Disusun Oleh :
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap penyakit (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita”.
Menua merupakan proses yang dapat dilihat sebagai sebuah kejadian yang berkesinambungan dari
lahir sampai meninggal.
Dengan makin lanjutnya usia maka kemungkinan akan terjadinya penurunan anatomik (dan
fungsional) atas organ-organnya amakin besar. Peneliti Andres dan Tobin ( seperti dikutip oleh Kane
et all) meng-intrroduksi “hukum 1%” yang menyatakan fungsi organ-organ akan menurun setiap
tahunnya satu persen setelah usia 30 tahun.
Tanda-tandadari penuaan adalah dengan adanya perubahan anatomis, fisiologis, dan
biomekanik di dalam sel tubuh sehingga mempengaruhi fungsi sel jaringan dan organ tubuh.Proses
menua ini tentunya berakibat terhadap penurunan dari fungsi sistem-sistem tubuh, diantara sistem
tubuh yang terpengaruh atau terganggu adalah sistem transportasi (kardiovaskuler). Berbagai macam
penyakit kardiovaskuler akan bermunculan seiring dengan penuaan sistem kardiovaskuler, salah
satunya adalah “hipertensi”.
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
Menuruti Stanley (2007), Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit
kardiovaskuler.Untuk itu hipertensi harus diwaspadai secara dini, agar tidak muncul berbagai macam
penyakit kardiovaskuler yang tentunya dapat berbahaya bagi manusia itu sendiri. Semakin dini
diketahui dan diatasi semakin rendah risiko untuk terserang berbagai penyakit sistem kardiovaskuler.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Hipertensi?
2. Apa Saja Etiologi Hipertensi pada lansia?
3. Bagaimana Patofisiologi Hipertensi pada lansia?
4. Apa Saja Tanda Dan Gejala Hipertensi pada lansia?
5. Apa Faktor Resiko Hipertensi pada lansia?
6. Bagaimana Penatalakasanaan Hipertensi pada lansia?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada lansia dengan hipertensi ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum : Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Lansia dengan Hipertensi.
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui pengkajian lansia dengan hipertensi
b. Untuk mengetahui diagnosa lansia dengan hipertensi
c. Untuk mengetahui perencanaan yang tepat pada lansia dengan hipertensi
d. Untuk mengetahui implementasi yang tepat pada lansia dengan hipertensi
e. Untuk mengetahui implementasi dari masalah lansia dengan hipertensi
BAB II
KONSEP TEORI
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang intermiten
atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang
berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat sering bertambahnya usia
(Stockslager, 2008). Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung pada pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health Organization)
memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas
160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan anatara usia dan jenis
kelamin (Marliani, 2007). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Rohaendi, 2008)
B. Etiologi Hipertensi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 29 tahun
kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigen
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah
menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut sebagai
berikut :
1. Faktor keturunan dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah :
a. Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)
b. Jenis Kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
c. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
d. Kebiasaan hidup kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah:
- Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
- Kegemukan atau makan berlebihan
- Stress
- Merokok
- Minum alcohol
- Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
C. Patafisiologi Hipertensi
Dimulai dengan atherosklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah perifer yang
berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah, kekakuan pembuluh darah disertai dengan penyempitan
dan kemungkinan pembesaran plague yang menghambat gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan
dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya
dekompensasi dengan peningkatan upaya pemompaaan jantung yang memberikan gambaran
peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi.
Tekanan darah tinggi bisa ditemui pada pasien yang sudah berusia lanjut (lansia). Hal ini erat
hubungannya dengan proses menua pada seseorang. Di sini terjadi perubahan berupa berkurangnya
elastisitas pembuluh darah, sehingga terjadi kekakuan pembuluh darah. Keadaan ini diperberat dengan
terjadinya penimbunan lemak di lapisan dalam pembuluh darah. Tekanan darah tinggi pada orang
lansia yang sering tampak adalah bagian sistol, atau yang terekam paling atas dari alat pengukur
tekanan darah.
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST), dan
pada umumnya merupakan hipertensi primer. Adanya hipertensi, baik HST maupun kombinasi sistolik
dan diastolic merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia.
Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah memperbaiki rasa tawar dengan
menambahkan gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe, kencur dan bumbu lain yang
tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium. Makanan dapat ditumis untuk memperbaiki
rasa. Membubuhkan garam saat diatas meja makan dapat dilakukan untuk menghindari
penggunaan garam yang berlebih. Dianjurkan untuk selalu menggunakan garam beryodium
dan penggunaan garam jangan lebih dari 1 sendok teh per hari.
