Anda di halaman 1dari 5

A.

LANDASAN TEORI
1 Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. (Smeltzer, 2001).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten)
dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung
koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan
mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan
darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi
semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah,
swasta maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan.
(Riskesdas 2007, Riskesdas 2013, Balitbangkes. Kemenkes)

2 Penyebab
Hipertensi primer tidak mempunyai sebab yang khusus tapi multi faktor itu sebagai
respon terhadap peningkatan cardiac output atau adanya tekanan perifer. (Soeparman
dkk,2007)

Faktor faktor yang berpengaruh terhadap dua kekuatan tersebut adalah :

1. Genetic
2. Obesitas
3. Stress lingkungan
4. Kehilangan jaringan elastis dan arteriosclerosis aorta dan arteri besar lain.
Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan menjadi dua :

1. Atas yang tidak dapat dikontrol (seperti kegemukan, kurang olahraga,


merokok, serta konsumsi alkohol dan garam).
2. Dan yang dapat dikontrol (seperti keturunan, jenis kelamin, umur dan
garam).
3 Klasifikasi
klasifikasi hipertensi terbagi menjadi:

1. Berdasarkan penyebab

a. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial


Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan
dengan kombinasi faktor gaya hid up seperti kurang bergerak (inaktivitas)
dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.
b. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita
hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%,
penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu
(misalnya pil KB).
2. Berdasarkan bentuk Hipertensi

Hipertensi diastolik {diastolic hypertension}, Hipertensi campuran (sistol dan diastol


yang meninggi), Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension).

Terdapat jenis hipertensi yang lain:

1. Hipertensi Pulmonal
Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada
pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan
pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya hipertensi
pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan
toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Hipertensi
pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia pertengahan,
lebih sering didapatkan pada perempuan dengan perbandingan 2:1, angka
kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean
survival / sampai timbulnya gejala penyakit sekitar 2-3 tahun. Kriteria
diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada National Institute of
Health; bila tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau
"mean"tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau
lebih 30 mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan katup
pada jantung kiri, penyakit myokardium, penyakit jantung kongenital dan
tidak adanya kelainan paru.
2. Hipertensi Pada Kehamilan
Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada saat
kehamilan, yaitu:
a. Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang
diakibatkan kehamilan/keracunan kehamilan ( selain tekanan darah
yang meninggi, juga didapatkan kelainan pada air kencingnya ).
Preeklamsi adalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda
hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.
b. Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu
mengandung janin.
c. Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan
preeklampsia dengan hipertensi kronik.
d. Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat. Penyebab hipertensi
dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang mengatakan
bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, ada
yang mengatakan karena faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan
disebabkan faktor keturunan, dan lain sebagainya. (Riskesdas 2007,
Riskesdas 2013, Balitbangkes. Kemenkes)

4 Tanda dan Gejala


Peningkatan tekanan darah kadang kadang merupakan satu satunya gejala pada
hipertensi dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul
berbeda beda kadang hipertensi berjalan tanpa gejala dan batu timbul gejala setelah
terjadi komplikasi pada organ target seperti ginjal, mata, otak, dan jantung.
(Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003)

Gejala klinis penderita hipertensi sebagai berikut:

1) Gejala akibat tekanan darah yang meningkat.


a. Sakit kepala occipital, terutama pada pagi hari.
b. Berdebar debar.
c. Mudah lelah.
d. Epitaksis.
e. Migrain.
f. Sukar tidur.
g. Rasa berat ditengkuk.
h. Rasa mudah marah.
2) Gejala gejala penyulit dari pada target organ.
a. Ginjal : kemungkinan timbul kegagalan ginjal menahun.
b. Mata dikenal dengan Hypertension retineae yang bradenya menurut keith
w, sebagai berikut:
Brade I : penyempitan/ spasma dari pembuluh darah.
Brade II : crossing phenomena
Brade III : eksudasi di perdarahan
Brade IV : pupil edema.
c. Jantung
- Hypertrofi dan dilatasi ventrikel kiri.
- Sistolik ejection mur mur akibat dari dilatasi ventrikel kiri.
- Payah jantung
- Penyakit jantung iskemik.
3) Gejala gejala secara umum.
a) Pusing.
b) muka merah.
c) sakit kepala.
d) keluar darah dari hidung secara tiba-tiba.
e) tengkuk terasa pegal, dan lain-lain.
f) kerusakan ginjal.
g) pendarahan pada selaput bening (retina mata).
h) pecahnya pembuluh darah di otak.
i) serta kelumpuhan.

4. Penatalaksanaan Hipertensi
1. Pengendalian faktor risiko

Pengendalian faktor risiko penyakit jantung koroner yang dapat saling


berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi, hanya terbatas pada faktor risiko yang
dapat diubah, dengan usaha-usaha sebagai berikut :

a. Mengatasi obesitas/ menurunkan kelebihan berat badan


Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada
obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-
orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
sesorang yang badannya normal.
b. Mengurangi asupan garam didalam tubuh
Nasehat pengurangan garam harus memperhatikan kebiasaan makan
penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dirasakan.Batasi
sampai dengan kurang dari 5 gram (1 sendok teh) per hari pada saat memasak
(Depkes, 2006).
c. Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat
mengontrol sistem saraf yang akan menurunkan tekanan darah (Depkes, 2006).
d. Melakukan olahraga teratur
Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 3-4 kali dalam seminggu, diharapkan dapat menambah
kebugaran dan memperbaiki metabolisme tubuh yang akhirnya mengontrol
tekanan darah (Depkes, 2006).
e. Berhenti merokok
Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah sehingga dapat
memperburuk hipertensi.
f. Mengurangi komsumsi alcohol
Hindari komsumsi alkohol berlebihan

Depertemen Kesehatan RI , 2006 ,pengertian hipertensi dan cara perawatanya.

Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA, Postlethwaite
RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford: Oxford University Press

Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta

Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,

Riskesdas 2007, Riskesdas 2013, Balitbangkes. Kemenkes

Anda mungkin juga menyukai