merupakan derivate para-
aminofenol yang bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis
dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4
jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90 mgr/kgBB/hari. Turunan asam
propionat seperti ibuprofen juga bekerja menekan pembentukan prostaglandin.
Obat ini bersifat antipiretik, analgetik, dan antinflamasi. Dosis terapeutik yaitu 5-
10 mgr/kgBB/kali tiap 6 jam sampai 8 jam. Metamizole (antagin) bekerja
menekan pembentukan prostaglandin. Mempunyai efek antipiretik, analgetik dan
antiinflamasi. Dosis terapeutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6-8 jam dan tidak
dianjurkan untuk anak kurang dari 6 bulan. Pemberiannya secara per oral,
intramuskular atau intravena. Asam mefenamat suatu obat golongan fenamat.
Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai antipiretik. Dosis
pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan
tidak boleh diberikan anak usia kkurang dari 6 bulan.
I. Diagnose keperawatan
1. Hipertermi b.d proses penyakit
2. Ketidakefektifan termogulasi b.d proses penyakit, fluktuasi suhu lingkungan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang kurang
dan diaforesis
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
5. Resiko cedera
6. Resiko keterlambatan perkembangan

J. Discharge planning
1. Ajarkan pada orang tua mengenal tanda-tanda kekambuhan dan laporkan
dokter/perawat.
2. Intruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu
3. Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
4. Instruksikan untuk kontrol ulang
5. Jelaskan faktor penyebab demam dan menghindari faktor pencetus.
Pathway

Infeksius agents Monocytes Pyrogenic Anterior PGE2 meningkat


toxius mediator of macrophages cytokinesis IL I, hypotalamus
inflamation endhotel cell other TNF, IL-6, IFNs
cell types
Elevated
Metabolism basal fever Heat conservation
heat production thermoregulatory
meningkat
set point
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh hipertermi

Ketidakefektifan Resiko cedera


thermoregulasi

O2 ke otak menurun Kejang demam Resiko keterlambatan


perkembangan

TIK meningkat Ketidakefektifan perfusi


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Hipertermi b.d proses NOC NIC
penyakit Thermoregulation Fever Treatment
Kriteria Hasil - Monitor TTV
- Suhu tubuh dalam - Monitor warna dan
rentang normal suhu kulit
- Nadi dan RR dalam - Selimuti pasien
rentang normal untuk mencegah
- Tidak ada perubahan hilangnya
warna kulit dan tidak kehangatan tubuh
ada pusing - Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
- Kompres pasien
pada lipatan paha
dan aksila
- Kolaborasi
pemberian obat
antipiretik
- Kolaborasi
pemberian cairan
intravena
2 Ketidakefektifan NOC NIC
termogulasi b.d proses - Hydration Temperature regulation
penyakit, fluktuasi suhu - Adherence behavior - Monitor TTV
lingkungan - Immune status secara rutin
- Risk control - Monitor tanda
Kriteria Hasil hipotermi dan
- Keseimbangan antara hipertermi
produksi panas, panas - Tingkatkan intake
yang diterima dan cairan dan nutrisi
kehilangan panas - Ajarkan klien untuk
- Temperatur stabil : mencegah keletihan
36,5 37 C akibat panas
- Tidak ada kejang
3 Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari - Nutritional status : Nutrient Management
kebutuhan tubuh b.d Food and Fluid intake - Monitor jumlah
intake yang kurang dan - Nutritional status : kalori dan nutrisi
diaforesis nutrient intake - Monitor mual
- Weight control muntah
- Berat badan ideal - Kaji adanya alergi
sesuai dengan tinggi makanan
badan - Anjurkan pasien /
- Tidak ada tanda- tanda keluarga untuk
malnutrisi meningkatkan
- Tidak terjadi protein dan vit. C
penurunan berat badan - Monitor adanya
yang berarti BAB
- Identifikasi
makanan yang
disukai/
dikehendaki sesuai
dengan program
diit
- Libatkan keluarga
pasien pada
perencanaan
makanan sesuai
indikasi
DAFTAR PUSTAKA

1. Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2016. Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Med Action Publishing.

Anda mungkin juga menyukai