Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

OLEH :
FEBE TRIFENATAMPI
NIM.19180018

CI CT

( ) ( )

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK.III MANADO


MEI, 2022
A. KONSEP HIPERTENSI
1. Definisi
Hipertensi adalah salah satu penyakit pada gangguan kardiovaskuler ditandai
dengan peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan diastolik ≥90 mmHg.
Peningkatan tekanan darah di sebabkan oleh karena penyempitan pembuluh
darah/arteriosklerosis yang mengakibatkan perfusi jaringan menurun dan
berdampak kerusakan organ tubuh diantaranya infark miokard, stroke, gagal
jantung dan gagal ginjal (Yonata and Pratama, 2016).

2. Klasifikasi
Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher (2014), mengklasifikasikan
hipertensi menjadi:

a. Hipertensiprimer
Hipertensi primer (esensial atau idiopatik) merupakan peningkatan tekanan
darah tanpa diketahui penyebabnya dan berjumlah 90%-95% dari semua kasus
hipertensi. Meskipun hipertensi primer tidak diketahui penyebabnya, namun
beberapa faktor yang berkontribusi meliputi: peningkatan aktivitas, produksi
sodium- retaining hormones berlebihan dan vasokonstriksi, peningkatan masukan
natrium, berat badanberlebihan,diabetes melitus, dan konsumsi alkohol berlebihan
(Lewis, Heitkemper, Dirksen, O’Brien, & Bucher,2007).

b. Hipertensisekunder
Hipertensi sekunder merupakan peningkatan tekanan darah dengan penyebab
yang spesifik dan biasanya dapat diidentifikasi. Hipertensi sekunder diderita oleh
5%-10% dari semua penderita hipertensi pada orang dewasa. Ignatavicius,
Workman, &Winkelman (2016) menyatakan bahwa penyebab hipertensi sekunder
meliputi penyakit ginjal, aldosteronisme primer, pheochromocytoma, penyakit
Chusing’s, koartasio aorta (penyempitan pada aorta), tumor otak, ensefalitis,
kehamilan, dan obat (estrogen misalnya, kontrasepsi oral; glukokortikoid,
mineralokortikoid,simpatomimetik).
3. Faktor Risiko Hipertensi
Faktor-faktor resiko hipertensi ada yang dapat di kontrol dan tidak dapat
dikontrol menurut (Sutanto, 2010) antara lain:

a. Faktor yang dapat dikontrol:


Faktor penyebab hipertensi yang dapat dikontrol pada umumnya berkaitan
dengan gaya hidup dan pola makan. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1) Kegemukan(obesitas)
Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas.
Meskipun belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan
obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibanding penderita
hipertensi dengan berat badannormal.

2) Kurangolahraga
Orang yang kurang aktif melakkukan olahraga pada umumnya cenderung
mengalami kegemukan dan akan menaikan tekanan darah. Dengan olahraga
kita dapat meningkatkan kerja jantung. Sehingga darah bisa dipompadengan
baik keseluruh tubuh.

3) Konsumsi garam berlebihan


Sebagian masyarakat kita sering menghubungkan antara konsumsi garam
berlebihan dengan kemungkinan mengidap hipertensi. Garam merupakan
hal yang penting dalam mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan
garam terhadap hipertensi adalah melalui peningkatan volume plasma atau
cairan tubuh dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan
ekresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga kembali pada kondisi
keadaan sistem hemodinamik (pendarahan) yang normal. Pada hipertensi
primer (esensial) mekanisme tersebut terganggu, disamping kemungkinan
ada faktor lain yangberpengaruh.
4) Merokok dan mengonsumsi alkohol
Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan selain
dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah, nikotin
dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah.
Mengonsumsi alkohol juga dapat membahayakan kesehatan karena dapat
meningkatkan sistem katekholamin, adanya katekholamin memicu naik
tekanan darah.