Meningkatkan pemasukan kalium (4,5 gram atau 120-175 mEq/hari) dapat memberikan efek
penurunan tekanan darah yang ringan. Selain itu, pemberian kalium juga membantu untuk
mengganti kehilangan kalium akibat dan rendahnya natrium. Pada umumnya dapat dipakai
ukuran sedang (50 gram) dari apel (159 mg kalium), kentang panggang (503 mg kalium) dan
susu skim 1 gelas (406 mg kalium).
Kecukupan kalsium penting untuk mencegah dan mengobati hipertensi : 2-3 gelas susu
skim atau 40 mg/hari, 115 gram keju rendah natrium dapat memenuhi kebutuhan kalsium 250
mg/hari. Sedangkan kebutuhan kalsium perhari rata-rata 808 mg.
1. Suplementasi anti oksidan :
a. Vitamin dan penurunan homosistein:
Asam folat, vitamin B6, vitamin B12 dan riboflavin merupakan ko-faktor
enzim yang esensial untuk metabolism homosistein. Peningkatan kadar homosistein
dalam darah akan meningkatkan risiko penyakit arteri koroner. Kadar asam folat
yang rendah berkaitan dengan peningkatan risiko aterosklerosis, walaupun risiko
aterosklerosis yang berhubungan dengan rendahnya kadar vitamin B6 tidak
berhubungan dengan konsentrasi homosistein yang tinggi. Sedangkan vitamin B12
tidak berhubungan dengan penyakit vaskuler.
b. Kacang kedelai dan isoflavon
Kedelai banyak mengandung fito estrogen yaitu isoflavon, yang memiliki
aktivitas estrogen lemah. Isoflavon dari protein kedelai lebih bermakna menurunkan
kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida, tanpa mempengaruhi kadar
kolesterol HDL. Dianjurkan mengonsumsi protein kedelai 20-50 gram/hari, dengan
modifikasi diet pada penderita kadar kolesterol yang tinggi.
a. Tempe
Tempe adalah hasil pengolahan kedelai melalui proses fermentasi dengan
kandungan gizi lebih baik dari kedelai. Tempe mengandung protein,
karbohidrat, lemak, mineral, vitamin.
b. Serat
Walaupun berbagai studi menunjukan adanya hubungan antara beberapa
jenis serat dengan penurunan kolesterol IDDL dan kolesterol total, namun belum
ada bukti langsung yang menunjukan hubungan antara suplemen serat dengan
penurunan penyakit kardiovaskular.
c. natrium
Garam natrium terdapat secara alamiah pada bahan makanan atau
ditambahkan pada waktu memasak atau mengolah makanan. Makanan berasal
dari hewan biasanya lebih banyak mengandung garam natrium dari yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan. Garam natrium yang ditambahkan berupa ikatan, yaitu:
a Natrium klorida atau garam dapur
b Mono-Natrium Glutamat atau vetsin
c Natrium Bikarbonat atau soda kue
d Natrium Bisul fit atau sendawa yang digunakan untuk mengawetkan
daging seperti Corned beef.
Cara memasak untuk mengeluarkan garam natrium antara lain :
a. Pada ikan asin direndam dan dicuci terlebuh dahulu
b. Untuk mengeluarkan garam natrium dari margarine dengan mencampur
margarine dengan air, lalu masak sampai mendidih, margarine akan
mencair dan garam natrium akan larut dalam air. Dinginkan cairan kembali
dengan memasukan panic kedalam kulkas. Margarine akan mengeras
kembali dan buang air yang mengandung garam natrium. Lakukan ini 2
kali.
G. Penatalaksanaan Hipertensi
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah
140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa obat terapi tanpa oba digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolestrol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok
b. Latihan fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi
adalah olahraga yang mempunyai emapt prinsip yaitu : Macam olahraga yaitu istonis dan
dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
c. Edukasi
Psikologis pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-
tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatic seperti
nyeri kepala dan migraine, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan
ketegangan.
