HIPERTENSI
OLEH :
FEBE TRIFENATAMPI
NIM.19180018
CI CT
( ) ( )
2. Klasifikasi
Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher (2014), mengklasifikasikan
hipertensi menjadi:
a. Hipertensiprimer
Hipertensi primer (esensial atau idiopatik) merupakan peningkatan tekanan
darah tanpa diketahui penyebabnya dan berjumlah 90%-95% dari semua kasus
hipertensi. Meskipun hipertensi primer tidak diketahui penyebabnya, namun
beberapa faktor yang berkontribusi meliputi: peningkatan aktivitas, produksi
sodium- retaining hormones berlebihan dan vasokonstriksi, peningkatan masukan
natrium, berat badanberlebihan,diabetes melitus, dan konsumsi alkohol berlebihan
(Lewis, Heitkemper, Dirksen, O’Brien, & Bucher,2007).
b. Hipertensisekunder
Hipertensi sekunder merupakan peningkatan tekanan darah dengan penyebab
yang spesifik dan biasanya dapat diidentifikasi. Hipertensi sekunder diderita oleh
5%-10% dari semua penderita hipertensi pada orang dewasa. Ignatavicius,
Workman, &Winkelman (2016) menyatakan bahwa penyebab hipertensi sekunder
meliputi penyakit ginjal, aldosteronisme primer, pheochromocytoma, penyakit
Chusing’s, koartasio aorta (penyempitan pada aorta), tumor otak, ensefalitis,
kehamilan, dan obat (estrogen misalnya, kontrasepsi oral; glukokortikoid,
mineralokortikoid,simpatomimetik).
3. Faktor Risiko Hipertensi
Faktor-faktor resiko hipertensi ada yang dapat di kontrol dan tidak dapat
dikontrol menurut (Sutanto, 2010) antara lain:
1) Kegemukan(obesitas)
Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas.
Meskipun belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan
obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibanding penderita
hipertensi dengan berat badannormal.
2) Kurangolahraga
Orang yang kurang aktif melakkukan olahraga pada umumnya cenderung
mengalami kegemukan dan akan menaikan tekanan darah. Dengan olahraga
kita dapat meningkatkan kerja jantung. Sehingga darah bisa dipompadengan
baik keseluruh tubuh.
5) Stres
Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Jika ketakutan,
tegang atau dikejar masalah maka tekanan darah kita dapat meningkat. Tetapi
pada umumnya, begitu kita sudah kembali rileks maka tekanan darah akan
turun kembali. Dalam keadaan stres maka terjadi respon sel-sel saraf yang
mengakibatkan kelainan pengeluaran atau pengangkutan natrium. Hubungan
antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis (saraf
yang bekerja ketika beraktivitas) yang dapat meningkatkan tekanan darah
secara bertahap. Stres berkepanjanngan dapat mengakibatkan tekanan darah
menjadi tinggi. Hal tersebut belum terbukti secara pasti, namun pada
binatang percobaan yang diberikan stres memicu binatang tersebut menjadi
hipertensi.
3) Umur
Dengan semakin bertambahannya usia, kemungkinan seseorang menderita
hipertensi juga semakin besar. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang
timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor risiko terhadap
timbulnya hipertensi. Hanya elastisitas jaringan yang erterosklerosis serta
pelebaran pembulu darah adalah faktor penyebab hipertensi pada usia tua.
Pada umumnya hipertensi pada pria terjadi di atas usia 31 tahun sedangkan
pada wanita terjadi setelah berumur 45tahun.
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula dari saraf simpatis, yang berkelanjutan ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis, padatitikini
neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Price
&Wilson, 2006).
Saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenalin juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktifitas vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi
epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke
ginjal menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Price & Wilson,2006).
6. PemeriksaanPenunjang
a. Hemoglobin /hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas )
dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas,
anemia.
d. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
e. Kolesterol dan trigliseridserum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa (efekkardiovaskuler)
f. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
g. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
h. Asamurat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
Steroid urin
i. Fotodada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
j. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopat
k. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi
7. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, Diet rendah
kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
b. Edukasi Psikologis
a. Teknik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
c. Terapi denganObat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hiduppenderita.
B. KONSEP ASUHANKEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas
1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidupmonoton.
2) Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
b. Sirkulasi
1) Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrovaskuler, episodepalpitasi.
c. IntegritasEgo
1. Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple (hubungan,keuangan, yang berkaitan denganpekerjaan.
d. Eliminasi
1) Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayatpenyakit ginjal padamasa yanglalu).
e. Makanan/cairan
1) Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak sertakolesterol, mual, muntah dan perubahan BB
akhir akhir ini (meningkat/turun), Riwayatpenggunaandiuretic
f. Neurosensori
1) Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyut, sakit kepala,
suboksipital (terjadi saatbangun dan menghilangkan secara
spontansetelah beberapa jam), Gangguan penglihatan (diplobia,
penglihatan kabur,epistakis).
g. Nyeri/ ketidaknyaman
1) Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),
sakitkepala.
h. Pernafasan
1) Gejala:Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja
takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayatmerokok.
i. Keamanan
1) Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensipostural.
2. Diagnosa Keperawatan(SDKI)
a) penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
(D.0008)