5) Stres
Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Jika ketakutan,
tegang atau dikejar masalah maka tekanan darah kita dapat meningkat. Tetapi
pada umumnya, begitu kita sudah kembali rileks maka tekanan darah akan
turun kembali. Dalam keadaan stres maka terjadi respon sel-sel saraf yang
mengakibatkan kelainan pengeluaran atau pengangkutan natrium. Hubungan
antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis (saraf
yang bekerja ketika beraktivitas) yang dapat meningkatkan tekanan darah
secara bertahap. Stres berkepanjanngan dapat mengakibatkan tekanan darah
menjadi tinggi. Hal tersebut belum terbukti secara pasti, namun pada
binatang percobaan yang diberikan stres memicu binatang tersebut menjadi
hipertensi.

b. Faktor yang tidak dapatdikontrol


1) Keturunan(Genetika)
Faktor keturunan memang memiliki peran yang sangat besar terhadap
munculnya hipertensi. Hal tersebut terbukti dengan ditemukannya kejadian
bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada kembar monozigot (berasal dari
satu sel telur) dibandigkan heterozigot (berasal dari sel telur yang berbeda).
Jika seseorang termasuk orang yang mempunyai sifat genetik hipertensi
primer (esensial) dan tidak melakukan penanganan atau pengobata maka ada
kemungkinan lingkungannya akan menyebabkan hipertensi berkembang dan
dalam waktu sekitar tiga puluhan tahun akan mulai muncul tanda-tanda dan
gejala hipertensi dengan berbagai komplikasinya.
2) Jeniskelamin
Pada umumnya pria lebih terserang hipertensi dibandingkan dengan wanita.
Hal ini disebabkan pria banyak mempunyai faktor yang mendorong
terjadinya hipertensi seperti kelelahan, perasaan kurang nyaman, terhadap
pekerjaan, pengangguran dan makan tidak terkontrol. Biasanya wanita akan
mengalami peningkatan resiko hipertensi setelah masa menopause.

3) Umur
Dengan semakin bertambahannya usia, kemungkinan seseorang menderita
hipertensi juga semakin besar. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang
timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor risiko terhadap
timbulnya hipertensi. Hanya elastisitas jaringan yang erterosklerosis serta
pelebaran pembulu darah adalah faktor penyebab hipertensi pada usia tua.
Pada umumnya hipertensi pada pria terjadi di atas usia 31 tahun sedangkan
pada wanita terjadi setelah berumur 45tahun.

4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula dari saraf simpatis, yang berkelanjutan ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis, padatitikini
neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Price
&Wilson, 2006).
Saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenalin juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktifitas vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi
epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke
ginjal menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Price & Wilson,2006).

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural


dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak adagejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.

b. Gejala yang lazim


Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang


menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan,
Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.

6. PemeriksaanPenunjang
a. Hemoglobin /hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas )
dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas,
anemia.

b. BUN: memberikan informasi tentang perfusiginjal


c. Glukosa
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan
oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)

d. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
e. Kolesterol dan trigliseridserum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa (efekkardiovaskuler)

f. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
g. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.

h. Asamurat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
Steroid urin

i. Fotodada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
j. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopat
k. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi

7. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :


a. Terapi tanpaObat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa
obat ini meliputi

a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, Diet rendah
kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

b. Penurunan berat badan


c. Menghentikan merokok
d. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip
yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik
atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perming

b. Edukasi Psikologis
a. Teknik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

b. Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)


Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien
dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

c. Terapi denganObat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hiduppenderita.
B. KONSEP ASUHANKEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas
1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidupmonoton.
2) Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.

b. Sirkulasi
1) Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrovaskuler, episodepalpitasi.

2) Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,


radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi venajugularis,
kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/
tertunda.

c. IntegritasEgo
1. Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple (hubungan,keuangan, yang berkaitan denganpekerjaan.

2. Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue


perhatian, tangisan meledak,otot muka tegang, pernafasan menghela,
peningkatan polabicara.

d. Eliminasi
1) Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayatpenyakit ginjal padamasa yanglalu).

e. Makanan/cairan
1) Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak sertakolesterol, mual, muntah dan perubahan BB
akhir akhir ini (meningkat/turun), Riwayatpenggunaandiuretic

2) Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya edema,


glikosuria.

f. Neurosensori
1) Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyut, sakit kepala,
suboksipital (terjadi saatbangun dan menghilangkan secara
spontansetelah beberapa jam), Gangguan penglihatan (diplobia,
penglihatan kabur,epistakis).

2) Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi


bicara,efek, proses piker,penurunan keuatan genggamantangan.

g. Nyeri/ ketidaknyaman
1) Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),
sakitkepala.

h. Pernafasan
1) Gejala:Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja
takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayatmerokok.

2) Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan


bunyinafas tambahan(krakties/mengi),sianosis.

i. Keamanan
1) Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensipostural.
2. Diagnosa Keperawatan(SDKI)
a) penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
(D.0008)

b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


dan kebutuhan oksigen(D.0056)

c) nyeri (akut) yang berhubungan dengan pencedera fisiologis(D.0077)


d) Defisit pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi (D.0111)

Anda mungkin juga menyukai