Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PENDAHULUAN

‘’LIMPFADENITIS REGIO SUB MANIBULA’’

Dosen CT
Kartini Massa,S.Kep.,M.Kes

Disusun Oleh :
Novi Yanti M Haurissa
19180057
TK.III

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK.III MANADO


2022
LAPORAN PENDAHULUAN ABSES MANDIBULA

A. Definisi
Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisinanah.
(Siregar, 2004). Sedangkan abses mandibula adalah abses yang terjadi dimandibula.
Abses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satukomponennya sebagai
kelanjutan infeksi dari daerah leher. (Smeltzer dan Bare,2001)

B. Etiologi
Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa
cara antara lain:
1.Bakteri masuk kebawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarumyang tidak
steril
2.Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain
3.Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.

C. Patofisiologi
Jika bakteri menyusup kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi
infeksi.Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan se-
sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalammelawan
infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah
menelan bakteri.sel darah putih akan mati, sel darah putih yang mati inilah yangmembent
uk nanah yang mengisis rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini,maka jaringan
disekitarnya akan terdorong jaringan pada akhirnya tumbuh disekeliling abses dan
menjadi dinding pembatas. Abses hal ini merupakan mekanisme tubuh mencegah
penyebaran infeksi lebih lanjut jika suatu
abses pecah di dalam tubuh maka infeksi bisa menyebar kedalam tubuh maupun dibawah
permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses.

D. Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan
pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa :
1. Nyeri
2.Nyeri tekan
3.Teraba hangat
4. Pembengakakan
5.Kemerahan
6.Demam

E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Siregar (2004), abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah
dikenali.Sedangkan abses dalam sering kali sulit ditemukan. Pada penderita abses, biasanya
pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih.

F. Komplikasi
Komplikasi/dampak yang mungkin terjadi akibat dari Abses mandibula menurutSiregar
(2004) adalah:
1.Kehilangan gigi
2.Penyebaran infeksi pada jaringan lunak dapat mengakibatkan selulitis wajah 
3.Penyebaran infeksi pada tulang rahang dapat mengakibatkan osteomyelitismandibula atau
maksila
4.Penyebaran infeksi pada daerah tubuh yang lain, menghasilkan absesserebral, endokarditis,
pneumonia, atau gangguan lainnya.

G. Penatalaksanaan Medis
Menurut FKUI (1990), antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dananaerob
harus diberikan secara parentral. Evaluasi abses dapat dilakukan dalamanastesi lokal untuk
abses yang dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalamnarkosis bila letak abses dalam
dan luas. Insisi dibuat pada tempat yang
paling berfluktuasi atau setinggi 0,5 tiroid, tergantung letak dan luas abses. Pasien dirawat
inap sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda.Suatu abses seringkali membaik tanpa
pengobatan, abses akan pecah dengansendirinya dan mengeluarkan isinya,.kadang abses
menghilang secara perlahankarena tubuh menghancurkan infeksi yang terjadi dan menyerap
sisa-sisa infeksi,abses pecah dan bisa meninggalkan benjolan yang keras.Untuk meringankan
nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisaditusuk dan dikeluarkan isinya. Suatu
abses tidak memiliki aliran darah, sehingga pemberian antibiotik biasanya sia-
sia antibiotik biasanya diberikan setelah absesmengering dan hal ini dilakukan untuk
mencegah kekambuhan. Antibiotik jugadiberikan jika abses menyebarkan infeksi kebagian
tubuh lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth’s. 2002.
Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah
Edisi 8volume 2. Jakarta : EGC.Wilkinson, Judith M. 2011.
Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC
. Jakarta: EGC.Corwin, Elizabeth J. 2009.
Buku Saku Patofisiologi
. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai