Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Untuk Memenuhi Tugas Panum Matakuliah Keperawatan Keluarga

Disusun Oleh :

Mela Anggraeni, S.Kep

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap penyakit (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita”.
Menua merupakan proses yang dapat dilihat sebagai sebuah kejadian yang berkesinambungan dari
lahir sampai meninggal.
Dengan makin lanjutnya usia maka kemungkinan akan terjadinya penurunan anatomik (dan
fungsional) atas organ-organnya amakin besar. Peneliti Andres dan Tobin ( seperti dikutip oleh Kane
et all) meng-intrroduksi “hukum 1%” yang menyatakan fungsi organ-organ akan menurun setiap
tahunnya satu persen setelah usia 30 tahun.
Tanda-tandadari penuaan adalah dengan adanya perubahan anatomis, fisiologis, dan
biomekanik di dalam sel tubuh sehingga mempengaruhi fungsi sel jaringan dan organ tubuh.Proses
menua ini tentunya berakibat terhadap penurunan dari fungsi sistem-sistem tubuh, diantara sistem
tubuh yang terpengaruh atau terganggu adalah sistem transportasi (kardiovaskuler). Berbagai macam
penyakit kardiovaskuler akan bermunculan seiring dengan penuaan sistem kardiovaskuler, salah
satunya adalah “hipertensi”.
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
Menuruti Stanley (2007), Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit
kardiovaskuler.Untuk itu hipertensi harus diwaspadai secara dini, agar tidak muncul berbagai macam
penyakit kardiovaskuler yang tentunya dapat berbahaya bagi manusia itu sendiri. Semakin dini
diketahui dan diatasi semakin rendah risiko untuk terserang berbagai penyakit sistem kardiovaskuler.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Hipertensi?
2. Apa Saja Etiologi Hipertensi pada lansia?
3. Bagaimana Patofisiologi Hipertensi pada lansia?
4. Apa Saja Tanda Dan Gejala Hipertensi pada lansia?
5. Apa Faktor Resiko Hipertensi pada lansia?
6. Bagaimana Penatalakasanaan Hipertensi pada lansia?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada lansia dengan hipertensi ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum : Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Lansia dengan Hipertensi.
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui pengkajian lansia dengan hipertensi
b. Untuk mengetahui diagnosa lansia dengan hipertensi
c. Untuk mengetahui perencanaan yang tepat pada lansia dengan hipertensi
d. Untuk mengetahui implementasi yang tepat pada lansia dengan hipertensi
e. Untuk mengetahui implementasi dari masalah lansia dengan hipertensi

BAB II

KONSEP TEORI

A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang intermiten
atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang
berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat sering bertambahnya usia
(Stockslager, 2008). Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung pada pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health Organization)
memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas
160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan anatara usia dan jenis
kelamin (Marliani, 2007). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Rohaendi, 2008)

B. Etiologi Hipertensi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 29 tahun
kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigen
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah
menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut sebagai
berikut :

1. Faktor keturunan dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah :
a. Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)
b. Jenis Kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
c. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
d. Kebiasaan hidup kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah:
- Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
- Kegemukan atau makan berlebihan
- Stress
- Merokok
- Minum alcohol
- Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)

Sedangakan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakitt penyakit seperti Ginjal,


Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Ateroksklerosis, Hiperplasia,
Trombosit, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme,
Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan karena obat-obatan
kontrasepsi oral kortikosteroid.

C. Patafisiologi Hipertensi
Dimulai dengan atherosklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah perifer yang
berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah, kekakuan pembuluh darah disertai dengan penyempitan
dan kemungkinan pembesaran plague yang menghambat gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan
dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya
dekompensasi dengan peningkatan upaya pemompaaan jantung yang memberikan gambaran
peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi.
Tekanan darah tinggi bisa ditemui pada pasien yang sudah berusia lanjut (lansia). Hal ini erat
hubungannya dengan proses menua pada seseorang. Di sini terjadi perubahan berupa berkurangnya
elastisitas pembuluh darah, sehingga terjadi kekakuan pembuluh darah. Keadaan ini diperberat dengan
terjadinya penimbunan lemak di lapisan dalam pembuluh darah. Tekanan darah tinggi pada orang
lansia yang sering tampak adalah bagian sistol, atau yang terekam paling atas dari alat pengukur
tekanan darah.
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST), dan
pada umumnya merupakan hipertensi primer. Adanya hipertensi, baik HST maupun kombinasi sistolik
dan diastolic merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia.