2) Tehnik Relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
3) Pendidikan Kesehatan (penyuluhan)
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
A. Praktik 1. Pengkajian keluarga
Nama : Tn. S
Umur : 66
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : Tamat SD
Pengkerjaan : Wiraswasta
Alamat : Dususn Kebang Rt 008 Rw 003 Kel. Sumogawe Kec. Getasan Kab. Semarang
Nomor telepon :
Genogram
a. Tipe keluarga :
a) Jenis type keluarga : inti
b) Masalah yang terjadi dengan type keluarga :
b. Suku Bangsad
a) Asal suku bangsa : jawa
b) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan :
c. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan : Klien mengatakan tidak ada kepercayaan
yang beliau anut berhubungan dengan kesehatan keluarga
e) Kebutuhan yang di keluarkan tiap bulan : klien mengatakann sekitar 2juta perbulan
e. Aktivitas rekreasi keluarga : klien mengatakan menonton Tv untuk mengisi waktu senggang
PENGKAJIAN LINGKUNGAN
a. Karakteristik Rumah
a) Luas rumah :
b) Type rumah : klien mengatakan sudah permanen
c) Kepemilikan : klien mengatakan sudah milik sendiri
d) Jumlah dan ratio kamar/ruangan : 3 kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, dapur, kamar
mandi, gudang
e) Ventilasi/jendela : klien mengatakan setiap rungan terdapat ventilasi dan jendela
f) Pemanfaatan lingkungan : klien mengatakan lingkungan sudah di manfaatkan dengan baik
g) Septic tank : ada letak: belakang rumah
h) Sumber air minum : air pegunungan
i) Kamar mandi/WC : mengatakan mempunyai 1 kamar mandi
j) Sampah : klien mengatakan sudah ada tempay sampah bagia setiap rumah dan di ambil oleh
petugas kebersihan 1x dalam 1 minggu
k) Kebersihan lingkungan : lingkungan bersih
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
a) Kebiasaan : klien mengatakan saling menyapa dan berkomunikasi dengan tetangga sekitar
b) Aturan / kesepakatan : klien mengatakan jika ada tamu yang menginap, harus lapor ke RT terlebih
dahulu
c) Budaya : kejawen
STRUKTUR KELUARGA
a. Pola/ cara komunikasi keluarga : klien mengatakan secara terbuka
b. Struktur kekuatan keluarga : klien mengatakan saling memberi suport
c. Struktur perann (peran masing-masing anggota keluarga) : klien mengatakan setiap anggota sudah
melaksanakan peran masing-masing dengan baik
d. Nilai dan norma keluarga : klien mengatakan anggota keluarga harus izin sebelum bepergian
FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif : klien mengatakan sudah menjalankan fugsi afektif dalam keluarga
b. Fungsi sosialisasi :
a) Kerukunan hidup dalam keluarga : klien mengatakan antar anggota terjalin rukun
b) Interaksi dan hubungan dala keluarga : klien mengatakan antar anggota berkomunikasi dengan
baik
c) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan :klien mengatakan yang dominan
ayah dan ibu
d) Kegiatan keluarga waktu senggang ; menonton tv
e) Partipasi dalam kegiatan sosial ; perkumpulan bapak-bapak, PKK, perkumpla pemuda,kerja bakti,
dll
c. Fungsi perawatan keluarga ; klien mengatakan tidak ada perencanaan untuk menambah anak lagi
d. Fungsi reproduksi : klien mengatakan sudan menopause
e. Fungsi ekonomi ;
a) Upaya pemenuhan sandang pangan : klien mengatakan sudah cukup terpenuhi
b) Pemanfaatan sumber di masyarakat ; -
HARAPAN KELUARGA
a. Terhadap masalah kesehatannya : klien mengatakan semoga anggota keluarga sehat selalu dna
panjang umur
b. Terhadap petugas yang ada : klien mengatakan semoga tenaga kesehatan selalu diberikan
perlindungan oleh Tuhan dalam melayani masyarkat yang sakit
PEMERIKSAAN FISIK
Defisit pengetahuan
Diagnose keperawatan :
1. gangguan pola tidur padaTn.S berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan (D.0055)
2. Defisiensi pengetahuan b.d kurang terpapar informasi (00126)
S : klien mengatakan
keadaanya baik, dan setelah
dilakukan terapi musik
sebelum tidur, lebih mudah
mengantuk dan sudah bisa
tidur dengan nyenyak tanpa
alunan musik
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi Edisi 10.
Jakarta : EGC.
Stanley, Mickey. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC.
Chung, Edward.K. 1995. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler. Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus
Andryanto. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi . Yogyakarta. Penerbit Kanisius.
Halim, R. 2011. Efek Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pria
Dewasa. Thesis. Universtas Kristen Maranatha Bandung.
repository.maranatha.edu/96/3/0810046_Chapter1.pdf. [Akses tanggal : 23 Agustus 2012]
Kurniawan, Anie. 2002. Gizi Serimbang untuk Mencegah Hipertensi. Diakses dari :
http://www.pdfssearch.com/Gizi-Seimbang-Utk-Hipertensi. [Akses tanggal : 23 Agustus 2012]
Smetlzer, Sussane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Sudoyo, Aru W., Bambang Setiohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K., Siti Setiati. 2007. Ginjal
Hipertensi. Dalam buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: EG
DOKUMENTASI