D. Tanda dan gejala Hipertensi


Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi,
tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat, penyempitan
pembuluh darah, dan pada kasus berat dapat ditemukan edema pupil (edema pada diskus optikus).
Menurut Price, gejala hipertensi antara lain sakit kepala bagian belakang, kaku kuduk, sulit
tidur, gelisah, kepala pusing, dada berdebar-debar, lemas, sesak nafas, berkeringat dan pusing (Price,
2005).
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada
seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi yaitu sakit kepala, gelisah, jantung berdebar,
perdarahan hidung, sulit tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat,
berdebar dan sering kencing di malam hari. Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai
meliputi gangguan penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak) yang
mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan dan
gangguan kesadaran hingga koma (Cahyono, 2008).
Corwin menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi
bertahun-tahun adalah nyeri kepala saat terjaga, kadang kadang disertai mual dan muntah yang
disebabkan peningkatan tekanan darah intrakranial (Corwin, 2005).

E. Faktor Resiko Hipertensi


1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
Faktor risiko yang tidak dapat dirubah yang antara lain usia, jenis kelamin dan genetik.
a. Usia
Usia mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena
hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup
tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar di atas usia 65 tahun (Depkes, 2006b).
b. Jenis kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria lebih banyak yang
menderita hipertensi dibandingkan wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan
tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan
tekanan darah dibandingkan dengan wanita (Depkes, 2006)
Namun, setelah memasuki manopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Setelah
usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih meningkat dibandingkan dengan pria
yang diakibatkan faktor hormonal. Penelitian di Indonesia prevalensi yang lebih tinggi terdapat
pada wanita (Depkes, 2006).
c. Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko
terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer (essensial). Tentunya faktor genetik ini juga
dipenggaruhi faktor-faktor lingkungan, yang kemudian menyebabkan seorang menderita
hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin
membran sel. Menurut Davidson bila kedua orang tuanya menderita hipertensi, maka sekitar
45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi
maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya (Depkes, 2006).
2. Faktor risiko yang dapat diubah
Faktor risiko penyakit jantung koroner yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari penderita
hipertensi antara lain merokok, diet rendah serat, kurang aktifitas gerak, berat badan
berlebihan/kegemukan, komsumsi alkohol, hiperlipidemia atau hiperkolestrolemia, stress dan
komsumsi garam berlebih sangat berhubungan erat dengan hipertensi (Depkes, 2006).
a. Kegemukan (obesitas)
Kegemukan (obesitas) adalah presentase abnormalitas lemak yang dinyatakan dalam
Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan
kuadrat dalam meter. Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah
telah dilaporkan oleh beberapa studi. Berat badan dan IMT berkorelasi langsung dengan
tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Sedangkan, pada penderita hipertensi
ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (overweight) (Depkes, 2006b). IMT
merupakan indikator yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat populasi berat
badan lebih dan obesitas pada orang dewasa (Zufry, 2010). Menurut Supariasa,
penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur di atas 18 tahun (Supriasa,
2001).
b. Psikososial dan stress
Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi antara individu
dengan lingkungannya yang mendorong seseorang untuk mempersepsikan adanya
perbedaan antara tuntutan situasi dan sumber daya (biologis, psikologis dan sosial) yang
ada pada diri seseorang (Depkes, 2006).
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut dan
rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan
memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan
meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian
sehingga timbul kelainan organis atau perubahaan patologis. Gejala yang muncul dapat
berupa hipertensi atau penyakit maag. Diperkirakan, prevalensi atau kejadian hipertensi
pada orang kulit hitam di Amerika Serikat lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit
putih disebabkan stress atau rasa tidak puas orang kulit hitam pada nasib mereka (Depkes,
2006).
c. Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui
rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah
arteri yang mengakibatkan proses artereosklerosis dan tekanan darah tinggi. Pada studi
autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya artereosklerosis
pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan
oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi
semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri (Depkes, 2006).
d. Olahraga
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem
penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar
metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan
energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk
mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh (Supariasa, 2001).
e. Konsumsi alkohol berlebih
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan. Mekanisme
peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun, diduga peningkatan
kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan
dalam menaikkan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara
tekanan darah dan asupan alkohol dilaporkan menimbulkan efek terhadap tekanan darah
baru terlihat apabila mengkomsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya
(Depkes, 2006).

f. Komsumsi garam berlebihan


Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel
agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada
sekitar 60% kasus hipertensi primer (essensial) terjadi respon penurunan tekanan darah
dengan mengurangi asupan garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah rata-rata
rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan rata-rata lebih
tinggi (Depkes, 2006).
g. Hiperlipidemia/Hiperkolestrolemia
Kelainan metabolisme lipid (lemak) yang ditandai dengan peningkatan kadar kolestrol
total, trigliserida, kolestrol LDL atau penurunan kadar kolestrol HDL dalam darah.
Kolestrol merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis yang mengakibatkan
peninggian tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat.
F. NUTRISI UNTUK PASIEN HIPERTENSI
Tujuan penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dan
mempertahankan tekanan darah menuju normal. Prinsip diet pada penderita hipertensi adalah sebagai
berikut:
 Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang
 Jenis dan komposisi makanan yang disukai dengan kondisi penderita
 Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar diet.
Yang dimaksud garam disini adalah garam natrium yang terdapat dalam hampir semua bahan
makanan yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Salah satu sumber utama garam natrium adalah
garam dapur. Oleh karena itu, dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok
teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium.

Petunjuk Penggunaan Garam untuk Penderita hipertensi


Untuk penderita hipertensi terdapat 3 diet:
1. Diet rendah garam 1 : untuk penderita hipertensi berat dianjurkan untuk tidak menambahkan
garam dapur dalam makanan.
2. Diet rendah garam II: Ditujukan untuk penderita hipertensi sedang (diastole 100-114 mmHg).
Garam dianjurkan ¼ sendok teh garam dapur.
3. Diet rendah garam III: Ditujukan untuk penderita hipertensi ringan (diastole kurang dari 100
mmHg), garam dapur dianjurkan ½ sendok teh.
Menurut Anie Kurniawan (2002) diet pada pasien Hipertensi dapat dilakukan dengan 3 cara
yaitu:
1. Mengatur menu makanan
makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk menghindari dan membatasi
makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah,
sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung.
Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah :
a. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, minyak kelapa, gajih.)
b. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biksuit, craker, keripik, dan
makanan kering yang asin)
c. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan
dalam kaleng, soft drink)
d. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang
kering, telur asin, selai kacang)
e. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang
tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam.
f. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco, serta bumbu
penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
g. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian dan tape.

Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah memperbaiki rasa tawar dengan
menambahkan gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe, kencur dan bumbu lain yang
tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium. Makanan dapat ditumis untuk memperbaiki
rasa. Membubuhkan garam saat diatas meja makan dapat dilakukan untuk menghindari
penggunaan garam yang berlebih. Dianjurkan untuk selalu menggunakan garam beryodium
dan penggunaan garam jangan lebih dari 1 sendok teh per hari.
Meningkatkan pemasukan kalium (4,5 gram atau 120-175 mEq/hari) dapat memberikan efek
penurunan tekanan darah yang ringan. Selain itu, pemberian kalium juga membantu untuk
mengganti kehilangan kalium akibat dan rendahnya natrium. Pada umumnya dapat dipakai
ukuran sedang (50 gram) dari apel (159 mg kalium), kentang panggang (503 mg kalium) dan
susu skim 1 gelas (406 mg kalium).
Kecukupan kalsium penting untuk mencegah dan mengobati hipertensi : 2-3 gelas susu
skim atau 40 mg/hari, 115 gram keju rendah natrium dapat memenuhi kebutuhan kalsium 250
mg/hari. Sedangkan kebutuhan kalsium perhari rata-rata 808 mg.
1. Suplementasi anti oksidan :
a. Vitamin dan penurunan homosistein:
Asam folat, vitamin B6, vitamin B12 dan riboflavin merupakan ko-faktor
enzim yang esensial untuk metabolism homosistein. Peningkatan kadar homosistein
dalam darah akan meningkatkan risiko penyakit arteri koroner. Kadar asam folat
yang rendah berkaitan dengan peningkatan risiko aterosklerosis, walaupun risiko
aterosklerosis yang berhubungan dengan rendahnya kadar vitamin B6 tidak
berhubungan dengan konsentrasi homosistein yang tinggi. Sedangkan vitamin B12
tidak berhubungan dengan penyakit vaskuler.
b. Kacang kedelai dan isoflavon
Kedelai banyak mengandung fito estrogen yaitu isoflavon, yang memiliki
aktivitas estrogen lemah. Isoflavon dari protein kedelai lebih bermakna menurunkan
kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida, tanpa mempengaruhi kadar
kolesterol HDL. Dianjurkan mengonsumsi protein kedelai 20-50 gram/hari, dengan
modifikasi diet pada penderita kadar kolesterol yang tinggi.
a. Tempe
Tempe adalah hasil pengolahan kedelai melalui proses fermentasi dengan
kandungan gizi lebih baik dari kedelai. Tempe mengandung protein,
karbohidrat, lemak, mineral, vitamin.
b. Serat
Walaupun berbagai studi menunjukan adanya hubungan antara beberapa
jenis serat dengan penurunan kolesterol IDDL dan kolesterol total, namun belum
ada bukti langsung yang menunjukan hubungan antara suplemen serat dengan
penurunan penyakit kardiovaskular.

c. natrium
Garam natrium terdapat secara alamiah pada bahan makanan atau
ditambahkan pada waktu memasak atau mengolah makanan. Makanan berasal
dari hewan biasanya lebih banyak mengandung garam natrium dari yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan. Garam natrium yang ditambahkan berupa ikatan, yaitu:
a Natrium klorida atau garam dapur
b Mono-Natrium Glutamat atau vetsin
c Natrium Bikarbonat atau soda kue
d Natrium Bisul fit atau sendawa yang digunakan untuk mengawetkan
daging seperti Corned beef.
Cara memasak untuk mengeluarkan garam natrium antara lain :
a. Pada ikan asin direndam dan dicuci terlebuh dahulu
b. Untuk mengeluarkan garam natrium dari margarine dengan mencampur
margarine dengan air, lalu masak sampai mendidih, margarine akan
mencair dan garam natrium akan larut dalam air. Dinginkan cairan kembali
dengan memasukan panic kedalam kulkas. Margarine akan mengeras
kembali dan buang air yang mengandung garam natrium. Lakukan ini 2
kali.

G. Penatalaksanaan Hipertensi
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah
140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa obat terapi tanpa oba digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolestrol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok
b. Latihan fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi
adalah olahraga yang mempunyai emapt prinsip yaitu : Macam olahraga yaitu istonis dan
dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
c. Edukasi
Psikologis pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-
tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatic seperti
nyeri kepala dan migraine, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan
ketegangan.
2) Tehnik Relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
3) Pendidikan Kesehatan (penyuluhan)
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
A. Praktik 1. Pengkajian keluarga

Format pengkajian keperawatan keluarga menurut Friedman :

IDENTITAS UMUM KELUARGA


identitas kepala keluarga

Nama : Tn. S

Umur : 66

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : Tamat SD

Pengkerjaan : Wiraswasta

Alamat : Dususn Kebang Rt 008 Rw 003 Kel. Sumogawe Kec. Getasan Kab. Semarang

Nomor telepon :

No. Nama L/P Umur Hub. kel pekerjaan pendidikn Ket.


1. Tn.S L 66 Suami Wiraswasta Tamat SD Kawin
2. Ny.S P 60 Istri Wiraswasta Tamat SD Kawin
3. Nn.N P 30 Anak IRT SMA Kawin
4. Nn.T P 29 Anak IRT SMA Kawin

Genogram

a. Tipe keluarga :
a) Jenis type keluarga : inti
b) Masalah yang terjadi dengan type keluarga :
b. Suku Bangsad
a) Asal suku bangsa : jawa
b) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan :

c. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan : Klien mengatakan tidak ada kepercayaan
yang beliau anut berhubungan dengan kesehatan keluarga

d. Status Sosial Ekonomi Keluarga:


a) Anggota keluarga yang mencari nafkah : ayah
b) Penghasilan : kurang lebih 2 juta dalam 1 bulan
c) Upaya lain :
d) Harta benda yang dimiliki : (perabotan, transportasi, dll)
Klien mengatakan mempunyai 2 motor dan perabotan lengkap

e) Kebutuhan yang di keluarkan tiap bulan : klien mengatakann sekitar 2juta perbulan

e. Aktivitas rekreasi keluarga : klien mengatakan menonton Tv untuk mengisi waktu senggang

RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua)

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kedlanya :


Klien mengatakan tidak ada tahap perkembNGn yang belum terpenuhi
c. Riwayat keluarga inti
a) Riwayat keshatan keluarga saat ini :
Klien mengatakan bahwa dirinya mempunyai riwayat . Beliau mengatakan ketika hipertensibeliau
merasakan pusing, kunang-kunang, sakit kepala, leher kaku, emas dan susah tidur. Dan hanya
pergi ke Dokter jika gejala tersebut di rasakan oleh klien
b) Riwayat penyakit keturunan : klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan
c) Riwayat kesehatan masing – masig anggota keluarga

No Nama Umur BB Keadaan Imunisasi Masalah Tindakan


kesehatan (BSG/polio/ kesehata yang
DPT/HB/ n telah
campak dilakukan
1. Tn. S 66 85 Klien mengatakan lengkap
mempunyai
riwayat penyakit
hipertensi namun
tidak pernah
control/ berobat
ke dokter
2. Ny. S 60 75 Klien mengatakan lengkapl
sehat
3. An . N 30 65 Klien mengatakan lengkap
sehat
4. An. T 29 60 Klien mengatakan lengkap
sehat

d) Sumber pelayanan kesehatan :


klien mengatakan jika salah satu anggota keluarga yang sakit, langsung dibawa ke dokter
e) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya : -

PENGKAJIAN LINGKUNGAN
a. Karakteristik Rumah
a) Luas rumah :
b) Type rumah : klien mengatakan sudah permanen
c) Kepemilikan : klien mengatakan sudah milik sendiri
d) Jumlah dan ratio kamar/ruangan : 3 kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, dapur, kamar
mandi, gudang
e) Ventilasi/jendela : klien mengatakan setiap rungan terdapat ventilasi dan jendela
f) Pemanfaatan lingkungan : klien mengatakan lingkungan sudah di manfaatkan dengan baik
g) Septic tank : ada letak: belakang rumah
h) Sumber air minum : air pegunungan
i) Kamar mandi/WC : mengatakan mempunyai 1 kamar mandi
j) Sampah : klien mengatakan sudah ada tempay sampah bagia setiap rumah dan di ambil oleh
petugas kebersihan 1x dalam 1 minggu
k) Kebersihan lingkungan : lingkungan bersih
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
a) Kebiasaan : klien mengatakan saling menyapa dan berkomunikasi dengan tetangga sekitar
b) Aturan / kesepakatan : klien mengatakan jika ada tamu yang menginap, harus lapor ke RT terlebih
dahulu
c) Budaya : kejawen

c. Mobilitas geografis keluarga : -


d. Perkumpulan keluarga dan interaksi masyarakat : klien mengatakan berinteraksi dengan masyarakat
(perkumpulan bapak, pkk, remaja, dll)
e. System pendukung keluarga : klien mengatakan setiap anggota saling memberi dukugan

STRUKTUR KELUARGA
a. Pola/ cara komunikasi keluarga : klien mengatakan secara terbuka
b. Struktur kekuatan keluarga : klien mengatakan saling memberi suport
c. Struktur perann (peran masing-masing anggota keluarga) : klien mengatakan setiap anggota sudah
melaksanakan peran masing-masing dengan baik
d. Nilai dan norma keluarga : klien mengatakan anggota keluarga harus izin sebelum bepergian

FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif : klien mengatakan sudah menjalankan fugsi afektif dalam keluarga
b. Fungsi sosialisasi :
a) Kerukunan hidup dalam keluarga : klien mengatakan antar anggota terjalin rukun
b) Interaksi dan hubungan dala keluarga : klien mengatakan antar anggota berkomunikasi dengan
baik
c) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan :klien mengatakan yang dominan
ayah dan ibu
d) Kegiatan keluarga waktu senggang ; menonton tv
e) Partipasi dalam kegiatan sosial ; perkumpulan bapak-bapak, PKK, perkumpla pemuda,kerja bakti,
dll
c. Fungsi perawatan keluarga ; klien mengatakan tidak ada perencanaan untuk menambah anak lagi
d. Fungsi reproduksi : klien mengatakan sudan menopause
e. Fungsi ekonomi ;
a) Upaya pemenuhan sandang pangan : klien mengatakan sudah cukup terpenuhi
b) Pemanfaatan sumber di masyarakat ; -

SETRES DAN KOPING KELUARGA


a. Stressor jangka pendek ;
b. Stressor jangka pendek :
c. Respon keluarga terhadap stressor : klien mengatakan beribadah untuk mengurangi stress, dan
sesekali melakukan rekreasi
d. Strategi koping :
e. Strategi adaptasi fungsional :

KEADAAN GIZI KELUARGA


a. Pemenuhan gizi : klien mengatakan gizi sudah terpenuhi, dengan makan 3x sehar, tersedia lauk,
sayur dan buah, dll
b. Upaya lain :

HARAPAN KELUARGA
a. Terhadap masalah kesehatannya : klien mengatakan semoga anggota keluarga sehat selalu dna
panjang umur
b. Terhadap petugas yang ada : klien mengatakan semoga tenaga kesehatan selalu diberikan
perlindungan oleh Tuhan dalam melayani masyarkat yang sakit
PEMERIKSAAN FISIK

NAMA ANGGOTA KELUARGA


NO VARIABEL
Tn. S Ny. S An. N An. T An. M
1. Riwayat mengatakan Klien Klien Klien Klien
penyakit saat memiliki riwayat mengatakan mengatakan mengatakan mengatakan
ini hipertensi sehat sehat sehat sehat

2. Keluhan klien mengatakan


yang sudah3 hari pola - - -
dirasakan tidurnya tidak
seperti biasanya.
Sering terbangun
dan susah untuk
tidur kembali

3. Tanda dan Gejala Pusing


- - -
4. Riwayat Klien Klien Klien Klien Klien
penyakit mengatakan mengatakan mengatakan mengatakan mengatakan
sebelumnya mempunyai tidak memiliki tidak memiliki tidak memiliki tidak memiliki
riwayat penyakit penyakit penyakit penyakit
hipertensi sebelumnya sebelumnya sebelumnya sebelumnya
5. Tanda-tanda vital Td : 120/90 Td : 120/70 Td : 120/70 Td : 110/90 Td : 110/80
S : 36,50 S : 36,2 0
S : 36,40 S : 360 S : 36,40
6. System N : 73/menit N : 76/menit N : 83/menit N : 84/menit N : 88/menit
kardiovaskuler Suara jantung :Suara jantung : Suara Suara jantung : Suara jantung :
vesikuler vesikuler jantung : vesikuler vesikuler
vesikuler
7. System respirasi RR : 22/menit RR : 21/menit RR : 20/menit RR : 122/menit RR : 23/menit
Tidak ada suara Tidak ada Tidak ada Tidak ada suara Tidak ada suara
nafas tambahan suara nafas suara nafas nafas tambahan nafas tambahan
tambahan tambahan
8. System gi starct Terdengar suara Terdengar Terdengar Terdengar suara Terdengar suara
timpani suara timpani suara timpani timpani timpani
Bising usus : Bising usus : Bising usus : Bising usus : Bising usus :
12x/mnt 12x/mnt 12x/mnt 12x/mnt 12x/mnt
Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri
tekan tekan nyeri tekan tekan tekan
9. System pernafasan Klien Klien Klien Klien Klien
mengatakan mengatakan mengatakan mengatakan mengatakan
tidak sesak nafas tidak sesak tidak sesak tidak sesak nafas tidak sesak nafas
nafas nafas
10. System - - - -
muskolokeletal
11. System genetalia - - - -

A. Menetapkan diagnosis keperawatan keluarga r

HARI/ DATA ETIOLOGI MASALAH NAMA


TGL &TTD
Senin, DS: Ketidakmampuan Gangguan pola Mela
27 juli - Tn. S mengatakan sudah 3 hari keluarga dalam tidur
2021 pola tidurnya tidak seperti merawat anggota
biasanya, sering terbangun dan keluarga yang sakit
susah untuk tidur kembali.
- Tn. S mengatakan
ketidakpuasan dalam tidur
DO:
- Wajah terlihat kusam dan mata
tampak cekung

DS : Ketidakmampuan Defisit Mela


klien juga mengatakan bahwa belum keluarga mengenal Pengetahuan
mengetahui lebih jelas tentang masalah kesehatan berhubungan
hipertensi, cara perawatannya keluarga dengan Kurang
DO : terpapar
Saat ditanya pasien belum mengetahui Informasi
tentang hipertensi Kurangnya informasi
tentang hipertensi

Defisit pengetahuan

Diagnose keperawatan :

1. gangguan pola tidur padaTn.S berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan (D.0055)
2. Defisiensi pengetahuan b.d kurang terpapar informasi (00126)

B. Menyusun rencana tindakan keperawatan keluarga

NO HARI/ TUJUAN KRITERIA STANDAR INTERVENSI NAMA


DX TGL &TTD
1 Pola tidur (L.05045) Pengetah Pengetahuan : Terapi music Mela
Setelah dilakukan tindakan uuan inidividu/ (I.08250)
keperawatan 6x24jam Sikap keluarga dapat - Mendiskusikan
diharapkan Ny.S dapat Psikomoto menyebutkan music yang
meningkatkan kualitas r] pola tidur baik disukai
tidur Sikap : - Menjelaskan
Dengan criteria hasil : Individu/ tujuan dan
1. Keluhan sulit tidur ( keluarga prosedur terapi
dapat ditingkatkan memutuskan music
dari skala 2 ke 5) untuk - Mengajarkan
2. Keluhan sering menyediakan terapi music
terjaga ( dapat tempat tidur sesuai indikasi
ditingkatkan dari yang nyaman - Bersama
skala 2 ke 5) Psikomotor : keluarga
3. Keluhan tidak puas Individu / anggota
tidur ( dapa keluarga keluarga dapat
ditingkatkan dari memodifikasi mempraktikkan
skala 2 ke 5) lingkungan terapi music
4. Keluhan pola tidur sehat dan
berubah
dapat nyaman
ditingkatkan dari
skala 2 ke 5)
5. Keluhan istirahat
tidak cukup (dapat
diitngkatkan dari
skala 2 ke 5)
2. Tingkat pengettahuan Pengetah Pengetuan : Edukasi kesehatan Mela
(L12111) uuan Individu dapat (I.12383)
Setelah dilakukan tindakan Sikap menyebutkan - Identifikasi
keperawatan 6x24jam Psikomoto tanda gejala faktor-faktor
diharapkan Tn. S dapat r] hiperteni,dan yang dapat
meningkatkan pengobatan meningkatkan
pengetahuan tebtang alternative dan
hipertensi yang bisa menurunkan
1. Kemampuan digunakan motivasi
menjelaskan sikap : perilaku hidup
pengetahuan individu bersih dan
tentang suatu topik mampu sehat
(dapat diitngkatkan memutuskan - sediakan dan
dari skala 2 ke 5) u/menyediaka berikan materi
2. Verbelisasi minat n sarana yg pendidikan
dalam belajar aman kesehatan
(dapat diitngkatkan psikomotor : - jelaskan faktor
dari skala 2 ke 5) individu resiko yang
3. Perilaku sesuai memodifikasi dapat
dengan lingkungan mempengaruhi
pengetahuan sehat kesehatan
(dapat diitngkatkan - ajarkan strategi
dari skala 2 ke 5) yang dapat
4. Kemampuan digunakan
menjelaskan untuk perilaku
pengetahuan hidup bersih
tentng suatu topik dan sehat
(dapat diitngkatkan - bersama
dari skala 2 ke 5) keluarga dapat
menerapkan
pengetahuan
tentang
hipertensi
dalam
kehidupan
sehari
-

Sdki, slki, siki

C. Melakukan evaluasi keperawatan keluarga

TANGGAL NO IMPLEMENTASI EVALUASI NAMA


DAN DX &TTD
WAKTU PERAWAT
selasa, 27 1 1. Menanyakan kepada Tn..S S: klien emengatan bersedia
juli 2021 tentang jenis music yang dilakukan terapi, Musik yang
disukai digunakan musik
Menjelaskan tujuan dan instrumental
prosedur terapi music kepada O : TD : 140/110
Tn.S dan anggota keluarga S : 36.5
N : 80
RR : 20
A : Masalah belum teratas
P : lanjutkan intervensii

S: kien mengatakan belum


mengetahui dengan jelas
tentang hipertensi
2. menanyakan pengetahuan O : klien tampak
tentang hipertensi kebingungan saat menjawab
A : masalah belum teratasi
P : lanjutakan intevensi
Rabu, 3 1. memberikan pendidikan S : klien mengatakan sudah
juni 2020 tentang terapi musik mengerti tujuan terapi musik
- tujuan dan mau melakukan terapi
- prosedur musik
- manfaat O : klien tampak kooperatis
- evaluasi saaat di jelakan
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervesi

S : klien mengatan sudah


sedikit memahami tentang
hipertensi setelah mendapat
pendidikan kesehatan
O : klien kooperatif pada saat
2. Memberikan pendidikan di jeaskan tentang materi
kesehatan : A ; masalah sudah teratasi
Materi tentang hipertensi P : lanjutkan intervensi
(terapi musik )

kamis, 29 1. Memonitor music yang disukai S: klien mengatakan setelah


juli 2021 / dipilih melakukan terapi musik
- Menjelaskan tujuan dan sebelum tidur, sedikit
prosedur terapi music mengantuk
- Mengajarkan terapi music O: klien tampak menghayati
sesuai indikasi musik yang di berikan
A ; masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi terapi
musik

S : klien mengatakan saat


dilakukan terapi musik
sebelum tidur, sedikit lebih
mengantuk dengan mudah
2. monitor keadaan pasien / TTV O : 130/100 mmHg
A : masalah teratasi sebagian
P :lanjutkan intervensi

jumat, 30 1. Menanyakan kabar hari ini S : klien mengatakan


juli 2021 keadaanya baik, dan setelah
2. Memomonitor TTV dilakukan terapi musik
sebelum tidur, lebih mudah
3. Memberikan terapi musik mengantuk
sebelum tidur O : 130/100 mmHg
Lingkaran hita pada mata
klien sudah mulai memudar/
sudah tidak terlalu
menghitam
A ; masalah sebagian teratasi
P ; lanjutkan intervensi

Jumat, 30 S : klien mengatakan


juli 2021 1. Memomonitor TTV keadaanya baik, dan setelah
dilakukan terapi musik
2. Memberikan terapi musik sebelum tidur, lebih mudah
sebelum tidur mengantuk dan sudah bisa
tidur dengan nyenyak tanpa
alunan musik
O : 120/110 mmHg
A: masalah teratasi
P: henrikan intervensi

S : klien mengatakan
keadaanya baik, dan setelah
dilakukan terapi musik
sebelum tidur, lebih mudah
mengantuk dan sudah bisa
tidur dengan nyenyak tanpa
alunan musik

0 :Lingkaran hita pada mata


klien sudah memudar tidak
menghitam
A ; masalah sebagian
P ; hentikan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M, et.al. 2016. Nursing Interventions Classification Edisi 6.

Terjemahan Intisari Nurjannah & Roxsana Devi. Singapore : Elsevier.

Kowalski, Robert E. 2010. Terapi Hipertensi. Bandung : Mizan Pustaka.

Moorhead, Sue, et.al. 2016. Nursing Outcomes Classification Edisi 5.Terjemahan

Intisari Nurjannah & Roxsana Devi. Singapore : Elsevier.

NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi Edisi 10.

Jakarta : EGC.
Stanley, Mickey. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC.

Stocklager, Jaime L. 2008. Asuhan Keperawatan Geriatric Edisi 2. Jakarta : EGC.

Chung, Edward.K. 1995. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler. Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus
Andryanto. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi . Yogyakarta. Penerbit Kanisius.

Halim, R. 2011. Efek Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pria
Dewasa. Thesis. Universtas Kristen Maranatha Bandung.
repository.maranatha.edu/96/3/0810046_Chapter1.pdf. [Akses tanggal : 23 Agustus 2012]

Kurniawan, Anie. 2002. Gizi Serimbang untuk Mencegah Hipertensi. Diakses dari :
http://www.pdfssearch.com/Gizi-Seimbang-Utk-Hipertensi. [Akses tanggal : 23 Agustus 2012]

Smetlzer, Sussane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Sudoyo, Aru W., Bambang Setiohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K., Siti Setiati. 2007. Ginjal
Hipertensi. Dalam buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: EG

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai